Anda di halaman 1dari 26

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) PENGANTAR KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM

Ditulis pada Juni 22, 2016

PENGANTAR KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM

Disusun Oleh:

SURIANSYAH (NIM. H1D112011)

Dosen Pengajar Mata Kuliah : QOMARIYATUS SHOLIHAH, Amd.Hyp, S.T, M. Kes

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA

BANJARBARU

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.

Mengenai penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib melaporkan
kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjak kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan
tersebut mendapatkan surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut
sembuh, cacat atau meninggal dunia seperti penelitian (Kharismawan, 2014) yang mengharuskannya
ada jamsostek bagi pekerja. Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Dilaboratorium analis kesehatan melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya (Anonim, 2010).

Setelah mengetahui bagimana cara kerja, prinsip kerja serta pengantar kecelakaan kerja dan keamanan
kerja di laboratorium maka dapat berguna bagi kita sebagai panduan sebelum melakukan praktikum di
laboratorium. Cara kerja dan prinsip kerja di laboratorium ini merupakan langkah-langkah sebelum dan
sesudah kita melakukan praktikum agar selama proses praktikum tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang
tidak di inginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang
lain (Salim, 2012). Untuk keamanan kerja di laboratorium kita mengetahui bagaimana agar diri kita bisa
terhindar dari kecelakaan di laboratorium dan jika terjadi kecelakaan maka kita sudah mengetahui
bagaimana cara menanganinya. Dalam keamanan kerja hal pertama yang harus di patuhi adalah
kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada di laboratorium agar tidak terjadinya
kecelakaan (Subiantoro, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


Apa definisi dan tujuan dari keselamatan kerja?

Apakah sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium?

Bagaimana contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium?

Bagaimana pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah dalam makalah ini adalah:

Mengetahui definisi dan tujuan dari keselamatan kerja.

Mengetahui sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium.

Mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium.

Mengetahui pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah:

Menambah ilmu pengetahuan Mahasiswa khususnya didalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).

Memberikan alternatif supaya dapat mengantisipasi dan menghindari kecelakaan di laboratorium.

Memberikan informasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang sangat bermanfaat didalam
dunia kerja.

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja

Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih dahulu harus mengetahui
bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium, agar kita dapat
melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat praktikun &
lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. Menurut (Salim, 2012) keselamatan kerja
menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium. Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian
yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada saat praktikum sedang berlangsung. Oleh
karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan (Rahayuningsih, 2013).

Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini
harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan
yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk
laboratorium dan bagi para pekerja.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan
pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat
menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat
pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan
laboratorium. Dalam laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi
terjadinya kecelakaan, dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan fisik dan
ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor pendorong (dukungan
sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium (Wulandari, 2011). Selain di laboratorium
manajemen K3 juga harus diterapkan di rumah sakit (Salikkuna, 2011).

Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pada RSIA Kasih Ibu
Manado dimana disana menerapkan analisis penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil dari penelitian ini adalah adanya komitmen dan kebijakan manajemen
dalam pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan pelaksanaan K3
sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus dan ahli K3 antara lain penyediaan APD
dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta pengukuran dan evaluasi belum maksimal dilaksanakan (Toding,
2016).
Menurut hasil penelitian (Sholihah, 2015) menyatakan penyuluhan K3 dalam penerapannya selama satu
tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap budaya K3, namun belum efektif meningkatkan
kesehatan pekerja. Penelitian ini berdasarkan hasil observasi di PT X, Rantau, Kalimantan Selatan, nilai
ambang batas debu tidak diketahui. Manajemen perusahaan tambang batu bara hanya menyatakan
secara lisan bahwa nilai ambang batas debu dalam keadaan normal. Kadar debu lebih dari 350 mg/m3
udara/hari (OR = 2,8; 95% CI = 1,8 – 9,9) merupakan salah satu faktor intrinsic yang terbukti
berhubungan dengan penurunan kapasitas paru. Maka dari itu Penerapan dan penyuluhan K3 sangat
penting supaya bisa mengantisipasi penyakit diparu-paru akibat terhisap debu.

2.2 Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap pekerja.
Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang mempekerjakan. Oleh
karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja
tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui
pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak
lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko.
Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat
menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan,
atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk
menghilangkan, mengurangi atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama adalah faktor
mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe
action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati
posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-85% (Soyuno, 2013).

Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya kecelakan
menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja di labolatorium:

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses serta
perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan

Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya pengawasan yang dilakukan
selama melakukan kegiatan labolatorium.

Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegitan labolatorium.
Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan kegiatan
labolatorium.

Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.

Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau menggunakan peralatan
atau bahan yang tidak sesuai.

Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

(Suyono, 2013).

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun, dan dapat
menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium dapat berupa
bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti
stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan)
bahkan kematian (Winarni, 2014).

Berasarkan kasus di rumah sakit Islam Yarsis Surakarta penyebab kecelakaan kerja didasakan pada stress
kerja dan kelelahan kerja. Dimana berdasarkan hasil penelitian pada perawat diketahui bahwa
pengukuran kelelahan setelah kerja memiliki nilai rata-rata lebih besar dari pada kelelahan sebelum
kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja harus menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Berdasarkan analisis univariat pada variabel kelelahan kerja dapat diketahui bahwa untuk
pengukuran sebelum kerja dari 30 responden yang mengalami kelehan dalam keadaan normal,
sebanyak 13 orang (43,33%). Dan 17 orang (56,67%) berada dalam kategori kelelahan ringan, dan tidak
ada responden (0%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan berat. Sedangkan untuk pengukuran
setelah bekerja dapat diketahui bahwa dari 30 responden tidak ada yang mengalami kelehan dalam
keadaan normal (0%), sebanyak 22 orang (73,33%) berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang
(26,67%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan tidak ada respon dan (0%) berada dalam kategori
kelelahan berat (Widyasari, 2010).

Selain itu hasil survei pendahulaun yang dilakukan di laboratorium RSUD dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo diperoleh informasi bahwa laboratoium tersebut memiliki berbagai potensi bahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya yang paling menonjol di
laboratorium itu adalah bahaya biologis yang berasal dari spesimen-spesimen pasien yang akan
diperiksa. Spesimen-spesimen tersebut antara lain darah, sputum dan urin. Dari berbagai spesimen
tersebut para petugas laboratorium bisa tertular berbagai penyakit terutama yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh, seperti HIV, hepatitis B, tuberculosis dan penyakit menular lainnya (Rahman,
2013).
Pengantar kecelakaan kerja ini sangat penting sebagai contoh pengujian hipotesis dengan taraf
signifikan (α) sebesar 5% menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif pengetahuan K3
terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi
Tenaga Listrik di lab. CNC. Pengaruh pengetahuan terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,149
(14,9%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (5,134 > 1,65508); (2) terdapat pengaruh yang positif sikap
terhadap kesadaran berperilaku K3. Pengaruh sikap terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar
0,293 (29,3%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (78,76 > 1,65508); dan (3) terdapat pengaruh yang
positif pengetahuan K3 dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa kelas
XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di lab. CNC dan PLC SMK Negeri 3
Yogyakarta. Pengaruh pengetahuan dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku
K3 sebesar 0,352 (35,2%) dilihat dari F hitung > F tabel (40,147 > 3,06) (Ramadan, 2014).

Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :

Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat logam.

Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang elektromagnet,
larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau racun gigitan serangga.

Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat, atau faktor
psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain) (Hidayati, 2011).

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.

Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang
dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :

Ringan: memar

Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.

Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar, hati-hati bila berjalan
pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai
dan tangga.

Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah
menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen,
bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :

Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat

bahkan kematian.

Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahannya :

Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya kemungkinan timbulnya kebakaran didalam
laboratoruim (Anonim, 2010).

Sistem tanda kebakaran :

Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera.

Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara

Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan menghindari terjadinya
kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap orang yang
menggunakan labolatorium mengetahui tanggung jawabnya. Menurut (Hidayati, 2011) berikut adalah
orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :

Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium yaitu kelengkapannya,
pemeliharaan, dan keamanan labolatorium.

Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang diperlukan kepada
mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek keamanan.

Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek kesehatan dan keselamatan
dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan maupun yang dihasilakan dari suatu
reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa
atau siswa dapat menyusun peralatan dan mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya
kecelakaan dapat dihindari atau dikurangi.

Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-pokok tindakan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk membantu dalam proses penanganan
apabila terjadi kecelakaan dilaboratorium. Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk
memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan ke dokter
(Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan P3K yaitu :

Jangan panik tidak berarti boleh lamban.

Perhatikan pernafasan korba

Hentikan pendarahan.

Perhatikan tanda-tanda shock.

Jangan memindahkan korban terburu-buru.

2.3 Contoh Kasus Kecelakaan Dilaboratorium

Adapun contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam beberapa keadaan yang
menimbulkan potensi kecelakaan kerja di laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP. Selain aspek (keadaan
dan tindakan) yang berpotensi celaka, dilakukan juga penilaian resiko untuk mengetahui tingkat risiko di
Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan agar memperoleh nilai tingkat risiko dari masing-
masing potensi bahaya diatas. Berdasarkan hasil perkalian anatar paparan, peluang dan konsekunsi
maka diketahui tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya dilaboratorium (Amanah, 2010).

Menurut (Hati,2015) bahwa faktor lingkungan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja yang
sangat penting diperhatikan bagi Mahasiswa. Dari hasil 50 responden, sebanyak 66,67% menyatakan
sangat setuju nterhadap pentingnya faktor lingkungan untuk keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium sudah baik. Sedangkan 29,33% responden menyatakan setuju. Sisanya 0,89% tidak setuju
dan 0,44% menyatakan sangat tidak setuju terhadap faktor lingkungan untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dilaboratorium.

Berdasarkan hasil identifikasi di Laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP yang sebelumnya telak dibagi
area kerja berdasarkan kelompok aktivitasnya maka diketahui jenis bahaya pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Hasil Identifikasi Bahaya


No. Aktivitas Potensi Bahaya

1 Pengambilan reagen dari lemari asam Keracunan

Sesak nafas

Iritasi mata

Iritasi kulit

Luka bakar

2 Pengisian buret Luka

Iritasi mata

Tertelan bahan kimia

3 Pemipetan luka gores

4 Pengguna gelas yang sudah gumpil luka gores

5 Penggunaan tabung reaksi Iritasi kulit

6 Pengguna oven terpapar panas

7 Penggunaan BOD reaktor Tersengat aliran listrik

8 Pengisian tower air Terpelest

Keseleo

Patah Tulang

9 Pensolderan Iritasi mata

Terpapar panas

Batuk

10 Analisa logam dan uji sampel airKebakaran

Ledakan

Keracunan

11 Pengambilan reagen dari lemari penyimpana bahan kimia Pusing


Mual

Berdasarkan studi kasus (Amanah, 2010) hasil identifikasi bahaya yang dilakukan pada tiga bagian
ruangan di laboratorium Undip (ruang praktikum, ruang komputer laboran dan ruang tempat
penyimpanan alat dan bahan) diketahui terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan antara lain :

Tidak tersedianya prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.

Tidak tersedianya MSDS.

Tidak tersedianya APD.

Tidak tersedianya kelengkapan P3K dan eyewash.

Tidak tersedianya alat pemadam api.

Berdasarkan penelitian (Andarini, 2014) diketahui bahwa fasilitas K3 dilaboratoium Teknik Sepeda
Motor SMKN 2 Kota Palembang masih kurang diperhatikan. Sebagai contoh pada saat menggerinda
terdapat siswa yang kurang memperhatikan keselamatan tangan sendiri dengan menggerinda benda
kerja secara overheating yang mengakibatkan tangan melapuh dan membengkak, selain itu terdapat
bahaya lain karena kerja menggunakan mesin. Hal ini merupakan pekerjaan yang berbahaya akibat
kurangnya pengetahuan dalam mengoperasikan peralatan sehingga tindakan control bahaya sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Selain itu hasil penelitian ini dengan menganalisa
risiko menunjukkan bahwa risiko terbanyak terdapat pada katagori acceptable risk yaitu kebakaran,
tersengat arus listrik, fatigue, mengangkat beban berat, human error, minyak pelumas bekas, tangan
masuk kemesin gerinda, peralatan mengalami panas berlebih, rambut tersangkut pada mesin dan
tertarik, sharp edges/ point, percikan tatal/ beram benda kerja, tangan terkilir, masalah ergonomik dan
terpeleset.

2.4 Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium

Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja dilboratorium adalah untuk
mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang
perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015) kecelakaan didalam
laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai
upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.

Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:


Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di laboratorium. Ruangan perlu
ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti kotak P3K, pemadam
kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.

Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.

Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk
mengurangi bahaya tersebut.

Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu.

Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di laboratorium juga perlu dicegah.

Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas dan lain-lain.

Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.

(Fathimahhayati, 2015)

Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna, maka pengetahuan
mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah penting (Ramli, 2012). Sedangkan tujuan
utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk menggunakan perlengkapan keselamatan
pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam
proses mengajar dilaboratorium harus dilakukan dengan baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja
yaitu antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dari praktek berbahaya (Indriyani, 2014).

Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:

Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung harus nyaman dipakai
dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia.

Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan dilepas merupakan
prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan bahaya lain. Sarung tangan karet
diperlukan untuk menangani bahan-bahan korosif seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit
digunakan untuk melindungi tangan dan jari dari benda-benda tajam seperti pada saat bekerja di
bengkel. Sarung tangan asbes diperlukan untuk menangani bahan-bahan Sarung tangan karet perlu
disimpan dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan kimia dan di
laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Ideal setiap siswa memilikinya. Kacamata
pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan. Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja
dengan asam, bromin, amonia atau bila bekerja dibengkel seperti memotong logam natrium,
menumbuk, menggergaji, menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya percikan
ke mata.

Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan debu yang dapat
mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun walaupun dengan jumlah sedikit,
seperti khlorin, bromine dan nitrogen dioksida maka perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi
yang baik untuk melindungi dari keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran gas
dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak
digunakan.

Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat harus dipakai
saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan menggunakan sandal untuk menghindari luka dari
pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.

Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan alat-alat hampa
udara.

(Wijayanti, 2014)

Hasil penelitian dari (Wijayanti, 2014) menunjukan bahwa ada pengaruh pengetahuan petugas
labratorium terhadap perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (0,001 < 0,05). Ada pengaruh sikap
petugas laboratorium terhadap perilaku keselamatan dan keshatan kerja (0,017 < 0,05). Ada pengaruh
ketersediaan alat pelindung diri terhadap perilaku kesehatan dan keselamatan kerja (0,000 < 0,05). Ada
pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat pelindung diri secara bersama-sama terhadap
perlaku kesehatan dan keselamatan kerja dengan nilai koefisien determinasi sebesar 58,4% sedangkan
sebanyak 41,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar jenis penelitian ini.

Menurut (Subiantoro, 2011) upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi
pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai dengan
penangan resiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru, koordinator
laboratorium dan laboran secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi
menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan
yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi praktikan adalah tujuan utama. Dalam
Laboratorium juga terdapat limbah yang harus ditanggualangi, ini merupakan salah satu cara supaya
dalam pengantar kecelakaan kerja dapat dikurangi.
Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium:

Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah melalui
prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah
digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan di dalam
laboratorium secara terpisah dan dilakukan di

Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat
sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini
juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.

Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk
bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang
langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung
asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang
mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus
dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.

Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan untuk bahan-bahan
organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar
ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.

Pembakaran dalam Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik
yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.

Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini
dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

(Salim, 2012).

BAB III

METODOLOGI

Metodologi yang dilakukan pada kasus kecelakaan kerja di laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP dan
kecelakaan kerja di laboratoium Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang ini adalah metodologi
studi literatur dengan proses membandingkan referensi atau jurnal-jurnal serta membuat solusi atau
cara yang dilakukan supaya dapat mengantisipasi dari kecelakaan kerja dilaboratorium tersebut yang
akan dibahas pada bab selanjutnya. Adapun tahapan secara umum diagram alir proses yang dilakukan
dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
4

Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan

Berdasarkan metodologi studi literatur yang dilakukan, maka jurnal-jurnal yang diperoleh kemudian
dikumpulkan untuk makalah ini adalah sebagai berikut:

Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko (Risk Assessment) Di Laboratorium Studi Kasus Di Laboratorium
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Undip. Semarang (Amanah, 2010).

Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Unit Laboratorium Teknik Sepeda Motor SMKN
2 Kota Palembang. UGM. Yogyakarta. (Andarini, 2014).

Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI Badan
PPSDM Kesehatan Pusat Pendidik Tenaga Kerja. Jakarta (Anonim, 2010).

Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Di Laboraorium X. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Samarinda. Vol 4
No.1 Tekinfo (Fathimahhayati, 2015).

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Petugas Laboratorium Rumah Sakit
PHC Surabaya. FKM Universitas Airlangga. Surabaya. Vol 1 No.1 Hal 107-119 (Harlan, 2014).

Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pembelajaran Di Laboratorium. Program Studi
Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam. Riau (Hati, 2015).

Tingkat Pengetahuan Keselamatan Kerja dan Keterampilan Kerja di Laboratorium Kimia Peserta Didik
Kelas XI IPA Semester 1 SMAN Di Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. UIN
Sunan Kalijaga. Yogyakarta (Hidayati, 2010).

Kajian Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Proses Belajar Mengajar Bengkel dan
Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang. Vol. 10 No. 1 Pilar. ISSN: 1907-6975 (Indrayani, 2014).

Penerapan Jaminan Kecelakaan Kerja di Perusahaan PT. Narmada Awet Muda Di Tinjau dari Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek. Fakultas Hukum Universitas Mataram. Mataram
(Kharismawan, 2014).

Manajemen Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium RSUD DR. Mohammad Soleh Kota
Probolinggo. FKM Universitas Jember. Jember (Rahman, 2013).

Pegaruh Pengetahuan K3 dan Sikap Terhadap Kesadaran Berperilaku K3 Di Laboratorium CNC dan PLC
SMK Negeri 3 Yogyakarta. Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta (Ramadan, 2014).
Analisis Sif Kerja, Masa Kerja dan Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Fungsi Paru Pekerja
Tambang Batu Bara. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Vol. 10, No. 1: 24-28. (Sholihah, 2015).

Pajanan Debu Batubara dan Gangguna Pernafasan Pada Pekerja Lapangan Tambang Batubara. Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 4, No. 2: 1-8. (Sholihah, 2008).

Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi
Makassar. Fakultas MIPA. Universitas Tadulako. Makassar. Vol. 5 No. 1 Biocelebes Hal 31-42. ISSN: 1978-
6417 (Salikkuna, 2011).

Program Kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu. Majelis Pendidik Dasar dan
Menengah SMA Muhammadiyah 4. Bengkulu (Salim, 2012).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains. Fakultas Mipa UNY. Yogyakarta (Subiantoro,
2011).

Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behavior di PT DOK
dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. Univiversitas Surabaya (Suyono, 2013).

Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle
Cabang Semarang. UNS. Surakarta (Syartini, 2010).

Analisis Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Di RSIA Kasih Ibu
Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Sam Ratulangi. Mana Vol 5 No. 1. ISSN 2302-2493
(Toding, 2016).

Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Yarsis
Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta (Widyasari, 2010).

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat Pelindung Diri Terhadap Perilaku Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Petugas Laboratorium. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta (Wijayanti,
2014).

Cara Kerja Dilaboratorium. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Arrahmaniyah. Depok
(Winarni, 2014).

Hubungan Perilaku dan Penerapan Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya
Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi Jember. FKM Universitas Jember.
Jember (Wulandari, 2011).

Komitmen Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap
Tenaga Kerja. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas 17 Agustus 1945. Surab Vol. 11 No. 2 Hal
264- 275 (Zulyanti, 2013).
Melalui beberapa kumpulan jurnal diatas maka nanti digunakan sebagai literatur dalam makalah
pengantar kecelakaan kerja ini sehingga diperoleh cara dalam mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut.
Adapun untuk menganalisis potensi bahaya setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Salah satunya dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) (Fathimahhayati, 2015). Hasil JSA
dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam rangka pengendalian potensi bahaya yang ada
sehingga kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan di Laboratorium khususnya kegiatan dapat
tercapai dengan baik. JSA merupakan salah satu komponen dari komitmen pada sistem manajemen
kesehatan da keselamatan kerja, serta salah satu cara terbaik untuk menentukan dan membuat
prosedur kerja yang tepat.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan JSA adalah berikut :

Mendeskripsikan langkah langkah kerja operator.

Mengidentifikasikan potensi bahaya yang ada didalam langkah-langkah kerja operator tersebut.

Melakukan pengendalian potensi bahaya dengan memberikan solusi-solusi pengerjaan pada


pekerjaan operator JSA merupakan suatu proses sederhana yang saling berhubungan dengan
melibatkan empat langkah dasar dibawah ini dalam berbagai penerapan :

Mengklasifikasikan kecelakaan kerja berdasarkan tempat terjadinya kecelakaan kerja (Job selection).

Memisahkan kecelakaan ke dalam tahap-tahap pekerjaan (Job breakdown).

Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification).

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan metodologi studi literatur yang dilakukan pada bab 3, maka jurnal-jurnal yang
dikumpulakan kemudian dibahas sub judulnya untuk makalah ini adalah sebagai berikut:

Jurnal ke-1 membahas tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko (risk assessment) di laboratorium.

Jurnal ke-2 membahas tentang penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada unit Laboratorium
Teknik Sepeda Motor SMKN2 kota Palembang.

Jurnal ke-3 membahas tentang standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga Kesehatan.

Jurnal ke-4 membahas tentang analisis potensi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai
upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Laboraorium X.
Jurnal ke-5 membahas tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada
petugas Laboratorium Rumah Sakit PHC Surabaya.

Jurnal ke-6 membahas tentang analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada pembelajaran di
laboratorium.

Jurnal ke-7 membahas tentang tingkat pengetahuan keselamatan kerja dan keterampilan kerja di
Laboratorium Kimia.

Jurnal ke-8 membahas tentang kajian penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam proses
belajar mengajar bengkel dan Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya.

Jurnal ke-9 membahas tentang penerapan jaminan kecelakaan kerja di Perusahaan PT. Narmada Awet
Muda di tinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek.

Jurnal ke-10 membahas tentang manajemen resiko K3 Di Laboratorium RSUD DR. Mohammad Soleh
Kota Probolinggo.

Jurnal ke-11 membahas tentang pegaruh pengetahuan K3 dan sikap terhadap kesadaran berperilaku K3
Di Laboratorium CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta.

Jurnal ke-12 membahas tentang analisis sif kerja, masa kerja dan budaya keselamatan dan kesehatan
kerja dengan fungsi paru pekerja tambang batu bara.

Jurnal ke-13 membahas tentang penerapan sistem manajemen K3 di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi
Makassar.

Jurnal ke-14 membahas tentang program kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu.

Jurnal ke-15 membahas tentang K3 di Laboratorium Sains.

Jurnal ke-16 membahas tentang hubungan antara faktor pembentukan budaya keselamatan kerja
dengan safety behavior.

Jurnal ke-17 membahas tentang Penerapan SMK3 dan upaya pencegahan kecelakaan.

Jurnal ke-18 membahas tentang analisis penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (SMK3) di RSIA Kasih Ibu Manado.

Jurnal ke-19 membahas tentang hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat di
Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta.

Jurnal ke-20 membahas tentang pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersedian alat pelindung diri
terhadap perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja petugas laboratorium.

Jurnal ke-21 membahas tentang cara kerja dilaboratorium Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Arrahmaniyah.
Jurnal ke-22 membahas tentang hubungan perilaku dan penerapan manajemen K3 dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi Jember.

Jurnal ke-23 membahas tentang komitmen kebijakan K3 sebagai upaya perlindungan terhadap tenaga
kerja.

Adapun dari kumpulan jurnal diatas maka yang paling dominan adalah manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dalam kecelakaan kerja dan metode yang dilakukan untuk mengantisipasi
bahaya kecelakaan kerja dilaboratorium. Dimana nantinya dengan dibahasnya dari kumpulan jurnal
tersebut diperoleh suatu cara dan upaya untuk mengurangi dan dapat mengantisipasi kecelakaan kerja
dilaboratorium. Sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko adalah dengan cara mengidentifikasi
potensi bahaya yang ada dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). JSA adalah teknik yang
berfokus pada tugas pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi. Hal ini
berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat dan lingkungan kerja. Metode JSA dapat dilakukan
pada pekerja baru atau lama dengan risiko menengah sampai tinggi, sehingga dapat dicapai kesehatan
dan keselamatan kerja (Fathimahhayati, 2015).

Pada identifikasi potensi bahaya, teridentifikasi 41 hazard yaitu kebakaran, tersengat arus listrik, fatigue,
mengangkat beban berat, human error, minyak pelumas bekas, tangan masuk kemesin gerinda dan lain-
lain. Hasil penilaian (Andarini, 2014) risiko K3 menunjukkan bahwa risiko terbanyak pada kategori
acceptable risk dan risiko tertinggi pada kategori significant. Cara mengantisipasi permasalahan pada
kasus kecelakaan di laboratoium Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang pada tindakan
pengendalian bahaya risiko tertinggi dalam kategori significant risk diantaranya dengan metode JSA
dengan melakukan kegiatan pengawasan rutin, mengingatkan siswa sebelum memasuki laboratorium
dan sebelum kerja praktik harus dengan safety talk rutin dan menyediakan alat pelindung diri yang
memadai bagi para siswa maupun mahasiswa yang ingin memasuki laboratorium. Dimana dengan
metode JSA ini kita dapat mengklasifikasikan kecelakaan kerja berdasarkan tempat terjadinya
kecelakaan kerja yaitu dilaboratorium Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang serta kita
mengidentifikasi bahaya yang akan terjadi.

Berdasarkan penelitian (Amanah, 2010) kecelakaan kerja yang terjadi di kerja di laboratorium Teknik
Lingkungan UNDIP disebabkan karena tidak tersedianya prosedur K3, tidak tersedianya Material Safety
Data Sheet (MSDS), tidak tersedianya Alat Pelindung Diri (APD), tidak tersedianya kelengkapan P3K yang
memadai dan eyewash serta tidak tersedianya alat pemadam kebakaran.

Selanjutnya untuk pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP dengan
metode JSA dapat dilakukan sebagai berikut:

Membuat Prosedur K3

Berdasarkan hasil penelitian (Amanah, 2010) diketahu bahwa 65% responden memiliki tingkat
pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik. Hal ini disebabkan antara lain karena
pada semester 6 mereka sudah dibekali dengan materi keselamatan dan kesehatan kerja. Tingkat
pengetahuan responden tentang keselamatan dan kesehatan kerja secara umum sudah baik, namun jika
dikaji lagi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di laboratorium tingkat pengetahuan
mereka masih kurang, hal ini disebabkan karena materi perkuliahan yang diberikan hanya mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum tetapi tidak menjurus ke dalam keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium.

Menurut (Ramadan, 2014) prosedur K3 merupakan cara untuk melakukan pekerjaan mulai awal hingga
akhir yang didahului dengan penilaian risiko terhadap pekerjaan tersebut yang mencakup keselamatan
dan kesehatan terhadap pekerja dilaboratorium. Melihat besarnya manfaat dari adanya prosedur K3 ada
baiknya pihak laboratorium membuat prosedur K3, karena selama ini pada kenyataannya laboratorium
teknik UNDIP belum mempunyai prosedur K3. Hal ini dibuktikan bahwa selama ini pengguna
laboratorium hanya mendapatkan prosedur kerja bukan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja hal
ini dibuktikan sebesar 76% responden menyatakan mendapatkan prosedur cara kerja dan 24%
responden menyatakan mendapat prosedur cara penggunaan alat dan 0% yang menayatakan pernah
mendapat prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.

Menyediakan Material Safety Data Sheet (MSDS)

Sebelum lembar data keselamatan bahan diterapkan, ada baiknya bagi pengguna laboratorium mengerti
arti dan fungsi dari Material Safety Data Sheet (MSDS). Lembar data keselamatan bahan atau MSDS
merupakan informasi acuan tentang keselamatan bahan yang lebih detail. Berdasarkan hasil kuisioner,
53% responden menyatakan telah mengerti arti dan fungsi dari MSDS dan 47% menyatakan tidak
mengerti arti dan fungsi MSDS. Ketidaktahuan responden terhadap arti dan fungsi dari MSDS dapat
disebabkan karena sebelumnya belum ada pengenalan atau sosialisasi dari pihak laboratorium ataupun
kampus dalam memperkenalkan MSDS kepada mahasiswanya baik saat praktikum di laboratorium
ataupun saat perkuliahan. MSDS amat penting bagi pengguna laboratorium, dari MSDS ini dapat
diketahui sifat bahaya bahan dan cara penanganan termasuk cara penyimpanan bahan kimia (Amanah,
2010).

Harus Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD)

Pada dasarnya setiap pengguna laboratorium sudah sadar benar arti pentingnya APD sebagai pelindung
diri saat bekerja dilaboratorium. hal ini dibuktikan dengan hasil kuisioner, 85% responden menyetakan
mengerti arti dan fungsi dari alat pelindung, 4% tidak tahu dan 11% menyatakan ragu-ragu. Selain itu
pengguna laboratorium juga merasakan secara langsung manfaat yang besar dari penggunaaan APD
yang bertujuan untuk melindungi diri mereka dari potensi bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
hal ini dibuktikan 96% pengguna (mahasiswa) menyatkan APD sangat bermanfaat dan 4% menyatakan
APD tidak berpengaruh terhadap aktivitas mereka (Amanah, 2010).

APD berfungsi sebagai alat pelindung diri bagi pengguna laboratorium, APD sudah didesain sedemikian
rupa dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan kesehatan kerja bagi penggunanya. Untuk
membuktikan hal tersebut dilakukan observasi lapang dengan menggunakan kuisioner sebagai alat
bantu pengumpulan data. Dari data yang diperoleh 100% pengguna (mahasiswa) laboratorium
menyatakan belum pernah mengalami kecelakaan akibat penggunaan APD.

Harus Tersedianya Kelengkapan P3K yang Memadai dan Eyewash.

Pertolongan pertama saat terjadinya kecelakaan sangat diperlukan untuk membantu mempermudah
proses penangan korban atau pengobatan selanjutnya. Untuk itu laboratorium perlu menyediakan kotak
P3K yang memadai dan eyewas. Mengingat bila terjadi kecelakaan di laboratorium selalu diandalkan
ketersedian akan obat-obatan dan peralatan pertolongan pertama yang dibutuhkan saat terjanya suatu
kecelakaan.

Penanganan kecelakaan yang telah disediakan oleh pihak laboratorium UNDIP baru sebatas pengobatan
dengan kotak P3K saja hal ini dibuktikan dari pernyataan responden sebesar 100% menyatakan bentuk
pertolongan pertama yang diberikan adalah bentuk P3K saja. Namun jika dilihat dari potensi bahaya
yang dapat timbul seperti percikkan bahan kimia, tidak ada salahnya jika laboratorium menyediakan
eyewash sebagai alat bantu pertolongan pertama bagi pengguna laboratorium yang matanya terkena
percikkan bahan kimia, karena beberapa peraturan mewajibkan pada cara penangan bahan kimia,
apabila bahan kimia tersebut terkena mata ataupun tertumpah di badan harus segera dibersihkan
dengan air. Eyewash adalah alat pertolongan pertama yang baik digunakan untuk menangani masalah
tersebut sebelum dilakukan tindakan lebih lanjut oleh bagian medis (Amanah, 2010).
Harus Tersedianya Alat Pemadam Kebakaran.

Kebakaran harus segera dipadamkan bila kemungkinan dari aspek keselamatan, tetapi jika api telah
membahayakan maka gunakan alat pemadam api ringan (APAR). Pemadam api berupa gas CO2 atau
bubuk kimia kering dapat digunakan untuk tipe kebakaran A, B, C dan D. Pemadaman api dilakukan
dengan menyemprotkan APAR pada dasar api dan mengetahui arah angin agar tidak terkena gas CO2
atau debu kimia. Meskipun pada kenyataannya APAR sangatlah dibutuhkan dalam laboratorium untuk
pencegahan terjadinya kebakaran, laboratorium teknik lingkungan UNDIP belum menyediakan APAR
sebagai sarana pemadam kebakaran. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil kuisiner 100% responden
menyatakan tidak pernah melihat keberadaan alat pemadam kebakaran di laboratorium (Amanah,
2010).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil makalah yang telah di buat ini, dapat simpulkan bahwa:

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat laboratorium,
bahan dan proses praktikum. Tujuanya adalah agar kita dapat terhindar dari kecelakaan dan tidak terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja dan lingkungan disekitarnya, serta melindungi diri dengan APD.

Sumber terjadinya kecelakaan dilaboratorium diantanya kurangnya pengetahuan dan pemahaman


tentang bahan-bahan kimia, kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan perlindungan kegiatan laboratorium dan lain-lain.

Contoh kasus yang terjadi akibat kecelakaan kerja dilaboratoium yaitu di Laboratorium Teknik
Lingkungan UNDIP karena tidak tersedianya prosedur K3, tidak tersedianya MSDS, APD, kelangkapan
P3K dan alat pemadam api. Sedangkan pada kasus dilaboratoium Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota
Palembang kecelakan kerja disebabkan katagori acceptable risk yaitu kebakaran, tersengat arus listrik,
fatigue, mengangkat beban berat, human error, minyak pelumas bekas, tangan masuk kemesin gerinda
dan lain-lain.

Pengendalian kecelakaan kerja dilaboratorium diantaranya sebelum mulai bekerja kenalilah dulu
kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut,
menggunakan perlengkapan keamanan, setiap orang harus mengetahui letak kotak P3K dan lain-lain.

5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan, dosen dan peneliti agar dapat mematuhi prosedur keselamatan kerja di
laboratorium dan harus mempelajari pengantar kecelakaan kerja supaya dapat meminimalisir dan dapat
menangani apabila terjadi kecelakaan di laboratorium.

RINGKASAN

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan pengantar keselamatan kerja dilaboratorium maka dapat
meminimalisir dan dapat dihindari kecelakaan yang akan terjadi didalam laboratorium. Sehingga dengan
K3 ini maka suasana laboratorium dapat menjadi lebih aman. Apabila terjadi kecelakaan kerja didalam
laboratorium maka kita sudah bisa menangani dan mengantipasi kecelakaan tersebut. Karena
kecelakaan kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya stres, kecapekan, kelelahan dan
lain-lain yang tanpa sengaja dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama adalah faktor mekanis
dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action).
Sedangkan bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat
akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat
kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas,
kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah Ila, dkk. 2010. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko (Risk Assessment) Di Laboratorium Studi
Kasus Di Laboratorium Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Undip. Semarang.

Andarini Desheila. 2014. Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Unit Laboratorium
Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang. UGM. Yogyakarta.

Anonim. 2010. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga Kesehatan. Kementerian
Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat Pendidik Tenaga Kerja. Jakarta.
Fathimahhayati Lina, dkk. 2015. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)
Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Laboraorium X. Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Samarinda. Vol 4 No.1 Tekinfo.

Harlan Arta, dkk. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Petugas
Laboratorium Rumah Sakit PHC Surabaya. FKM Universitas Airlangga. Surabaya. Vol 1 No.1 Hal 107-119.

Hati Shinta, W. 2015. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pembelajaran Di
Laboratorium. Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam. Riau.

Hidayati Wahyu. 2010. Tingkat Pengetahuan Keselamatan Kerja dan Keterampilan Kerja di Laboratorium
Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA Semester 1 SMAN Di Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung
Jawa Tengah. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Indrayani, dkk. 2014. Kajian Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Proses Belajar
Mengajar Bengkel dan Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Vol. 10 No. 1 Pilar. ISSN: 1907-6975.

Kharismawan I Gusti, 2014. Penerapan Jaminan Kecelakaan Kerja di Perusahaan PT. Narmada Awet
Muda Di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek. Fakultas Hukum
Universitas Mataram. Mataram.

Rahman Jayus. 2013. Manajemen Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium RSUD DR.
Mohammad Soleh Kota Probolinggo. FKM Universitas Jember. Jember.

Ramadan Prilia. 2014. Pegaruh Pengetahuan K3 dan Sikap Terhadap Kesadaran Berperilaku K3 Di
Laboratorium CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta. Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta.
Sholihah Qomariyatus, dkk. 2015. Analisis Sif Kerja, Masa Kerja, dan Budaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan Fungsi Paru Pekerja Tambang Batu Bara. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 10, No. 1: 24-28.

Salikkuna Nur, dkk. 2011. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah
Sakit Bersalin Pertiwi Makassar. Fakultas MIPA. Universitas Tadulako. Makassar. Vol. 5 No. 1 Biocelebes
Hal 31-42. ISSN: 1978-6417.

Salim Abdul. 2012. Program Kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu. Majelis Pendidik
Dasar dan Menengah SMA Muhammadiyah 4. Bengkulu.

Subiantoro Agung. 2011. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains. Fakultas Mipa UNY.
Yogyakarta.

Suyono Karina., dkk. 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya Keselamatan Kerja dengan
Safety Behavior di PT DOK dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. Univ Airlangga. Surabaya.

Syartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. UNS. Surakarta.

Toding Ryane, dkk. 2016. Analisis Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) Di RSIA Kasih Ibu Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Sam Ratulangi. Manado. Vol 5
No. 1. ISSN 2302-2493.

Widyasari Jhohana. 2010. Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah
Sakit Islam Yarsis Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Wijayanti Nur. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat Pelindung Diri Terhadap
Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas Laboratorium. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta.
Winarni Airo, dkk. 2014. Cara Kerja Dilaboratorium. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Arrahmaniyah. Depok.

Wulandari Nindi. 2011. Hubungan Perilaku dan Penerapan Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi Jember. FKM
Universitas Jember. Jember.

Zulyanti Noer. 2013. Komitmen Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sebagai Upaya
Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas 17 Agustus 1945.
Surabaya. Vol. 11 No. 2 Hal 264- 275.

Entri ini ditulis dalam Akademik oleh himatekkim. Buat penanda ke permalink.

Dengan bangga bertenaga WordPress

Anda mungkin juga menyukai