Anda di halaman 1dari 7

PEMICU PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT

Adinda Annisyah Putri


annisyahadinda@gmail.com

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas. Salah satu
aktivitas yang rutin dilakukan setiap orang adalah bekerja. Bekerja dapat diartikan sebagai
kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu yang lalu dengan
maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Apapun
profesi yang dipilih, bekerja bagi setiap orang selalu dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan yang berisiko rendah hingga pekerjaan yang berisiko
tinggi. Salah satu profesi yang diakui secara resmi di Indonesia adalah perawat.

Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan paling lama kontak
dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya. Sebagai salah satu jenis tenaga
kesehatan, profesi perawat gigi tidak lepas dari berbagai faktor risiko yang memungkinkan
terjadinya penyakit yang diakibatkan maupun yang berhubungan dengan pekerjaan yang
menimbulkan bahaya terhadap kesehatan kerja (Health Hazard) maupun bahaya keselamatan
kerja (Safety Hazard) yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian.

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja
itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak memakai APD, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati, dimana dari setiap 300
tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari
kerja. Kejadian penyakit infeksi di rumah sakit dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas Kesehatan. Oleh sebab itu, penting
bagi kita untuk mengetahui apa pemicu dari penyakit akibat kerja pada perawat, sehingga dapat
meminimalisirkannya.
METODE

Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode membaca dan literasi data dari
berbagai sumber seperti buku, jurnal, e-book, artikel ilmiah, dan karya tulis ilmiah (8 tahun
terakhir) dengan menganalisis, eksplorasi, dan kajian bebas.

HASIL

Penyakit karena kerja bisa menyerang semua tenaga kerja di dalam rumah sakit, baik
tenaga medis ataupun non medis karena pajanan biologi, kimia serta fisik di lingkungan kerja
rumah sakit tersebut. Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya beberapa orang sakit ataupun
sehat, atau anggota penduduk baik petugas ataupun pengunjung, pasien yang mendapatkan
perawatan di dalam rumah sakit dengan beberapa jenis penyakit menyebar.

Dalam perihal ini sangat berguna bagi tenaga kerja yang berada di lingkungan rumah
sakit menjadi usaha perlindungan dari kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.
Pengendalian Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam rumah sakit harus bisa jadi perhatian
khusus supaya tenaga kerja dapat melakukan peranan serta fungsinya dengan baik. Perihal ini
sama dengan paradigma sdm menjadi human capital di dalam rumah sakit. Perihal ini ikut jadi
begitu kompleks sebab terdapatnya pembagian pekerjaan beragam macam profesi yang kerja di
lingkungan rumah sakit, serta masing-masing profesi akan mempunyai etika serta budaya kerja
yang berbeda-beda. Keadaan seperti ini yang membuat manajemen SDM di lingkungan rumah
sakit penuh rintangan. Oleh karenanya bila tenaga kerja di lingkungan rumah sakit terkapar
dengan penyakit karena kerja, jadi beberapa hal yang akan terganggu dalam efektif serta manfaat
tenaga kerja di dalam rumah sakit

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja
itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak memakai APD, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati, dimana dari setiap 300
tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari
kerja. Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri sesuai
standar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan menimbulkan penyakit akibat kerja. Cedera
akibat tusukan jarum pada perawat merupakan masalah yang signifikan dalam institusi
pelayanan kesehatan dewasa ini.

PEMBAHASAN

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada waktu
melakukan pekerjaan. Penyakit akibat kerja atau yang lebih dikenal sebagai occupational
diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan atau didapat pada waktu
melakukan pekerjaan 6 . Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai
penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit karena kerja merupakan seuatu kendala
pada tingkat keamanan dalam kerja, dalam perihal ini memerlukan usaha pencegahan, baik untuk
keselamatan ataupun kesehatan beberapa pekerja yang berada di lingkungan rumah sakit.
Penyakit karena kerja atau terkait dengan pekerjaan bisa dikarenakan oleh pemajanan di
lingkungan kerja dengan terus menerus setiap hari.

Untuk menghadapi perihal ini, maka langkah awal yang terpenting ialah
pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat muncul serta dievaluasi, lalu dikerjakan usaha
pengendalian lewat cara melihat serta mengenal (walk through inspections). Dalam lingkungan
kerja seseorang bisa terganggu kesehatannya, serta gangguan kesehatan karena lingkungn kerja
ini cukuplah banyak berlangsung. Penyakit karena kerja diantaranya berlangsung disebabkan
karena situasi keadaan kerja seperti udara dingin, panas, bising, bahan kimia, debu dan
sebagainya. Gangguan kesehatan pada pekerja bisa juga dipicu oleh aspek yang terkait dengan
pekerjaan ataupun aspek yang tidak terkait dengan pekerjaan. Dengan begitu bisa dikatakan jika
status kesehatan penduduk pekerja di pengaruhi bukan hanya oleh bahaya di lingkungan kerja
tapi ikut oleh aspek kesehatan pekerja yang akan punya pengaruh pada perilaku pekerja yang
tidak konsentrasi.

Faktor-fakor pemicu penyakit akibat kerja dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Faktor Fisik, yang meliputi:

 Suara tinggi/bising yang dapat menyebabkan ketulian.


 Temperatur/suhu tinggi yang dapat menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat
Cramp, Heat Exhaustion, Heart Stroke.

 Radiasi sinar elektromagnetik, pada mata infra merah dapat menyebabkan


katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis, radioaktif/ alfa/ beta/ gama/ X
menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia.

 Tekanan udara tinggi yang dapat menyebabkan Coison Disease.

 Getaran/vibration yang dapat menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses


metabolisme, Polineurutis.

b) Faktor Kimia

 Berasal dari bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil
(produk), sisa produksi atau bahan buangan yang dapat berbentuk zat padat, cair,
gas, uap maupun partikel. Materi ini masuk ke tubuh dapat melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan mukosa.

 Efek terhadap tubuh dapat menyebabkan iritasi, alergi, korosif, Asphyxia,


keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius
(narkose) dan pengaruh genetik.

c) Faktor biologi yang dapat berasal dari virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang
buas, dan lain-lain.

d) Faktor Ergonomi/Fisiologi

 Penyebabnya adalah cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang
salah dan kontruksi salah.

 Efek terhadap tubuh yaitu dapat menyebabkan kelelahan fisik, nyeri otot,
deformitas tulang, perubahan bentuk dan dislokasi.

e) Faktor Mental/Psikologi

 Penyebabnya yaitu suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja
kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, atau tak sesuai bakat yang
mengakibatkan stress.
Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan serta non
kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga berlangsung
kecenderungan penambahan prevalensi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan perhatian, sebab
seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena kerja tidak hanya punya
pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja mengalami penurunan dalam pemberian
service kesehatan yang optimal pada pasien. Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan
kesehatan serta kecelakaan kerja biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam kepatuhan
melakukan tiap-tiap mekanisme pada kewaspadaan. Lihat hal diatas tentu saja kita perlu
mengerti jika dalam cakupan pekerjaan di bagian kesehatan memiliki banyak resiko pada
kesehatan pekerja.

Salah satu tenaga kerja medis yang berefek pada penyakit karena kerja di dalam rumah
sakit adalah perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam tempo yang lumayan lama 6
sampai 8 jam /hari, hingga tetap terpajan pada mikroorganisme pathogen bisa membawa infeksi
dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Hasil riset menunjukkan jika tenaga kerja perawat
banyak diketemukan cedera sprain serta strain, nyeri pinggang, adalah keluhan paling banyak
yang diketemukan pekerja perawat di dalam rumah sakit. Luka sayat serta tusukan jarum yang
tidak sesuai mekanisme penggunaannya atau saat pencucian instrument tajam yang beresiko
tersayat.

PENUTUP

Kesimpulan

Perawat merupakan salah satu tenaga kerja medis yang berefek pada penyakit akibat
kerja di rumah sakit karena setiap hari kontak dengan pasien dalam tempo yang lumayan lama 6
sampai 8 jam /hari, hingga tetap terpajan pada mikroorganisme pathogen bisa membawa infeksi
dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Hasil riset menunjukkan jika tenaga kerja perawat
banyak diketemukan cedera sprain serta strain, nyeri pinggang, adalah keluhan paling banyak
yang diketemukan pekerja perawat di dalam rumah sakit. Luka sayat serta tusukan jarum yang
tidak sesuai mekanisme penggunaannya atau saat pencucian instrument tajam yang beresiko
tersayat.

Ada beberapa faktor pemicu penyakit akibat kerja pada perawat di rumah sakit, yaitu
faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi/fisiologi, dan faktor mental/psikologi.
Dengan begitu, bisa dikatakan jika status kesehatan perawa di rumah sakit dipengaruhi bukan
hanya oleh bahaya di lingkungan kerja, tapi ikut oleh faktor kesehatan pekerja yang akan punya
pengaruh pada perilaku pekerja yang tidak konsentrasi.

Saran

Sebaiknya perawat selalu memperhatikan faktor-faktor yang menjadi risiko timbulnya


penyakit akibat kerja dan selalu memperhatikan aturan dan tata cara setiap melakukan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M Agung. (2019). Buku Ajar Konsep-Konsep Dasar dalam Keperawatan


Komunitas. Deepublish. Yogyakarta.

Depkes RI. (2013). Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanan


kesehatan. Depkes RI. Jakarta

Effendi, Ferry., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunikasi Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Firawati, dkk. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Solok.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 74-75.

Maria, Silvia., Joko Wiyono., & Erlisa Candrawati. (2015). KEJADIAN KECELAKAAN
KERJA PERAWAT BERDASARKAN TINDAKAN TIDAK AMAN. Jurnal Care, 3(2), 9-17.

Novieastari, Anie., et. al. (2017). Dasar-Dasar Keperawatan Volume 1. 9th Indonesia
edition. Elsevier. Indonesia.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta.

Permenkes nomor 66/ Menkes/ 2016. Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Simamora, R. H. (2017). A strengthening of role of health cadres in BTA-Positive


Tuberculosis (TB) case invention through education with module development and video
approaches in Medan Padang bulan Comunity Health Center, North Sumatera
Indonesia. International Journal of Applied Engineering Research, 12(20), 10026-10035.

Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat:


Perawatan penderita asam urat dengan media audiovisual. JPPM (Jurnal Pendidikan dan
Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 24-31.

Suarniti, Luh Putu. (2015). RISIKO ERGONOMI PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA
PERAWAT GIGI. Jurnal Kesehatan Gigi, 3(2), 113-123.

Tukatman, et. al. (2015). ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH
KABUPATEN KOLAKA. Jurnal Ners, 10(2), 343-347.

Anda mungkin juga menyukai