Anda di halaman 1dari 3

Bahaya Biologi

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-
bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi
menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non
infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
 Organisme viable dan racun biogenic
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial dan
jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang
beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh
: Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.
 Alergi Bionik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan
alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein
dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses
fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di
bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen
dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational
asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
 Bahaya Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya yaitu pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus,
salmonella, chlamydia, psittaci.

Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih aman, sehat
dan ergonomis.
Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan
kerja.

Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan dokter
berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerjanya telah berakhir. Hak atas manfaat JKK
tersebut diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja tersebut timbul dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir.

Jenis Penyakit Akibat Kerja

Adapun terdapat 4 (empat) jenis Penyakit Akibat Kerja yaitu (i) penyakit yang disebabkan
pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan, (ii)penyakit berdasarkan sistem target
organ, (iii) penyakit kanker akibat kerja, dan (iv) penyakit spesifik lainnya.

1. Penyakit yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan, yaitu:
o penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia, meliputi 39 (tiga puluh sembilan)
jenis penyakit, antara lain penyakit yang disebabkan oleh berillium dan
persenyawaannya;
o penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika, meliputi 7 (tujuh) jenis penyakit,
antara lain kerusakan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan; dan
o penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau parasite,
meliputi 9 (sembilan) jenis penyakit, antara lain virus hepatitis.
2. Penyakit berdasarkan sistem target organ, yaitu:
o penyakit saluran pernafasan, meliputi 12 (dua belas) jenis penyakit, antara
lain siliko tuberkulosis.
o penyakit kulit, meliputi 3 (tiga) jenis penyakit, antara lain dermatosis kontak
iritan yang timbul karena aktivitas pekerjaan.
o gangguan otot dan kerangka, meliputi 2 (dua) jenis penyakit, antara lain
radial styloid tenosynovitis;
o gangguan mental dan perilaku, meliputi 2 (dua) jenis penyakit, antara lain
gangguan stres pasca trauma.
3. Penyakit kanker akibat kerja, meliputi penyakit kanker yang disebabkan oleh 9
(sembilan) jenis zat, antara lain asbestos.
4. Penyakit spesifik lainnya, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau proses
kerja, dimana penyakit tersebut ada hubungan langsung antara paparan dengan penyakit
yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode
yang tepat. Contoh penyakit spesifik lainnya, yaitu nystagmus pada penambang.

Diagnosis Penyakit

Diagnosis jenis Penyakit Akibat Kerja dilakukan oleh:

1. dokter; atau
2. dokter spesialis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2016 tentang Penyelengaraan Penyakit
Akibat Kerja menjelaskan aspek penegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja sebagai berikut:
1. aspek medik: dasar tata laksana medis dan tata laksana Penyakit Akibat Kerja serta
membatasi kecacatan dan keparahan penyakit.
2. aspek komunitas: untuk melindungi pekerja lain.
3. aspek legal: untuk memenuhi hak pekerja.

Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dilaksanakan dengan pendekatan 7 (tujuh) langkah yang
meliputi:

1. penegakan diagnosis klinis;


2. penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja;
3. penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit;
4. penentuan kecukupan pajanan;
5. penentuan faktor individu yang berperan;
6. penentuan faktor lain di luar tempat kerja; dan
7. penentuan diagnosis okupasi.

Anda mungkin juga menyukai