Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

KESELAMATAN PASIEN dan KESELAMATAN KERJA

“UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DALAM KEPERWATAN ”

Dosen Pengampu : Eko Sadono, S.Kp., MARS

Disusun Oleh :

Nama : MAYLENA DESI PERMATASARI

NIM : G2A019081

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH SEMARANG

2020-2021
PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Dari pengertian tersebut, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medic, pelayanan penunjang medic, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitas, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan, pelatihan medic dan para medic, sebagai tempat penelitian, pengembangan
ilmu dan teknologi bidang kesehatan. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan
pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat
instrument akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 165 :
pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan
pasal tersebut maka pengelola tempat kerja Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satu adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan
baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari
berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk
melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara
terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat menyerang semua tenaga kerja
baik medis maupun non medis (2005). Sehingga sasaran utama K3RS adalah tenaga
medis, tenaga non medis, pasien, pengunjung/pengantar pasien, serta masyarakat sekitar
Rumah Sakit.
Bahaya potensial yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK) yang
terjadi dirumah sakit, umumnya berkaitan dengan factor biologi (kuman pathogen yang
umumnya berasal dari pasien), factor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus
menerus seperti antiseptic pada kulit, gas anestesi pada hati), factor ergonomic (tata cara
duduk, tata cara mengangkat pasien), factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(suhu udara panas, listrik tegangan tinggi, dan radiasi factor psikologis (hubungan kerja
antar karyawan atau atasan serta tata cara kerja kamar bedah, dibagian penerimaan
pasien, di unit gawat darurat dan ruang perawatan).
Karyawan sebagai asset penting rumah sakit harus dijaga dan dibina agar selalu
dalam kondisi yang sehat dan bebas dari pengaruh neggatif yang disebabkan ooleh
bahaya di tempat kerja. Berdasarkan tempat kerja karyawan terbagi menjadi 4 zona risiko
yaitu zona risiko rendah, zona risiko sedang, zona risiko tinggi, dan zona risiko sangat
tinggi. Zona risiko tinggi yaitu karyawan yang bekerja pada bagian ruang operasi, ruang
bedah bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang rawat gawat darurat. Ruang bersalin dan
ruang patologi.
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk keselamatan hidupnya. Di
instalasi gawat darurat setiap saat terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang
harus segera mendapt pelayanan. Petugas medis sebagai tenaga kesehatan yang kontak
dengan pasien harus selalu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan. Dalam situasi ruang IGD tersebut dapat memungkinkan banyak terjadinya
kecelakaan kerja pada petugas medis. Petugas medis di ruang IGD antara lain perawat
serta dokter. Perawat merupakan petugas medis pertama yang menangani pasien sebelum
dokter.

PEMICU PENYAKIT KARENA KERJA


Penyakit karena kerja adalah suatu kendala pada tingkat keamanan dalam bekerja,
dalam perihal ini memerlukan usaha pencegahan, baik untuk keselamatan ataupun
kesehatan beberapa pekerjaan bias dikarenakan oleh pemajanan di lingkungan kerja
dengan terus menerus setiap hari.
Untuk menghadapi perihal ini, maka langkah awal yang penting iaalah
pengenalan/identifkasi bahaya yang dapat muncul serta dievaluasi, lalu dikerjakan usaha
pengadilan lewat cara melihat serta mengenal (walk through inspections).
Dalam lingkungan kerja sesorang bias terganggu kesehatannya, serta gangguan
kesehatan karena lingkungan kerja ini cukuplah banyak berlangsung. Penyakit karena
kerja diantaranya berlangsung diakibatkan karena situasi keadaan kerja seperti udara
dingin, panas, bising, bahan kimia, debu dan sebagainya.
Gangguan kesehatan pada pekerja bias juga dipicu oleh aspek yang terkait dengan
pekerjaan. Dengan begitu bias dikatakan jika status kesehatan penduduk pekerja
dipengaruhi bukan hanya oleh bahaya di lingkungan kerja tapi ikut oleh aspek kesehatan
pekerja yang akan punya pengaruh pada perilaku pekerja yang tidak konsentrasi.
Dibawah ini adlah contoh penyakit karena kerja yang disebut pemicu dari
lingkungan kerja :
A. Aspek Fisik
 Suara tinggi yang bisisng melalui ambang batas normal yang bias
mengakibatkan ketulian.
 Temperatusr tinggi bias mengakibatkan hyperpireksi, heat camp,
heatstres.
 Desakan udara yang tinggi bias mengakibatkan cosion disease
 Getaran bias mengakibatkan ganguan proses metabolism polyneuritis,
masalah syarafa
 Penerangan yang kurang bias mengakibatkan kerusakan pandangan.
B. Aspek Kimia
 Beberapa bahan kimia masuk lewat aliran pernapasan yang bias membuat
resiko alergi, iritasi, korosif, asphyxia.
C. Aspek Biologis
 Seperti bakteri, viral disease, parasitic disease dan sebagainya.
D. Aspek Ergonomi
 Tempat kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, langkah kerja yang salah,
kontruksi yang salah sehingga bias mempunyai dampak kelelahan pada
tubuh.
 Angkat beban yang berat.
 Tempat statis
 Tempat membungkuk yang tidak ergonomis.
E. Aspek Mental Psikologis
 Jalinan kerja, organisasi kerja, komunikasi social.
 Beban kerja mental keadaan penyakit pasien
 Kerja shift
Penyakit karena kerja kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan serta non kesehatan
di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga berlangsung
kecenderungan penambahan prevalisasi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab sesorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena kerja tidak
hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja mengalami
penurunan dalam pemberian service kesehatan yang optimal pada pasien.
Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan serta kecelakaan
kerja biasanya dikarenakan oleh perilaku pwtugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap
mekanisme pada kewaspadaan. Tenaga kerja (tenaga medis dan non medis) yang berefek
pada penyakit karena kerja didalam rumah diantaranya :
1. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam tempo yang lumayan lama 6
sampai 8 jam/hari, hingga tetap tepajan pada mikroorganisme phatogen bias
membawa infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Hasil riset
menunjukkan jika tenaga kerja perawat banyak diketemukan cedar sprain serta
strain, nyeri pinggang, adalah keluhan paling banyak didalam rumah sakit. Luka
sayat serta tusukan jarum yang tidak sesuai mekanisme penggunaannya atau saat
pencucian instrument tajam yang berisiko sayatan.
2. Dokter bisa tertular penyakit dari pasien, terkena bahan kimia anesthesi halotan
yang gampang menguap merembes menembus masker hingga mengakibatkan
masalah somatic, nyeri kepala, mual sampai masalah fungsi saraf pusat.
Robeknya sarung tangan bisa mengakibatkan cedera sayatan serta tusukan jarum.
3. Dokter gigi, tingginya kandungan HBsAg serta anti HBC beberapa dokter gigi
disbanding dengan petugas kesehatan lainnya, perihal ini diduga menjadi pajanan
air ludah pasien, penyakit infeksi karena kerja, pajanan dosis rendah seperti
merkuri, pajanan bahan penambal lubang gigi yang berkepanjagan bisa
mengakibatkan masalah gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri punggung juga
seringkali dihadapi oleh karena tempat kerja yang tidak ergonomis.
4. Petugas Gizi, menjadi penyaji diet atau makanan pasien, dalam perihal ini petugas
gizi biasanya terpajan salmonella berbahan mentah ikan, daging serta sayuran
yang setiap hari terkena hingga berefek terjadi masalah gastrointestinal.
5. Petugas Farmasi yan melayani pembelian serta penyediaan obat-obat pasien
semua penyakit, yang setiap hari akan menghirup beberapa bahan kimia semua
jenis obat-obatan yang merembes serta menembus masker, perihal ini bisa
mengakibatkan kemungkinan keracunan.
6. Petugas Laboratorium yang setiap hari lakukan pemeriksaan darah, urin, sputum,
feses pasien dengan semua jenis penyakit hingga akan berdampak terpajan bakteri
ataupun virus yang berasal dari bahan objek kontrol.
7. Petugas Radiologi, radiasi adalah pajanan yang sangatlah beresiko bagi gangguan
kesehatan pekerja, dalam perihal ini memerlukan petugas yang lebih
bertanggungjawab dalam usaha pengendaliannya.
8. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen yang
berasal dari bekas pakai pasien dengan semua jenis penyakit menyebar, perihal ini
bisa mengakibatkan penyebaran bakteri ataupun virus yang berasal dari linen
kotor. Bakteri serta virus menebar saat petugas londri melakukan seleksi jenis
linen, hingga sangatlah berdampak pada penyakit gangguan pernapasan.
9. Petugas rumah tangga di lingkungan rumah sakit yang setiap hari bersihkan lantai
semua sisi tempat rawat inap pasien semua penyakit menyebar, yang terkena
dengan bakteri ataupun virus, hingga bisa menyebabkan virus serta bakteri
berterbangan serta terhirup petugas, perihal ini bisa menyebabkan penyakit
masalah sistem pernapasan serta infeksi lainnya.
USAHA PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN
Supaya tenaga kerja di lingkungan rumah sakit masih efektif serta produktif dalam
melakukan pekerjaan serta tanggung jawabnya dan tidak mengalami penyakit karena kerja jadi
tindakan untuk menghadapi hal itu memerlukan penerapan manajemen kesehatan serta
keselamatan kerja di dalam rumah sakit,
Manajemen kesehatan serta keselamatan kerja rumah sakit menyertakan semua unsur
manajemen, karyawan serta lingkungan kerja yang terintegrasi menjadi usaha pencegahan serta
kurangi kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja di lingkungan rumah sakit yang mempunyai
tujuan ialah membuat tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran paparan
lingkungan kerja, yang selanjutnya bisa meningkatkan efesiensi serta produktifitas kerja.
Langkah awal yang peting ialah usaha pengendalian di lingkungan kerja rumah sakit
diantaranya kesehatan kerja buat karyawan, sanitasi lingkungan rumah sakit, pengamanan
pasien, pengunjung ataupun petugas rumah sakit dan sebagainya. Upaya-upaya yang bisa
dikerjakan untuk kurangi serta mnghindarkan kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja ialah
seperti berikut:
1. Lakukan substitusi pengenalan lingkungan kerja lewat cara lihat serta menganal potensial
bahaya lingkungan kerja. Mengganti perlengkapan kerja yang tidak wajar gunakan.
2. Pelajari lingkungan kerja dalam perihal ini menilai karakter serta besarnya potensi-
potensi bahaya yang mungkin muncul hingga dengan mudah bisa mengutamakan dalam
menangani permasalahan yang lebih potensial.
3. Pengendalian lingkungan kerja dengan bertindak mengurangi bahkan juga
menghilangkan pajanan pada masalah kesehatan pekerja dilingkungan kerja lewat cara
teknologi pengendalian.
4. Pengendalian administratif dengan memperingatkan pekerja agar bisa memakai alat
pelindung diri yang benar dan baik, membuat rambu-rambu bahaya dilingkungan kerja
yang punya potensi bahaya.
5. Kontrol kesehatan pekerja dengan berkala untuk mencari aspek pemicu serta upaya
penyembuhan.
6. Pendidikan serta penyuluhan kesehatan serta keselamatan kerja buat pekerja di
lingkungan rumah sakit.
7. Pengendalian fisik lingkungan kerja, mengidentifikasi suhu, kelembapan, pencahayaan,
getaran, kebisingan, pengendalian sistem ventilasi dan sebagainya.
8. Lakukan pengawasan serta monitoring dengan berkala pada lingkungan kerja rumah
sakit.
9. Substitusi berbahan kimia, alat kerja serta mekanisme kerja.

Anda mungkin juga menyukai