Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?
article=1108&context=dharmasisyaperlindungan hukum terh perlindungan
hukum terhadap pera ap perawat yang terken ang terkena penyakit akiba t
akibat kerja berdasarkan pera asarkan peraturan perundang-und ang-
undangan y angan yang berl ang berlaku di indonesi aku di indonesia

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan
penyakit, dan pemulihan kesehatan pada pekerja.

Fasyankes sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja
yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes
meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan
kerja. Potensi bahaya biologi penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa,
parasit merupakan risiko kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes yang
dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.

Selain itu adanya penggunaan berbagai alat kesehatan dan teknologi di Fasyankes
serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar keselamatan akan
menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang ringan hingga fatal.
Perawat merupakan salah satu profesi yang memiliki faktor resiko terinfeksi suatu
penyakit dengan kemungkinan yang cukup besar. Karena, kewajiban pekerjaan yang
membuatnya setiap hari mengalami kontak langsung dengan pasien dalam waktu
cukup lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen.

Kejadian penyakit infeksi di rumah sakit dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan secara
global (Luo, et all, 2010). Hasil laporan National Safety Council tahun 1988
menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit 41% lebih besar dari
pekerja industri lainnya.

Menurut WHO penyakit akibat kerja adalah penyakit yang muncul terutama sebagai
akibat dari paparan faktor-faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja). Sedangkan
penyakit hubungan akibat kerja (work-related disease) memiliki banyak penyebab, di
mana faktor-faktor dalam lingkungan kerja dapat memainkan peran, bersama dengan
faktor risiko lain, dalam perkembangan penyakit tersebut. Faktor lingkungan disini
meliputi kondisi fisik, ergonomi serta psikososial. Contohnya lingkungan yang berdebu
akan menyebabkan penyakit saluran napas. Ergonomi berperan dalam hal kemanan
dan kenyamanan meliputi alat yang digunakan. Alat yang cacat dapat menimbulkan
bahaya kerja. Sedangkan psikososial erat kaitannya dengan hubungan petugas
kesehatan yang satu dengan yang lain dan hubungan petugas kesehatan dengan
pasien maupun keluarga pasien

Penyakit akibat kerja bisa terjadi apabila pihak-pihak terkait yaitu pengusaha maupun pekerja
mengabaikan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja : “Penyakit Akibat Kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja.6 Penyakit Akibat Kerja
meliputi jenis penyakit :7 a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbuldari aktivitas pekerjaan; b.
berdasarkan sistem target organ; c. kanker akibat kerja; dan d. spesifik lainnya.”

Dalam undang-undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, dijelaskan bahwa : “Tenaga
Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”9 . “Tenaga kesehatan salah satunya
yaitu tenaga keperawatan.”

Di Indonesia berdasarkan data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Kementerian Kesehatan tahun 1987-2016 terdapat 178 petugas medis yang terkena HIV AIDS. Penelitian
yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada
tahun 1998 menunjukkan bahwa 85% suntikan imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan
ternyata tidak aman (satu jarum dipakai berulang) dan 95% petugas kesehatan mencoba ketajaman
jarum dengan ujung jari. Selain itu dari hasil penelitian Start dengan Quick Investigation of Quality yang
melibatkan 136 Fasyankes dan 108 diantaranya adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
menunjukkan bahwa hampir semua petugas Puskesmas belum memahami dan mengetahui tentang
kewaspadaan standar. Hasil penelitian lain di wilayah Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sri Hudoyo
(2004) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan petugas menerapkan setiap prosedur tahapan
kewasdapaan standar dengan benar hanya 18.3%, dengan status vaksinasi Hepatitis B pada petugas
Puskesmas masih rendah yaitu 12,5%, dan riwayat pernah tertusuk jarum bekas yaitu 84,2%. Kasus
terjadinya kecelakaan kerja yang fatal pada Fasyankes pernah beberapa kali terjadi seperti kasus
tersengat listrik, kebakaran, terjadinya banjir, bangunan runtuh akibat gempa bumi dan kematian
petugas kesehatan karena keracunan gas CO di Fasyankes. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu
dilakukan peningkatan upaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes. Selain itu berdasarkan
peraturan perundang-undangan terdapat hak bagi setiap orang untuk mendapatkan perlindungan atas
risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, demikian juga bagi SDM Fasyankes, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes.

. BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Berdasarkan jenis penyakit akibat kerja yang tertuang dalam lampiran
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Penyakit Akibat Kerja yaitu
1) Penyakit yang disebabkan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan, seperti
penyakit yang disebabkan oleh :
a) faktor kimia (contoh : raksa atau persenyawanya, timbal atau
persenyawaannya, gas penyebab asfiksia seperti karbon monoksida,
hydrogen sulfida, hidrogensianida atau derivatnya, lateks atau produk
yang mengandung lateks)
b) fisik(contoh : penyakit yang disebabkan oleh getaran atau kelainan pada
otot, tendon, tulang, sendi, pembuluh darah tepi atau saraf tepi,
c) penyakit yang disebabkan oleh radiasi optik, meliputi ultra violet, radiasi
elektromagnetik (visible lightl), inframerah, termasuk laser
d) penyakit yang disebabkan oleh udara bertekanan atau udara yang
didekompresi,
e) penyakit yang disebabkan oleh pajanan temperature ekstrim), biologi dan
penyakit infeksi parasite (contoh : virus yang menyerang kekebalan
tubuh manusia, sindrom toksik atau inflamasi yang berkaitan dengan
kontaminasi bakteri atau jamur);
2) Penyakit berdasarkan sistem target organ
a) penyakit saluran pernafasan (contoh : asma yang disebabkan oleh
penyebab sensitisasi atau zatiritan yang dikenal yang ada dalam proses
pekerjaan,
b) penyakit paru obstruktif kronik yang disebabkan akibat menghirup debu
debu kertas yang muncul akibat aktivitas pekerjaan,
c) penyakit bronkhopulmoner , meliputi bissinosis, vlas, henep, sisal, dan
ampas tebu atau bagassosds, alveolitis alergika yang disebabkan oleh
faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik atau aerosol
yang terkontaminasi dengan mikroba, yang timbul dari aktivitas
pekerjaan),
d) penyakit kulit (contoh : dermatosis kontak iritasi yang disebabkan oleh
zat iritan yang timbul dari aktivitas pekerjaan, dermatosis kontak alergika
dan urtikaria yang disebabkan oleh faktor penyebab alergi lain yang
timbul dari aktivitas pekerjaan yang tidak termasuk dalam penyebab lain,
vitiligo
e) gangguan otot dan kerangka (contoh : radial styloid tenosynovitis karena
gerak repetitif, penggunaan tenaga yang kuat dan posisi ekstrim pada
pergelangan tangan, tenosynouitis kronis pada tangan dan pergelangan
tangan karena gerak repetitif, penggunaan tenaga yang kuat dan posisi
ekstrim pada pergelangan tangan, catpal htnnel sgndrome karena
periode berkepanjangan dengan gerak repetitif yang mengerahkan
tenaga, pekerjaan yang melibatkan getaran, posisi ekstrim pada
pergelangan tangan, atau 3 (tiga) kombinasi diatas)
f) gangguan mental dan perilaku (contoh : gangguan stres pasca trauma, gangguan
mental dan perilaku);
3) penyakit kanker akibat kerja (contoh : kanker yang disebabkan oleh zat beta-
naphthylamine, vinyl chloride, persenyawaan chromium VI);
4) penyakit spesifik lainnya yang disebabkan oleh pekerjaan atau proses kerja,
dimana penyakit tersebut ada hubungan langsung antara paparan dengan
penyakit yang dialami oleh perawat yang dibuktikan secara ilmiah dengan
menggunakan metode yang tepat (contoh : penyakit spesifik lainnya, yaitu
nystagmus .

Penyakit Menular pada Perawat Akibat Kerja

Penyakit menular merupakan permasalahan dunia kesehatan yang sering dialami. Penyebaran
penyakit tidak hanya terjadi di lingkungan sekitar tetapi dapat pula berdampak pada tenaga
kesehatan yang menangani kasusnya, dikarenakan beberapa faktor penyebab resiko
kesehatan. Penyakit menular pada perawat akibat kerja yang sering dijumpai, diantaranya
adalah:
.1.Penyakit Saluran Napas Penyakit saluran napas sering menjadi salah satu penyakit menular
yang dapat terjadi pada perawat. Perantara virus yang mudah menyebabkan penyakit saluran
napas sering menginfeksi dan dijumpai terjadi. Penyakit saluran napas yang sering terjadi pada
perawat akibat kerja, yaitu:  Influenza Virus flu adalah virus yang penyebarannya melalui
kontak udara ketika orang yang terinfeksi bersin ataupun batuk. Tiga jenis virus influenza, yang
sering disebut influenza A, B, C menyebabkan wabah flu. Virus influenza dapat menular
memalui tiga cara: - Melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi - Melalui kontak
dengan benda yang terkontaminasi - Jika menghirup virus (serat aerosol).  TBC Tuberkulosis
(TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC adalah oenyakit menular paru-paru yang
disebabkan oleh basil Mycobacterium tubercolosis. TB termasuk dalam 10 besar penyakit yang
menyebabkan kematian dunia. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia
termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru TB terbanyak. Sebagai perawat yang
bekerja di bidang kesehatan, bersinggungan dengan penderita TB sangatlah hal yang lazim.
Berkaitan dengan penularan TB melalui kontak udara yang artinya sangat mudah menular,
maka perawat diharuskan melakukan persiapan yang sesuai SOP jika akan melakukan kontak
dengan pasien TB
. 2. Penyakit kulit Penyakit kulit yang biasa sampai dengan radang infeksi kulit biasa dijumpai
terjadi di rumah sakit. Media penularan adalah melalui kontak tubuh (kulit).
3.HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus adalah lentivirus (subkelompok retrovirus) yang
menyebabkan infeksi HIV dan dari waktu ke waktu berubah menjadi Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS adalah infeksi virus yang bisa menyebabkan
kerusakan yang parah dan tidak bisa diobati pada sistem imunitas, sehingga korbannya terbuka
terhadap infeksi dan kanker tertentu (Jonathan Weber & Annabel Ferriman). Oleh karena
HIV/AIDS belum ada obatnya, hal ini menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu penyakit yang
mematikan. Media penularan yang sangat mudah langsung terpapar adalah melalui cairan
darah. Data WHO (2004) dari 35 juta pekerja kesehatan bahwa 3 juta terpajan patogen darah
(2 juta terpajan virus HBV, 0.9 juta terpajan virus HBC dan 170.000 terpajan virus HIV/ AIDS).
Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4: 1000 4.
Hepatitis Hepatitis dalam bahasa mudahnya dikenal dengan peradangan hati. Menurut WHO
hepatitis dapat berkembang menjadi fibrosis, sirosis atau kanker hati. Ada 5 virus hepatitis,
yang disebut tipe A, B, C, D dan E. Akan tetapi, penyebaran penyakit lebih banyak dijumpai
pada virus hepatitis B. Karena, media penularannya melalui paparan darah infektif, air mani
dan cairan tubuh. Kasus penularan HBV pada 5 tahun silam terjadi secara besar terhadap
tenaga kesehatan dikarekan kerusakan jarum suntik. Penelitian yang dilakukan peneliti
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Lukman Hakim Tarigan, menemukan
bahwa pada tahun 2013 terdapat 7000 tenaga kesehatan yang terinfeksi HBV dan sekitar 4900
di antara tenaga kesehatan yang terinfeksi disebabkan karena kecelakaan jarum suntik,
sedangkan sisanya terinfeksi dari penderita lain

Penyakit Tidak Menular pada Perawat Akibat Kerja

Menurut hasil penelitian di Cleveland Clinic Hospital dan 22 Rumah Sakit di Ohio (1993-1996) di Amerika
Serikat, ditemukan cedera sprain dan strain paling banyak pada perawat. Low back pain merupakan
keluhan terbanyak dari cedera tersebut dan lebih banyak menimpa perawat wanita. Penyebabnya
ditengarai adalah seringnya kerja otot statik, seperti mengangkat pasien dan kerja bergilir (work shift).\
1. Sprain adalah cidera pada sendi yang melibatkan robeknya ligamen dan kapsul sendi

. 2. Strain adalah cidera otot atau tendon (urat).

3Low back pain adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya tulang
belakang daerah spinal, otot, saraf atau struktur lainnya si sekitar daerah tersebut. Sprain, strain
maupun low back pain ini terjadi dikarenakan kerja perawat yang terus bergerak aktif seperti
memindahkan atau mentransfer pasien. Perawat termasuk kedalam pekerjaan manual material handling
yang mana termasuk ke dalam pekerjaan dengan aktivitas berat, sehingga penyakit seperti low back
pain sering diderita oleh pekerja jenis ini. Di Amerika Serikat, tenaga pelayanan kesehatan yang memiliki
tingkat tertinggi dari low back pain adalah perawat. Di Indonesia angka kejadian pasti low back pain
diperkirakan dalam kisaran angka 7, 6-37%. Hal ini dipertegas oleh Roupa, at all (2008) yang
mengemukakan bahwa staf perawat termasuk ke dalam kelompok profesi beresiko tinggi untuk terkena
cidera muskuloskeletal, terutama di daerah tulang belakang thorako-lumbal yang akan mengakibatkan
low back pain. (HJS -Healt Science Journal, 2008 dalam Cahyati, 2012) Selain dari sisi fisik, beban kerja
perawat juga memengaruhi sisi mental-psikologis, terkait stressor. Dalam beberapa penelitian, salah
satunya yang berjudul “Hubungan Beban Kerja dan Kondisi Penyakit dengan Stress Kerja Perawat
Pelaksana di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Polewali Mandar” menyatakan bahwa terdapat lima
stressor pada perawat, salah satunya beban kerja yang berlebihan (sebanya 82,2%)

Sedangkan menurut PPNI (2006) terdapat 50% perawat mengalami stress kerja yang berakibat: 1.
Pusing, lelah, tidak ada istirahat, yang antara lain dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi dan
pekerjaan yang menyita waktu (Agung, 2009) 2. Gangguan tidur, Tenaga perawat perlu waktu sepanjang
malam atau waktu yang tidak tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur
pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.
A. Penyakit menular dan tidak menular Penyakit menular adalah penyakit yang sangat berbahaya karena
angka kematianyang cukup tinggi dan dapat menimbulkan kecacatan (Darmawan, 2016).
MenurutKementerian Kesehatan, penyakit Difteri merupakan penyakit menular mematikan
yangmenyerang saluran pernafasan bagian atas (tonsil, faring, dan hidung) dan kadang-kadangselaput
lender dan kulit. Penyakit ini disebabkan bakter yaitu Corynebacterium diphteriae.Semua golongan
umur bisa tertular, namun anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tuadiatas 60 tahun sangat beresiko
tertular penyakit difteri. Sangat perlu diwaspadai bahwakecenderungan jumlah kasus penyakit ini
meningkat sejak 2007 (Fatoni, Noviandha, 2017). Ada tiga kelompok utama penyakit menular: 1.
Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi. 2. Penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan kematian dan cacat,walaupun akibatnya lebih ringan dariyang pertama 3. Penyakit
menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat mewabah yang menimbulkan
kerugian materi. Tiga sifat utama aspek penularan penyakit dari orang ke orang: 1. Waktu Generasi
(Generation Time) Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan
maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam mempelajari
proses penularan. Perbedaan masa tunas denga waktu generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh
masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada
penyakit dengan gejala yang terselubung, waktu generasi ialah waktu masuknya unsur penyebab
penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada pejamu lain walau
tanpa gejala klinik atau terselubung. 2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) Adalah tingkat
kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran
unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota
kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama dalamproses kejadian wabah dimasyarakat
sertakelangsungan penyakit pada suatukelompok penduduk tertentu. Wabah terjadi karena 2 keadaan :
 Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk
ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen
penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.  Bila suatu populasi tertutup seperti
asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah
orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. 3. Angka Serangan(Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satusatuan waktu tertentu di kalangan
anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau kerentanan terhadap penyakit
tersebut. Formula angka serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak termasukkasus pertama)
dibagi dengan banyaknya orang yang pekadalam satu jangka waktu tertentu. Angka serangan ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancamam dalam keluarga, dimana tata
cara dan konsep keluarga, sistem hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam
kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat penularan
penyakit berlangsung. Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi
perhatian nasional maupun global pada saat ini. Data WHO tahun 2008 menunjukan bahwa dari 57 juta
kematian yang terjadi, 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.
Penyakit tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat disebarkan dari seseorang terhadap
orang lain. Terdapat empat tipe utama penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker,
penyakit pernapasan kronis, dan diabetes. Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku
manusia, termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup
sehingga penderita penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin
meningkat dan mengancam kehidupan. Akibat perilaku manusia pula, lingkungan hidup dieksploitasi
sedemikian rupa sampai menjadi tidak ramah terhadap kehidupan manusia sehingga meningkatkan
jumlah penderita penyakit paru kronis yang seringkali berakhir dengan kematian. Demikian pula
berbagai penyakit kanker dapat dipicu oleh bermacam bahan kimia yang bersifat karsinogenik, kondisi
lingkungan, serta perilaku manusia. Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis,
tidak ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan penyakit tidak menular umumnya lambat dan
membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia
Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan cedera. Empat
terbanyak dari penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan
kronis, dan diabetes mellitus. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari
70 tahun, penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%),
sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan
sekitar 30% kematian serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus. Penyakit tidak menular muncul dari
kombinasi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Fakor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran individu itu
sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi tersebut adalah: 1. Merokok Efek
berbahaya dari merokokterhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui.Selain itu, paparan asap rokok pada perokok pasif
seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak hamil di rumah maupun di tempattempat
umum menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan
penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau menyumbang
sekitar 6 juta kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 8 juta pada
tahun 2030. 2. Konsumsi Alkohol Alkohol Merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang
membuat ketergantungan pengkonsumsinya.Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol yang
dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun 2012, sekitar 3.3 juta
kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global disebabkan oleh konsumsi alkohol. Konsumsi
Alkohol sangat umum di seluruh dunia meskipun membawa risiko yang merugikan bagi kesehatan dan
konsekuensi sosial terkait efek memabukkan, sifat beracun, dan ketergantungan .Konsumsi alkohol
merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan berbagai
penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri.Secara keseluruhan,
5.1% dari beban penyakit global dan cedera disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted
Life Years, DALYs).Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya meningkatkan risiko cedera secara
substansial, tetapi juga memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi alkohol terus
meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia yang sebelumnya rendah. Faktor lingkungan
meliputi pembangunan, ekonomi, budaya, ketersediaan alkohol, serta kelengkapan tingkat pelaksanaan
dan penegakkan kebijakan alkohol mempengaruhi pola konsumsi alkohol dan besarnya masalah yang
berhubungan dengan alkohol dalam populasi. 3. Pola Makan yang Buruk Sekitar 16 juta (1%) DALYs
(ukuran potensial kehilangan kehidupan karena kematian dini dan tahun-tahun produktif yang hilang
karena cacat) dan 1.7 juta (2.8%) dari kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kurangnya konsumsi
buah dan sayur.Konsumsi cukup buah dan sayur mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker
perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak
dan gula cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan
sayuran. Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan darah
dan risiko kardiovaskuler secara keseluruhan. Diperkirakan bahwa mengurangi asupan garam dari
konsumsi rata-rata 9-12 gram per hari menjadi 5 gram per hari memiliki dampak besar pada tekanan
darah dan penyakit kardiovaskuler. Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan trans fatty acid terkait
dengan penyakit jantung; minyak nabati tak jenuh ganda dapat menjadi pengganti untuk menurunkan
risiko penyakit jantung koronerdan diabetes mellitus tipe 2. 4. Kurangnya Aktivitas Fisik Aktivitas fisik
yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian global. Orang yang
kurang aktif secara fisik memiliki 20%- 30% peningkatan faktor risiko penyebab kematian dibandingkan
dengan mereka yan setidaknya melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per minggu, atau setara
seperti yang direkomendasikan WHO. Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung
iskemik, diabetes, kanker payudara, dan kanker kolon.Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko
stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari pengeluaran energi
dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energy dan control berat bada

Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia, dapat menggunakan bentuk APD
secara lengkap atau merujuk pada juknis terkait

Penerapan Kewaspadaan Standar

Penerapan Prinsip Ergonomi

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Pemberian Imunisasi

Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Fasilitas Pelayanan Kesehata

Pengelolaan Sarana dan Prasarana dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerj
BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari
sering disebut dengan safety saja, oleh American Society of Safety Engineers (ASSE) diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan
lingkungan dan situasi kerja. Keselamatan kerja sangat diperlukan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di
suatu rumah sakit, puskesmas maupun klinik. Karena, banyaknya faktor resiko yang menyebabkan
kemungkinan seperti tertular penyakit dan cidera akibat kecelakaan kerja. Penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan
demikian, penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan
dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah
gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas
kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan. Ada banyak faktor-faktor resiko yang dapat
menimbulkan penyakit dan cidera akibat kerja, mulai dari faktor biologi, kimia, ergonomi, fisik hingga
psikososial yang ada dapat mengantarkan perawat beresiko terkena penyakit baik menular maupun
penyakit yang tidak menular. Upaya pengendalian risiko kesehatan dan keselamatan kerja pada perawat
dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah hierarchy of control K3 yang disesuaikan dengan jenis
tindakan keperawatan yang dilakukan (Iwan M. Ramdan dan Abd. Rahman, 2017). Mulai dari
pengendalian faktor biologis seperti lingkungan, faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomi hingga faktor
psikososial
https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-penyakit-akibat-kerja-
pada-profesi-perawat-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai