1 : 121-127
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.121
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016
1
Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
2
Bagian Farmakologi dan Toksikologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16680
Fax: 0251-8629462 Telp:0251-8629462, Email: ietjewientarsih@gmail.com
3
Bagian Parasitologi Balai Besar Penelitian Veteriner,
Jalan RE. Martadinata No. 30, Bogor 16114
4
Laboratorium Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Nusa Cendana, Jalan Adisucipto, Penfui-Kupang
ABSTRAK
Miasis merupakan infestasi larva lalat yang terdapat pada jaringan hidup. Penyakit ini umum
menyerang hewan maupun manusia. Obat yang digunakan sebagai pengendalian kasus miasis di lapangan
sampai saat ini sangat terbatas dan menggunakan insektisida sintetik. Penelitian ini bertujuan melihat
aktivitas ekstrak etanol daun binahong terhadap larva lalat Chrysomya bezziana pada stadium L1, L2,
dan L3. Penelitian dibagi menjadi lima kelompok perlakuan dengan lima ulangan. Kelompok perlakuan
terdiri dari kontrol negatif (tanpa pemberian obat), kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak binahong
dengan konsentrasi berturut-turut 0,5%, 1%, 2%, dan kelompok yang diberikan coumaphos (kontrol positif).
Peubah yang diamati adalah jumlah larva yang hidup dan berkembang menjadi pupa, bobot pupa, dan
daya tetas pupa menjadi imago. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun binahong
pada konsentrasi 0,5% mempunyai efikasi sebagai larvasidal terhadap L1 dan L2 serta pada konsentrasi
2% merupakan konsentrasi terbaik sebagai larvasidal L3 larva C. bezziana. Ekstrak etanol daun binahong
memiliki kemampuan menghambat larva lalat C. bezziana akibat dari efek cerna dan efek kontak bahan
aktif yang terkandung di dalam daun binahong.
ABSTRACT
121
Ietje Wientarsih, et al Jurnal Veteriner
122
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 121-127
al. (2000) dengan melakukan modifikasi, yaitu per ulangan diinfestasikan pada media tersebut
mengganti tepung darah dengan darah segar dan diamati perkembangannya hingga menjadi
yang dikoleksi dari Rumah Potong Hewan (RPH) pupa dan imago (Wardhana et al., 2011).
dan mengganti water lock gel dengan serbuk
kertas CF100. Sebanyak 450 gram darah sapi Uji Ekstrak Metanol Daun Binahong pada
segar beku (marus) digiling menggunakan L3
blender hingga homogen. Selanjutnya, sebanyak Uji ini dilakukan di dalam pot obat yang
45 gram susu skim, 45 gram tepung telur ex berisi ekstrak daun binahong dengan kons-
Belovo (PT. Benhmeyer, Jakarta), 50 gram CF entrasi bertingkat dimulai dari 0.5 mg/mL.
100 (serbuk kertas), 1,0 mL formalin 10%, dan Sebanyak 20 larva per ulangan direndam dalam
980 mL akuades ditambahkan ke dalam blender masing-masing larutan perlakuan (10 mL)
tersebut dan dicampur hingga homogen. Media selama 10 detik, kemudian ditiriskan meng-
LRM juga digunakan untuk uji efektivitas gunakan saringan alumunium. Selanjutnya L3
esktrak metanol daun binahong pada L1 dan diletakan di atas kertas saring dan dipindahkan
L2. ke dalam kontainer plastik yang berisi
vermicullite. Larva-larva tersebut diinkubasi
Perlakuan pada suhu 30-32oC sampai menjadi pupa dan
Uji efektivitas ekstrak daun binahong menetas menjadi imago (Spradbery, 2002).
terhadap larva C. bezziana dilakukan pada
instar I (L1), II (L2), dan III (L3). Pengujian Analisis Data
terhadap L1 dan L2 ditujukan untuk Peubah yang diamati adalah jumlah larva
mempelajari efek larvasida yang bersifat racun yang hidup dan berkembang menjadi pupa, bobot
cerna, sedangkan pengujian terhadap L3 pupa, dan daya tetas pupa menjadi imago. Data
ditujukan untuk mempelajari efek larvasida hasil penelitian dianalisis menggunakan general
yang bersifat racun kontak. Penelitian dibagi model linier (GLM) dengan program minitab
menjadi lima kelompok perlakuan, dan setiap 2016.
kelompok terdiri dari lima ulangan.
Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol
negatif (tanpa pemberian obat), kelompok yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan ekstrak binahong dengan konsentrasi
berturut-turut 0,5%, 1%, 2%, dan kelompok Daun binahong yang digunakan dalam
yang diberikan coumaphos (kontrol obat). penelitian ini dikoleksi dari Pusat Studi
Biofarmaka LPPM IPB. Daun yang digunakan
Uji Ekstrak Daun Binahong pada L1 sebanyak 1000 gram simplisia untuk diekstrak
Media MBM yang telah dicampur ekstrak dengan pelarut etanol menggunakan metode
daun binahong dengan konsentrasi bertingkat maserasi. Ekstrak etanol daun binahong yang
dimulai dari 0,5–2,0 mg/mL diletakan di dalam diperoleh 164,24 gram, sehingga persentase
wadah/kontainer plastik berukuran 18,5x13, randemennya adalah 16,42%. Ekstrak tersebut
5x4,5 cm. Sebanyak 20 L1 per ulangan diletakan selanjutnya diuji dengan menggunakan KLT
di atas media dan dipelihara pada ruangan dan uji screening fitokimia.
dengan suhu 30-32oC. Larva yang masih hidup Kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun
sampai hari ke-2 dipindahkan ke kontainer binahong menggunakan fase diam silica gel
plastik yang baru dan dipelihara pada media GF254 dan fase gerak metanol : khloroform (1 :
LRM sampai menjadi pupa dan menetas menjadi 39 ). Profil KLT menunjukan terdapat dua spot
imago (Wardhana et al., 2011). berdasarkan hasil identifikasi dengan sinar UV
254 nm dan sinar UV 366 nm. Senyawa yang
Uji Ekstrak Daun Binahong pada L2 terdapat pada daun binahong yang berperan
Media yang digunakan untuk uji ini adalah sebagai larvasidal miasis diduga dari spot-spot
LRM yang telah dicampur dengan ekstrak yang terbentuk tersebut. Senyawa tersebut
methanol binahong dan sirih merah dengan berdasarkan nilai Rf dan warna spot yang
konsentrasi bertingkat dimulai dari 0.5 mg/mL. terbentuk termasuk kedalam golongan flavonoid.
Sebanyak 215 g LRM dimasukan ke dalam Senyawa tersebut larut pada pelarut semipolar.
masing-masing kontainer plastik yang Hal tersebut sesuai dengan prinsip like dissolves
berukuran 18,5x13,5x 4,5 cm. Sejumlah 20 L2 like yang berarti suatu zat akan larut pada
123
Ietje Wientarsih, et al Jurnal Veteriner
Tabel 1. Rataan mortalitas L1 Chrysomya bezziana pascapemberian ekstrak etanol daun binahong
dalam berbagai konsentrasi serta jumlah dan bobot pupa yang terbentuk.
Pupa
Perlakuan L1 yang diuji (n) Mortalitas larva
Jumlah (n) Bobot (mg)
Keterangan : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P<0,05
Tabel 2. Rataan mortalitas L2 Chrysomya bezziana pascapemberian ekstrak etanol daun binahong
dalam berbagai konsentrasi serta jumlah dan bobot pupa yang terbentuk.
Pupa
Perlakuan L2 yang diuji (n) Mortalitas larva
Jumlah (n) Bobot (mg)
Keterangan : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P<0,05
Tabel 3. Rataan jumlah mortalitas L3 Chrysomya bezziana pascapemberian ekstrak etanol daun
binahong dalam berbagai konsentrasi serta jumlah dan bobot pupa yang terbentuk dan
daya tetasnya menjadi lalat dewasa.
Pupa
Perlakuan L3 yang diuji (n) Daya tetas
Jumlah (n) Bobot (mg)
Keterangan : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P<0,05
pelarut dengan kepolaran yang hampir sama binahong menunjukkan aktivitas larvasida
(Harborne, 1998). Hasil screening fitokimia dari terhadap L1, sebagian kecil L1 pada konsentrasi
kedua tanaman tersebut postif mengandung 0,5% dan 1% mampu berkembang hingga
flavonoid dan tanin. menjadi L3 dan pupa, meskipun bobot pupa yang
Hasil uji in vitro ekstrak etanol daun dihasilkan tidak termasuk dalam kategori
124
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 121-127
normal (kurang dari 26 mg) (Wardhana, 2006). sampai dengan yang terkecil. Pada stadium ini,
Hal tersebut mengindikasikan bahwa senyawa larva L3 sudah tidak mengkonsumsi makanan,
aktif yang terdapat dalam daun binahong sehingga apabila terjadi kematian pada larva
memiliki aktivitas sebagai racun cerna dan adalah karena pengaruh dari kontak bahan aktif
antifeedant. Racun cerna dapat dilihat dari dengan larva. Hasil ini mengindikasikan bahwa
kematian mendadak dari L1 sejak dilakukan ekstrak etanol daun binahong pada konsentrasi
perlakuan, sedangkan antifeedant dapat dilihat 2% memiliki aktivitas sebagai racun kontak
dari bobot pupa yang terbentuk (Wardhana et terbaik pada L3 C. bezziana.
al., 2010). Bobot pupa yang berada di bawah Senyawa flavonoid mempunyai efek toksik
standar mengindikasikan bahwa selama pada serangga melalui beberapa mekanisme di
menjadi larva, konsumsi pakan dari larva lebih antaranya sebagai antiproliferatif, yaitu dengan
sedikit dibandingkan konsumsi umumnya cara menghambat transduksi signal ke nukleus
(Wardhana et al., 2011). Seluruh larva yang sel. Mekanisme kedua, menginduksi fragmen-
diberi ekstrak daun bihanong pada konsentrasi tasi DNA sehingga menyebabkan apoptosis sel.
2% mengalami kematian 100% yang terjadi Mekanisme ketiga, menghambat aktivasi
pada hari pertama pascaperlakuan, hal tersebut protein kinase pada daerah pengikatan ATP
juga terjadi pada kontrol obat (Tabel 1). Pada sehingga pertumbuhan sel menjadi terhambat
konsentrasi 2%, mekanisme yang terjadi adalah (Mungenge et al., 2014). Ketiga mekanisme
racun cerna. Pupa yang terbentuk tidak ada tersebut diduga menyebabkan kematian sel pada
yang menetas pada semua kelompok perlakuan larva L1 dan L2 lalat C. bezziana melalui
yang diberikan ekstrak daun binahong, mekanisme racun pencernaan. Tanin yang
sedangkan pada kontrol negatif pupa mampu terdapat pada daun binahong, menghambat
menetas 100%. bekerja enzim asetil kolinesterase sehingga
Pengujian pada L2 menunjukkan bahwa terjadi penumpukan asetilkolin yang menye-
mortalitas larva meningkat seiring dengan babkan terjadinya kekacauan pada sistem
penambahan konsentrasi ekstrak daun penghantaran impuls ke otot yang dapat ber-
binahong. Mortalitas tertinggi ditunjukan pada akibat otot kejang sehingga terjadi kelumpuhan
kelompok 2%. Pada kelompok tersebut larva (paralisis), ini sebagai indikator kerja dari racun
mengalami kematian 95%. Pada kelompok 0,5, kontak. Selain itu, tanin sebagai insektisida juga
1%, dan 2% terdapat L2 yang mampu memiliki mekanisme mengoksidasi traktus
berkembang hingga menjadi L3 dan pupa, digestivus dan menghasilkan Reactive Oxygen
meskipun beberapa pupa yang dihasilkan tidak Species (ROS) yang menyebabkan rusaknya
termasuk dalam kategori memiliki bobot normal jaringan traktus digestivus (Wardani et al.,
(kurang dari 26 mg). Penjelasan mengenai 2010). Semakin banyak kandungan bahan aktif
mekanisme kerja senyawa aktif yang yang terdapat dalam ekstrak suatu tanaman,
maka potensinya akan semakin tinggi (Gaedcke
terkandung dalam daun binahong sama dengan
dan Steinhoff, 2003).
mekanisme pada L1. Pada kelompok ini
mekanisme kerja yang terjadi adalah ekstrak
etanol daun binahong sebagai racun cerna dan SIMPULAN
antifeedant. Pupa yang terbentuk tidak ada
yang menetas pada semua kelompok perlakuan Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak
yang diberikan ekstrak daun binahong, etanol daun binahong memiliki kemampuan
sedangkan pada kontrol negatif pupa mampu sebagai larvasidal terhadap larva lalat C.
menetas 100%. bezziana agen utama penyebab miasis secara in
Hasil uji ekstrak etanol daun binahong pada vitro. Senyawa aktif yang berpotensi sebagai
L3 menunjukkan bahwa kelompok kontrol larvasidal adalah flavanoid dan tannin yang
negatif memiliki daya tetas yang tinggi (100%), merupakan hasil screening fitokimia.
yang mampu menyelesaikan siklus hidupnya
dari L3 hingga menjadi lalat dewasa, sebaliknya
kelompok perlakuan dan kontrof positif SARAN
(coumaphos) mengalami kegagalan menjadi
lalat dewasa meskipun jumlah pupa yang Perlu dilaksanakan uji in vivo pada hewan
dihasilkan cukup banyak terutama pada ternak, untuk mengetahui efektivitas dan
konsentrasi 2%. Daya tetas menurun secara keamanan ekstrak etanol daun binahong sebagai
berurutan mulai dari konsentrasi terbesar alternatif pengobatan miasis.
125
Ietje Wientarsih, et al Jurnal Veteriner
126
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 121-127
Wardhana AH, Muharsini S, Santosa S, krim minyak atsiri daun sirih hijau (Piper
Arambewela LSR, Kumarasinghe betle L) pada domba yang diinfestasi dengan
SPW.2010. Studi In Vitro Efek Larvasidal larva Chrsomya bezziana. Bogor. Seminar
Minyak Atsiri Daun Sirih Sri Lanka dan Nasional Teknologi Peternakan dan
Bogor Terhadap Larva Chrisomya bezziana. Veteriner. Hlm. 586-597
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 15(4):
Wardani RS, Mifbakhiddin, Yokorinanti K.
297-307
2010. Pengaruh Konsentrasi Daun Tembe-
Wardhana AH, Muharsini S, Santosa S, lekan Terhadap Kematian Larva Aedes
Arambewela LSR, Kumarasinghe SPW. aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2011. Pengobatan myiasis dengan sediaan Indonesia 6(2): 30-38.
127