Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA(K3

FAKTOR BIOLOGIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

DISUSUN OLEH
SELVA AGUSTINA (F0H020008)

DOSEN PENGAMPU :

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Penyakit Kerja


Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993. adalah
penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi
sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma

Bronkhogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor


penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada


sebelumnya, misalnya asma.

1.2 Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja. sehingga tidak mungkin
disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5
golongan:
1. Golongan fisik : suara (bising) radiasi,suhu,(panas/dingin) , tekanan yang sagat
tinggi, vibrasi penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja
maupunyang terdapa dalam lingkungan kerja,dalam bentuk debu,uang
gas,larutan,awan dan kabut.
3. Golongan biologis: bakteri virus atau jamur
4. Golongan fisiologis: biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja
5. Golongan psikososial: lingkungan kerja yang mengakibatkan stress
1.3 Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai
pedoman:

1. Tentukan Diagnosis klinisnya


klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini


mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk
dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
 Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
khronologis
 Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
 Bahan yang diproduksi
 Materi (bahan baku) yang digunakan
 Jumlah pajanannya
 Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
 Pola waktu terjadinya gejala
 Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
 Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS.label,
dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut


terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak
dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang
mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga
dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan
sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih
lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang
dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya
pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai
riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yangmengakibatkan penderita lebih rentan lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit


Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit.
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya


Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit


telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya. tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

1.4 Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja


Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh makhluk hidup
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan. Potensi bahaya
yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi akibat bahun bahan biologis, seperti debu kapas,
dedaunan, bulu, bunga, virus, bakteri, dan sebagainya.

1) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii) lengkung dan (ii)
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi
yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak
dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri: anthrax (kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala.atralagia,
enokkarditis), lepra, tetanus, thy poid, cholera dan sebagainya.

2) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16-300 nano meter. Virus tidak
mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh
penyakit yang diakibatkan oleh virus: influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya (HIV), menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh. ditularkan melalui:
Tranfusi darah yang tercemar. Tertusuk/teriris jarum/pisau yag terkontaminasi.
Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu melahirkan, Pekerja berisiko (HIV), Pekerja
RS, Pekerja yang sering ganti-ganti pasangan.

3) Parasit
(1) Malaria gigitan nyamuk anopheles, (ii) Ansxylostomiosis, anemia khronis. (ii)
gatal-gatal dikulit. Jamur dapat berupa sel tinggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih
komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang
mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

4) Hewan
 Seraangga: sengatan
 Binatang berbisa: gigitan / ular
 Binatang buas: Carnovora
5) Tumbuhan
 Debu kayu: Allergi & asma
 Debu kapas: allergi saluran nafas

6) Organisme viable dan racun biogenic.

• Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins: Racun


biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
• Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh subu kelembapan dan
media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko pekerja pada silo bahan
pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll
• Contoh: Byssinosis, "grain fever" Legionnaire's disease.

7) Alergi Biogenik
• Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
• Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari
bulu dan protein dari urine dan feaces binatang
• Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi pembuatan obat,
bakery, kertas, proses pengolahan kayu, juga dijumpai di bioteknologi (enzim,
vaksin dan kultur jaringan).
• Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi
seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
Contoh Occupational asthma: wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

Factor-faktor penyebab penyakit kerja akibat biologi:


1. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh
manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam
berdarah,anthrax.
2. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau
kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi atau
viavektor.
3. Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang
menimbulkanpenyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral.
pembersih cerobong asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu:
a. Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume
fever,polymer fume fever, organic dust fever, legionenelosis
b. Allergi akibat polusi udara: asma kerja, pneumonitis hipersensitivitas.
Bakteri dan virus merupakan makhluk yang sangat mudah berkembang biak dan
penyakit yang disebabkannya sangat mudah menular. Saat ini sejumlah penyakit menular
dan mematikan telah berpindah dari hewan ke manusia dan dari manusia ke hewan Infeksi
silang-spesies dapat berasal dari peternakan atau pasar, dimana kondisi menciptakan
pencapuran pathogen.yang memberi pathogen kesempatan untuk bertukar gen dan peralatan
sampai dengan membunuh inang yang sebelumnya asing.
BAB II

II.1 Penyakit Akibat Kerja dengan Penyebab Faktor Biologi: Dermatitis pada Industri
Pupuk Organik
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik
tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis
cenderung residif dan menjadi kronis.
Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan
eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.

II.2 Penyebab Dermatitis


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik
(contoh: sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik.

II.3 Gejala Dermatitis


Pada umumnya penderita dermatitismengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat
setempat, generalisata, bahkan universalis.
 Pada stadium akut, biasanya kulit yang terkena eksim nampak kemerahan, mengalami
penebalan dan timbul bercak-bercak, adakalanya berair (basah).
 Pada stadium subakut, bercak merah dan penebalan kulit nampak mereda.
 kemudian bercak yang basah akan mengering dan menjadi keropeng (krusta).
 Pada stadium kronis. eksim nampak kering, bersisik dan mengalami hiperpigmentasi
(menghitam). Tak jarang eksim mengalami perubahan bentuk menjadi bintik-bintik
menonjol, bahkan kadang mengalami erosi.

II.4 Jenis-Jenis Dermatitis


1) Dermatititis kontak iritan akut
Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas,
eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas
tegas.

Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah
bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam
fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat
setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu
serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih
setelah esok harinya. pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau
bahkan nekrosis.

2) Dermatitis kontak iritan kronis


Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan
lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro,
kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut,
tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena
kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat
menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu.
Kelainan baru nyata setelah berhari-hari. berminggu atau bulan. bahkan bisa bertahun-
tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.
Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering
ditemukan.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung
akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci
yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya
berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema. sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah
kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang
beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif,
misalnya mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan
berkebun.

II.5 Pengendalian yang Dapat Dilakukan


1. Eliminasi

Eliminasi faktor biologi penyebab dermatitis di tempat kerja dapat dilakukan dengan cara:

- Membersihkan tempat kerja secara rutin setelah pekerja usai bekerja;


- Mensterilkan bahan-bahan pengolahan pupuk secara optimal;
- Memastikan bahwa alat yang akan digunakan dan alat yang telah digunakan adalah
bersih;
- Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejenisnya pada tempat kerja setelah
pekerja usai bekerja.

2. Substitusi
Substitusi bisa dilakukan dengan:
- Mengganti bahan baku pupuk;
- Mengganti peralatan pengolahan pupuk:
- Mengganti atau memindahkan tempat pengolahan pupuk:
- Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki sensitivitas kulit yang tinggi
dengan pekerja yang memiliki sensitivitas lebih rendah terhadap agen biologi, lalu
menempatkan pekerja yang memiliki sensitivitas tinggi tersebut ke sektor atau
bagian lain dari aktivitas industri.
3. Engineering Control
Pada pengendalian faktor biologi, mungkin tidak terlalu melibatkan engineering control.
Namun engineering control dalam industri pengolahan pupuk organik ini dapat dilakukan
dengan cara:
- Mendesain peralatan yang memperpanjang jarak antara pekerja dengan objek kerja
(bahan baku pupuk);
- Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja dengan disinfektan;
- Menyediakan mesin penggilingan atau pengaduk atau pencampur otomatis yang
aman untuk mengurangi masa keterpaparan atau kontak langsung pekerja dengan
bahan baku pupuk organik yang umumnya kaya akan mikrobiologi yang sangat
mungkin menyebabkan dermatitis.

4. Administrative Control
- Membuat dan memasang media-media pengingat dan peringatan mengenai cara
kerja yang baik dan benar, misalnya poster, stiker, atau selebaran:
- Meng-upgrade pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis kerja
melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau diskusi bersama:
- Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk meminimalisir lamanya waktu maksimal
kontak pekerja dengan agen biologi penyebab dermatitis;

5. Alat Pelindung Diri


- Menyediakan masker bagi para pekerja:
- Menyediakan sarung tangan untuk para pekerja: Menyediakan sepatu boot untuk
para pekerja:
- Menyediakan seragam kerja yang berlengan panjang dan celana panjang.
- hal inI untuk mengurangi kemungkinan kontaknya agen biologi (mikroorganisme)
dengan kulit pekerja:
- Menyediakan semacam lotion disinfektan kulit sebelum pekerja memulai
pekerjaannnya, ini untuk meningkatkan imunitas kulit pekerja:
- Meyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun anti-mikroba dan
kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk memudahkan pekerja yang ingin
segera membersihkan diri usai bekerja. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran pekerja akan pentingnya membersihkan diri setelah bekerja.
BAB III
PENUTUP

Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit
yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja terjadi sebagai
pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.

Di tempat kerja, ada banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjangkitnya Penyakit
Akibat Kerja pada diri pekerja. Faktor-faktor tersebut ialah faktor fisik, faktor kimiawi,
faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikososial.

Faktor biologis dapat meliputi hewan, tanaman, serangga, maupun mikroorganisme


serta bisa juga serbuk kayu.

Untuk mengurangi atau meminimalisir kemungkinan faktor-faktor tersebut


mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja, maka perlu dilakukannya beberapa rangkaian
tindakan pengendalian, di antaranya ialah sebagai berikut:
1. Eliminasi;
2. Substitusi:
3. Engineering Control:
4. Administrative Control; dan
5. Pengadaan Alat Pelindung Diri disertai panduan penggunaan dan pemeliharaannya.

Dengan diterapkannya tindakan pengendalian tersebut dengan baik, diharapkan bahwa


derajat kesehatan para pekerja pun akan baik dan terpelihara. Sehingga dengan itu
produktivitas kerja pun semakin meningkat yang nantinya berdampak pula pada peningkatan
income perusahaan/industri.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalk3.com/

http://siswa.uni vpancasila ac.id/andinny/2010/11/10/gejala-dermatitis/

http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html

Anda mungkin juga menyukai