Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN IKK–IKM Januari 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN OKUPASI
PT.ABADI MAKMUR OCEAN

Oleh :
Rusmiani, S.Ked (K1A1 11 038)
Anisa Adryani, S.Ked (K1A 13 121)
Moh. Afif Nashrullah, S.Ked (K1A1 14 023)
Hardianty Mananna, S.Ked (K1A1 14 081)
Hijranul Aryanto A, S.Ked (K1A1 14 064)
Evita Tahta Prahara, S.Ked (K1A1 14 015)

Pembimbing :
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja
adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur,
1992)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya. Melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah
pada masa yang akan datang (Hoten dkk, 2015).
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit
akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran,
kelembaban udara, dan hal-hal lain yang menyebabkan kerusakan pada
pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan,
kerusakan jaringan tubuh akibat sinar UV, percikan benda panas ,dan lain-
lain. K3 dalam konteks kerja berkaitan dengan waktu dan shift dalam
bekerja, waktu rekreasi dan libur dan waktu pergantian dalam shift bekerja
(Salmah, 2014).
Penyebab penyakit akibat kerja terdiri dari berbagai macam
diantaranya golongan fisik, golongan kimiawi, golongan biologik,
ganguuan fisiologik (Ergonomi) dan gangguan psikososil. Namun akhir-
akhir ini gangguan ergonomi atau fisiologik yang menyebabkan gangguan
muskuloskeletal pada pekerja. Hal ini didukung oleh data dari Departemen
Kesehatan (2005) menyatakan bahwa dalam profil masalah kesehatan di
Indonesia tahun 2005, menunjukkan sekitar 40,5% penyakit yang diderita
pekerja sehubungan dengan pekerjaannya terhadap 9.482 pekerja di 12
kabupaten atau kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan penyakit
Musculoskeletal Disorders (MSD’s) sebanyak 16%, kardiovaskuler (8%),
gangguan saraf (3%) dan gangguan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(THT) sebanyak 1,5%. Disini dapat diketahui bahwa dari semua penyakit
akibat kerja yang terjadi di setiap perusahaan di Indonesia cedera
muskuloskeletal adalah penyakit yang menduduki posisi paling rentan
diantara penyakit akibat kerja lainnya dengan persentase 16%.
Risiko yang dapat dialami seorang pekerja antara lain
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, yaitu penyakit yang
berhubungan dengan kecacatan dan kematian akibat kerja, sehingga
diperlukan antisipasi oleh pihak perusahaan baik saat proses kerja maupun
lingkungan kerja itu sendiri. Penyediaan fasilitas kerja berupa tempat kerja
yang kondusif, alat pelindung diri bagi pekerja dan pelayanan kesehatan
kerja harus menjadi perhatian bagi setiap perusahaan.
Pelayanan kuratif yang dianggap lebih menguntungkan justru
berkembang pesat. Pendekatan yang di anut lebih ke arah pendekatan
individu, salah satunya adalah Ilmu Kedokteran Kerja , sebenarnya Ilmu
Kedokteran Kerja hampir sama dengan ilmu kedokteran biasa hanya saja
dalam ilmu kedokteran kerja ini digunakan kemampuan untuk melihat
potensi dan faktor resiko dari pekerjaan yang dapat mengakibatkan
penyakit akibat kerja ,serta dibutuhkan improfisasi dalam melakukan
kedokteran kerja (Triyono, 2014).
B. Permasalahan
Bahaya potensial apa saja yang mungkin terjadi pada pekerja PT.
Abadi Makmur Ocean ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bahaya potensial apa saja yang mungkin terjadi
pada pekerja PT. Abadi Makmur Ocean
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi potensi bahaya terhadap risiko kesehatan dan
keselamatan pada pekerja PT. Abadi Makmur Ocean
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan

1. Bahaya Kerja

Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian


untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu
bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.
Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan,
namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak
atau eksposur (Tranter, 1999).
Bahaya (Hazard) ialah sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit
akibat kerja (OHSAS 188001,2007). Dalam terminology keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009)
yaitu:
a. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya
kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian,
serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis
bahaya keselamatan antara lain:
1) Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik
seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
2) Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus
listrik
3) Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable (mudah terbakar).
4) Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya
explosive
b. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.
Dampaknya bersifat kronis.Jenis bahaya kesehatan antara lain:
1) Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non
pengion, suhu ekstrem dan pencahayaan.
2) Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau
bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas,
vapor.
3) Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture,
manual handling dan postur janggal.
4) Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup
yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan
fungi (jamur) yang bersifat patogen.
5) Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,
hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman
2. Proses Manajemen Bahaya Kerja
Manajemen ancaman bahaya kerja adalah suatu proses interaksi
yang digunakan oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi
risiko akibat bahaya tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan
suatu alat yang bila digunakan dengan benar akan menghasilkan
lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja
(Haryanto, 2010).
Dalam manajemen proyek, yang dimaksud dengan manajemen
bahaya kerja proyek adalah seni dan ilmu untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespon risiko selam umur proyek dan tetap menjamin
tercapainya tujuan proyek (Soputan, 2014). Tahapan manajemen bahaya
kerja, antara lain (Haryanto, 2010):
a. Identifikasi bahaya kerja
b. Evaluasi bahaya kerja
c. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja
d. Pengendalian
3. Pengendalian Risiko Bahaya Kerja
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan
dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam
meminimalisir/mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat
terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian
risiko dilakukan melalui:
a. Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan
sumber bahaya (hazard).
b. Substitusi: mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti
proses, mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering :mengurangi risiko dari bahaya dengan metodere kayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif :mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan
pembuatan prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda
peringatan, training dan seleksi terhadap kontraktor, material serta
mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara
menggunakan alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker,
sepatu safety, coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri
lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan (Soputan,
2014).
BAB 3
ANALISIS HASIL KUNJUNGAN

A. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. Abadi Makmur Ocean
Jenis usaha : Perikanan
Bidang : Pengawetan dengan cara pembekuan
Tahun berdiri : 2002
Alamat : Jl. Samudera No. 3, kel. Puday, Kendari South East
Sulawesi – Indonesia
Jumlah karyawan : 50 orang, 20 karyawan tetap, 30 karyawan lepas
Jam Kerja :Senin–Minggu, Pukul 08.00 – 16.00WITA

Foto bagian depan ruang kantor PT. Abadi Makmur Ocean

Pelabuhan perikanan samudera (PPS) merupakan pusat industri

perikanan terpadu di Kawasan Timur Indonesia dan khususnya di

Sulawesi Tenggara yang mempunyai pekerja 9.113 orang yang sudah

termaksud jumlah nelayan. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di

Pelabuhan Perikanan Samudera ditunjang oleh pihak swasta untuk


berinvestasi, sehingga dapat memberikan dampak positif berupa

kesempatan kerjadan kesempatan berusaha bagi masyarakat perikanan.

Pada kawasan industri PPS Kendari tercatat 25 Perusahaan yang bergerak

di berbagai bidang usaha perikanan, salah satunya adalah PT. Abadi

Makmur Ocean (PPS Kendari, 2015).

PT. Abadi Makmur Ocean bertempat di Kompleks PPS Kendari, Jl.

Samudra No.3, Puday, Sulawesi Tenggara. Industri PT. Abadi Makmur

Ocean yang didirikan pada tahun 2002 bergerak dalam bidang perikanan

juga pengawetan dengan cara pembekuan. Perusahaan ini membekukan

berbagai macam ikan yang kemudian di pasarkan ke Jakarta, Surabaya,

dan diekspor juga ke negara lain dalam hal ini Thailand (PT. Abadi

Makmur Ocean, 2018).

Saat ini Industri Pengolahan Ikan PT. Abadi Makmur Ocean


dipimpin oleh bapak Rusia sejak tahun 2004 sampai sekarang. PT. Abadi
Makmur Ocean memiliki 50 orang karyawan, 20 karyawan tetap dan 30
karyawan lepas, dengan jam kerja mulai dari 08.00-16.00 (PT. Abadi
Makmur Ocean, 2018).
B. Alur Proses Produksi
Proses pembekuan ikan melalui beberapa tahapan sebagai berikut

(PT. Abadi Makmur Ocean, 2018) :

a. Penerimaan bahan baku

Untuk pengadaan bahan baku supplier mendatangkan bahan

baku dari nelayan dengan menggunakan truck dan mobil pick up.

Bahan baku diangkut dengan menggunaan fish box yang diberi es dan

air.
b. Penampungan dan penimbangan

Setelah pembongkaran bahan baku selanjutnya bahan baku

berupa ikan ditimbang satu persatu, untuk mengetahui size/ukuran

ikan dari beratnya masing- masing.

c. Sortasi

Setelah penimbangan selanjutnya bahan baku berupa ikan di

sortir menurut sizenya diatas meja proses. Tujuan penyortiran adalah

memperoleh ikan dalam bentuk atau kualitas yang baik dan ukuran

yang seragam.

d. Penyusunan dalam pan

Setelah dilakukan penimbangan selanjutnya dilakukan

penyusunan. Proses ini dilakukan di ruang proses dengan

menyusunnya di pan yang berukuran 32x10 cm yang tiap pannya berisi

±10 kg ikan.

e. Pembekuan
Setelah dilakukan penyusunan selanjutnya proses pembekuan.

Ikan cakalang yang sudah disusun di atas pan selanjutnya diangkat

menggunakan trolly kedalam ruang pembekuan yaitu ABF (Air Blast

Freezer) dengan suhu -35ºC – -40oC dengan waktu pembekuan sekitar

8 – 12 jam.

f. Pengemasan dan Penyimpanan


Untuk menjaga suhu ikan langkah selanjutnya yaitu pada

tahapan proses pengemasan. Pengemasan dilakukan di ruang packing

dengan tetap menjaga suhu ruangan yaitu 16 0C. Ikan kemudian


dikluarkan dari pan dengan cara dibalik. Kemudian ikan dimasukan ke

dalam karung 35 x 45 x 10 cm bersih dari kotoran. Dalam satu buah

karung berisi dua buah pan ikan beku. Setelah ikan dimasukan ke

dalam karung sebagai kemasan sekunder, kemudian diberi label

dengan cara menuliskan kode produk yang diberi nama.

Tujuannya yaitu agar produk tidak tertukar dengan produk lain

dan memudahkan dalam penetapan di cold storage, proses selanjutnya

yaitu penyimpanan. Penyimpanan di cold storage harus menggunakan

pallet dan ditata sesuai jenis, mutu dan size.

g. Pengiriman

Setelah melalui tahap pengolahan dengan prosedur yang baik

maka dapat dipastikan seluruh produk yang tersimpan siap untuk

dipasarkan. Produk-produk yang siap untuk dipasarkan hendaknya

memenuhi spesifikasi baik ukuran, dan bentuk kualitasnya sesuai

dengan permintaan konsumen. Dengan demikian, konfirmasi penjualan

dapat dilakukan kepada dua belah pihak melalui syarat- syarat

penjualan yang disepakati dan dituangkan dalam dokumen penjualan.

Pengiriman dilakukan untuk mempertimbangkan jadwal kedatangan

kapal untuk mengangkut produk yang akan dikirim.


Gangguan
kesehatan Risiko Kecelakaan
Bahaya Potensial
yang mungkin kerja
UrutanKegiatan
terjadi
Fisiologik/ Psikolog
Fisik Kimia Biologi
Ergonomi i
Penerimaan bahan baku Lantai Asap Mikrobiologi Mengangkat - ISPA Tergelincir
licin kendaraan (jamur, bakteri, fish box Low Back Pain
dll) Fraktur
Dislokasi
PPOK
Dermatitis
kontak
Penampungan, Penimbangan, dan Lantai - - Gerakan - Sinkop Kelelahan
Sortasi licin berulang Vertigo Tergelincir
Berdiri lama fatigue
Myalgia
Fraktur
Gangguan
kesehatan Risiko Kecelakaan
Bahaya Potensial
yang mungkin kerja
UrutanKegiatan
terjadi
Fisiologik/ Psikolog
Fisik Kimia Biologi
Ergonomi i
Dislokasi
Dermatitis
Carpal Tunnel
Syndrom
Pencucian dan Penyusunan dalam Dingin - - - - Hipotermia Tergelincir
pan Lantai Fraktur
licin, Dislokasi
kram
common cold

Pembekuan dingin - - Mendorong - Hipotermia Terbentur,


troly Kontusio Tergelincir
Fraktur Kelelahan, terlindas
Dislokasi
Gangguan
kesehatan Risiko Kecelakaan
Bahaya Potensial
yang mungkin kerja
UrutanKegiatan
terjadi
Fisiologik/ Psikolog
Fisik Kimia Biologi
Ergonomi i

Pengamasan dan penyimpanan Dingin, - - Gerakan - Hipotermi Teriris


teriris berulang Commoncold Tergelincir
cutter , Mendorong Vulnus
troly laceratum
Carpal tunnel
syndrome
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan :
1. Bahaya/Hazard adalah suatu kondisi yang potensial dapat menimbulkan
suatu kejadian berupa kematian, kecelakaan, kehilangan produksi,
kerusakan atas asset-fasilitas-produk-bisnis, kerusakan lingkungan.
2. Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.
3. Evaluasi bahaya di tempat kerja merupakan suatu kegiatan meninjau
kembali terhadap suatu tempat yang beresiko menimbulkan bahaya
ditempat kerja.
B. Saran
1. Kepada seluruh pekerja perusahaan PT. Abadi Makmur Ocean agar
menggunakan APD saat bekerja.
2. Diharapkan kepada seluruh pekerja agar mengikuti sosialisasi tentang K3.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, S. 2010. Analisa Tentang Pelaksanaan Program Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (K3) Karyawan PT Universal JasaKemas. Jurnal-
Jurnal Ilmu Teknik 12 (3).
Hoten, H. V., Mainil, A. K., Permadi, A. I. 2015. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(k3) Mekanik pada Stasiun Boiler PT X. Universitas Bengkulu.
Bengkulu.
Ismara, K. I. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management System
Requirements.
Salmah, A. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Dalam Proses Produksi Pada PT. Aneka Adhilogam Karya Klaten.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Soputan, GEM. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3)
Study Kasus pada Pembangunan Gedung SMA EbenHaezar Jurnal
Ilmiah Media Engineering 4(4).
Suma’mur, P.K. 1992 Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta: CV
Haji Mas Agung.
Tranter, M. 1999. Occupational Hygine and Risk Management. Australia: A
Multimedia Package. OH&S Press.
Lampiran
Dokumentasi Kegiatan

Kunjungan di PT. Abadi Makmur Ocean

Anda mungkin juga menyukai