Anda di halaman 1dari 7

1.

1 Pengertian PAK dan PAHK


Pada symposium internasional,penyakit akibat hubungan kerja yang diselenggarakan oleh ILO
dan Linz,Australia,dihasilkan defenisi sebagai berikut:
1. Penyakit akibat kerja (occupational Disease)
Adalah yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,
yang ada pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui. (ILO)
Berkaitan dengan factor penyebab spesifik dalam pekerjaan,sepenuhnya dipastikan dan
factor tersebut dapat diidentifikasi,diukur dan dikendaikan.(WHO)
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work related disease) adalah penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab,dimana factor dalam pekerjaan memgang peranan
bersama dengan factor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi yang kompleks.
Adapun defenisi lain mengatakan bahwa , penyakit akibat kerja (occupationa Disease) adalah
penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja baik factor risiko karena
kondisi tempat kerja ,peralatan kerja, material yang dipakai,proses produksi,cara
kerja,limbah perusahaan,dan hasil produksi.
1.2 Faktor penyebab penyakit Akibat Hubungan Kerja.
Pada umumnya penyebab akibat hubungan kerja dapat di bagi atas lima golongan,yaitu:
a. Golongan fisik
1. Suhu
Suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan;Heat stroke,heat cramp,heat
exhaustion,frostbite,chilblains,trenchfoot
2. Tekanan
Tekanan yang dimaksudkan dalamm hal ini terbagi atas 2 yaitu:
a. Tekanan udara tinggi
Yaitu sering ditemui pada penyelam,pekerja tambang dan lain-lain. Dan adapun
penyakit yang timbul akibat tekanan ini yaitu penyakit “caisson”
b. Tekanan udara rendah
Sering dihadapi oleh penerbang,astronaut,pendaki gunung,dan lain-lain. Gangguan
keshetan akibat kurangnya O2 di dalam udara pernapasan.
3. Kebisingan
Menyebabkan :kerusakan pada indera pendengaran.
4. Pencahayaan
Menyebabkan : kelainan pada indera penglihatan.
5. Radiasi
a. Radiasi sinar inframerah : katarak pada lensa mata
b. Radiasi ultrafiolet : konjungtivitis foto elektrika
c. Radiasi sinar rontgen/radioaktif : gangguan pada sumsung tulang, kelainan kulit,
impotensi ,dan lain-lain.
6. Getaran menyebabkan reynaund (gangguan pada rangsangan reseptor saraf di dalam
jaringan)
b. Golongan kimiawi
1. Debu,menimbulkan pneunomoconiosis diantaranya:
a. Silicosis
b. Asbestosis
c. Berryliosis
d. Siderosis
e. Byssinosis
f. Anthrakosis
g. Stanosis
2. Uap, uap yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu.:
a. Uap logam,menimbulkan demam uapp logam,dermatitis atau keracunan
b. Gas,menyebabkan keracunan misalnya:
1. Gas sianida
2. Gas asam sulfida
3. Karbon monoksida
c. Larutan
Larutan korosif menyebabkan kerusakan pada kulit (dermatosis)
1.) Golongan biologis , yang termasuk penyebab biologi yaitu makhluk hidup
misalnya,bakteri,virus,jamur,dan parasit.
2.) Golongan fisiologis,biasanya gangguan fisiologis disebabkan oleh penatan
tempat kerja, cara kerja dan gangguan kerja yang kurang ergonomis tidak sesuai
dengan fisiologis dan anatomi manusia.
3.) Golongan psikososial
Biasanya disebabkan oleh beban kerja yang terlalu besar,monotoni pekerjaan,
dan lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
Di Negara maju, factor-faktor fisik, kimiawiw dan biologi sudah dapat
dikendalikan, sehingga gangguan kesehatan akibat factor tersebut sudah sangat
jauh berkurang. Namun akhir-akhir ini justru factor argonomik dan gangguan
psikososial yang menyebabkan gangguan musculoskeletal,stess dan penyakit
psikomatis yang menjadi penyebab meningkatnya penyakit akibat hubungan
kerja.
1.3 Diagnosa penyakit akibat kerja
Langkah –langkah yang perlu di ambil untuk menegakkan suatu diagnose penyakit akibat kerja
sebagai berikut:
a. Riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan,untuk mengetahui adanya kemungkinan bahwa
salahsatu factor ditempat kerja atau dalam pekerjaan yang bisa mengakibatkan penyakit.
b. Pendekatan klinis (individual)
pendekatan ini perlu dilakukan untuk menentukan apakah seseorang menderita
penyakit diakibatkan oleh pekerjaannya atau tidak. Langkah-langkah yang harus
dilakukan:
1. Menentukan diagnosis klinis
2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan.
3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dan penyakit
4. Menentukan apakah pejanan cukup besar.
5. Menentukan apakah ada factor-faktor individu yang berperan.
6. Menentukan apakah ada factor lain diluar pekerjaan.
7. Menentukan diagnosis penyakit akibat hubungan kerja

Adapun cara lain mendiagnosa penyakit akibat kerja adalah

a. Pemeriksaan laboratorium yaitu untuk mencocokkan apakah benar atau tidaknya bahwa
penyakit yang bersangkutan ada di dalam tubuh manusia.
b. Pemeriksaan Ro , yaitu pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnose
suatu penyakit akibat kerja , terutama penting untuk penyakit-penyakit oleh karena
penimbunan debu didalam paru-paru yang di kenal dengan nama pneumnoconiosis
c. Pemeriksaan ruang atau tempat kerja, yang dimaksud untuk mengukur adanya dan
banyaknya penyebab penyakit itu ditempat kerja.
1.4 penyakit- penyakit yang timbul akibat hubungan kerja
penyakit-penyakit yang timbul akibat dari hubungan kerja , antara lain :
1. pneukomoniasis yaitu penyakit yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringa
parut (slikosis,antrakosilikosis,asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya yang
merupakan factor utama penyebab kecacatan dan kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu
kapas,vlas,henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai penghirupan debu organic.
6. Penyakit yang disebabkan ileh brilium atau persenyawaan yang beracun.
7. Penyakit kulit (dermatoses) yang di sebabkan oleh penyebab fisik,kimiawi dan biologis.
8. Kanker paru atau mesatelioma yang disebabkan oleh asbes.
9. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteru atau parasit yang dapat dalam suatu
pekerjaan yang memiliki risiko kontaminas khusus.

Adapun akibat muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang di timbulkan oleh hubungan
kerja dapat berubah.
a. Tidak mampu bekerja untuk semsntara
b. Cacat sebagian untuk selama-lamanya.
c. Cacat total untuk selama-lamanya
d. Cacat kekurangan fungsi organ
e. Meniggal dunia.
Akibat lain yang berdampak pada pengusaha karena pekerjaanya terjangkit penyakit-
penyakit yang tealh disebutkan diatas, dapat mempengaruhi kinerja produktivitas
perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan menjadi berkurang . ini adalah bukti adanya
korelasi perlindungan K3 dengan efektivitas dan efiensi perusahaan. Dari gambaran di atas,
ternyata persoalan K3 yang dalam hal ini diejwantahkan dalan program jamsostek tidak
boleh dilaksanakan secara setengah-setengah karena memiliki konsekuensi hokum yang
cukup berat bagi pengusaha.dengan kata lain implementasi K3 dalam perusahaan memiliki
arti pula sebagai perwujudan taatnya pada hokum yang berlaku di Indonesia.
1.5 Penyebab Penyakit Akibat kerja
Terdapat beberapa penyakit akibat kerja yang umum terjadi di tempat keja, beriku beberapa
jenis nya yang digologkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada ditempat kerja.
a. Golongan fisik
1. Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2. Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan hyperpireksi,miliaria,heat cramp,heat
Exhaustion,heat stroke.
3. Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat meneyebabkan katarak ultraviolet
dapat menyebabkan kongjuntivitis
4. Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabka gangguan terhadap sel tubuh manusia.
5. Tekanan udara tinggi menyebabkan cosion disease
6. Getaran menyebabkan Reynaud’s desiase,gangguan metabolism,polineurutis.
b. Golongan kimiawi
1. Asal: bahan baku,bahan tambahan,hasil sementara,hasil samping (produk),sisa produksi
atau bahan buangan.
2. Bentuk:zat padat,cair,gas,uap maupun partikel.
3. Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan ,saluran pencernaan, kulit dan
mukosa.
4. Masuknya dapat secara akut dan secara kronis.
5. Efek terhadap tubuh: iritasi,alergi,korosif,asphyxia,keracunan
sistematik,kanker,kerusakan kelainan janin.
c. Golongan biologic
1. Viral desiases : rabies,hepatitis
2. Fungal desiases : anthrax,leptospirosis,brucellosis,TBC,tetanus.
3. Parasitic desiases: Ancylostomiasis,schistosomiasis.
d. Golongan fisiologi/egonomi
1. Akibat cara kerja,posisi kerja,alat kerja,lingkungan kerja yang salah,dan kontruksi yang
salah.
2. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik,nyeri otot,deformirtas tulang,perubahan bentuk ,
dislokasi,dan kecelakaan.
e. Golongan Psikososial
1. Akibat organisasi kerja(tipe kepemimpinan,hubungan kerja komunikasi.keamanan),tipe
kerja (monotan,berulang-ulang, keja berlebihan, kerja kurang,kerja shif, dan terpencil)
1.6 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya :
a. Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat pula pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan
menjadi lahan untuk menuai penyakit :
1. Pencegahan primer – health promotion meliputi perilaku kesehatan,factor
bahaya ditempat kerja,perilaku kerja yang baik,olahraga dan gizi.
2. Pencegahan sekunder – specific protection meliputi pengendalian melalui
perundang-undangan, pengendalian administrative/organisasi:
rotasi/pembatasan jam kerja,pengendalian teknis:subtitusi.isolasi,alat pelindung
diri (APD) dan pengendalian jalur kesehatan imuniasis.
3. Pencegahan tarsier meliputi pemeriksaan kesehatan pra-kerja,pemeriksaan
kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan secara
berkala,surveilans,pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada kerja, dan
pengendalian segera ditempat kerja.
1.7 Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat menanggulangi penyakit akibat kerja pada inidvidu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasi secara tepat. Endekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah
yang dapat digunakan sebagai pedonan :
a. Tentukan diagnosa klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjangyang ada, seperti umumnya dilakukan
untuk mendiagnosis suatu penyaki. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan
atau tidak.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaanya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaanya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
1. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
secara kronologis.
2. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
3. Bahan yang diproduksi
4. Materi(bahan baku) yang digunakan
5. Jumlah pajanannya
6. Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
7. Pola waktu terjadinya gejala.
8. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejla serupa)
9. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
10. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS,label,dan sebagainya.)
c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat
bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam
kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut
diatas ,maka tidak dapat ditegakkan diagnose penyakit akibat kerja. Jika dalam
kepustakaan ada yang mendukung.
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diterima hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien ditempat kerja menjadi penting untuk ditelitu
lebih lanjut dan membandingkannya dengna kepustakaan yang ada untk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
e. Tentukan apakah ada factor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaanya, yang
dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya
pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat.apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita
lebih rentan/lebih sensitive terhadap pajanan yang dialami.
f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebabkan penyakit?
Apakah ada factor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit .meskipun
demikian.adanya lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di
tempat kerja.
g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaanya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.seperti telah
disebutkan sebelumnya,tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit,kadang kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah
ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu mengakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah
ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaanya,tetapi
pekerjaanya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis
penyakit akibat kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai
informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien,pemeriksaan lingkungan
ditempat krja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.

Anda mungkin juga menyukai