Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PENYAKIT AKIBAT BEBAN KERJA DI UNIT KERJA

REKAM MEDIS KLINIK YONIF 509 RAIDER KOSTRAD

MAKALAH

Oleh

DIANANDA WEGI PUTRI BARETA

NIM G41140080

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2017
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin berkembangnya industrialisasi dan teknologi di
Indonesia, menyebabkan banyak faktor resiko di tempat kerja yang
mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Faktor keselamatan kerja
menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan
kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Penyakit
Akibat Kerja di kalangan petugas medis dan non medis di Indonesia belum
terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko kerja, sehingga
tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Demikian pula dalam rangka meningkatkan pelayanan Rekam Medis dan
mutu pelayanan di puskesmas, dibutuhkan petugas medis yang handal dalam
menghadapi situasi pada unit Rekam Medis. Produktivitas petugas
dimaksimalkan bukan hanya didapat dari kemampuan petugas tetapi dapat
pula didukung dengan adanya fasilitas ruangan yang sesuai, adapun faktor
yang berpengaruh seperti :
1. Faktor fisik, misalnya: penerangan atau pencahayaan, suhu udara,
kelembapan, kebisingan.
2. Faktor kimia, yakni bahan-bahan kimia yang menimbulkan
gangguan kerja.
3. Faktor biologi, yakni binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan.
4. Faktor fisiologis, yakni dilihat dari segi ergonomisnya.
5. Faktor sosial-psikologis, yakni suasana di lingkungan kerja.
Faktor-faktor di atas berlaku juga di lingkungan kerja Unit Rekam Medis
Puskesmas Ketapang Probolinggo, dan penulis melihat dari faktor fisik
berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis didapatkan gambaran Unit
Rekam Medis Puskesmas Ketapang sebagai berikut:
1. Ruangan kerja yang pengap karena sirkulasi udara kurang baik
2. Penerangan yang kurang, serta
3. Fasilitas pengamanan yang kurang memadai.
Melalui gambaran di atas maka dapat dilihat bahwa kriteria ruang
kerja yang baik, belum terdapat di Unit Rekam Medis Puskesmas
Sukabumi, di mana dapat pula menimbulkan kemungkinan-kemungkinan
terpapar penyakit. Di mana penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan
gangguan pada mahkluk hidup yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau
kelainan system faal atau jaringan organ tubuh. Berdasarkan observasi,
penulis mendapatkan penyakit yang muncul pada petugas antara lain
batuk, flu, nyeri pinggang dan lain-lain yang terjadi di Unit Rekam Medis.
Karena itu kajian yang diambil dalam makalah ini adalah Tinjauan
Penyakit Akibat Beban Kerja di unit kerja Rekam Medis KLINIK YONIF
509 RAIDER KOSTRAD.
1.2 Rumusan Masalah
Apa sajakah penyakit akibat beban kerja di unit Rekam Medis klinik yonif 509
raider kostrad?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi penyakit akibat beban kerja unit Rekam Medis di klinik
yonif 509 raider kostrad
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan untuk pihak klinik dalam rangka meningkatkan
produktivitas kerja petugas Rekam Medis di klinik yonif 509 raider kostrad
2. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama proses
perkuliahan dalam menangani problem praktik di klinik serta mendapatkan
pengalaman yang bermanfaat dalam usaha pengembangan pengetahuan di
bidang Rekam Medis.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja Unit Rekam Medis


a) Definisi Beban Kerja
Beban Kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam rangka waktu tertentu. Menurut Kepmenkes RI
No.81/MENKES/SK/I/2004, Beban Kerja adalah banyaknya jenis
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan
profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
kesehatan.
b) Definisi Rekam Medis
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam
tentang identitas, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa, dan
segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat. Sedangkan menurut
Permenkes 2008, rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepeda pasien disarana
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan kedua definisi di atas, maka Beban Kerja Unit Rekam
Medis adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seorang Perekam Medis yang meliputi pencatatan keterangan
seluruh pelayanan kesehatan kepada pasien rawat inap,rawat jalan
maupun rawat darurat.
2.2 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man
made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan
kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan
dengan pekerjaan.( Hebbie Ilma Adzim, 2013)
2.2.1 Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Menurut Badraningsih L dan Enny (2015), penyebab penyakit
akibat kerja terdiri dari beberapa faktor diantaranya :
a. Faktor Fisik

1. Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian

2. Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan


Hyperpireksi, Miliaria, Heat Cramp, Heat Exhaustion, dan
Heat Stroke

3. Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat


menyebabkan katarak

4. Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis

5. Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan


terhadap sel tubuh manusia

6. Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease


7. Getaran menyebabkan Reynauds Desiase, ganguan
metabolisme, Polineurutis
b. Faktor Kimia
Faktor kimia berasal dari bahan baku, bahan tambahan, hasil
sementara, hasil samping(produk), sisa produksi atau bahan
buangan. Bentuknya terdiri dari zat padat, cair, gas, uap
maupun partikel Cara masuk tubuh dapat melalui saluran
pernafasan, saluran pencerrnaan kulit dan mukosa. Masuknya
dapat secara akut dan secara kronis. Efek terhadap tubuh:
iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan sistematik, kanker,
kerusakan kelainan janin. Terjadi pada petugas/ pekerja yang
sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti
antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau
lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis
kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena
alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,
bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar.
c. Faktor Biologi

a. Viral Diseases: rabies, hepatitis

b. Fungal Diseases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis,


TBC, Tetanus

c. Parasitic Diseases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan menguntungkan


bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten,
terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan
staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda
yang terkontaminasi, dan udara. Virus yang menyebar
melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan
Hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja sebagai akibat
kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau
tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan
Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan
kontaminasi pekerja sangat besar, sebagai contoh dokter di
Rumah Sakit mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3
kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau
swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang
infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar
kuman patogen maupun debu beracun mempunyai peluang
terkena infeksi.

d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat
kerja, lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah.
Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja
terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara
populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the
Job to the Man and to fit the Man to the Job
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini
disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang
impor yang desainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan
gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain)
e. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe
kepemimpinan, hubungan kerja komunikasi, keamanan), tipe
kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang,
kerja shift, dan terpencil). Manifestasinya berupa stress.
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan
stress antara lain: 1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat
emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu
pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan
keramahan-tamahan. 2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang
sangat monoton. 3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara
pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja. 4) Beban
mental karena menjadi panutan bagi mi tra kerja di sektor
formal ataupun informal
BAB 3 Penelitian Kepustakaan
(Literatur Review)

3.1 Ruang Lingkup


Penelitian ini dilakukan di Unit Rekam Medis Klinik yonif 509 raider
kostrad pada bulan April 2017.
1.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yakni
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran hasil penelitian berdasarkan Literature Review
terhadap teori yang telah dipaparkan pada Bab 2 (Tinjauan Pustaka).
Literature Review yang dimaksud meliputi Compare (Mencari
kesamaan), Contrast (mencari perbedaan), Criticize (Memberikan
pandangan), Synthesize (membandingkan), dan Summarize
(Meringkas).
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Yonif 509 Raider Kostrad


PUSKESMAS SUKABUMI
Alamat : Jl. TIDAR ASMIL YONIF 509 RAIDER KOSTRAD
Klinik yonif 509 raider kostrad terletak di didalam asrama yonif 509
kostrad depan secaba
4.1.1 Sarana Pelayanan Masyarakat
Klinik yonif 509 raider kostrad mempunyaki posyandu balita 16 buah, posyandu
lansia 9 buah, jumlah kader posyandu (balita dan lansia)169orang .
4.2 Analisis dan definisi
Tahap ini merupakan dasar dari mempelajari dan menganalisis kebutuhan dalam
resiko kelelahan saat bekerja bahwa di klinik yonif 509 raider kostrad dalam
resiko kecelakaan kerja atau kelelahan saat bekerja saat ini menimbulkan dampak
yaitu saat petugas rekam medis menaruh berkas di simpan di tempat filling
,banyak debu debu yang ada dalam ruangan tersebut membuat petugas rekam
medis merasakan akibat sesak nafas (asthma) ,dan ada pula petugas rekam medis
kelelahan saat bekerja karena kursi dan meja di sana tidak sesuai dengan aturan
tidak (ergonomis) ini membuat kelelelahan saat bekerja dan menimbulkan tidak
meningkatnya produktivitas saat bekerja. Ruangan pekerja harus juga di utamakan
keselamatannya . Agar pekerja tidak mudah kelelahan dan resiko terjangkit
penyakit maka, peneliti membuat suatu rancangan ergonomis yaitu tempat dan
kursi meja yang berstandart dan membuat peketja merasa nyaman
BAB 5 Kesimpulan Saran
Bahwa dalam keselamatan kerja itu penting tidak melihat dari segi
kelengkapan berkasnya saja petugas juga berperan penting dalam suatu instansi
kesehatan .Dengan membuat suatu kesimpulan ini harus merancang atau
mendesain tempat kerja petugas yang nyaman dan tidak memungkinkan petugas
mengalami kelelahan saat bekerja ,mengalami sesak nafas akibat debu-debu yang
berada di ruangan filling. Tempat kerja yang memperhitungkan dari segi
ergonomisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam


di Tingkat provinsi. Kab. Serta Rumah Sakit.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. (2008). Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat
Kerja bagi Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan
KepMenkes. 2004 Tentang pedoman penyusunan perencanaan SDM kesehatan
Medis Rumah Sakit Di Indonesia (Jakarta:Depkes RI. 2006).
Permenkes RI No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
Wahono. 2016 Systematic Literature Review ( http://romisatriawahono.net)
diakses tanggal 1 Mei 2017

Badraningsih L., Enny Zuhny K. 2015 Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK)

http://dinkes.probolinggokota.go.id/index.php/14-puskesmas-labkes/24-
puskesmas-ketapang

Anda mungkin juga menyukai