Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOMEDIK III

“CESTODA”

KELOMPOK 5
ANDI SRI WAHYUNI P. (K11115009)
MARHANI (K11115027)
NINING YUSNAENI SYAHAR (K11115044)
ERNI AMALIA (K11115067)
MAYA IVANA AWI (K11115068)
HASNIAR (K11115073)
IZMI FADILLAH SULAEMAN (K11115330)
ANUGRAWANSYAH (K11115541)

KELAS B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. FAKTA MASALAH
Dalam berbagai jurnal mengenai Cestoda yang di identifikasi di dapatkan fakta
masalah pada judul Jurnal yaitu :
(ANDI SRIWAHYUNI P)
Adapun fakta masalah pada hasil analisis jurnal yaitu adanya Ekstrak daun Ketepeng
Cina dengan menggunakan jenis pelarut semi polar yaitu etanol dan non polar yaitu n-
heksan memberikan efek antihelmintik pada cacing pita ayam (Raillietina sp.)
(MARHANI)
Adapun fakta masalah yang pada hasil analisis jurnal yaitu di temukan adanya penyakit
atau infeksi pada jaringan lunak yang di sebabkan oleh larva Taenia Solium.
(NINING YUSNAENI SYAHAR)
Adapun fakta masalah pada hasil analisis jurnal yaitu di temukan fakta masalah yaitu
adanya cacing parasit, tikus dan perkebunan teh di lampung yang menjadi dasar
penelitian tersebut.
(ERNI AMALIA)
Adapun fakta masalah pada hasil analisis jurnal yaitu di temukan adanya Pengamatan
tinja masyarakat di desa Purwosari untuk mendeteksi adanya cacing pita
(Taeniasolium L.)
(MAYA IVANA AWI)
Infeksi larva ini pada sapi disebut Bovine cysticercosis atau Cysticercosis bovis. Bovine
cysticercosis ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang
berkembang, di wilayah dengan kondisi tidak higenis, manajemen peternakan buruk, dan
tidak dilakukannya pemeriksaan kesehatan daging. Infeksi cacing dewasa Taenia pada
manusia disebut taeniasis. Taeniasis Taenia saginata juga ditemukan hampir di seluruh
dunia. Di Kabupaten Gianyar Bali, prevalensinya dilaporkan mencapai 27,5%.
(HASNIAR)
Berdasarkan hasil pengamatan dan pemeriksaan ikan bandeng dari mulut hingga ujung
ekor,kemudian insang ikan dikeluarkan ,maka secara garis besar dan dapat dilihat secara
kasat mata parasit berukuran mikro dengan menggunakan mikroskop,namun tidak hanya
dilakukan pada 1 jenis ikan saja,berbagai jenis ikan lainnya juga diteliti dan ternyata ada
beberapa kategori jenis parasit diantaranya : ada kategori inventaris parasit sangat
ringan,parasit ringan,parasit sedang,parasit berat,parasit sangat berat,dan bahkan sampai
infeksi parasit.
(IZMI FADILLAH SULAEMAN)
Adapun fakta masalah pada analisis jurnal yaitu dilakukan studi cross-sectional di Bogor
Region, Jawa Barat
(ANUGRAWANSYAH)
Adapun fakta masalah pada hasil analisis jurnal yaitu SISTISERKOSIS Disebabkan oleh
stadium larva cacing pita babi (Taenia solium) yang masih menimbulkan problem
kesehatan masyarakat.

B. PERTANYAAN MASALAH
(ANDI SRIWAHYUNI P)
Berdasarkan hasil fakta masalah yang di temukan maka dapat di disimpulkan sebuah
pertanyaan masalah yaitu Apakah ekstrak etanol dan ekstrak n-heksan daun ketepeng
cina dapat mematikan cacing pita ayam (Raillietina sp.) ?
(MARHANI)
Berdasarkan hasil fakta masalah yang di temukan maka dapat di disimpulkan sebuah
pertanyaan masalah yaitu Mengapa larva Taenia Solium bisa menyebabkan penyakit atau
infeksi pada jaringan lunak.
(NINING YUSNAENI SYAHAR)
Berdasarkan hasil fakta masalah yang di temukan maka dapat di disimpulkan sebuah
pertanyaan masalah yaitu bahwa apakah tikus yang ada pada perkebunan karet terinfeksi
cacing parasit atau tidak.
(ERNI AMALIA)
Berdasarkan hasil fakta masalah yang di temukan maka dapat di disimpulkan sebuah
pertanyaan masalah yaitu bahwa Apakah terdapat cacing pita (Taeniasolium L. ) pada
tinja masyarakat di desa Purwosari?
(MAYA IVANA AWI)
Apakah cairan kista C. bovis yang bersifat imunogenik yang dapat dikembangkan
menjadi kandidat vaksin?
(HASNIAR)
Proses apa sajakah yang dapat diklakukan selain dapat mengurangi jumlah parasit yang
terdapat pada ikan bandeng juga menghilangkan parasit pada ikan tersebut,?karna kalau
hanya sekedar mengurangi berarti jumlah parasit itu masih ada.
(IZMI FADILLAH SULAEMAN)
Bagaimana faktor-faktor resiko infeksi cacing pita pada ayam ras petelur komersial di
Bogor.
(ANUGRAWANSYAH)
Berdasarkan hasil fakta masalah yang di temukan maka dapat di disimpulkan sebuah
pertanyaan masalah yaitu Mengapa Larva cacing pita babi bisa menimbulkan problem
kesehatan masyarakat

C. TUJUAN
(ANDI SRIWAHYUNI P)
Berdasarkan pertanyaan masalah maka Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat
pengaruh ekstrak n-heksan dan ekstrak etanol daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)
terhadap waktu kematian cacing pita ayam (Raillietina sp.)
(MARHANI)
Berdasarkan dari pertanyaan masalah di atas maka dapat di simpulkan tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui Larva Taenia Solium ini bisa menyebabkan
penyakit atau infeksi pada jaringan lunak.
(NINING YUSNAENI SYAHAR)
Berdasarkan dari pertanyaan masalah di atas maka dapat di simpulkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada berapa jenis tikus yang terinfeksi dan jenis
cacing parasit apa yang terdapat pada tikus tersebut.
(ERNI AMALIA)
Berdasarkan dari pertanyaan masalah di atas maka dapat di simpulkan tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui keberadaan cacing pita ( Taeniasolium L. ) yang
terdapat pada feses masyarakat di desa Purwosari.
(MAYA IVANA AWI)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan protein dalam cairan kista C. bovis yang
bersifat imunogenik yang dapat dikembangkan menjadi kandidat vaksin.
(HASNIAR)
Jadi pemeriksaan dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis parasit yang
menyerang organ tubuh bagian dalam,dengan cara membedah tubuh ikan,

(IZMI FADILLAH SULAEMAN)


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko infeksi cestoda
dikurung komersial ayam petelur.
(ANUGRAWANSYAH)
Bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi sistiserkosis di Kabupaten Mimika, Papua.
Total 44 sampel serum babi diperiksa yang berasal dari Distrik Kwamki Narama (28
sampel).
BAB II
PEMBAHASAN

A. REKAPITULASI TABEL & KESIMPULAN TABEL


HASIL
NO NAMA NIM KESIMPULAN
PENELITIAN
1. ANDI SRIWAHYUNI P. K11115009 Ekstrak n-heksan Kesimpulan dari
diketahui lebih cepat penelitian ini adalah
mematikan cacing pita ekstrak etanol dan n-
ayam dibandingkan heksan daun ketepeng
dengan ekstrak etanol, cina mempunyai
namun masih lebih pengaruh terhadap
lambat dibandingkan kematian cacing pita
dengan mebendazole. ayam secara in vitro.
Dosis 100 mg/ 25mL
memberikan waktu
kematian yang paling
cepat pada semua
kelompok, dengan
waktu kematian
sebagai berikut: 1)
Ekstrak etanol 202
menit±17.48, 2)
Ekstrak n-heksan 138
menit±26,94 dan
Mebendazole 95
menit±21,68.
Kesimpulan: Ekstrak
etanol dan n-heksan
mampu mematikan
cacing pita ayam
(Raillietina sp.) secara
in vitro.

2. MARHANI K11115027 Hasil survei Studi epidemiologi


seroepidemiologi yang penyakit taeniasis dan
dilakukan tahun 2007 sistiserkosis untuk
oleh Dinas Kesehatan memperoleh data
Provinsi Papua di dasar mengenai
Kabupaten kondisi
Pegunungan tengah masyarakat, distibusi
(Kab. Paniai, Kab. dan pravalensi
Jayawijaya, Kab. penderita di daerah
Puncak Jaya, dan Kab. perkampungan dan
Peg. Bintang) masih kota di Provinsi
ditemukan kasus Papua. Praktik
taeniasis dan sanitasi yang buruk,
sistiserkosis. faktor sosial-ekonomi
Sedangkan survei yang dan cara memelihara
dilakukan oleh UPF hewan ternak yang
litbangkes Papua di kurang baik, tingkat
Kota Jayapura dan pendidikan yang
Kab. Keerom juga rendah, pengetahuan
ditemukan penyakit akan penyakit
taeniasis dan taeniasis dan
sistiserkosis. sistiserkosis di
masyarakat Papua
masih rendah.
3. NINING YUSNAENI K11115044 Penelitian cacing Dapat di simpulkan
SYAHAR parasit pada tikus ini bahwa peneliti
dilakukan di berhasil memeriksa
perkebunan karet 17 ekor tikus yang
Lampung. Sebanyak terdiri dari 5 jenis,
17 ekor tikus yang yaitu: Rattus
terdiri dari 5 jenis tiomanicus (1 ekor),
tertangkap dan R. tanezumi (9 ekor),
kemudian diperiksa R. exulans (2 ekor),
ada tidaknya cacing Maxomys surifer (4
parasit. Setelah ekor), dan M. rajah (1
diperiksa dari 17 ekor ekor). Dan Setelah
tikus tersebut, 11 ekor diperiksa dari 17 ekor
(64,71%) terinfeksi tikus tersebut, 11 ekor
nematoda dan/ atau (64,71%) terinfeksi
cestoda dan 6 lainnya nematoda dan atau
tidak terinfeksi. cestoda dan 6 lainnya
Cacing parasit yang tidak terinfeksi.
ditemukan sebanyak 6 Adapun Cacing
jenis nematoda dan 1 parasit yang
jenis cestoda ditemukan yaitu
sebanyak 6 jenis
nematoda dan satu
jenis cestoda yaitu
Hymenolepis nana.
4. ERNI AMALIA K11115067 Deteksi cacing pita ( Berdasarkan
Taeniasolium L. ) pada pemeriksaan feses
kotoran masyarakat masyarakat dan babi
dan babi di desa di desa Purwosari di
Purwosari dilakukan simpulkan sebagai
berdasarkan kato-katz berikut:
dan metode geser 1. Dari 33 sampel
langsung. Berdasarkan yang telah diperiksa
penelitian tidak dengan metode Kato-
ditemukan cacing pita Katz dan
( Teniasolium ), tetapi Metode geser
ditemukan jenis cacing Langsung tidak ada
tanah yang menular ditemukan telur
yaitu cacing pita jenis
Trischuristrichura, Taenia soliu, tetapi
Ascaris Lumbricodes, ditemukan jenis
Ancylostoma cacing tanah menular,
duodenale. seperti
Detection tapeworm Trichuristrichura,
(Taenia Solium L.) on Ascaris
society and pig dung Lumbricoides,
in the village Ancylostoma
Purwosari done by duodenale,
Kato-Katz and direct 3. Masyarakat desa
shear method. Based Purwosari kecamatan
on the research can Torue kabupaten
not be found Parigi Moutong
tapeworms Sulawesi Tengah
(Teniasolium), but telah menerapkan
found that infectious hidup sehat dan
earthworm species menjaga kesehatan
that lingkungan dengan
Trischuristrichura, melihara ternak
Lumbricodes Ascaris, dengan baik dan
Ancylostoma memiliki jamban
duodenale. sendiri.

5. MAYA IVANA AWI K11115068 Hasil penelitian Dari hasil penelitian


menunjukkan bahwa ini dapat disimpulkan
dengan SDS-PAGE bahwa telah berhasil
ditemukan sekitar 17 diidentifikasi tujuh
protein dengan berat protein
molekul antara 14,86 spesifik yang bersifat
kDa sampai 122,40 imunogenik dari
kDa. Sementara itu cairan kista C. bovis
dengan uji Western isolat Bali.
Blotting ditemukan
tujuh protein yang
imunogenik dengan
bobot molekul: 16,81
kDa; 19,22 kDa; 20,98
kDa; 27,41 kDa; 34,02
kDa; 38,31 kDa; dan
54,94kDa.
6. HASNIAR K11115073 Hasil pengamatan dan Jenis parasit yang
penelitian menyatakan menginfeksi ikan
bahwa nilai prevalensi bandeng ada
parasit ikan bandeng berbagai macam,dan
sebesar 40%,masuk prevalensi tertinggi
dalam kategori umum sebanyak 12%.
yang artinya 20 dari
200 ekorikan terinfeksi
parasit.prevalensi
parasit tertinggi
sebanyak 12%.

7. IZMI FADILLAH K11115330 Model regresi logistik Berdasarkan


SULAEMAN menunjukkan bahwa penelitian yang
hubungan risiko dilakukan
infeksi cestoda (P diperoleh kesimpulan
<0,01) untuk menjadi bahwa faktor inang
tuan rumah usia, (P yang
<0,05) untuk Kondisi berisiko terinfeksi
iklim kering dan open sestoda lebih tinggi
house karakteristik (OR=5,06)
manajemen pertanian. adalah ayam yang
Hal ini menunjukkan berumur >50 minggu
bahwa> 50 bulan dibandingkan dengan
memiliki risiko yang umur <20 minggu.
lebih tinggi (OR = 5,6) Sedangkan faktor
dari <usia tuan rumah lingkungan dan
20 bulan, kondisi iklim manajemen
kering memiliki risiko yang berisiko
yang lebih tinggi (OR terinfeksi cestoda
= 3,75) dari basah, dan lebih tinggi
terbuka manajemen adalah area bertipe
rumah pertanian iklim kering
memiliki risiko yang (OR=3,75) dan
lebih tinggi (OR = peternakan dengan
27,24) daripada rumah sistem kandang
dekat pada cestoda terbuka
infeksi. (OR=27,24).
8. ANUGRAWANSYAH K11115541 Hasil penelitian Disimpulkan bahwa
seroprevalensi seroprevalensi
sistiserkosis di sistiserkosis pada babi
Kabupaten Mimika, di Kabupaten
Papua. Total 44 Mimika, Papua rata-
sampel serum babi rata50%, dengan
diperiksa kasus tertinggi
yang berasal dari ditemukan di Distrik
Distrik Kwamki Kuala Kencana 100%
Narama (28 sampel), (3/3) dan kasus
Mimika Baru (13 terendah di distrik
sampel), dan Kuala Mimika Baru 46.1%
Kencana (3 sampel) (6/13)AN
menggunakan Enzyme
Linked Immunosorbent
Assay (ELISA). Hasil
survei
menunjukkan bahwa
rata-rata
seroprevalensi
sistiserkosis di
Kabupaten Mimika,
Papua sebesar
50% (22/44), dengan
seroprevalensi terbesar
ditemukan di Distrik
Kuala Kencana 100%
(3/3),
Distrik Kwamki
Narama 46,4%
(13/28), dan Distrik
Mimika Baru 46,1%
(6/13).

B. FAKTOR PENYEBAB & ASPEK KESEHATAN


(ANDI SRIWAHYUNI P.)
Adapun faktor penyebab dan aspek kesehatan dalam hasil analisis jurnal yaitu bahwa
Larutan etanol dan n-heksan ekstrak daun ketepang cina dapat mematikan cacing pita
ayam, berdasarkan identifikasi fitokimia pada daun ketepeng cina dengan pelarut etanol
kandungan kimia yang positif adalah saponin dan tannin, sedangkan dengan pelarut n-
heksan yang positif adalah flavonoid. Pada penelitian lain disebutkan bahwa kandungan
senyawa kimia daun ketepeng cina terdiri dari senyawa glikosida, flavonoid, terpenoid,
tannin, saponin dan antrakinon. Selain itu diketahui pula bahwa senyawa yang berkhasiat
dalam mematikan cacing yaitu saponin, flavonoid, dan tanin. Senyawa hasil uji
identifikasi komponen kimia tersebut diperkirakan berperan dalam terjadinya kematian
cacing.
(MARHANI)
Adapun faktor penyebab dan aspek kesehatan dalam hasil analisis jurnal yaitu di temukan
Faktor risiko pola penyebaran taeniasis dan sistiserkosis karena adanya mobilitas
penduduk yang merupakan carriers dari daerah endemi ke daerah non-endemik. Sanitasi
lingkungan yang masih buruk , sosial ekonomi, budaya masyarakat dan pendidikan yang
masih rendah juga merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit taeniasis
dan sistiserkosis di Papua.
(NINING YUSNAENI SYAHAR)
Adapun faktor penyebab dan aspek kesehatan dalam hasil analisis jurnal yaitu di dapatkan
bahwa beberapa jenis tikus hidup bersama di lingkungan manusia. Hewan ini masuk
dalam suku Muridae dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang besar pada
lingkungannya sehingga mempunyai penyebaran yang luas di dunia. Salah satunya
karena tikus merupakan hewan reservoir penyakit parasit pada manusia dan hewan yang
beberapa jenisnya berpotensi zoonosis sehingga menjadi penyebab dasar untuk di jadikan
sebagai hasil penelitian untuk mengetahui adanya cacing parasit pada tikus. Adanya
infeksi cacing parasit biasanya menyebabkan penyakit yang berat dan jumlah penderita
yang banyak pula. Sehingga hal ini haruslah mendapat perhatian khusus karena
kontaminasi pada tinja tikus yang menyebabkan infeksi pada manusia oleh telur yang
tertelan dari benda yang terkena tanah. Jenis cacing atau cestoda yang ditemukan adalah
Hymenolepis nana merupakan cacing pita yang umum ditemukan pada tikus. Cacing ini
mempunyai nilai prevalensi paling tinggi diantara cacing parasit lain yang ditemukan,
yaitu sebesar 35,29%. Cestoda ini hanya menginfeksi inang dari jenis R. tanezumi.
(ERNI AMALIA)
Penyakit taeniasis disebabakan oleh cacing pita (cestoda). Cacing pita muncul
dipengaruhi oleh kebiasaan orang-orang/masyarakat yang mengkonsumsi daging mentah
atau daging yang dimasak kurang sempurna. Selain itu, karena cuaca di Indonesia yang
lembab dan teduh seperti penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di
daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan.
(MAYA IVANA AWI)
Infeksi Cysticercus bovis pada otot sapi menyebabkan sistiserkosis, seSUdangkan infeksi
cacing dewasa (Taenia saginata) di dalam usus manusia menyebabkan taeniasis T.
saginata. Siklus hidup dan penularan parasit ini terjadi di lingkungan sanitasi jelek,
manajemen peternakan yang buruk, di wilayah dengan pengendalian penyakit dan
pemeriksaan kesehatan daging tidak dilakukan dengan baik Pemberian vaksin yang
efektif pada hewan akan memutus rantai penularan ke manusia, sehingga dapat memutus
siklus hidup parasit. Vaksinasi tersebut sekaligus dapat mengeliminasi agen penyakit
yang berdampak buruk pada manusia. Beberapa penelitian tentang efektivitas vaksin
untuk penanggulangan sistiserkosis dan taeniasis telah dilakukan
(HASNIAR)
Berdasarkan inventarisasi jenis parasit pada ikan bandeng,disimpulkan bahwa penyebab
utama adanya parasit itu pada lingkungan perairan,sehingga berbagai jenis parasit mampu
menginfeksi banyak ikan dikarenakan ikan bandeng hidup diperairan,penyebaran parasit
pada ikan dipengaruhi pula oleh komposisi air,keberadaan inang prantara,salinitas,dan
suhu.
(IZMI FADILLAH SULAEMAN)
Kejadian infeksi cestoda atau Cestodosis pada ternak ayam buras cukup tinggi karena
pemeliharaannya dilakukan secara tradisional. Prevalensi yang tinggi pada ayam buras
tersebut berpotensi sebagai sumber infeksi bagi ternak ayam ras dengan manajemen
modern yang seharusnya rendah infeksinya sehingga Asumsi faktor risiko termasuk
faktor tuan rumah, lingkungan pertanian dan karakteristik manajemen.
(ANUGRAWANSYAH)
Adapun faktor penyebabnya yaitu pada Sanitasi lingkungan masyarakat yang masih
rendah dan kemiskinan pemeliharaan babi yang tidak di kandangkan dan memiliki akses
memakan tinja manusia Konsumsi daging babi hutan yang belum di masak dengan
sempurna oleh masyarakat.

C. SOLUSI
(ANDI SRIWAHYUNI P.)
Berdasarkan faktor penyebab diketahui bahwa cacing pita ayam Raillium sp. Dapat
menyebabkan ayam menjadi kurus hamkan kematian meskipun tidak secara mendadak.
Hal ini tentu akam menimbulkan kerugian bagi para peternak ayam selain itu cacing pita
ayam tidak hanya terdapat pada usus namun terdapat pula pada kepala ayam terutama
bagian mata. Adapun cara yang dapat dilakukan agar ayam tidak cacingan yakni dengan
menjaga sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci
dan disemprot desinfektan serta memotong rumput diarea kandang, dan mencegah agar
kandang tidak becek. Selain itu bagi peternak ayam pun harus menjaga sanitasi
lingkungannya serta personal hiegine agar tidak pula terinfeksi oleh larva maupun telur
cacing yang dapat disebarkan melalui inang pembawa.
(MARHANI)
Adapun solusi yang seharusnyadi lakukan yaitu bahwa diperlukan intervensi oleh Dinas
Kesehatan berupa pemberian obat cacing secara massal dan penyuluhan kesehatan bagi
masyarakat sedangkan Dinas Peternakan memberikan penyuluhan berternak yang benar
dan memberikan vaksinasi ternak babi.
(NINING YUSNAENI SYAHAR)
Berdasarkan faktor penyebab yang di temukan maka solusi sebaiknya yaitu dengan
membasmi adanya tikus seperti memberikan racun tikus sehingga tidak terjadi sumber
penularan kepada manusia dengan matinya jenis tikus dan cacing tersebut. Dengan
demikian Kita sendiri sebagai manusia dapat melakukan penanganan spesifik yaitu
dengan meningkatkan sanitasi lingkungan yang ada pada perkebunan teh tersebut dan
personal hygiene dengan meningkatkan pola hidup bersih dan sehat.
(ERNI AMALIA)
Menjaga kebersihan diri sendiri, mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup
eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan
hidup manusia. Membuat jamban pribadi dan menghilangkan kebiasan buang air besar di
sungai atau disembarang tempat, karena faktor ini mencegah penularan penyakit.
Membuat kandang untuk hewan ternak. Memasak daging dengan pemanasan lebih dari
60°C.
(MAYA IVANA AWI)
Agar terhindar dari infeksi Cysticercus bovis maka kita harus melakukan vaksin terhadap
sapi yang sudah terkena virus ini, dan melakukan pengecekan rutin ke para pedegang sapi
apakah sapi – sapi mereka sudah diberi vaksin. Karna jika sapi yang sudah terinveksi
tersebut di sembelih dan dikonsumsi oleh manusia maka manusia juga akan ikut
terinfeksi. Maka jalan satu – satunya ialah kita harus memberikan vaksin terhadap sapi –
sapi yang sudah terinveksi.
(HASNIAR)
Hasil inventarisasi tersebut terhadap parasit pada ikan bandeng,kiranya komposisi
perairan dan suhu yang ada untuk dapat diobservasi untuk pengaturan
penunjangan,harusnya pada jenis perairan yang dihuni oleh banyak ikan bandeng,perlu
diperbaiki suhu dan kompisisi airnya,sehingga parasit yang ada pada perairan ikan
bandeng walau masih ada,namun setidaknya sudah berkurang.
(IZMI FADILLAH SULAEMAN)
Berdasarkan hasil investigasi yang ditemukan solusi yang tepat yaitu konsumen harus
lebih selektif dalam menkomsumsi daging ayam ras komersial, sebaiknya apabila
menkonsumsi daging ayam yang telah di masak secara sempurna ( suhu di atas 100 C ).
Dan juga dalam pemeliharaan ayam ras petelur komersial agar memperhatikan sanitasi
dan kebersihan kandang dan makanannya.
(ANUGRAWANSYAH)
Berdasarkan faktor penyebab yang di temukan maka solusi sebaiknya yaitu dengan
Meningkatkan sanitasi lingkungan masyarakat, Meminimalisir pemeliharaan babi serta
membuatkan kandang untuk babi serta Mengkonsumsi daging babi hutan yang telah di
masak dengan sempurna.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cestoda (Cestoidea) adalah kelas cacing pipih parasit dari filum Platyhelminthes yang
dikenal dengan cacing pita. Semua cestoda merupakan parasit dan sejarah hidup mereka
bervariasi, tetapi biasanya mereka tinggal disaluran pencernaan vertebrata dalam bentuk
dewasa, dan sering dalam tubuh spesies lain dari hewan sebagai remaja. Semua spesies
vertebrata dapat menjadi inang bagi setidaknya satu spesies cacing pita, contohnya
seperti siput. cacing pita yang merupakan cacing parasit dapat tinggal pada berbagai jenis
hewan seperti Taenia solium pada babi, Taenia saginata pada sapi, Hymenolepis nana
pada tikus, dan jenis Raillitina sp pada ayam. Infeksi yang disebabkan oleh cacing pita
tergolong ringan. Meski demikian tetap menimbulkan bahaya, infeksi yang bersifat
invasif karena cacing pita bermigrasi keluar saluran pencernaan, dapat memicu
komplikasi yang lebih berbahaya. Seperti infeksi Cestoda jenis Raillitina sp pada ayam
dapat menyebabkan ayam menjadi kurus bahkan mati meskipun jangka waktunya tidak
cepat. Sedangkan penyebaran cacing pita pada manusia dapat melalui daging sapi
maupun babi yang tidak dimasak matang atau masih mentah.
Dari penelitian seroprevalensi sistiserkosis di Kabupaten Mimika, Papua. Hasil survei
menunjukkan bahwa rata-rata seroprevalensi sistiserkosis di Kabupaten Mimika, Papua
sebesar 50% (22/44), dengan seroprevalensi terbesar ditemukan di Distrik Kuala
Kencana 100% (3/3),Distrik Kwamki Narama 46,4% (13/28), dan Distrik Mimika Baru
46,1% (6/13). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa infeksi cacing pita
lumayan besar di indonesia. Adapun hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi infeksi
cacing pita yakni dengan menjaga sanitasi lingkungan dan personal hiegine serta
meningkatkan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis jurnal kami dengan berbagai referensi yang di teliti, maka
kami mengharapkan agar jurnal ini bisa menjadi literatur pembelajaran khususnya pada
materi Cestoda. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat kepada para penulis dan pembaca
khususnya sehingga bisa lebih meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menganalisis
jurnal.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Sri Wahyuni P. : Difa Intannia1, Rezki Amelia 1, Lisda Handayani1, dan Heri
Budi Santoso2 (2015). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol dan Ekstrak n-Heksan
Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata. L) terhadap Waktu Kematian Cacing Pita
Ayam (Raillietina Sp.) Secara In Vitro. Jurnal Pharmascience, Vol 2. hal: 24 – 30
Marhani : Semuel Sandy (2014) . Kajian Aspek Epidemiologi Taeniasis dan
Sistiserkosisdi Papua. Jurnal Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 2, No. 1, Juni
2014 : 1 – 14
Nining Yusnaeni Syahar : Dewi, K. & Purwaningsih, E. (2013) . Cacing parasit pada
tikus di perkebunan karet di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten
Pesawaran, Lampung dan tinjauan zoonosisnya. Jurnal Penelitian Zoo Indonesia.
22(2):1-7
Erni Amalia : Nelky Suriawanto.(2014). DETEKSI CACING PITA (Taenia solium L.)
MELALUI UJI FESES PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI KECAMATAN
TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG SULAWESI TENGAH. Biocelebes,
Juni 2014, hlm. 17-28
Maya Ivana Awi : Nyoman Sadra Dharmawan1(2013). Protein Spesifik Cairan Kista
Cysticercus bovis pada Sapi Bali yang Diinfeksi dengan Taenia saginata.
Jurnal Veteriner Vol. 14 No. 1: 78-84
Hasniar : Endang Juniardi. (2014). INVENTARISASI CACING PARASIT PADA IKAN
BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK DESA KETAPANG KECAMATAN
MAUK KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 4 : 251-257
Izmi Fadillah Sulaeman : Elok Budi Retnani (2009). Analisis Faktor-Faktor Resiko
Infeksi Cacing Pita pada Ayam Ras Petelur Komersial di Bogor. Jurnal
Veteriner September 2009 Vol. 10 No. 3 : 165-172
Anugrawansyah : Ida Bagus Ngurah Swacita1, Kadek Karang Agustina1, I Wayan
Polos2, Sabelina Fitriani2, Natalia2 (2015). Survei Seroprevalensi Taenia solium
Sistiserkosis Di Kabupaten Mimika, Papua. Buletin Veteriner Udayana Volume 7
No. 2

Anda mungkin juga menyukai