Anda di halaman 1dari 13

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GANJIL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

MATA KULIAH KESEHATAN KERJA

Nama Lengkap: _____________________________________

NPM: _____________________________________________

Alamat email: ______________________________________

Petunjuk Pengerjaan
1. Setiap mahasiswa menentukan setting tempat kerja

2. Kerjakan setiap butir pertanyaan di bawah ini berdasarkan setting tempat kerja yang

telah dipilih

3. Batas waktu pengumpulan ujian adalah 11 November 2022

Soal
1. Berdasarkan setting tempat kerja yang telah ditentukan:

a. Lakukan analisa bahaya di tempat kerja tersebut

b. Lakukan analisa risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang potensial

terjadi di tempat kerja tersebut

c. Lakukan analisa pengendalian bahaya dan risiko yang berkaitan dengan bahaya

dan risiko di tempat kerja tersebut

2. Menurut pendapat saudara, dari setting tempat kerja, bahaya risiko yang telah

dianalisis, bagaimana bentuk pelayanan kesehatan kerja yang ideal dilaksanakan di

setting tempat kerja tersebut.


BAB I PENDAHULUAN

1  Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau
praktikan, dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari berbagai
kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang
bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak
jarang berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur
penggunaan alat yang akan digunakan (Permana, 2013).

Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah menetapkan kebijakan dalam undang-undang yang berguna untuk
perlindungan tenaga kerja. Undang-undang tersebut yaitu:

1. UU 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.

2. Peraturan Menteri  Tenaga  Kerja  Nomor    05/MEN/1996  mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

3. No.13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan.

Dengan demikian tenaga kerja berhak atas perlindungan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin timbul di tempat
kerja serta kewajiban mentaati segala ketentuan tang ada dalam undang-undang tersebut (Sari, 2009)

Laboratorium berfungsi sebagai tempat penelitian-penelitian isolasi dan perkembangan bakteri, hal ini dikarenakan
lingkungan laboratorium merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya bakteri maupun virus, yang sebagian
besar dapat menularkan penyakit pada petugas laboratorium maupum masyarakat sekitar  laboratorium.  Oleh
karena  itu,  diperlukan  pemahaman  dan  kesadaran

terhadap keselamatan dan bahaya kerja dilaboratorium. Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka
baik yang bersifat luka permanen, luka ringan, maupun gangguan kesehatan dalam yang dapat menyebabkan
penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap fasilitas – fasilitas dan peralatan penunjang praktikum yang
sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja di laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan
diantisipasi jika para praktikan mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium. Salah
satu hal yang penting dalam mencegah penyakit ataupun kecelakaan kerja adalah hygiene lingkungan kerja di
laboratorium (Permana, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi Hygiene

Kata “hygiene” berasal dari bahasa yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan (Streeth, J.A.
and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah yunani, hygiene  berasal dari nama seorang dewi yaitu Hygea (dewi
pencegah penyakit). Pengertian hygiene  ada beberapa,yang intinya sama yaitu :

1. Menurut Brownell, hygiene  adalah bagaimana caranya orang memelihara dan melindungi

2. Menurut Gosh, hygiene  adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang
membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun melalui

3. Menurut Prescott, hygiene  menyangkut tiga aspek yaitu:

A. Yang menyangkut individu (personal hygiene)

Personal Hygiene  berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene  berarti sehat
jadi hygiene  personal adalah suatu usaha perawatan diri untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan diri
seseorang baik untuk kesehatan fisik maupun psikis.
1. Yang menyangkut lingkungan (environment hygiene)

Environment hygiene  adalah suatu usaha kegiatan pencegahan yang menitikberatkan usahanya pada kegiatan-
kegiatan yang mendukung kebersihan, kesehatan, dan keselamatan jasmani maupun rohani manusia dan juga
lingkungan hidup sekitarnya.

1. Hygiene Laboratorium

Hygiene  laboratorium adalah suatu usaha kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan di
dalam laboratorium, agar suatu laboratorium layak digunakan untuk kegiatan pemeriksaan, penelitian atau kegiatan
lainnya sehingga tidak mempengaruhi aktifitas tenaga kerja maupun hasil penelitian yang dilakukan didalamnya
(Fitriani, 2013).

 Tindakan Hygiene  di Laboratorium

Contoh tindakan hygiene  di laboratorium dapat dilakukan pada diri sendiri dan pada ruangan laboratorium, yaitu :

1.      Pada diri sendiri :

1. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan penelitian, contohnya: sarung tangan, masker, jas
laboratorium, alas kaki tertutup,

2. Tidak makan atau minum di dalam

3. Tidak meletakkan zat-zat berbahaya di sembarang

4. Tidak memegang alat yang menggunakan arus listrik saat tangan

5. Mencuci tangan dan menggunakan antiseptik sesering mungkin, setelah bekerja dan sebelum

6. Mensterilkan ose atau alat-alat yang digunakan setelah selesai

7. Tidak memakai perhiasan atau melepas perhiasan karena akan menimbulkan kontaminasi mikrobiologis
secara tidak langsung atau kontaminasi fisik.

Gambar 2.1 Alat Pelindung Diri Saat di Laboratorium

1.      Pada ruangan laboratorium :

1. Dilarang merokok (karena rokok dapat bereaksi dengan bahan kimia yang mudah terbakar, rokok dapat
terkontaminasi mikroba yang terdapat dalam sampel pemeriksaan, dan dapat mengganggu kenyamanan
pasien maupun petugas laboratorium lainnya).

2. Setelah melakukan pemeriksaan, meja praktikum dibersihkan menggunakan desinfektan (kreolin), peralatan

3. Menggunakan inkas ketika melakukan pemeriksaan bakteriologi, agar mencegah percikan dorplet.

4. Meletakan sampel pada tempatnya, sehingga tidak membahayakan petugas laboratorium yang

5. Menyimpan reagen-reagen yang berpotensi bahaya bagi kesehatan maupun keamanan laboratorium pada
 Tujuan Tindakan Hygiene  di Laboratorium

Tindakan hygiene  di Laboratorium memliki tujuan tersendiri yang tentu sangat bermanfaat yaitu:

1. Meningkatkan derajat kesehatan

2. Memelihara kebersihan diri

3. Memperbaiki hygiene  personal yang

4. Mencegah

2.2  Definisi Sanitasi

Definisi sanitasi menurut beberapa ahli, yaitu:

1. Menurut Azrul Azwar. MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.

2. Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap

3. Menurut Ehler dan Steel (1958) sanitasi adalah usaha pencegahan Penyakit, dengan cara menghilangkan atau
mengawasi faktor-faktor lingkungan yang merupakan perantara pemindahan

4. Sedangkan batasan WHO, yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan adalah usaha pengawasan terhadap
lingkungan fisik manusia yang dapat atau mungkin dapat memberikan akibat yang merugikan kesehatan
jasmani, dan kelangsungan hidupnya (Fitriani, 2013).

Sanitasi laboratorium adalah usaha pencegahan atau pengawasan terhadap lingkungan laboratorium yang mungkin
dapat memberikan akibat yang merugikan kesehatan jasmani dan kelangsungan hidupnya. Di Laboratorium, ruang
lingkup dari sanitasi adalah sanitasi air, yaitu upaya untuk menjaga kebersihan dan kesehatan air dari pembuangan
limbah manusia untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan sanitasi
lingkungan adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatan kesehatan manusia. sanitasi lebih mengarah kepada usaha kongkrit dalam mewujudkan kondisi higienis
dan usaha ini dinyatakan dengan gerakan dilapangan berupa pembersihan, penataan, sterilisasi, penyemprotan hama
dan sejenisnya. Jika hygiene  merupakan tujuan, maka sanitasi merupakan tindakan nyata untuk mencapai tujuan
tersebut. Agar sanitasi dapat berjalan lancar, diperlukan berbagai sistem untuk pelaksanaannya (Yuliastri, 2013).

2.3  Tindakan Sanitasi

Kecelakaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap pekerja. Kecelakaan kerja
mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang dipekerjakan. Bekerja dalam laboratorium kimia,
sebagaimana bekerja dalam industri kimia, pertambangan, dan bangunan, mengandung risiko berupa bahaya
terhadap keselamatan kerja (Permana, 2013). Berbagai macam tindakan yang dapat dilakukan sebagai salah satu
tindakan sanitasi di laboratorium dan rumah sakit, sebagai berikut :

1.      Sanitasi Ruang Dan Peralatan Laboratorium

 Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah dibersihkan dan tidak
ada genangan

 Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu-lampu dan benda lain yang
berada di sekitar ruang pengujian harus dalam kondisi

 Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi yang Ventilasi harus
tersedia dengan cukup dan berfungsi
dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara merata dan cukup di semua ruangan, namun
hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan

 Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian harus selalu diperhatikan kebersihannya, dan juga
penanganannya harus hati-hati karena kebanyakan peralatan laboratorium mudah

 Setelah penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah selesai semua peralatan tersebut
dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus dibersihkan dengan bahan Saniter adalah senyawa kimia yang
dapat membantu membunuh bakteri dan mikroba. Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air
yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air bersih mempunyai
ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau

2.      Pengendalian Ruang Penyimpanan Bahan Kimia

 Ruang penyimpanan bahan kimia di laboratorium harus dikendalikan sehingga temperatur, kelembaban, dan
sirkulasi udara sesuai dengan yang diharapkan, Jika temperatur dalam ruang penyimpanan bahan kimia
tersebut tingga dan terasa pengap, maka exhaust fan (alat sejenis kipas angin) dihidupkan dan ventilasi atau
pintu dibuka agar terjadi sirkulasi udara, sehingga dapat menurunkan temperatur dan

 Pada saat akan mengambil bahan kimia harus memakai alat keselamatan Sebelum masuk ruang
penyimpanan bahan kimia, harus memeriksa suhu dan kelembaban ruangan apakah sesuai dengan
persyaratan, baru melakukan pengambilan atau penempatan bahan kimia.

3.      Pembuangan Limbah

 Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses
pembuangan limbah cair tidak

 Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan
mengganggu dan mencemari lingkungan

 Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengakibatkan ganggguan pencemaran
adalah indikasi awal bahwa masalah pencemaran di lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk
berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah

(Naila, 2014).

2.4  Faktor dan Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja Laboratorium

Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

 Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari
pekerjaan itu sendiri;

 Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa
bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir;

 Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan
pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lain sebagai berikut :

·         Potensi Bahaya Fisik

yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang
memadai, getaran, radiasi.

a)      Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang
elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer,
dan lain-lain.

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel
sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel,
maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek
yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi
yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek
segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam
waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya
kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan
pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama
(bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

b)      Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini
kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering
digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau
aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.

Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran
per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.
Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan
intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (DB).

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:

 Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi
mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin

 Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.

 Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak,
misal pukulan palu, ledakan  meriam, tembakan

Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari
ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau
tidak dikehendaki / bising.

Tabel 2.1 Skala Intensitas Kebisingan

 
 
Skala Intensitas Desibel Batas Dengar
Jenis Bunyi Tertinggi

Halilintar Meriam Mesin uap 120 DB

Jalan yang ramai Pluit 110 DB

Kantor gaduh Radio 100 DB

Rumah gaduh 90 DB

Kantor pada umumnya Rumah tenang 80 DB


70 DB

60 DB

50 DB

40 DB

30 DB

Kantor perorangan 20 DB

Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air 10 DB

Kebisingan terutama  yang berasal  dari alat-alat  bantu  kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran atau

memodifikasi  mesin  untuk  mengurangi  bising.  Penggunaan  proteksi  dengan sumbatan telinga dapat mengurangi
kebisingan sekitar 20-25 DB.

c)      Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan  menambah beban kerja karena mengganggu
pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja
harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka
faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang
dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas
penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya
semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.

Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para
karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan
memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata
lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.

Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya
harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip .Efek pencahayaan yang
buruk yaitu mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik yaitu meningkatkan     semangat     kerja,     produktivitas,   
mengurangi     kesalahan,

meningkatkan    housekeeping,    kenyamanan       lingkungan    kerja,      mengurangi kecelakaan kerja.

d)      Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan
apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek
negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.

Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:

 3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan

 6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2   dan volume
perdenyut sedikit Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan

 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami

 < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan
kurang ada

·         Potensi Bahaya Kimia

yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini
dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation  (melalui pernafasan), ingestion  (melalui
mulut ke saluran pencernaan), skin contact  (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya
acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat melalui:
pernapasan (inhalation), kulit (skin absorption) maupun tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang
bersifat akut,kronis atau kedua-duanya. Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah :

a)      Korosi

 Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi Kulit,
mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.

 Contoh : konsentrat asam dan basa ,

b)      Iritasi

 Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti
eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat- alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas,
peradangan dan oedema ( bengkak )

 Contoh :

Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .

Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

c)      Reaksi Alergi

 Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan

 Contoh :

Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.

Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

d)      Asfiksiasi

 Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo,
atau tambang bawah Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.

 Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi
normal pada

 Contoh :

Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium

Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide

·         Potensi Bahaya Biologi

yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B,
Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Dimana pun Anda bekerja
dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan
ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun
demikian seringkali luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi dan
cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja
umumnya dalam bentuk mikro organisme sebagai berikut :

a)     Bakteri

Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab
penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan
baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax,
tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.

b)     Virus

Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu
virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella,
hepatitis, HIV, dan sebagainya.

c)    Jamur

Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil
makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

Mengontrol bahaya dari faktor biologi :

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan pencegahan antara lain
dengan :

1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang mengandung organism
patogen

2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi

3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja

4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali setiap bulan

5. Membuat sistem      pembersihan      yang      memungkinkan      terbunuhnya mikroorganisme yang patogen


pada sistem

Dengan  mengenal  bahaya  dari  faktor  biologi  dan  bagaimana  mengotrol  dan mencegah penularannya diharapkan
efek yang merugikan dapat dihindari.

2.5  Limbah Laboratorium

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik, yang lebih dikenal
dengan sampah, yang kehadirannya pada suatu saatdan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis.Ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dananorganik.
dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadirannya berdampak negatifterhadap lingkungan.

Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Limbah ini memiliki sifat khas yang
berbeda dengan limbah yang berasal dari kegiatan industri karenabiasanya memiliki keragaman jenis limbah yang
sangat tinggi walaupun dari setiap macambahan yang dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Artinya limbah
laboratorium kimiameskipun volumenya masih  relatif kecil dibandingkan dengan limbah industri, namunjustru
mengandung jenis B3 yang sangat bervariasi dengan konsentrasi yang relatif tinggi.Oleh karena itu, limbah ini harus
dikelola secara benar agar tidak menimbulkanpencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. Limbah
laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:

1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa


2. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai

3. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen

4. Produk upaya penanganan  limbah,  misalnya  jarum  suntik sekali  pakai setelah di autoklaf

Penggolongan limbah:

1. Berdasarkan fasanya, limbah laboratorium digolongkan menjadi:

A. limbah padat

B. limbah cair

C. limbah gas

2. Berdasarkan Klasifikasinya:

A. Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam larutan

B. Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik dalam larutan

C. Residu padatan bahan kimia laboratorium organik

D. Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan kemasan pada pH 6-8

E. Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat danlarutannya

F. Senyawa beracun mudah terbakar

G. Residu air raksa dan garam anorganik raksa

H. Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah

I. Padatan anorganik

J. Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik

3. Berdasarkan Sifatnya, Limbah Laboratorium Digolongkan Menjadi:

4. limbah B3(Berbahaya dan Beracun)

5. limbah bakteriologis/infeksius

 limbah radioaktif

1. limbah umum

2.6  Penanggulangan Limbah Laboratorium

Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi risiko pemaparan limbah terhadapkuman  yang  menimbulkan
penyakit  (patogen)  yang  mungkin  berada

dalam limbahetrsebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu:

a.      Limbah B3 (Berbahaya dan Beracun), dengan cara:

 Netralisasi

Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang
bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator
dapat digunakan Phenol Phtalein(PP). Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH
limbahberkisar antara 6,5- 8,5.

 Pengendapan/Sedimentasi, Koagulasi, dan Flokulasi


Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaOkarena dapat mengikat As, Zn,
Ni. Mn dan Hg.

 Reduksi-Oksidasi

Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi(redoks) sehingga terbentuk zat
yang kurang/tidak toksik.

 Penukaran Ion

Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserapoleh resin anion.

b.          Limbah Bakteriologis/Infeksius, dengan cara:

 Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mematikan atau membuat kuman- kuman penyakit menjadi

 Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasiyang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan Kerugiannya ialah bahankontaminasi terhadap badan-badan air
masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapatmenimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air
seperti selokan, sungai dansebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.

 Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah dalam

 Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara memasukkan kedalam Dalam
insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.

c.         Limbah Radioaktif

Masalah  penanganan   limbah   radioaktif   dapat   diperkecil   dengan memakai radioaktif sekecil mungkin,
menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah didekontaminasi. Penanganan limbah
radioaktif dibedakan berdasarkan:

 Bentuk : cair, padat dan gas, tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ), Tinggi-rendahnya aktifitas,
Panjang-pendeknya waktu

 Sifat : dapat dibakar atau

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :

1. Dilaksanakan  oleh   pemakai   secara   perorangan   dengan   memakai proses peluruhan,peguburan dan

2. Dilaksanakan secara  kolektif  oleh  instansi  pengolahan  limbah radioaktif, seperti Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN).

3. Limbah umum

Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuatdan dibakar di insinerator.

Bahay yang umum terdapat di laboratorium - See more at: http://batavialab.com/berita/detail/bahaya-yang-


umum-terdapat-di-laboratorium-33873.html#sthash.dwcMr7Vz.dpuf

PENGERTIAN LABORATORIUM https://genecraftlabs.com/id/pengertian-laboratorium/

FUNGSI LABORATORIUM https://genecraftlabs.com/id/pengertian-laboratorium/

JENIS LABORATORIUM https://genecraftlabs.com/id/pengertian-laboratorium/


·         Api
Waspada dan peduli terhadap segala sesuatu  dan di setiap situasi yang dapat menimbulkan api
·         Ledakan
Jangan pernah memanaskan sesuatu dengan sistem tertutup atau menyulut reaksi dalam sistem tertutup.
Sebelum memulai distilasi atau reaksi kimia, pastikan bahwa sistem tersebut terbuka atau mempunyai
ventilasi. Akibat dari ledakan yang ditimbulkan antara lain pecahan gelas yang terpental dan bahan kimia
yang berhamburan, biasanya keduanya bersifat panas dan korosif.
·         Kebakaran Bahan Kimia
Beberapa bahan kimia anorganik seperti asam mineral dan basa bersifat korosif, terutama bahayanya
terhadap mata dan kulit. Selain itu juga bahan kimia organik seperti halide, fenol juga korosif dan juga
beracun.
·         Kebakaran Akibat Suhu Panas
Kebakaran akibat suhu panas biasanya disebabkan oleh pemanasan atau reaksi kimia yang menimbulkan
panas.
·         Tersayat atau Terpotong
Kecelakaan paling banyak di laboratorium mungkin tersayat atau teririsnya kulit tangan ketika memasang
karet stopper ke tabung gelas, thermometer yang pecah di tangan, atau terkena flask distilasi yang pecah.
·         Terpapar Bahan Kimia di Kulit
Jagalah selalu agar bahan kimia tidak terkena kulit. Beberapa bahan kimia organik tidak korosif, tidak
membakar kulit atau tidak terlihat serius berefek pada kulit. Bagaimana pun jika bahan kimia terpapar ke
kulit, kadang-kadang memberi dampak yang mengerikan. Beberapa bahan dapat memberikan reaksi alergi
seiring berkali-kali bahan tersebut memapar kulit dengan munculnya demartitis. Berhati-hati saat mnyentuh
wajah atau mata di dalam laboratorium. Pastikan tangan kalian bersih jika terpaksa menyentuh wajah atau
mata. Sarung tangan selalu tersedia di laboratorium. Bagaimana pun sarung tangan yang tersedia di
laboratorium itu dapat menjaga kulit dari bahan kimia, tapi bisa saja ditembus oleh bahan kimia atau reagen
lain tanpa sepengetahuan dan sepengelihatan mata. Jika sarung tangan gloves bersentuhan dengan reagen
kimia, lepaskan sarung tangan tersebut dan cuci tangan, lalu pakai gloves yang masih bersih dari bahan
kimia.
·         Menghirup Bahan Kimia
Jauhkan hidung kalian dari bahan kimia. Beberapa bahan kimia, umumnya berupa pelarut, beracun jika
terhirup pada jumlah tertentu dan dalam periode yang panjang. Jangan menguapkan pelarut secara
berlebihan di dalam laboratorium, gunakan fume hood yang tepat dan distilator yang tepat dengan
kondensor. Beberapa senyawa seperti asetil klorida dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung,
tenggoraokan, paru-paru sementara benzyl klorida dapat meyebabkan pengaruh yang hebat pada mata yang
menyebabkan iritasi dan mata berair.
·         Menelan Bahan Kimia
Kejadian menelan bahan kimia umumnya terjadi karena memipet langsung menggunakan mulut,
kontaminasi dari tangan yang kotor dengan bahan kimia, makanan dan minuman yang terkontaminasi bahan
kimia.
·         Terpeleset, Tersandung dan Terjatuh
Bahaya ini terjadi karena housekeeping yang kurang baik. Kebersihan dan keteraturan dalam meletakkan
barang di dalam laboratorium sangat penting menghindari kejadian ini. Perilaku orang yang bekerja di
laboratorium dalam menjaga setiap barang dan kelakuannya yang wajar akan menghindarkan seseorang dari
kejadian ini.
·         Bahaya Bahan Kimia : bahaya bahan kimia berupa asam, basa, dan pelarut yang dapat memicu penguapan,
kebakaran, dan pemaparan kedalam tubuh melalui kulit.
·         Bahaya Biologis : bahaya ini dapat datang dari bakteri, virus, darah, jaringan, atau cairan dari  manusia atau
hewan yang membawa penyakit.

Soal 2

Menurut pendapat saudara, dari setting tempat kerja, bahaya risiko yang telah

dianalisis, bagaimana bentuk pelayanan kesehatan kerja yang ideal dilaksanakan di

setting tempat kerja tersebut.

JAWAB : menurut pendapat saya, dari setting tempat kerja, bahaya risiko yang telah

dianalisis, bagaimana bentuk pelayanan kesehatan kerja yang ideal dilaksanakan di

setting tempat kerja tersebut adalah

1. Mensosialisasikan Kembali penting nya APD (Alat Pelindung Diri )


2.

Anda mungkin juga menyukai