Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM K3

RESIKO BAHAYA DI LABORATORIUM/RS

Nama : Citra Nadia Salsabila


NIM : 2111050121
Kelas : 1B TLM D4

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PURWOKERTO
DESEMBER 2021
Selasa, 14 Desember 2021
BAHAN BAHAYA BERACUN

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengklasifikasian
resiko bahaya di rumah sakit atau laboratorium.
2. Mahasiswa dapat mengetahui resiko kimia yang ada
di laboratorium.
3. Mahasiswa dapat mengetahui resiko biologi yang
ada di laboratorium.
II. DASAR TEORI
Salah satu tempat kerja yang berisiko adalah
Rumah Sakit, hal ini karena rumah sakit memiliki
potensi terjadinya penyakit infeksi terhadap para
karyawan, pasien, bahkan pengunjung. Beberapa
contoh penyakit infeksi yang dapat terjadi di Rumah
Sakit adalah TB, Hepatitis B, Hepatitis C, dan
bahkan berisiko terinfeksi HIV/AIDS. Selain
penyakit-penyakit infeksi, di rumah sakit juga
memiliki risiko atau bahaya lain yang mempengaruhi
situasi dan kondisi di rumah sakit, seperti kecelakaan
(meliputi kejadian ledakan, kebakaran, kecelakaan
yang diakibatkan adanya masalah pada instalasi
listrik, serta faktor-faktor yang dapat menimbulkan
cidera lainnya), radiasi, paparan bahan kimia beracun
dan berbahaya, gasgas anastesi, gangguan terkait
psikis dan ergonomi (M.G Catur. 2018).
Kegiatan di Rumah Sakit mempunyai risiko
berasal dari faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi
dan psikososial, variasi, ukuran, tipe dan
kelengkapan Rumah Sakit menentukan tingkat
risiko K3. Kesehatan kerja merupakan suatu unsur
kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan kerja
dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja. Sedangkan, keselamatan kerja
merupakan suatu sarana utama untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat
menimbulkan kerugian berupa luka atau cidera,
cacat atau kematian, kerugianharta benda, kerusakan
peralatan atau mesin dan kerusakan lingkungan
secara luas (Suzana, 2018).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah usaha pencegahan yang dibuat untuk pekerja
atau buruh maupun pengusaha sebagai pencegahan
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja di dalam lingkungan kerja dengan
cara mengenali potensi yang akan menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja telah diatur
dalam Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. Indentifikasi potensi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
potensi bahaya dapat dilakukan dengan
menggunakan Hazard Identification, Risk
Assesment, and Determining Control (HIRADC).
HIRADC bertujuan untuk mengidentifikasi risiko
bahaya di tempat kerja yaitu dengan mengaitkan
antara pekerja, tugas, peralatan kerja dan
lingkungan kerja (Wilujeng, 2018)
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat
modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai
fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga
mencakup berbagai tindakan maupun disiplin
medis. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Bahan mudah terbakar, gas medik, radiasi
pengion, dan bahan kimia merupakan potensi
bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Oleh
karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian
khusus terhadap keselamatan dan kesehatan pasien,
staf dan umum (Oktaviana, 2017).
Bekerja di laboratorium kimia, mengandung
risiko berupa bahaya terhadap keselamatan kerja.
Percobaan/praktikum/penelitian yang dikerjakan di
laboratorium kimia organik identik dengan
pemakaian bahan kimia organik yang
berbahaya.Pemakaian bahan kimia berbahaya sudah
tentu berisiko baik terhadap kesehatan pengguna,
pekerja, maupun lingkungan. Salah satu resiko yang
sulit diprediksi dan paling berbahaya di
laboratorium adalah kadar racun beragam bahan
kimia. Tidak ada zat yang sepenuhnya aman, dan
semua bahan kimia menghasilkan efek beracun
kepada sistem kehidupan, dalam bentuk yang
berbeda beda (I Dewa, 2019).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi (Alat dan Bahan)
a. Alat
1. Pensil
2. Bolpoint
3. Tip
4. Penggaris
5. Kertas foliot
6. Buku

b. Bahan
-
3.2 Metode Kerja
1. Diperhatikan cara penggunaan Laminar Air Flow
(LAF), resiko apa yang mungkin terjadi jika terkena
sinar UV dari LAF tersebut (resiko fisika).
2. Diperhatikan cara perbanyakan bakteri dan
penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di
laboratorium, pemusnahan bakteri sisa penelitian
atau praktikum, resiko apa yang mungkin terjadi
jika kita terpapar bakteri tersebut (resiko biologi)
3. Diperhatikan cara penggunaan atau penanganan
terhadap bahan kimia, antibiotic, resiko apa yang
terjadi jika kita terpapar bahan kimia atau antibiotic
tersebut mengenai kita (resiko kimia)
4. Diperhatikan postur tubuh pekerja dan kondisi
lingkungan yang ada di laboratorium, jelaskan
resiko ergonomic yang dapat terjadi.
5. Diamati, apakah ada resiko psikologi yang terjadi di
laboratorium, sebutkan permasalahan apa saja yang
mungkin terjadi dan upaya apa saja yang dapat
dilakukan untuk meminimalisir resiko tersebut.
6. I.V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
HASIL FAKTOR RESIKO BAHAYA DI
LABORATORIUM/RS
1. RESIKO BAHAYA FISIK
a. Resiko bahaya mekanik
 Tertusuk jarum suntik/jarum jahit bekas pasien.
 Pasien terjatuh dari brankat/tempat tidur,
terjepit/tertabrak kereta dorong.
 Terpeleset, tersandung,dll di lantai-lantai yang
miring baik di koridor, ramp atau batas lantai
dengan halangan.
b. Resiko bahaya radiasi
 Terkena paparan sinar radiasi di unit
radiodiagnostik, radiotherapy dan kedokteran nuklir
 Pada dosis radiasi yang tinggi, dapat merusak sel-sel
yang rusak akan memperbanyak diri hingga menjadi
sel kanker. Terlebih jika pola hidupnya mendukung
untuk terpapar penyakit kanker seperti perilaku
merokok, konsumsi makanan yang rentan
karsinogen, dan sebagainya
 Pada dosis radiasi yang tinggi dalam satu waktu
atau jangka pendek juga akan menimbulkan gejala
sindrom radiasi akut seperti mual, muntah, diare,
demam, dan lemas.
c. Resiko bahaya kebisingan
 Auditorial/Accupational hearing loss, yaitu trauma
akustik dan noise induce.
 Nonaditional, dampak yang diterima antara lain;
gangguan komunikasi, gangguan tidur, serta
gangguan prilaku yang ditandai dengan sakit kepala,
mual dan berdebar.
 Rusaknya indra pendengaran
d. Resiko bahaya pencahayaan
 Kelelahan mata (iritasi / conjungtivitis), rangkap,
sakit kepala, ketajaman penglihatan terganggu, serta
akomodasi dan konvergasi menurun.
 Dapat merusak kulit
 Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar bola mata,
mata kemerahan, penglihatan kabur, penglihatan
ganda, dan sulit memfokuskan penglihatan,
mata terasa sakit, perih, kering, gatal, berat,
panas, berair, tegang, sering dikucek, sakit
kepala dan kadang disertai rasa mual.
e. Resiko bahaya listrik
 Tersetrum aliran listrik secara langsung maupun
tidak langsung
 Pasien menjadi penghantar arus bocor dari
bedhead monitor ke alat monitor tekanan darah
dan ke bumi
 Pasien bersentuhan dengan bedhead monitor
dibagian BKT yang mempunyai sifat metal
penghantar dengan keadaan gangguan hubungan
singkat ke dalam bagian penghantar aktif
f. Resiko bahaya iklim kerja
 Suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.
 Suhu panas dapat mengakibatkan menurunnya
prestasi kerja pikir, mengurangi kelincahan,
memperpanjang waktu reaksi dan waktu
pengambilan keputusan, menggangu kecermatan
kerja otak, menggangu koordinasi syaraf perasa
dan motoris, serta memudahkan untuk
dirangsang
 Gangguan perilaku dan performansi kerja
seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan
istirahat curian dan lain-lain.
 Dehidrasi (suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh
penggantian cairan yang tidak cukup maupun
karena gangguan kesehatan).
 Heat rash (seperti biang keringat atau keringat
buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus
basah)
 Heat cramps merupakan kejang-kejang otot
tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan hilangnya garam
natrium dari tubuh yang kemungkinan besar
disebabkan karena minum terlalu banyak
dengan sedikit garam natrium.
 Heat syncope (keadaan yang disebabkan karena
aliran darah keotak tidak cukup karena sebagian
besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit
atau perifer yang disebabkan pemaparan suhu
tinggi.
g. Resiko bahaya akibat getaran
 Pada sistem peredaran darah, misalnya
kesemutan pada jaringan tangan dan kadang-
kadang ujung jari memucat yang disertai rasa
nyeri.
 Sistem tulang sendi dan otot gangguan
ostevartikuler terutama pada tulang karpal, sendi
siku.
 Sistem saraf yaitu kelainan saraf sensoris yang
menimbulkan kesemutan
2. RESIKO BAHAYA BIOLOGI
 Resiko terkena kuman-kuman pathogen dari
pasien (nosokomial)
 Resiko dari binatang (tikus, kecoa, lalat,
kucing,dll)
 Resiko dari tanaman
 Resiko dari bakteri
 Resiko dari jamur
3. RESIKO BAHAYA KIMIA
 Detergen. Yaitu bahan-bahan yang
dipergunakan untuk mencuci linen dan peralatan
lainnya.
 Reagen. Yaitu zat atau bahan yang
dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium klinik dan patologi anatomi
 Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang
dipergunakan untuk pengobatn pasien
 Antiseptic yaitu bahan-bahan yang digunakan
untuk mencuci tangan dan mencuci permukaan
kulit pasien. Ex : alcohol, iodine pivodine, dll
 Gas medis. Yaitu gas dipergunakan untuk
pengobatan dan bahan penunjang pengobatan
pasien seperti oksigen, karbon dioxide,dll
4. RESIKO BAHAYA ERGONOMI
 Angkat dan angkut
 Posisi duduk
 Ketidakjangkauan peralatann kerja dengan
pekerja
 Desain tempat kerja/mesin/alat
 Pengangkutan manual
 Postur tubuh pekerja yang berubah. Ex :
lordosis, scoliosis,dll
5. RESIKO BAHAYA PSIKOLOGI
 Stress
 Kekerasan
 Pelecehan
 Pengucilan
 Emosi negative

4.2 PEMBAHASAN
Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Hal ini karena rumah sakit memiliki potensi
terjadinya penyakit infeksi terhadap para karyawan,
pasien, bahkan pengunjung. Bahan mudah terbakar,
gas medik, radiasi pengion, dan bahan kimia
merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko
kecelakaan kerja. Risiko ini tidak hanya berpotensi
bagi tenaga medis saja, namun juga terhadap tenaga
non medis seperti petugas kebersihan. Saat bekerja
risiko yang selalu dihadapi oleh petugas kebersihan
adalah terpapar faktor biologi dan terpapar bahan
kimia atau obat pembersih.
Beberapa contoh penyakit infeksi yang dapat
terjadi di Rumah Sakit adalah TB, Hepatitis B,
Hepatitis C, dan bahkan berisiko terinfeksi
HIV/AIDS. Selain penyakit-penyakit infeksi, di
rumah sakit juga memiliki risiko atau bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah
sakit, seperti kecelakaan (meliputi kejadian ledakan,
kebakaran, kecelakaan yang diakibatkan adanya
masalah pada instalasi listrik, serta faktor-faktor
yang dapat menimbulkan cidera lainnya), radiasi,
paparan bahan kimia beracun dan berbahaya, gasgas
anastesi, gangguan terkait psikis dan ergonomi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah usaha pencegahan yang dibuat untuk pekerja
atau buruh maupun pengusaha sebagai pencegahan
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja di dalam lingkungan kerja dengan
cara mengenali potensi yang akan menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal
penting yang harus diterapkan di semua tempat
kerja, baik pada sektor formal maupun sektor
informal. Terlebih bagi tempat kerja yang memiliki
risiko atau bahaya yang tinggi, serta dapat
menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja.
Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan
cara meningkatkan kualitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang berkaitan dengan proses
melakukan kerja secara aman dan kondisi
lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Salah satu
upaya yang bisa bahaya dan penilaian risiko
sehingga dapat dilakukan usaha pengendalian yang
efektif guna meningkatkan produktivitas kerja serta
mengurangi kecelakaan kerja.
1. RESIKO BAHAYA FISIK
Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari
faktor-faktor fisik. Faktor fisika merupakan faktor
di dalam tempat kerja yang bersifat fisika. Biasanya
bahaya fisik diklasifikasikan sebagai bahaya
lingkungan atau pekerjaan. Radiasi, tekanan panas
dan dingin, getaran, dan kebisingan, misalnya,
adalah jenis bahaya fisik. Bahaya fisik dapat
menjadi faktor atau keadaan yang dapat
menyebabkan bahaya tanpa atau dengan adanya
kontak.
Bahaya fisik menyebabkan cedera dan
penyakit di beberapa industri. Di beberapa industri,
seperti pertambangan dan konstruksi, bahaya fisik
tidak dapat dihindari. Namun, seiring waktu,
prosedur dan metode keselamatan sudah
dikembangkan kami telah untuk meminimalkan
risiko bahaya fisik di tempat kerja. Bahaya fisik
terdapat pada pekerjaan yang efek bahayanya
berdampak kepada pekerja baik secara langsung
(tersembur material panas dan uap panas) atau
berdaya jangka waktu (gangguan pendengaran
akibat kebisingan).
Contoh Bahaya fisik yaitu : Terjatuh dari
ketinggian, tersembur material panas, terkena uap
panas, mengalami gangguan pernapasan, iritasi
mata yang disebabkan debu batu bara, iritasi kulit
dari paparan debu batu bara dan bahan kimia,
dehidrasi ringan hingga akut karena situasi
lingkungan kerja yang panas, terpapar sinar api
burner dapat mengakibatkan kebutaan jika tidak
memakai APD dengan tepat.
Berikut upaya pengendalian resiko bahaya
fisika.
1. Pengendalian resiko terluka karena benda tajam:
 Mencegah menggunakan benda tajam jika tidak
diperlukan dan penyimpanan benda tajam yang
baik.
 Pelatihan pekerja dan prosedur kerja yang aman
 Pelindung mata, pakaian pelindung, dan sarung
tangan
2. Pengendalian resiko terjatuh :
 Pemasangan lantai yang tidak licin, desain tangga
yang aman, penggunaan cahaya yang tepat.
 Melakukan perawatan regular pada lantai, tangga,
jalur, dan lain lain. pelatihan pekerja. Perbaikan
pada progam pembersihan. Menggunakan tanda
peringatan.
 Alas kaki yang sesuai agar tidak mudah terpeleset.
3. Pengendalian resiko terkena paparan sinar
radioaktif:
 Menggunakan kaca penahan.
 Program radiasi yang aman, pelatihan dan
kualifikasi pekerja, prosedur kerja yang aman, akses
terbatas dan pengawasan paparan.
 Sarung tangan, pakaian pelindung, pelindung mata.

2. RESIKO BAHAYA BIOLOGI


Bahaya biologis adalah bahaya yang berasal
dari unsur-unsur biologi seperti flora dan fauna
yang ada di lingkungan kerja maupun dari aktivitas
kerja.
Termasuk dalam kelompok biologis adalah v
irus, bakteri, jamur dan parasit lainnya. Selain
kelompok biologis diatas terdapat juga bahaya biolo
gis 
yang berasal dari serangga, tikus, dan binatangpeng
ganggu lainnya. Faktor 
bahaya biologis merupakan penyebab utama untuk p
enyakit akibat kerja.
Untuk itu perlu pengendalian yang lebih untuk fakto
r bahaya biologis.
Resiko bahaya biologi disebabkan oleh :
1. Virus
Di lingkungan rumah sakit banyak sekali ditemukan
virus. Seperti virus HIV, SARS, dan virus Hepatitis
yang merupakan bahaya potensial bagi petugas
Kesehatan dan mereka yang bekerja di lingkungan
rumah sakit. Virus Hepatitis B merupakan salah satu
factor resiko gangguan Kesehatan yang ditularkan
dengan kontak melalui cairan tubuh. Sedangkan
untuk virus Hepatitis C merupakan jenis pathogen
yang tinggi resiko penularannya. Resiko terkena
virus Hepatitis C ini tergantung pada frekuensi
terkena darah dan jarum suntik.
2. Bioaerosol
Bioaerosol adalah disperse jasad renik atau bahan
lain dari bagian jasad renik di udara. Sumber
bioaerosol adalah kapang, jamur, protozoa, dan
virus. Sumber-sumber tersebut menimbulkan bahan-
bahan allergen, pathogen dan toksin di lingkungan.
3. Bakteri dan pathogen lainnya.
Beberapa pathogen penyebab infeksi saluran
pernafasan yang banyak terdapat di rumah sakit dan
laboratorium. Salah satunya yaitu Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyebabkan penyakit
TBC.
Cara penanggulangannya yaitu :
1. Eliminasi
Eliminasi dapat dilakukan dengan cara
memindahkan objek kerja atau system kerja yang
kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima
oleh ketentuan atau kadarnya melebihi NAB.
2. Substitusi
Substitusi dapat dilakukan dengan cara mengganti
bahan-bahan dan peralatan yang berbahaya dengan
bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya
atau yang lebih aman, sehingga masih terjangkau
pemaparannya.
3. Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik ini dilakukan dengan cara
merubah struktur objek kerja untuk mencegah
seseorang terpapar potensi bahaya. Misalnya dengan
memisahkan tempat untuk pembuangan sampah
sesuai dengan jenisnya.
3. RESIKO BAHAYA KIMIA
Bahaya kimia adalah bahaya akibat
pekerjaan yang disebabkan karena paparan bahan
kimia di tempat kerja. Korban dapat menderita efek
kesehatan negatif akut atau jangka panjang. Risiko
yang ada di laboratorium analisis adalah berkaitan
dengan bahan utama yang digunakan yaitu bahan
kimia. Bahan kimia yang digunakan dalam
praktikum yang dapat berpotensi sebagai sumber
bahaya meliputi HNO3 pekat, fenol, H2SO4 pekat,
etanol, dan eter.
Suatu bahan kimia yang berbahaya tidak ada
risiko apabila tidak ada paparan. Sebagai contoh
asam sulfat yang sangat korosif tidak mempunyai
risiko atau berisiko kecil bagi orang yang tidak
menangani bahan kimia tersebut, begitu juga
terhadap orang yang terpapar asam sulfat (ilmuwan,
pekerja) yang melakukan tindakan pengelolaan
risiko misalnya dengan menggunakan kaca mata
dan sarung tangan pengaman.
Laboratorium ini memiliki banyak potensi
bahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan kerja bagi pengguna laboratorium.
Kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium ini
adalah untuk membuat reagen dan praktikum
menganalisis gugus fungsional. Sebagai contohnya
resiko bahaya kimia yaitu :
 Detergen. Yaitu bahan-bahan yang dipergunakan
untuk mencuci linen dan peralatan lainnya.
 Reagen. Yaitu zat atau bahan yang dipergunakan
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium klinik
dan patologi anatomi
 Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang
dipergunakan untuk pengobatn pasien
 Antiseptic yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk
mencuci tangan dan mencuci permukaan kulit
pasien. Ex : alcohol, iodine pivodine, dll
 Gas medis. Yaitu gas dipergunakan untuk
pengobatan dan bahan penunjang pengobatan pasien
seperti oksigen, karbon dioxide,dll
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar
mengurangi risiko hazard kimia di rumah sakit
antara lain :
1. Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit
K3RS berkoordinasi dengan seluruh satuan kerja.
Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan
B3, penyimpanan, pelabelan, pengemasan ulang
/repacking, pemanfaatan dan pembuangan
limbahnya.
2. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet /
MSDS), petugas yang mengelola harus sudah
mendapatkan pelatihan pengelolaan B3, serta
mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
3. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan
bukan B3, diletakkan diatas palet atau didalam
lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan,
tersedia MSDS, safety shower, APD sesuai resiko
bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3
serta tersedia prosedur penanganan Kecelakaan
Kerja akibat B3.
4. Pelabelan dan pengemasan ulang harus
dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten untuk
memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar
pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan tanpa
kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah
sakit.
5. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan
melalui saluran air kotor yang akan masuk ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah
B3 padat harus dibuang ke Tempat Pengumpulan
Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk selanjutnya
diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.
4. RESIKO BAHAYA ERGONOMI
Bahaya ergonomi merupakan bahaya yang
disebabkan oleh hubungan antara aktivitas kerja,
penggunaan alat/fasilitas, dan lingkungan kerja yang
tidak baik sehingga menyebabkan cedera atau
penyakit pada pekerja.
Bahaya-bahaya ergonomi dapat menyebabkan
efek yang buruk bagi pekerja itu sendiri, baik dalam
jangka waktu dekat maupun di kemudian hari. Salah
satu upaya untuk mengurangi dan menghilangkan
penyebab bahaya ergonomi tersebut adalah dengan
mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya
ergonomi yang ada di lingkungan kerja.
Pekerjaan berulang, gerakan yang dilakukan
dengan cepat, postur tubuh yang tidak baik, high
force contact stresses, getaran; dapat menjadi
penyebab terjadinya suatu penyakit atau gejala yang
menyerang bagian tubuh tertentu apabila sering
dilakukan. Semakin sering pekerja melakukan
aktivitas yang beresiko, gejala yang dialami bagian
tubuh yang terkena dampak juga semakin lama
terasa semakin parah. Rasa sakit dan gejala yang
sering terjadi dapat mengakibatkan pekerja tidak
dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik.
Berikut adalah contoh resiko bahaya
ergonomi yang sering terjadi :
1. Rasa nyeri yang menyerang secara bertahap atau
tibatiba pada punggung bagian bawah yang
mungkin berkaitan dengan nyeri yang menyebar ke
kaki.
2. Carpal Tunnel Syndrome Tendon carpal tunnel
mengalami pembengkakan atau radang; atau Nyeri,
mati rasa, dan/atau kesemutan pada tiga jari pertama
dan bagian bawah jempol.
3. Cubital Tunnel Syndrome Mati rasa, kesemutan
pada jari-jari kecil dan jari manis; pegangan tangan
dan daya jepit ibu jari melemah.
4. Bengkak di bagian bawah jari atau ibu jari, Nyeri
saat jari ditekuk dan diluruskan.
5. Nyeri dan sesak di leher, bahu dan tulang belikat
(daerah interscapular); atau mati rasa yang
menyebar ke lengan dan jari.
Adapun cara untuk meminimalisir resiko bahaya
ergonomi:

1. Mencegah semua bentuk kerja yang tidak alamiah,


misalnya badan selalu membungkuk, kepala lebih
banyak menoleh ke samping daripada ke depan.

2. Mengganti alat-alat kerja yang lebih efisien.


Misalnya, dari menggunakan gerobak sorong untuk
memindahkan material ke dump truck diganti
dengan lift hidrolik.
3. Pendidikan dan pelatihan melalui pelayanan
promotif. Misalnya pendidikan dan penerangan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
5. RESIKO BAHAYA PSIKOLOGI
Bahaya psikososial merupakan bahaya non
fisik yang dapat timbul karena adanya interaksi dari
aspek-aspek desain kerja, tanggung jawab
pekerjaan, organisasi serta lingkungan sosial di
tempat kerja yang berpotensi menimbulkan
gangguan psikologi.
Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di
seluruh rumah sakit berupa ketidakharmonisan
hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik
sesama staff, staff dengan pasien, maupun staff
dengan pimpinan. Risiko psikologi akan
memberikan pengaruh pada perilaku atau semangat
kerja petugas sehingga produktivitas akan menurun.
Pengenalan potensi bahaya dan resiko di
rumah sakit diharapkan pekerja, pengunjung, pasien
dan masyarakat sekitar lingkungan rumah sakit
mampu mengidentifikasi risiko bahaya dan
mengetahui upaya pengendalian risiko bahaya
tersebut. Contoh dari resiko bahaya psikologi yaitu :

 Stress
 Kekerasan
 Pelecehan
 Pengucilan
 Emosi negative

Upaya pengendalian yang dilakukan untuk


risiko ini adalah dengan mengadakan pertemuan
antar satuan kerja, antar staff, dan pimpinan pada
acara-acara bersama yang bertujuan agar terjalin
komunikasi dengan baik. Sehingga secara psikologi
hal ini berdampak baik pada proses pengakraban,
dengan harapan risiko bahaya psikologi dapat
ditekan seminimal mungkin.
KESIMPULAN
1. Secara umum, resiko bahaya di rumah sakit atau
laboratorium dapat diklasifikasikan menjadi 5
kelompok. Yaitu :
 Resiko bahaya fisik
 Resiko bahaya kimia
 Resiko bahaya biologi
 Resiko bahaya ergonomi
 Resiko bahaya psikologi
2. - Bahan kimia mudah terbakar dan meledak (bahan
bakar minyak dan LPG)
- Bahan kimia reaktif terhadap air (Methyl
IsoCyanate atau asam)
- Bahan kimia Korosif atau yang menimbulkan
iritasi (Asam Sulfat, Caustic Soda)
- Bahan kimia beracun (Logam berat, H2S)
- Bahan kimia karsinogen yang dapat menyebabkan
kanker (Benzena)
- Bahan kimia oksidator yang memperhebat
pembakaran (oksidator organik seperti Permanganat
ataupun Peroksida organik seperti Bensil
Peroksida).
3. Merupakan bahaya dalam bentuk makhluk hidup
selain manusia yang dapat menimbulkan kerugian
bagi manusia. Misalnya nyamuk, serangga, jamur,
bakteri, virus, parasit, harimau dan lain-lain.
Semakin kecil makhluk hidupnya akan semakin
berbahya karena manusia kerap kali menang dengan
makhluk hidup besar seperti gajah harimau dan lain-
lain, akan tetapi manusia sering kalah dengan
makhluk hidup kecil seperti virus dan bakteri. Maka
dari itu kebersihan merupakan upaya untuk
mengendalikan bahaya ini.
DAFTAR PUSTAKA

Indragiri. S, Yuttya. T. 2018. MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN HAZARD


IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL
(HIRARC). JURNAL KESEHATAN Vol. 9 No. 1 Tahun 2018 DOI:
http://dx.doi.org/10.38165/jk. e-ISSN: 2721-9518 p-ISSN: 2088-0278

Kardina. W,I, Abidin. A,U, Nurmiyanto. A. 2018. MANAJEMEN RISIKO


KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA D.I.
YOGYAKARTA. YOGYAKARTA: Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.

Putri. O,Z, Hussin. T,M,A,B,R, Kasjono. H,S. 2017. ANALISIS RISIKO KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM. JURNAL
KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10.

Subamia. I,D,P, Wahyuni. I,G,A,N,S, Widiasih. N,N. 2019. Analisis Resiko Bahan Kimia
Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik. Wahana Matematika dan Sains :
Jurnal Matematika,Sains, dan Pembelajarannya, Vol 13 No 1.

Yuantari. M,G,C, Nadia. H. 2018. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Petugas Kebersihan di Rumah Sakit. Faletehan Health Journal,5 (3) (2018)
107-116 https:/ / journal.lppm-stikesfa.ac.id ISSN 2088-673X| e-ISSN 2597-
8667.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai