Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No.

1 : 121-127
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.121
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016

Daun Binahong (Andredera cordifolia Steenis)


Sebagai Alternatif Insektisida Terhadap Miasis
yang Disebabkan Lalat Chrysomya bezziana
(ANREDERA CORDIFOLIA STEENIS (BINAHONG) LEAF AS AN ALTERNATIVE
INSECTICIDE AGAINST CHRYSOMYA BEZZIANA CAUSED MYIASIS)

Ietje Wientarsih1, Aulia Andi Mustika2, April Hari Wardhana3,


Dodi Darmakusumah4, Lina Noviyanti Sutardi1

1
Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
2
Bagian Farmakologi dan Toksikologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16680
Fax: 0251-8629462 Telp:0251-8629462, Email: ietjewientarsih@gmail.com
3
Bagian Parasitologi Balai Besar Penelitian Veteriner,
Jalan RE. Martadinata No. 30, Bogor 16114
4
Laboratorium Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Nusa Cendana, Jalan Adisucipto, Penfui-Kupang

ABSTRAK

Miasis merupakan infestasi larva lalat yang terdapat pada jaringan hidup. Penyakit ini umum
menyerang hewan maupun manusia. Obat yang digunakan sebagai pengendalian kasus miasis di lapangan
sampai saat ini sangat terbatas dan menggunakan insektisida sintetik. Penelitian ini bertujuan melihat
aktivitas ekstrak etanol daun binahong terhadap larva lalat Chrysomya bezziana pada stadium L1, L2,
dan L3. Penelitian dibagi menjadi lima kelompok perlakuan dengan lima ulangan. Kelompok perlakuan
terdiri dari kontrol negatif (tanpa pemberian obat), kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak binahong
dengan konsentrasi berturut-turut 0,5%, 1%, 2%, dan kelompok yang diberikan coumaphos (kontrol positif).
Peubah yang diamati adalah jumlah larva yang hidup dan berkembang menjadi pupa, bobot pupa, dan
daya tetas pupa menjadi imago. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun binahong
pada konsentrasi 0,5% mempunyai efikasi sebagai larvasidal terhadap L1 dan L2 serta pada konsentrasi
2% merupakan konsentrasi terbaik sebagai larvasidal L3 larva C. bezziana. Ekstrak etanol daun binahong
memiliki kemampuan menghambat larva lalat C. bezziana akibat dari efek cerna dan efek kontak bahan
aktif yang terkandung di dalam daun binahong.

Kata-kata kunci: Insektisida nabati; daun binahong; miasis; Chrysomya bezziana

ABSTRACT

LarvaeChrysomyabezzianacaused myiasis in most livestock in Indonesia. Drugs of choice for treating


myasis aresynthetic insecticides. Unfortunately the insecticides hasnegative effect on animal product,
killed insect non target and insect resistenst. The research was conducted on the activity of ethanol extract
of binahong leaves against various stages of C. bezziana larvae (L1, L2, dan L3). Five treatments group
tested were: group without any treatment (negative control), groups treated with ethanol extracts of
binahong leaves 0.5%, 1% and 2%, respectively, Positive control were given coumaphos. The treatments
were applied with five replications. Number of living larvae and pupae, pupae weight and number of imago
were observed. The results demonstrated that 0.5% of the extract effective consentration which was able
to kill the larvae (L1 and L2). Finally 2% of the extract was the most effective concentration which was able
to kill larvae (L3) and decrease the pupae weight. Ethanol extract of binahong leaves was significantly able
to reduce the growth of C. bezzianalarvae due to contact and digestive effect of the active compounds
contained in Anrederacordifolia leaf.

Key words: bioinsecticide; binahong leaves;myiasis;Crysomya bezziana

121
Ietje Wientarsih, et al Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN memiliki aktivitas antioksidan, membantu


penyembuhan luka (Djamil et al., 2012; Manoi,
Miasis merupakan penyakit parasitik yang 2009).
disebabkan oleh larva lalat (belatung) yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
menyerang semua jenis hewan vertebrata yang potensi ekstrak daun binahong sebagai
berdarah panas termasuk manusia. Larva lalat bioinsektisida terhadap larva 1, larva 2, dan
penyebab penyakit ini memakan jaringan yang larva 3 lalat miasis (C. bezziana) secara in vitro.
hidup, mati, atau nekrosis (Rohela et al., 2006).
Agen primer penyebab miasis terbagi menjadi
tiga, yaitu lalat Cochliomya hominivorax (The METODE PENELITIAN
New World Screwworm Fly) yang tersebar di
benua Amerika, lalat Wohlfahrtia magnifica Persiapan dan Ekstraksi Sampel
yang tersebar di Eropa hingga Tiongkok, serta Bahan baku diperoleh dari Unit Kebun
lalat Chrysomya bezziana yang tersebar di Percobaan, Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.
kawasan Afrika bagian tropis dan sub tropis, Serbuk kering simplisia daun binahong
subkontinen India, Asia Tenggara termasuk diekstraksi menggunakan metode maserasi.
Indonesia dan Papua New Guinea (Hall, 2004; Maserasi dilaksanakan selama 3x24 jam dengan
Gealh et al., 2009; Hall dan Farkas, 2000) pelarut etanol 96%. Perbandingan simplisia dan
Penyakit miasis dilaporkan menimbulkan pelarut adalah 1:10. Ekstrak kental diperoleh
kerugian ekonomi yang sangat besar, terutama dari evaporasi filtrat hasil maserasi
di daerah-daerah sentral ternak. Badan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu
Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mencantumkan 40°C dan 50 rpm, kemudian diubah menjadi
penyakit ini dalam daftar B, yaitu penyakit ekstrak kering menggunakan freeze dryer.
menular yang mempunyai dampak sosial
ekonomi atau mempunyai nilai kepentingan Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
kesehatan di dalam suatu negara, serta Screening Fitokimia
berdampak nyata dalam perdagangan Pemisahan bioaktif dilakukan dengan cara
internasional terkait dengan produk-produk asal meneteskan larutan ekstrak pada plat KLT
hewan (Wardhana et al., 2011). kemudian dibiarkan mengering. Setelah kering
Pengendalian dan pengobatan miasis plat KLT dimasukan ke dalam bejana yang
selama ini menggunakan antibiotik dan berisi larutan pengembang dan dibiarkan pada
insektisida sintetik melalui pengobatan topikal suhu kamar. Setelah terjadi pengembangan
(efek cerna) dan perendaman (dipping–efek sempurna plat KLT dibiarkan mengering, zona
kontak) (Wardhana, 2006). Penggunaan yang terbentuk dihitung nilai Retardation factor
insektisida sintetik terbukti menimbulkan (Rf), kemudian disesuaikan dengan pustaka
dampak negatif seperti berkembangnya ras mengenai senyawa aktif berdasarkan nilai Rf
resisten, keracunan pada manusia dan ternak tersebut. Metode screening fitokimia berda-
peliharaan, kanker, residu pada daging dan susu sarkan metode Harborne (1998).
(De Roos et al., 2003). Pentingnya bahaya yang
ditimbulkan akibat penggunaan insektisida Media Tumbuh Larva
sintetik, maka peternak perlu berinovasi untuk Dua jenis media digunakan pada penelitian
mencari obat alternatif dengan memanfaatkan ini, baik untuk pertumbuhan larva di labora-
tanaman sebagai obat. Penelitian sebelumnya torium maupun untuk uji biologi. Kedua media
melaporkan bahwa keluarga tanaman yang tersebut harus disediakan dalam bentuk segar.
bersifat sebagai insektisida nabati adalah Media Meat-Blood Mixture (MBM).
Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, Media MBM digunakan untuk pemeliharaan L1
Rutaceae, dan Basellaceae (Kumarasinghe et al., yang baru menetas dari telur. Sebanyak 15
2002). Potensi tanaman Basellaceae yang dapat gram daging sapi segar digiling dan
digunakan untuk pengobatan miasis adalah dicampurkan dengan 30 mL darah sapi segar
binahong hijau (Andredera cordifolia steenis). hingga homogen (Sukarsih et al., 2000). Media
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa daun MBM ini juga digunakan untuk uji efektivitas
binahong mampu membantu mempercepat ekstrak etanol daun binahong pada L1.
penyembuhan luka (Miladiyah dan Prabowo, Larval Rearring Media (LRM). Media
2012), aktivitas antibakteri (Astuti, 2011), LRM dibuat berdasarkan formula Sukarsih et

122
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 121-127

al. (2000) dengan melakukan modifikasi, yaitu per ulangan diinfestasikan pada media tersebut
mengganti tepung darah dengan darah segar dan diamati perkembangannya hingga menjadi
yang dikoleksi dari Rumah Potong Hewan (RPH) pupa dan imago (Wardhana et al., 2011).
dan mengganti water lock gel dengan serbuk
kertas CF100. Sebanyak 450 gram darah sapi Uji Ekstrak Metanol Daun Binahong pada
segar beku (marus) digiling menggunakan L3
blender hingga homogen. Selanjutnya, sebanyak Uji ini dilakukan di dalam pot obat yang
45 gram susu skim, 45 gram tepung telur ex berisi ekstrak daun binahong dengan kons-
Belovo (PT. Benhmeyer, Jakarta), 50 gram CF entrasi bertingkat dimulai dari 0.5 mg/mL.
100 (serbuk kertas), 1,0 mL formalin 10%, dan Sebanyak 20 larva per ulangan direndam dalam
980 mL akuades ditambahkan ke dalam blender masing-masing larutan perlakuan (10 mL)
tersebut dan dicampur hingga homogen. Media selama 10 detik, kemudian ditiriskan meng-
LRM juga digunakan untuk uji efektivitas gunakan saringan alumunium. Selanjutnya L3
esktrak metanol daun binahong pada L1 dan diletakan di atas kertas saring dan dipindahkan
L2. ke dalam kontainer plastik yang berisi
vermicullite. Larva-larva tersebut diinkubasi
Perlakuan pada suhu 30-32oC sampai menjadi pupa dan
Uji efektivitas ekstrak daun binahong menetas menjadi imago (Spradbery, 2002).
terhadap larva C. bezziana dilakukan pada
instar I (L1), II (L2), dan III (L3). Pengujian Analisis Data
terhadap L1 dan L2 ditujukan untuk Peubah yang diamati adalah jumlah larva
mempelajari efek larvasida yang bersifat racun yang hidup dan berkembang menjadi pupa, bobot
cerna, sedangkan pengujian terhadap L3 pupa, dan daya tetas pupa menjadi imago. Data
ditujukan untuk mempelajari efek larvasida hasil penelitian dianalisis menggunakan general
yang bersifat racun kontak. Penelitian dibagi model linier (GLM) dengan program minitab
menjadi lima kelompok perlakuan, dan setiap 2016.
kelompok terdiri dari lima ulangan.
Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol
negatif (tanpa pemberian obat), kelompok yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan ekstrak binahong dengan konsentrasi
berturut-turut 0,5%, 1%, 2%, dan kelompok Daun binahong yang digunakan dalam
yang diberikan coumaphos (kontrol obat). penelitian ini dikoleksi dari Pusat Studi
Biofarmaka LPPM IPB. Daun yang digunakan
Uji Ekstrak Daun Binahong pada L1 sebanyak 1000 gram simplisia untuk diekstrak
Media MBM yang telah dicampur ekstrak dengan pelarut etanol menggunakan metode
daun binahong dengan konsentrasi bertingkat maserasi. Ekstrak etanol daun binahong yang
dimulai dari 0,5–2,0 mg/mL diletakan di dalam diperoleh 164,24 gram, sehingga persentase
wadah/kontainer plastik berukuran 18,5x13, randemennya adalah 16,42%. Ekstrak tersebut
5x4,5 cm. Sebanyak 20 L1 per ulangan diletakan selanjutnya diuji dengan menggunakan KLT
di atas media dan dipelihara pada ruangan dan uji screening fitokimia.
dengan suhu 30-32oC. Larva yang masih hidup Kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun
sampai hari ke-2 dipindahkan ke kontainer binahong menggunakan fase diam silica gel
plastik yang baru dan dipelihara pada media GF254 dan fase gerak metanol : khloroform (1 :
LRM sampai menjadi pupa dan menetas menjadi 39 ). Profil KLT menunjukan terdapat dua spot
imago (Wardhana et al., 2011). berdasarkan hasil identifikasi dengan sinar UV
254 nm dan sinar UV 366 nm. Senyawa yang
Uji Ekstrak Daun Binahong pada L2 terdapat pada daun binahong yang berperan
Media yang digunakan untuk uji ini adalah sebagai larvasidal miasis diduga dari spot-spot
LRM yang telah dicampur dengan ekstrak yang terbentuk tersebut. Senyawa tersebut
methanol binahong dan sirih merah dengan berdasarkan nilai Rf dan warna spot yang
konsentrasi bertingkat dimulai dari 0.5 mg/mL. terbentuk termasuk kedalam golongan flavonoid.
Sebanyak 215 g LRM dimasukan ke dalam Senyawa tersebut larut pada pelarut semipolar.
masing-masing kontainer plastik yang Hal tersebut sesuai dengan prinsip like dissolves
berukuran 18,5x13,5x 4,5 cm. Sejumlah 20 L2 like yang berarti suatu zat akan larut pada

123
Ietje Wientarsih, et al Jurnal Veteriner

Tabel 1. Rataan mortalitas L1 Chrysomya bezziana pascapemberian ekstrak etanol daun binahong
dalam berbagai konsentrasi serta jumlah dan bobot pupa yang terbentuk.

Pupa
Perlakuan L1 yang diuji (n) Mortalitas larva
Jumlah (n) Bobot (mg)

Kontrol 20,00 0,00 ± 0,00c 20,00 ± 0,00a 39,12 ± 1,14 a


0,50% 20,00 16,40 ± 2,15b 3,60 ± 0,81b 21,73 ± 0,81 b
1,00% 20,00 18,20 ± 1,60b 1,80 ± 0,81c 16,27 ± 0,8 c
2,00% 20,00 20,00 ± 0,00a 0,00 ± 0,00d 0,00 ± 0,00d
Coumaphos 20,00 20,00 ± 0,00a 0,00 ± 0,00d 0,00 ± 0,00d

Keterangan : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P<0,05

Tabel 2. Rataan mortalitas L2 Chrysomya bezziana pascapemberian ekstrak etanol daun binahong
dalam berbagai konsentrasi serta jumlah dan bobot pupa yang terbentuk.

Pupa
Perlakuan L2 yang diuji (n) Mortalitas larva
Jumlah (n) Bobot (mg)

Kontrol 20,00 0,00 ± 0,00e 20,00 ± 0,00a 39,12 ± 1,02a


0,50% 20,00 8.80 ± 1,28d 11,20 ± 1,20b 33,18 ± 1,24b
1,00% 20,00 15.4 ± 1,07c 4,60 ± 1,07c 28,62 ± 1.29c
2,00% 20,00 19,00 ± 0,44b 1,00 ± 0,44d 24,08 ± 00d
Coumaphos 20,00 20,00 ± 0,00a 0,00 ± 0,00e 0,00 ± 0,00e

Keterangan : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P<0,05

Tabel 3. Rataan jumlah mortalitas L3 Chrysomya bezziana pascapemberian ekstrak etanol daun
binahong dalam berbagai konsentrasi serta jumlah dan bobot pupa yang terbentuk dan
daya tetasnya menjadi lalat dewasa.

Pupa
Perlakuan L3 yang diuji (n) Daya tetas
Jumlah (n) Bobot (mg)

Kontrol 20,00 19,32 ± 0,37a 20,00 ± 0,00a 40,10 ± 1,12b


0,50% 20,00 13,40 ± 0,92b 20,00 ± 0,00a 33,24 ± 0,24b
1,00% 20,00 11,40 ± 0,74c 20,00 ± 0,00a 28,62 ± 1.27c
2,00% 20,00 4.00 ± 0,70e 20,00 ± 0,00a 25,08 ± 1,20d
Coumaphos 20,00 9,00 ± 0,40d 16,80 ± 1,50b 26,03 ± 1.12d

Keterangan : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P<0,05

pelarut dengan kepolaran yang hampir sama binahong menunjukkan aktivitas larvasida
(Harborne, 1998). Hasil screening fitokimia dari terhadap L1, sebagian kecil L1 pada konsentrasi
kedua tanaman tersebut postif mengandung 0,5% dan 1% mampu berkembang hingga
flavonoid dan tanin. menjadi L3 dan pupa, meskipun bobot pupa yang
Hasil uji in vitro ekstrak etanol daun dihasilkan tidak termasuk dalam kategori
124
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 121-127

normal (kurang dari 26 mg) (Wardhana, 2006). sampai dengan yang terkecil. Pada stadium ini,
Hal tersebut mengindikasikan bahwa senyawa larva L3 sudah tidak mengkonsumsi makanan,
aktif yang terdapat dalam daun binahong sehingga apabila terjadi kematian pada larva
memiliki aktivitas sebagai racun cerna dan adalah karena pengaruh dari kontak bahan aktif
antifeedant. Racun cerna dapat dilihat dari dengan larva. Hasil ini mengindikasikan bahwa
kematian mendadak dari L1 sejak dilakukan ekstrak etanol daun binahong pada konsentrasi
perlakuan, sedangkan antifeedant dapat dilihat 2% memiliki aktivitas sebagai racun kontak
dari bobot pupa yang terbentuk (Wardhana et terbaik pada L3 C. bezziana.
al., 2010). Bobot pupa yang berada di bawah Senyawa flavonoid mempunyai efek toksik
standar mengindikasikan bahwa selama pada serangga melalui beberapa mekanisme di
menjadi larva, konsumsi pakan dari larva lebih antaranya sebagai antiproliferatif, yaitu dengan
sedikit dibandingkan konsumsi umumnya cara menghambat transduksi signal ke nukleus
(Wardhana et al., 2011). Seluruh larva yang sel. Mekanisme kedua, menginduksi fragmen-
diberi ekstrak daun bihanong pada konsentrasi tasi DNA sehingga menyebabkan apoptosis sel.
2% mengalami kematian 100% yang terjadi Mekanisme ketiga, menghambat aktivasi
pada hari pertama pascaperlakuan, hal tersebut protein kinase pada daerah pengikatan ATP
juga terjadi pada kontrol obat (Tabel 1). Pada sehingga pertumbuhan sel menjadi terhambat
konsentrasi 2%, mekanisme yang terjadi adalah (Mungenge et al., 2014). Ketiga mekanisme
racun cerna. Pupa yang terbentuk tidak ada tersebut diduga menyebabkan kematian sel pada
yang menetas pada semua kelompok perlakuan larva L1 dan L2 lalat C. bezziana melalui
yang diberikan ekstrak daun binahong, mekanisme racun pencernaan. Tanin yang
sedangkan pada kontrol negatif pupa mampu terdapat pada daun binahong, menghambat
menetas 100%. bekerja enzim asetil kolinesterase sehingga
Pengujian pada L2 menunjukkan bahwa terjadi penumpukan asetilkolin yang menye-
mortalitas larva meningkat seiring dengan babkan terjadinya kekacauan pada sistem
penambahan konsentrasi ekstrak daun penghantaran impuls ke otot yang dapat ber-
binahong. Mortalitas tertinggi ditunjukan pada akibat otot kejang sehingga terjadi kelumpuhan
kelompok 2%. Pada kelompok tersebut larva (paralisis), ini sebagai indikator kerja dari racun
mengalami kematian 95%. Pada kelompok 0,5, kontak. Selain itu, tanin sebagai insektisida juga
1%, dan 2% terdapat L2 yang mampu memiliki mekanisme mengoksidasi traktus
berkembang hingga menjadi L3 dan pupa, digestivus dan menghasilkan Reactive Oxygen
meskipun beberapa pupa yang dihasilkan tidak Species (ROS) yang menyebabkan rusaknya
termasuk dalam kategori memiliki bobot normal jaringan traktus digestivus (Wardani et al.,
(kurang dari 26 mg). Penjelasan mengenai 2010). Semakin banyak kandungan bahan aktif
mekanisme kerja senyawa aktif yang yang terdapat dalam ekstrak suatu tanaman,
maka potensinya akan semakin tinggi (Gaedcke
terkandung dalam daun binahong sama dengan
dan Steinhoff, 2003).
mekanisme pada L1. Pada kelompok ini
mekanisme kerja yang terjadi adalah ekstrak
etanol daun binahong sebagai racun cerna dan SIMPULAN
antifeedant. Pupa yang terbentuk tidak ada
yang menetas pada semua kelompok perlakuan Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak
yang diberikan ekstrak daun binahong, etanol daun binahong memiliki kemampuan
sedangkan pada kontrol negatif pupa mampu sebagai larvasidal terhadap larva lalat C.
menetas 100%. bezziana agen utama penyebab miasis secara in
Hasil uji ekstrak etanol daun binahong pada vitro. Senyawa aktif yang berpotensi sebagai
L3 menunjukkan bahwa kelompok kontrol larvasidal adalah flavanoid dan tannin yang
negatif memiliki daya tetas yang tinggi (100%), merupakan hasil screening fitokimia.
yang mampu menyelesaikan siklus hidupnya
dari L3 hingga menjadi lalat dewasa, sebaliknya
kelompok perlakuan dan kontrof positif SARAN
(coumaphos) mengalami kegagalan menjadi
lalat dewasa meskipun jumlah pupa yang Perlu dilaksanakan uji in vivo pada hewan
dihasilkan cukup banyak terutama pada ternak, untuk mengetahui efektivitas dan
konsentrasi 2%. Daya tetas menurun secara keamanan ekstrak etanol daun binahong sebagai
berurutan mulai dari konsentrasi terbesar alternatif pengobatan miasis.

125
Ietje Wientarsih, et al Jurnal Veteriner

UCAPAN TERIMA KASIH B, (Editors). Budapest. Science Herald,


Hlm. 978.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Harborne JB. 1998. Phytochemical Methods: A
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Guide to Modern Techniques of Plant
Kementerian Pertanian yang telah mendanai
Analysis. 3rd Edition. New York: Chapman
penelitian ini melalui program Kerjasama
and Hall International Edition.
Kemitraan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Nasional (KKP3N) Tahun Anggaran Kumarasinghe SP, Karunaweera ND, Ihala-
2014. mulla RL, Arambewela LSR, Dissanayake
DS,2002. Larvacidal effects of mineral
teurpentine, low aromatic white spirits,
DAFTAR PUSTAKA aqueous extracts of Cassia alata, and
aqueous extracts, ethanolic extracts and
Astuti SM. 2011. Determination of Saponin essential oil of betel leaf (Piper crocatum)
Compound From Anredera C o r d i f o l i a on Chrysomya megachepala. Int J Dermatol
Steenis Plant (Binahong) to Potential 41: 877-880.
Treatment for Several Diseases. Journal of Manoi F. 2009. Binahong (Andredera cardifolia)
Agricultural Science 3(4): 223-232 Sebagai Obat. Warta Penelitian dan
De Roos AJ, Zahm SH, Cantor KP, Weisen- Pengembangan Tanaman Industri 15(1): 3-
burger DD, Holmes FF, Burmeister LF, 5
Blair A. 2003.Integrative assessment of Miladiyah I, Prabowo BR. 2012. Ethanolic
multiple pesticides as risk factors for non- extract of Anredera Cordifolia Steenis
Hodgkin’s lymphoma among men. Leaves Improved Wound Healing in Quinea
Occupational and Environmental Medicine Pigs. Universa Medicina 31(1): 4-10
60: e11
Mungenge C, Zimudzi C, Zimba M, Nhiwatiwa
Djamil R, Wahyudi PS, Wahono S, Hanafi . T. 2014. Phytochemical screening,
2012. Antioxidant Activity of Flavanoid cytotoxicity and insecticidal activity of the
From Anredera Cordifolia Steenis Leaves. fish poison plant Synaptolepis alternifolia
International Research Journal of Oliv. (Thymelaeaceae). Journal of Phar-
Pharmacy 9:241- 243 macognosy and Phytochemistry 2(5): 15-
Gaedcke F, Steinhoff B. 2003. Herbal Medicinal 19
Product. Stuttgart, Germany. Scientific Rohela M, Jamaiah I, Amir L, Nissapatorn V.
Publisher Stuttgart, CRC Press Boca Raton. 2006. A case of auricular myasis in
Hlm. 5-75 Malaysia. J Trop Med Public Health 37(3):
Gealh WC, Ferreira GM, Farah JG, Teodoro U, 91-98.
Camarini ET. 2009. Treatment of oral myia- Spradbery JP . 2002 . The screwworm fly pro-
sis caused by Cochliomyia hominivorax, two blem : A background briefing. Proc. of screw-
cases treated with ivermectin. British worm fly emergency preparedness confe-
Journal of Oral and Maxillofacial Surgery rence Canberra . Canbera, 12-15 November
47(1): 23-26 2001 . Departement of Agriculture Fisheries
Hall MJR. 2004. New World screwworm and Forestry Australia . Hlm. 33-35
(Cochilomyia hominivorax) and Old World Sukarsih S. Partoutomo G . Weijffels, Willadsen
screwworm (Chrysomya bezziana). Manual P. 2000. Vaccination Trials in sheep againts
of Diagnostic Test and Vaccines for Chrysomya bezziana larvae using the
Terestrial Animals (Mammals, Birds, and recombinant peritrophin antigens Cb 15, Cb
Bees). Paris (FR):World Organization for 42 and C 48 . Jurnal Ilmu Ternak dan
Animal Health. Veteriner 5(3): 192-196 .
Hall MJR, Farkas R. 2000. Traumatic myiasis Wardhana AH. 2006. Chrysomya bezziana
of humans and animals. Chapter 1.18, pages penyebab miasis pada hewan dan manusia:
751-768, In: Contributions to a Manual of permasalahan dan penanggulangannya.
Palaearctic Diptera. General and Applied Wartazoa. 16(3): 146-159.
Dipterology, Volume 1. Papp L, Darvas

126
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 121-127

Wardhana AH, Muharsini S, Santosa S, krim minyak atsiri daun sirih hijau (Piper
Arambewela LSR, Kumarasinghe betle L) pada domba yang diinfestasi dengan
SPW.2010. Studi In Vitro Efek Larvasidal larva Chrsomya bezziana. Bogor. Seminar
Minyak Atsiri Daun Sirih Sri Lanka dan Nasional Teknologi Peternakan dan
Bogor Terhadap Larva Chrisomya bezziana. Veteriner. Hlm. 586-597
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 15(4):
Wardani RS, Mifbakhiddin, Yokorinanti K.
297-307
2010. Pengaruh Konsentrasi Daun Tembe-
Wardhana AH, Muharsini S, Santosa S, lekan Terhadap Kematian Larva Aedes
Arambewela LSR, Kumarasinghe SPW. aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2011. Pengobatan myiasis dengan sediaan Indonesia 6(2): 30-38.

127

Anda mungkin juga menyukai