Gambar 1. Biohazard
Bahaya faktor biologi atau biological hazard (biohazard) didefinisikan sebagai
agen infeksius atau produk yang dihasilkan agen tersebut yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Sedangkan agen faktor biologi
atau biological agent didefinisikan sebagai mikroorganisme, kultur sel, atau
endoparasit manusia, termasuk yang sudah dimodifikasi secara genetic, yang
dapat menyebabkan infeksi, reaksi alergi, atau menyebabkan bahaya dalam
bentuk lain yang mengganggu kesehatan manusia.
Biohazard dapat
berefek
pada
manusia
melalui
kontak
langsung
dengan biological agent (e.g gigitan ular berbisa) atau lewat penularan
melalui agen perantara. Beberapa penyakit seperti Toxoplasmosis dapat
ditularkan secara langsung dan tidak langsung.
Klasifikasi biohazard
Klasifikasi berdasarkan tipe agen
Berdasarkan definisi biological
diklasifikasikan menjadi:
1.
Agen infeksius
2.
3.
agent,
bahaya
faktor
biologi
dapat
Referensi
Newman-Martin, G. (2012). Biological Hazards. In HaSPA (Health and Safety
Professionals Alliance), The Core Body of Knowledge for Generalist OHS
Professionals. Tullamarine, VIC. Safety Institute of Australia
a. Daerah pertanian
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat
pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus,
Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau keracunan
Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
b. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin
ditemukan adalah bakteripenyebab penyakit saluran napas,
seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya
seperti Pneumonia.
c. Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta
produk-produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan
seperti ini misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri
yang tertelan atau terhirup, Brucellosis, Infeksi Salmonella.
d. Di Laboratorium
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar
terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani
organisme
atau
bahan-bahan
yang
megandung
organismepathogen
e. Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap
penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada
saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organismeyang
hidup pada air yang terdapat pada system pendingin,
Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan
sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja
denganusia lanjut.
3. Parasit
(i) Malaria ; gigitan nyamuk anopheles,
(ii) Ansxylostomiosis, anemia khronis,
(iii) gatal-gatal dikulit. Jamur dapat berupa sel tunggal atau
koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel.
Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan
hidup dari organisme atau hewan lain.
4. Hewan
Serangga : sengatan Binatang berbisa : gigitan / ular Binatang
buas : Carnovora
5. Tumbuhan
Debu kayu: Allergi & asma Debu kapas: allergi saluran nafas
6. Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan
mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan
bakteri. Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi
oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh.
Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja
pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, grain
fever,Legionnaires disease. 7) Alergi Biogenik Termasuk
didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan
alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang,
rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses
fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan
kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur
jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat
menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau
asma. Contoh Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum,
tepung bawang dsb.Factor-faktor penyebab penyakit kerja akibat
biologi:1. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi,
ekskresi, atau jaringan tubuh manusia seperti hepatitis, AIDS,
TBC, flu burung, flu babi, demam berdarah, anthrax.2. Akibat
penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara
diabaikan
oleh
penderita.
Setelah
kelainan
dirasakan
mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang
beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak
iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan
lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.II.5
Pengendalian yang Dapat Dilakukan 1. Eliminasi Eliminasi faktor
biologi penyebab dermatitis di tempat kerja dapat dilakukan
dengan cara: - Membersihkan tempat kerja secara rutin setelah
pekerja usai bekerja; - Mensterilkan bahan-bahan pengolahan
pupuk secara optimal; - Memastikan bahwa alat yang akan
digunakan dan alat yang telah digunakan adalah bersih; Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejenisnya pada
tempat kerja setelah pekerja usai bekerja. 2. Substitusi Substitusi
bisa dilakukan dengan: - Mengganti bahan baku pupuk; Mengganti peralatan pengolahan pupuk; - Mengganti atau
memindahkan tempat pengolahan pupuk; - Mengganti atau
memindahkan pekerja yang memiliki sensitivitas kulit yang tinggi
dengan pekerja yang memiliki sensitivitas lebih rendah terhadap
agen biologi, lalu menempatkan pekerja yang memiliki
sensitivitas tinggi tersebut ke sektor atau bagian lain dari
aktivitas industri. 10
11. 3. Engineering Control Pada pengendalian faktor biologi,
mungkin tidak terlalu melibatkan engineering control. Namun
engineering control dalam industri pengolahan pupuk organik ini
dapat dilakukan dengan cara: - Mendesain peralatan yang
memperpanjang jarak antara pekerja dengan objek kerja (bahan
baku pupuk); - Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja
dengan disinfektan; - Menyediakan mesin penggilingan atau
pengaduk atau pencampur otomatis yang aman untuk
mengurangi masa keterpaparan atau kontak langsung pekerja
dengan bahan baku pupuk organik yang umumnya kaya akan
mikrobiologi yang sangat mungkin menyebabkan dermatitis.4.
Administrative Control - Membuat dan memasang media-media
pengingat dan peringatan mengenai cara kerja yang baik dan
benar, misalnya poster, stiker, atau selebaran; - Meng-upgrade
pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis kerja
melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau
diskusi bersama; - Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk
meminimalisir lamanya waktu maksimal kontak pekerja dengan
agen biologi penyebab dermatitis;5. Alat Pelindung Diri Menyediakan masker bagi para pekerja; - Menyediakan sarung
tangan untuk para pekerja; - Menyediakan sepatu boot untuk
para pekerja; - Menyediakan seragam kerja yang berlengan
panjang dan celana panjang, hal in untuk mengurangi
kemungkinan kontaknya agen biologi (mikroorganisme) dengan
kulit pekerja; - Menyediakan semacam lotion disinfektan kulit
sebelum
pekerja
memulai
pekerjaannnya,
ini
untuk
meningkatkan imunitas kulit pekerja; 11
12. - Meyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun antimikroba dan kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk
memudahkan pekerja yang ingin segera membersihkan diri usai
bekerja. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
pekerja akan pentingnya membersihkan diri setelah bekerja. 12
13. BAB III PENUTUP Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993,
Penyakit Akibat Kerja adalahpenyakit yang disebabkan pekerjaan
atau lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja terjadisebagai
pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat
kerja. Di tempat kerja, ada banyak faktor yang dapat
mengakibatkan terjangkitnyaPenyakit Akibat Kerja pada diri
pekerja. Faktor-faktor tersebut ialah faktor fisik, faktorkimiawi,
faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikososial. Faktor
biologis
dapat
meliputi
hewan,
tanaman,
serangga,
maupunmikroorganisme serta bisa juga serbuk kayu. Untuk
mengurangi atau meminimalisir kemungkinan faktor-faktor
tersebutmengakibatkan Penyakit Akibat Kerja, maka perlu
dilakukannya beberapa rangkaiantindakan pengendalian, di
antaranya ialah sebagai berikut: 1. Eliminasi; 2. Substitusi; 3.
Engineering Control; 4. Administrative Control; dan 5. Pengadaan
Alat Pelindung Diri disertai panduan penggunaan dan
pemeliharaannya. Dengan diterapkannya tindakan pengendalian
tersebut dengan baik, diharapkanbahwa derajat kesehatan para
pekerja pun akan baik dan terpelihara. Sehingga dengan
ituproduktivitas kerja pun semakin meningkat yang nantinya
berdampak pula padapeningkatan income perusahaan/industri.
13
14.
REFERENSIhttp://jurnalk3.com/http://siswa.univpancasila.ac.id/an
dinny/2010/11/10/gejaladermatitis/http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html
14