MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Yang dibina oleh Dr. Hary Suswanto, S.T., M.T.
Oleh
Rifaatul Azizah
140533604345
mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan
dalam 5 golongan, di antarnya adalah sebagai berikut:
1. Golongan fisik: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat
tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik
2. Golongan kimiawi: bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun
yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan,
awan atau kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara
kerja
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
Penjelasan terkait faktor penyakit akibat kerja dijelaskan di bawah ini:
2.1.
Serangga : sengatan
Binatang berbisa : gigitan /ular
Binatang buas : Carnivora
5. Tumbuhan
Debu kayu : alergi dan asma
Debu kapas : alergi saluran nafas
6. Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins;
Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment.
Contoh : Byssinosis, grain fever,Legionnaires disease.
7. Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang,
rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi,
pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di
bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan).
Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala
alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh Occupational
asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang.
Faktor-faktor penyebab penyakit kerja akibat bilogi
1. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh
manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam berdarah,
anthrax.
2. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung
atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi
atau via vektor.
3. Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral. pembersih
cerobong asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu. Contohnya adalah:
Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume fever,
polymer fume fever, organic dust fever, legionenelosis.
Allergi akibat polusi udara : asma kerja, pneumonitis hipersensitivitas.
Bakteri dan virus merupakan makhluk yang sangat mudah berkembang
biak dan penyakit yang disebabkannya sangat mudah menular. Saat ini sejumlah
penyakit menular dan mematikan telah berpindah dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke hewan. Infeksi silang-spesies dapat berasal dari peternakan atau pasar,
dimana kondisi menciptakan pencampuran patogen. Yang memberi patogen
kesempatan untuk bertukar gen dan peralatan sampai dengan membunuh inang
yang sebelumnya asing.
2.2.
2.3.
Faktor Kimia
Petugas yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti
antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan
cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang
pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau
kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Bahaya bahan kimia
1. Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagian
tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
2. Iritasi
3.
4.
5.
6.
Pencegahan :
1. Material safety data sheet? (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
2.4.
dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)
dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
2.5.
Faktor Psikologis
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress :
c.
d.
e.
f.
g.
h.
pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes,
pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paruparu akan mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak.
Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut.
Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan
kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan mengakibatkan
asbestosis ini.
Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau
serat kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paruparu. Pencemaran ini dapat
dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan, atau pergudangan
kapas. Masa inkubasi penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tandatanda awal penyakit bisnosis ini berupa sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama
peda hari senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah
lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau
pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti
pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut
bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan
bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: penyakit antrakosis murni,
penyakit silikoantrakosis, dan penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,
oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saliran
pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan
nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit
demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerjapekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada
pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan
bahan penunjang industri nuklir.
Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma
akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus
kronis, misal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) atau edema paru akut. Penyakit ini disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, dan
kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit
kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam
mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor
lain.
Kerusakan Pendengaran
i.
j.
k.
l.
m.
n.
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau
tidak.
2. Tentukan Pajanan yang dialami oleh Tenaga kerja Selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
secara khronologis
Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
Bahan yang diproduksi
Materi (bahan baku) yang digunakan
Jumlah pajanannya
Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
Pola waktu terjadinya gejala
Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya)
3. Tentukan apakan pajanan tersebut memang dapat menyebabkan tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika
dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus
mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi,
jumlah, lama, dan sebagainya).
4. Tentukan Apakan Jumlah Pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih
lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya,
yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat
adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien
Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan
adalah deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan
demikian, penyakit bisa pulih tanpa menimbulkan kecacatan. Sekurang-kurangnya, tidak
menimbulkan kecacatan lebih lanjut. Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja bersifat
berat dan mengakibatkan cacat.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh yaitu
pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi:
a. Pemeriksaan sebelum penempatan Pemeriksaan ini dilakukan sebelum
seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada pos pekerjaan tertentu dengan
ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik yang
ditunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine, radiologis, serta organ
tertentu, seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang sangat berguna
apabila terjadi gangguan kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama bekerja.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya
dilaksanakan dengan selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal sebelum
penempatan. Pada medical check-up rutin tidak selalu diperlukan pemeriksaan
medis lengkap, terutama bila tidak ada indikasi yang jelas. Pemeriksaan ini
juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang memungkinkan
terpengaruh bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh,
audiometri adalah uji yang sangat penting bagi tenaga kerja yang bekerja pada
lingkungan kerja yang bising. Sedang pemerikaan radiologis dada (foto
thorax) penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita
pneumokonosis, karena lingkungan kerja tercemar debu.
REFERENSI
Adzim, HI. (2013). Penyakit Akibat Kerja.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. (2008). Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat Kerja bagi
Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan
Endroyo, B. dan Tugino (2007). Analisa Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi.
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan.Nomor 2 vol 21 -31
http://safetyengineeringppnsits.blogspot.com/2013/06/penyakit-akibat-kerja-yang-disebabkan.
html
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakitakibat-kerja-pak.html .