Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EPIDEMIOLOGI

FAKTOR KIMIA DALAM LINGKUNGAN KERJA

Oleh :
Kelompok 1
1. Aprillia
2. Indri Septia
3. Kristina FS
4. Mairita Agus
5. Maria Ratna
6. Oktari Fauziah

DosenPembimbing :
Ropendi Paredede, S.KM, M.BA

Stikes Syeidza Saintika Padang


TahunAjaran2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah tentang

faktor kimia dalam keselamatan kerja sebagai salah satu tugas untuk memenuhi syarat

perkuliahan.

            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari

segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan

makalah ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.

            Kami  menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima kasih pada dosen terutam teman-

teman yang telah membantu dengan informasi dan dukungan moril.  Semoga amal

kalian  dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga makalah ini

bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 4 Juli 2019

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan kimia telah meningkatkan mutu kehidupan. Bahan kimia disektor pertanian
dalam bentuk pembasmian hama (pestisida) dan pupuk (fertilizer) telah secara besar-besaran
meningkatkan produksi makanan. Obat kemotrapi telah memberikan kontribusi terhadap
pengobatan kanker dan obat-obat baru terus menerus secara konstan memasuki pasaran untuk
pengobatan penyakit jantung misalnya. Serat karbon secara luas digunakan dipabrik
pembuatan bahan baru yang ringan, sementara serat keramik digunakan sebagai bahan
penyekat dan sering digunakan sebagai pengganti asbestos.
Kini sesungguhnya setiap tempat kerja, tercemar oleh bahan kimia seperti bahan pelarut
yang digunakan untuk membersihkan dan menghilankan minyak , campuran cat dan pernis
dan pelarut campuran yang kental dan bahan campuran lainnya. Bahan kimia dalam bentuk
padat dapat berubah dijadikan bubuk atau partikel abu selama proses manufaktur dan dapat
bersisa masuk kedalam udara ambient untuk jangka waktu yang lama. 
Gas dan uap digunakan dalam operasi industri seperti pengelasan dan pendinginan, atau
pada bermacam-macam proses kimia lainnya, gas juga dipergunakan dirumah sakit sebagai
bahan anestesi. laboratorium di sekolah, universitas, badan penelitian, perwakilan pemerintah
dan perusahaan perorangan banyak menggunakan berbagai macam bahan kimia baik dalam
jumlah besar maupun kecil.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sifat lingkungan kerja kimia ?

2. Bagaimana pengaruh bahan kimia di lingkungan kerja ?

3. Bagaimana evaluasi faktor kimia di lingkungaan kerja ?

4. Bagaimana pencegahan faktor kimia di lingkungan kerja ?

2
C. Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang obat faktor kimia dalam lingkungan kerja

dan bisa meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang faktor kimia dalam

lingkungan kerja

3
BAB II
PEMBAHASAN

Lima puluh tahun yang lalu hanya satu juta ton bahan-bahan kimia telah dihasilkan setiap
tahunnya, sedikit sekali telah diketahui, dan sedikit pula dikerjakan, sehubungan dengan
bahaya-bahaya kimia dan prosesnya. Sekarang ini lebih dari 400 juta ton bahan-bahan kimia
dihasilkan setiap tahunnya, dan diantara 5-7 juta bahan kimia yang telah diketahui, lebih dari
80.000 dipasarkan. Lebih dari 1000 bahan kimia baru  dihasilkan setiap tahunnya.
Diperkirakan 500-10.000 bahan kimia  diperdagangkan mengandung bahaya, diantaranya 150
–200 kemungkinan penyebab kanker.

Bahan kimia telah meningkatkan mutu kehidupan. Bahan kimia disektor pertanian
dalam bentuk pembasmian hama (pestisida) dan pupuk (fertilizer) telah secara besar-besaran
meningkatkan produksi makanan. Obat kemotrapi telah memberikan kontribusi terhadap
pengobatan kanker dan obat-obat baru terus menerus secara konstan memasuki pasaran untuk
pengobatan penyakit jantung misalnya. Serat karbon secara luas digunakan dipabrik
pembuatan bahan baru yang ringan, sementara serat keramik digunakan sebagai bahan
penyekat dan sering digunakan sebagai pengganti asbestos.
Kini sesungguhnya setiap tempat kerja, tercemar oleh bahan kimia seperti bahan pelarut yang
digunakan untuk membersihkan dan menghilankan minyak , campuran cat dan pernis dan
pelarut campuran yang kental dan bahan campuran lainnya. Bahan kimia dalam bentuk padat
dapat berubah dijadikan bubuk atau partikel abu selama proses manufaktur dan dapat bersisa
masuk kedalam udara ambient untuk jangka waktu yang lama. 
Gas dan uap digunakan dalam operasi industri seperti pengelasan dan pendinginan,
atau pada bermacam-macam proses kimia lainnya, gas juga dipergunakan dirumah sakit
sebagai bahan anestesi. laboratorium di sekolah, universitas, badan penelitian, perwakilan
pemerintah dan perusahaan perorangan banyak menggunakan berbagai macam bahan kimia
baik dalam jumlah besar maupun kecil.

4
1.    Sifat  Lingkungan Kerja Kimia :
a.     Aerosol (partikel) yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi diudara
yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai
stabilitas cukup sebagi suspensi diudara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu selalu
berupa suspensi.
Partikel dapat diklasifikasikan:
i.      Debu diudara (airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat diudara . Butiran debu ini
dihasilkan oleh pekerjaan yang berkaitan dengan gerinda, pemboran dan penghancuran pada
proses pemecahan bahan-bahan padat.
Ukuran besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat oleh mata
telanjang (> 1/20 mm) sampai pada tidak kelihatan. Debu yang tidak kelihatan berada diudara
untuk jangka waktu tertentu dan hal ini membahayakan karena bisa masuk menembus
kedalam paru-paru.
ii. Kabut (mist) adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya dihasilkan oleh proses
penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik atau menjadi busa partikel buih yang sangat
kecil.
iii.Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari bentuk
uap. Asap ini biasanya berhubungan dengan logam di mana uap dari logam terkondensasi
menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut. Asap juga ditemui pada
sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon, karbon ini
mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m  (micron)
b.  Non Partikel dapat diklasifikasikan:
i.  Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu
dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan
penambahan tekanan.
ii. Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan cairan
mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari kemampuan  penguapannya. Bahan-bahan
yang memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik
didih yang tinggi.

2.   PENGARUH BAHAN KIMIA

5
a., Iritasi adalah diartikan  suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak
dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata dan saluran pernapasan.
      i. Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu dengan klulit, bahan itu
akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai pelindung, sehingga kulit menjadi kering, kasar
dan luka. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
     ii. Iritasi melali mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan mata bisa
menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan permanen. Tingkat keparahan
dari kerusakan tersebut tergantung dosis (jumlah) dan kecepatan penanggulangan P3K.
Sebgai contoh  bahan kimia yang menyebabkan iritasi mata ialah asam dan alkali dan bahan-
bahan pelarut.
iii. Saluran pernapasan iritasi oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-bercak cair, gas atau
uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena pada daerah saluran pernapasan bagian
atas (hidung dan Kerongkongan). Pada umumnya hal ini terjadi di sebabkan oleh bahan-
bahan  yang mudah larut seperti ammonia, formaldehid, sulfur oksida, asam dan alkalis yang
diserap oleh lapisan lendir hidung dan kerongkongan.
 b. Kekurangan zat asam ( asphyxiation) istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan
proses oksigensi dalam jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion dan
chemical asphyxiantion
      i.  Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan dengan kadar zat
asam di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida,
ethane, hydrogen  atu helium yang kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup. Udara
normal biasanya  mengandung 21% zat asam. Apabila kandungan zat asam turun dibawah
17%, maka jaringan tubuh akan mengalami kekurangan zat asam, sehingga menimbulkan
gejala-gejala seperti pusing , mual dan kehilangan konsentrasi.
      Situasi seperti ini bisa terjadi dalam ruangan-ruangan kerja tertutup. Proses penurunan kadar
zat asam secara terus-menerus bisa menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian.
 ii. Chemical  asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada situasi ini, bahan-
bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan mengganggu kemampuan tubuh untuk
mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida. Pada
konsentrasi 0.05% karbon monoksida di udara, dapat menurunkan kapasitas darah untuk
mengangkut zat asam ke sberbagai jaringan tubuh.
      Contoh lain adalah pengaruh racun dari hydrogen sanida atau hydrogen sulfida. Bahan-bahan
ini mengganggu kemampuan dari sel-sel tubuh untuk menerima zat asam, meskipun darahnya
kaya akan zat asam.

6
c.  Kehilangan kesadaran dan mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari
bahan kimia tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl
keton (aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan
susunan syaraf pusat.Bahan –bahan kimia tersebut akan mengakibatkan efek yang sama
seperti dalam keadaan mabuk. Paparan pada konsentrasi yang tinggi bisa menimbulkan
kehilangan kesadaran, bahkan bisa mematikan.
          d.  Keracunan  Tubuh manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemika dihubungkan
dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang
mana reaksi ini merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh. Pengaruhnya tidak seperti
local pada salah satu bahagian  atau daerah  dari tubuh. Salah satu fungsi organ hati adalah
membersihkan bahan-bahan beracun dari dalam darah serta mengubahnya menjadi bahan-
bahan yang aman dan dapat larut dalam air sebelum dibuang.
      Namun demikian ada beberapa bahan kimia yang merusak organ hati. Tergantung dari dosis
(jumlah) dan kekerapan dari paparan, kerusakan yang terjadi terus menerus pada jaringan hati
akan mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi hati. Cedera hati bisa disebbkan oleh bahan
kimia seperti bahan pelarut (alcohol, karbon tetraklorida, trikloro ethylene, kloroform) dan
hal ini bisa salah diagnosa sebagai hepatitis, sebagaimana gejolak-gejolak kulit dan mata
berwarna  kekuning-kuningan yang diakibatkan  oleh bahan-bahan kimia tersebut,
mempunyai efek yang sama yang terjadi pada hepatitis.
      Bahan kimia yang mencegah ginjal dari pembuangan hasil-hasil bahan beracun meliputi
karbon tetraklorida, karbon disulfida, bahan kimia lainnya seperti kadmium, timbal,
turpentine, methanol, toluene dan xylene akan secara perlahan mengganggu fungsi ginjal.
e. Kanker Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak
terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut
mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun.
Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, chromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru,
Kanker rongga hidung dan sinus disebabkan oleh chromium, isopropyl oils, nikel, debu kayu
dan debu kulit. Kanker kandungan kencing  erat hubungannya dengan kepajanan terhadap
benzidine, 2-napthyllamine dan debu kulit. Kanker  sumsum tulang belakang disebkan oleh
benzene.
f.    Paru-paru kotor (pneumoconiosis) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan
adanya reaksi dari jaringan paru. Dengan adanya pneumoconiosis kemampuan paru-paru
untuk menyerap zat asam akan menurun dan korbannya akan mengalami/merasakan napas

7
yang pendek pada saat melakukan jenis pekerjaan yang berat. Pengaruh ini sifatnya menetap .
Contoh  bahan-bahan yang menyebabkan  pneumoconiosis adalah crystalline silica, asbestos,
talc, batubara dan beryllium.

3.   Evaluasi Faktor Kimia Lingkungan Kerja

Evaluasi factor lingklungan kerja kimia dimaksudkan sebagai usaha teknis untuk
mengetahui secara baik kualitatif maupun kuantitatif factor apa yang terdapat di lingkungan
kerja tersebut. Keculi itu dalam evaluasi lingkungan tersebut pula untuk mencari dimana
letak sumber-sumber bahaya, factor-faktor tersebut dipancarkan, dalam bentuk apa, berapa
jumlah, tenaga kerja atau orang  yang berada dalam lingkungan. Seperti telah diuraikan diatas
bahwa dalam menyelanggarakan evaluasi lingkungan ,idealnya harus diketahui secara
menyeluruh tentang prose-proses oprasi-oprasi tertentu, bahan baku, produk, hasil-hasil
samping dan cara dan cara pembuangan sisa-sisa produksi dengan sendirinya haruslah
dipelajari proses-proses dan oprasi-oprasi dimana dalam hal ini biasanya telah secara
otomatis diketahui oleh para teknisi  yang langsung berkecimpun dibidang produksi dengan
dipahami secara menyeluruh Produk dan oprasi maka yang berkepentingan dalam hal ini
dokter perusahaan dapat dengan mudah mengatakan bahwa disuatu tempat kerja terdapat
factor-faktor tertentu.
Pentingnya pengetahuan tentang derajat toksisitas suatu bahan atau produk adalah jelas,
bahwa bahan-bahan tersebut tidak boleh ditangani dengan sembarangan, dalam arti para
pekerja berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk-petunjuk kerja yang tersedia, seta harus
pula diperhatikan tentang metode-metode adaya kontak atau masuknya bahan-bahan yang
berbahaya kedalam tubuh, yang antara lain tentang penggunaan alat proteksi perorangan.
Dalam evaluasi ini untuk mengetahui secara pasti bagaimana tingkat bahaya dari suatu
aspek kimia lingkungan kerja perlulah diselenggarakan penyelidikan secra teknis oprasional
ke lokasi-lokasi dimana diduga adanya aspek-aspek tertentu. Lokasi-lokasi dapat dipelajari
dimana letaknya berdasarkan hasil analisa proses-proses dan oprasi –oprasi pengolahan dari
suatu perusahaan atau industri yang menjadi subyek.
Untuk melakukan evaluasi factor lingkungan kerja kimia maka dapat diambil langkah
sebagai berikut:
     1. Sampling

8
Sampling dan analisa dari factor lingkungan kerja kimia yang merupakan kontaminasi udara
ruang kerja dimaksudkan untuk menganalisa intensitas kontaminan dengan pengambilan
sample udara yang kemudian dianalisa dilaboratorium
2.     Pemilihan alat lapangan dan metode
Dalam penyelenggaraan suatu penyelidikan untuk mengetahui tingkat bahaya dari suatu
factor manusia memegang peranan penting pula tentang pemeliharaan alat-alat lapangan dan
metode yang dipergunakan dalam teknis oprasional. Instrumen atau alat-alat dan metode yang
dipergunakan sangat tergantung dari sifat-fisik  kimia apakah berupa aerosol, gas, uap, mist,
fume ataukah dalam bentuk lain.
Berdasarkan tipe-tipe alat sampling lapangan alat-alat tersebut dapat dibedakan sebagai
berikut:
a.  Alat dapat mendeteksi langsung
b.  Alat-alat yang memisahkan bahan kimia dari sejumlah udara yang diukur
       c.   Alat-alat yang mengumpulkan sample udara dengan volume yang diketahui.
3.     Analisa Laboratorium
Banyaknya pertimbangan –pertimbangan teknis analisa  yang harus diperhatikan dalam
pemilihan metode analisa laboratorium mana atau apa yang baik dipakai untuk analisa bahan
kimia di lingkungan kerja.
4.     Perbandingan hasil evaluasi dengan standar
Dari hasil analisa laboratorium harus dibuat data yang lengkap tentang yang dianalisa, dan
berapakah kadarnya masing-masing, data ini kemudian dibandingkan standar tertentu guna
mengetahui bagaimana tingkat bahaya dari lingkungan tersebut

5. Pencegahan Faktor Lingkungan Kerja Kimia

Ada beberapa cara pencegahan factor kimia lingkungan kerja antara lain:


  1.   Subtitusi
Yang dimaksud subtitusi adalah penggantian bahan-bahan berbahaya/beracun dengan bahan
yang tidak beracun, hal ini agak sukar dilaksanakan mengingat banyak dari bahan kimia yang
dipakai dalam proses produksi yang apabila diganti dengan bahan lain dapat
mempengaruhi  dari hasil produksi dengan kata lain produksi mungkin akan tidak sama bila
memakai bahan aslinya dan untuk mendapatkan hasil yang sama diperlukan penelitian-
penelitian yang saksama dan membutuhkan biaya tinggi.
2.  Isolasi

9
Isolasi yang dimaksud disini adalah mengisolir tempat atau ruangan-ruangan yang
mengandung aspek bahan kimia yang berbahaya dari para pekerja atau tidak kontak langsung
bahan-bahan berbahaya tersebut, cukup dilakukan dengan mengontrol dari luar atau tempat
lain.
3.     Ventilasi
Ventilasi yang dimaksudkan disini adalah mengatur sirkulasi udara yang baik masuk kedalam
ruang kerja. Ada berapa macam ventilasi, tetapi disini yang dibicarakan adalah ventilasi
ekshauster. Ada dua macam ekshauster sebagai berikut:
a.     Lokal Ekshauster
Yaitu ekshauster yang dipakai hanya pada tempat dimana orang bekerja.
b.     General ekshauster.
   Yaitu ventilasi untuk seluruh ruangan

       4.  Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


Pemakaian alat pelindung diri hanya dilakukan apabila ketiga sistem tersebut diatas tidak
dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya bahan kimia yang ada pada suatu lingkungan
kerja ataupun kurang efisien penggunaannya.
            Ada berapa macam alat pelindung diri antara lain:
a.    Masker
Alat ini dipakai untuk melidungi tenaga kerja dari debu ataupun uap, gas yang dapat masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan.
              b.   Sarung tangan
Alat ini dipakai melindungi tenaga kerja dari kontak dengan bahan kimia berbahaya
    c.   Pakaian kerja
Alat ini dipakai untuk melindungi tenaga kerja dari kontak bahan kimia yang berbahaya.
d.     Respirator
Alat ini dipakai untuk melindungi pernapasan tenaga kerja dimana konsentrasi bahan kimia
dalam ruangan kerja dimungkinkan dengan hanya mermakai masker.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sifat lingkungan kerja kimia terbagi atas partikel dan nonpartikel
2. Pengaruh bahan kimia menyebabkan iritasi, kehilangan kesadaran, mati rasa,
keracunan tubuh, kanker , dan paru-paru kotor
3. Pengaruh evaluasi faktor kimia di limgkungan kerja bisa dilakukan dengan metode
sampling, pemilihan alat lapangan, dengan analisa laboratorium, dan
membandingkan hasil evaluasi dengan standar yg tersedia
4. Pencegahan faktor kimia di lingkungan kerja dengan substitusi, isolasi, ventilasi dan
memakai APD

11

Anda mungkin juga menyukai