Anda di halaman 1dari 18

Om Swastyastu

Nama Kelompok :
1. I Gede Hendra Eka Saputra ( C1119086 )

2. Ni Luh Putu Sintya Dewi ( C1119087 )

3. I Gst Ayu Werdi Astiti ( C1119088 )

4. Ni Putu Febry Wulandari ( C1119094 )

5. I Dewa Ayu Dwi Anggreni ( C1119095 )

6. Sevia Dwi Wardani ( C1119103 )

7. Putu Septy Piranti ( C1119110 )

8. Ida Bagus Putu Surya Atmaja ( C1119111 )


K3RS
Hazard
Hazard memiliki arti bahaya dalam K3, adanya potensi
bahaya diperlukan upaya untuk mengendalikan dan
meminimalisasi bila mungkin meniadakannya.

K3 di lingkungan puskesmas perlu dikelola dengan baik


melalui manajemen risiko Hazard Identification, Risk
Assesment, and Determining Control ( HIRADC ).
Bahaya Keselamatan Kerja

Kehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan suatu upaya


perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Pekerja
mempunyai risiko lebih tinggi dibanding pekerja industri lain untuk
terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan KAK, sehingga pelu
dibuat standar perlindungan bagi pekerja yang ada di Rumah Sakit.
Bahaya keselamatan dan kesehatan kerja meliputi :

Bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga


medis yaitu menyangkut berbagai faktor yaitu :
FAKTOR KIMIA FAKTOR BIOLOGI FAKTOR FISIK FAKTOR ERGONOMIS

1. Ammonia 1. Parasit 1. Kebisingan, suhu 1. Keseleo

2. Karbon Monoksida 2. Rabies 2. Radiasi pengion 2. Cedera punggung

3. Desinfektan 3. Virus flu babi 3. Lantai licin, debu

4. Gas Anastesi 4. Tuberculosis 4. Bahaya laser

5. Hydrogen Sulfide, dll. 5. Jarum suntik,dll

1. Kerja bergilir 3. Hubungan sesama pekerja


FAKTOR
PSIKOSOSIAL
2. Beban kerja 4. Hubungan dengan atasan
Jenis-jenis Bahaya Keselamatan

Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang memiliki


dampak terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.
Dampak yang ditimbulkan bersifat kronis. Jenis bahaya
kesehatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Bahaya fisik (physical hazard)


bahaya fisik merupakan bahaya seperti :ruangan terlalu panas,
terlalu dingin, bising, kurang penerangan dan radiasi
2. Bahaya kimia (chemical hazard)
merupakan bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi.
Bahan terhambur kelingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau
kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja.
Contoh seperti: keracunan oleh bahan kimia, iritasi, dan polusi

3. Bahaya biologi ( biological hazard)


bahaya yang ada di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi
manusia. Seperti nyamuk, lalat, virus, dan jamur
4. Bahaya ergonomi (ergonomical hazard)
bahaya yang timbul karena alat kerja, lingkungan kerja, atau cara kerja yang
tidak sesaui dengan kemampuan tubuh manusia secara fisik maupun kejiwaan.
Seperti : kursi yang dirancang tidak sesuai dengan struktur punggung manusia
akan dapat menyebabkan penyakit punggung.

 
5. Bahaya psikologi (psychological hazard)
gangguan psikologi bisanya juga beresiko terjadi pada para pekerja. Hal yang
paling sering menyebabkan ini adalah stress akibat adanya perubahan jenis
pekerjaan, jadwal, tingkatt anggungjawab dan ketidakcocokan dengan rekan
kerja.
Adverse Event dan Yang Terkait Dengan Prosedur Invasif

Adverse event merupakan suatu peristiwa yang dapat menyebabkan hal yang tak
terduga atau tidak diinginkan sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat
kesehatan termasuk pasien atau orang lain. Klasifikasi adverse event yaitu kejadian nyaris
cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC) dan sentinel (kematian atau cedera). Contoh
dari KTD seperti medication error, flebitis, dekubitus, infeksi daerah operasi, dan pasien
jatuh dengan cidera (suhartono, 2013; suryani et al., 2011).
 

ADVERSE EVENT adalah cedera yang diakibatkan oleh intervensi medis, bukan
dari kondisi yang mendasari pasien atau cedera yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh manajemen medis, bukan oleh proses penyakit yang mengakibatkan
kematian, penyakit yang mengancam jiwa, kecacatan saat keluar/masuk rumah sakit
atau memperpanjang masa tinggal di rumah sakit.
Prosedur invasive adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de jong, 2005).
Adverse event terkait prosedur invasive yaitu :
1. Salah pasien
2. Salah tempat operasi
3. Salah prosedur
Kasus salah-posisi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan bisa terjadi di semua Rumah Sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien di dalam penandaaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi
operasi.
Kesalahan dalam komunikasi adalah alasan umum untuk kesalahan di ruang
operasi, serta selama perawatan pra dan pasca operasi. Jenis kegagalan
komunikasi termasuk kegagalan untuk mendengarkan atau mengumpulkan
informasi dari pasien, keluarga dan dokter lain serta kegagalan untuk
menyampaikan informasi yang relevan untuk status pasien. Hasilnya bisa
membahayakan atau bahkan berakibat kematian kepada pasien. Faktor yang
paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan semacam ini adalah tidak ada
atau kurangnya proses pra bedah yang distandarisasi. Jika saja diterapkan
secara disiplin maka kecelakaan kerja, kegagalan operasi dan permasalahaan
lain yang menyangkut keselamatan pasien niscaya dapat dikurangi.
Tujuan K3 dalam Keperawatan

2. Mengurangi terjadinya risiko


1. Mencegah terjadinya kecacatan
kecelekaan kerja bagi perawat
bagi perawat yang bekerja dan
dalam bekerja dan mampu untuk
meminimalisir terjangkitnya
menanggulangi pasien safety.
penyakit saat bekerja

3. Menihilkan risiko 4. Membantu dalam


penyakit akibat kerja dan meningkatkan derajat
kesehatan bagi perawat yang
sebagai proteksi diri
bekerja sehingga produktivitas
selama bekerja. kerja meningkat.
Ringkasan Nasional K3
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beranekaragam
bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu,
perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka
disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai
tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
Ringkasan Internasional K3

Kesehatan dan Keselamatan (OSH) adalah upaya untuk


melindungi pekerja dan orang lain yang masuk tempat kerja melawan
bahaya kecelakaan. Tujuan K3 adalah untuk mencegah, mengurangi,
bahkan membatalkan risiko penyakit dan kecelakaan kerja (CAC) dan
meningkatkan kesehatanpekerja sehingga produktivitas kerja
meningkat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor36
Tahun 2009 tentang kesehatan, upaya kesehatan kerja diperlihatkan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat danbebas dari masalah
kesehatan dan pengaruh buruk yang disebabkan oleh pekerja.
(Mitrison, 2010).
Ada yang bertanya?
Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Anda mungkin juga menyukai