Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap pekerja.
Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang mempekerjakan. Oleh
karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja
tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui
pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak
lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko.
Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat
menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan,
atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk
menghilangkan, mengurangi atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama adalah faktor
mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe
action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati
posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-85% (Soyuno, 2013).

Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya kecelakan
menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja di labolatorium:

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses serta
perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan

Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya pengawasan yang dilakukan
selama melakukan kegiatan labolatorium.

Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegitan labolatorium.

Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan kegiatan
labolatorium.

Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.

Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau menggunakan peralatan
atau bahan yang tidak sesuai.

Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

(Suyono, 2013).

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun, dan dapat
menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium dapat berupa
bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti
stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan)
bahkan kematian (Winarni, 2014).

Berasarkan kasus di rumah sakit Islam Yarsis Surakarta penyebab kecelakaan kerja didasakan pada stress
kerja dan kelelahan kerja. Dimana berdasarkan hasil penelitian pada perawat diketahui bahwa
pengukuran kelelahan setelah kerja memiliki nilai rata-rata lebih besar dari pada kelelahan sebelum
kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja harus menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Berdasarkan analisis univariat pada variabel kelelahan kerja dapat diketahui bahwa untuk
pengukuran sebelum kerja dari 30 responden yang mengalami kelehan dalam keadaan normal,
sebanyak 13 orang (43,33%). Dan 17 orang (56,67%) berada dalam kategori kelelahan ringan, dan tidak
ada responden (0%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan berat. Sedangkan untuk pengukuran
setelah bekerja dapat diketahui bahwa dari 30 responden tidak ada yang mengalami kelehan dalam
keadaan normal (0%), sebanyak 22 orang (73,33%) berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang
(26,67%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan tidak ada respon dan (0%) berada dalam kategori
kelelahan berat (Widyasari, 2010).

Selain itu hasil survei pendahulaun yang dilakukan di laboratorium RSUD dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo diperoleh informasi bahwa laboratoium tersebut memiliki berbagai potensi bahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya yang paling menonjol di
laboratorium itu adalah bahaya biologis yang berasal dari spesimen-spesimen pasien yang akan
diperiksa. Spesimen-spesimen tersebut antara lain darah, sputum dan urin. Dari berbagai spesimen
tersebut para petugas laboratorium bisa tertular berbagai penyakit terutama yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh, seperti HIV, hepatitis B, tuberculosis dan penyakit menular lainnya (Rahman,
2013).

Pengantar kecelakaan kerja ini sangat penting sebagai contoh pengujian hipotesis dengan taraf
signifikan (α) sebesar 5% menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif pengetahuan K3
terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi
Tenaga Listrik di lab. CNC. Pengaruh pengetahuan terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,149
(14,9%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (5,134 > 1,65508); (2) terdapat pengaruh yang positif sikap
terhadap kesadaran berperilaku K3. Pengaruh sikap terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar
0,293 (29,3%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (78,76 > 1,65508); dan (3) terdapat pengaruh yang
positif pengetahuan K3 dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa kelas
XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di lab. CNC dan PLC SMK Negeri 3
Yogyakarta. Pengaruh pengetahuan dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku
K3 sebesar 0,352 (35,2%) dilihat dari F hitung > F tabel (40,147 > 3,06) (Ramadan, 2014).
Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :

Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat logam.

Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang elektromagnet,
larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau racun gigitan serangga.

Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat, atau faktor
psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain) (Hidayati, 2011).
Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.

Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang
dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :

Ringan: memar

Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.

Pencegahannya :

Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar, hati-hati bila berjalan
pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai
dan tangga.

Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah
menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen,
bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :

Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat

bahkan kematian.

Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahannya :

Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya kemungkinan timbulnya kebakaran didalam
laboratoruim (Anonim, 2010).

Sistem tanda kebakaran :

Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera.

Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara

Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan menghindari terjadinya
kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap orang yang
menggunakan labolatorium mengetahui tanggung jawabnya. Menurut (Hidayati, 2011) berikut adalah
orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :

Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium yaitu kelengkapannya,
pemeliharaan, dan keamanan labolatorium.

Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang diperlukan kepada
mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek keamanan.

Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek kesehatan dan keselamatan
dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan maupun yang dihasilakan dari suatu
reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa
atau siswa dapat menyusun peralatan dan mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya
kecelakaan dapat dihindari atau dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai