Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RISIKO BAHAYA KIMIA

Dosen Pengampu

Edison, M.Kes

Disusun Oleh

Ayu Azari 2103028


Muhammad Adrian Fadli 2103035
Sabrina Angelika Sianipar 2103041

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA

PADANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Risiko Bahaya Kimia”.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pak
Edison, M.Kes, yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang turut membantu dalam proses
pembuatan makalah ini baik secara materi, waktu dan tenaga.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritikan dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
dan para pembaca.

Padang, 15 September 2022

Penulis

i
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR IS ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan masalah......................................................................................... 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

D. Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan .................................................. 3

B. Jalan masuk ke tubuh ................................................................................... 4

C. Pencegahan risiko bahaya kimia .................................................................. 7

D. Pelindung ..................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16

A. Kesimpulan ................................................................................................ 16

B. Saran ........................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap jenis pekerjaan pasti memiliki resiko kegagalan (risk of failures),
oleh sebab itu dibutuhkan pedoman dalam menjalankan pekerjaan sesuai
aturan operasional yang telah ditetapkan. Adanya keselamatan dan kesehatan
kerja yang terjamin tentu mampu meningkatkan produktivitas para pekerja.
Kesehatan kerja yang baik, juga mampu menekan angka biaya yang
dikeluarkan untuk proses pemulihan pekerja menjadi biaya yang dipakai
untuk hal yang lebih efisien yang kemudian mengakibatkan pada
ketercapaian tujuan suatu perusahaan atau instansi apapun.
Ada beberapa risiko kerja yang dapat kita jumpai, salah satunya ialah
risiko bahaya kimia, seperti akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara
manusia dengan bahan kimia berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa
pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan gas bahan kimia.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan topik yang telah disampaikan sebelumnya, Batasan
permasalahan yang diterapkan dalam makalah ini, yaitu:
• Bagaimana pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan?
• Bagaimana proses masuknya bahan kimia ke tubuh manusia?
• Apa yang dilakukan untuk pencegahan terhadap risiko bahaya kimia?
• Apakah terdapat bahan - bahan pelindung lainnya?

1
C. Tujuan
• Mengetahui seberapa pengaruhnya bahan kimia terhadap kesehatan
• Memahami jalan masuknya bahan kimia ke dalam tubuh
• Mengetahui tindakan yang tepat untuk menghindari risiko bahaya
kimia
• Mengetahui bahan – bahan pelindung yang mendukung keselamatan
dan kesehatan kerja.

D. Manfaat
Dengan adanya pembahasan terkait risiko bahaya kimia dalam kerja,
diharapkan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Disamping itu sebagai pemenuuhan tugas dari mata
kuliah, diharapkan makalah ini mampu menambah wawasan para pembaca
sehingga memiliki kesadaran yang lebih terhadap lingkungan sekitar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan
Adanya kontak terhadap bahan kimia tentu berhubungan dengan
kesehatan manusia. Ketika bahan kimia tersebut tersentuh atau masuk
kedalam tubuh akan mengakibatkan kerugian. Reaksi kombinasi atau
gabungan dari dua bahan kimia atau lebih, kemudian terjadi penyerapan ke
dalam tubuh, dapat membentuk senyawa baru yang berbeda kandungan dan
sifat, bahkan lebih berbahaya.

Bahaya yang ditimbulkan dari paparan bahan kimia sangat beragam,


seperti gangguan pernafasan, iritasi, alergi, kekurangan oksigen, keracunan
sistemik, angguan reproduksi, kanker, leukimia, mual, hingga kehilangan
kesadaran.

Iritasi, muncul pada area kulit dimana terjadi kontak dengan bahan
kimia pengiritasi. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata, dan
saluran pernafasan.

Alergi, menyebabkan gejala pada permukaan kulit muncul di berbagai


area tubuh. Pada kulit, contoh bahan kimia yang menyebabkan alergi ialah
fenol, formaldehid, asam kuat, alkali kuat. Selain itu, bisa juga pada saluran
pernafasan, berupa disianat, formaldehid, SO2, dan partikulat.

Kekurangan oksigen, udara yang mengandung oksidan nitrogen,


karbon monoksida, hidrokarbon, dan gas emisi lainnya. Udara normal
biasanya mengandung 21% zat asam. Apabila kandungan zat asam turun di
bawah 17%, maka jaringan tubuh akan mengalami kekurangan zat asam,
sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti pusing, mual dan kehilangan
konsentrasi.

3
Gangguan pernafasan, asbestos, nikel, petroleum. Pabrik penyulingan
minyak petroleum menghasilkan berbagai jenis polutan udara dan air serta
limbah padat berbahaya. Penduduk yang tinggal berdekatan dengan fasilitas
tersebut berisiko untuk menghirup udara yang tercemar dan mengonsumsi air
yang tercemar. Mereka berisiko tinggi mengalami gangguan pernafasan
(batuk dan mengi), peningkatan risiko kanker otak pun telah dibuktikan oleh
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yang berada dekat pabrik
petroleum di Louisiana.

Kanker, salah satu zat yang menyebabkan yaitu arsenik. Pemaparan


manusia dengan arsenik terjadi daari sumber alami, arsenik tersebar di lapisan
kerak bumi dan terdapat juga dalam bijih tambang berbagai logam seperti
emas, timbal, tembaga, timah, dan zink. Arsenik dilepas ke atmosfer sebagai
produk samping dari peleburan pestisida, dan dari pembakaran kaca yang
digunakan untuk pembuatan gelas.

B. Jalan masuk ke tubuh


Ada tiga jalur pokok pemaparan bahan kimia terhadap tubuh manusia,
yaitu kontak kulit (absorpsi kulit), pernafasan (inhalasi), dan saluran
pencernaan (ingesti).

1. Jalur pemaparan dermal


Kulit merupakan jaringan terluar tubuh, yang berarti menjadi lapisan
yang efektif terhadap berbagai jenis zat kimia. Jika suatu zat kimia tidak
dapat menembus kulit, toksisitasnya akan bergantung pada derajat
absorpsi yang berlangsung. Semakin besar absorpsinya, semakin besar
kemungkinan zat tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya. Zat kimia
akan lebih banyak diserap oleh kulit yang rusak atau tergores daripada
lapisan yang utuh. Begitu masuk ke dalam kulit, zat tersebut akan
memasuki aliran darah dan terbawa ke seluruh bagian tubuh.
Kemampuan zat untuk menembus kulit tersebut bergantung pada dapat

4
larut atau tidaknya zat tersebut dalam lemak, kemungkinannya untuk
menembus kulit lebih besar daripada zat yang dapat larut dalam air.
Masalah iritasi kulit, pemaparan kulit pekerja saat penyampuran dan
pemberian bahan pestisida dapat menjadi sangat berbahaya jika
formulasinya toksik dan mengandung bahan-bahan yang larut dalam
lemak, seperti minyak tanah, xilen, dan produk petroleum lainnya.
Dermatitis alergik, merupakan satu tipe penyakit kulit akibat
sensitivitas yang tinggi terhadap suatu zat kimia. Zat kimia dalam kadar
yang rendah yang biasanya tidak menimbulkan efek iritasi akan
menimbulkan kerusakna pada kulit akibatnya meningkatkan sensitivitas.
Gejalanya antara lain, ruam, bengkak, gatal-gatal, dan melepuh.
Biasanya akan hilang Ketika kontak dihentikan dan akan muncul ketika
terkontak kembali. Dermatitis alergik terjadi akibat paparan dengan
substansi seperti kromium (terkandung dalam semen, kulit, agens
pembuat atap/genteng), kobalt (dalma deterjen, pewarna).
Walaupun iritasi kulit umumya terjadi setelah pemaparan dermal
terhadap suatu efek sistemik. Setelah terabsorpsi melalui kulit dan
memasuki sirkulasi sistemik, zat kimia dapat menjalar ke mana saja di
dalam tubuh, termasuk meruak organ serta system tubuh.

2. Jalur pemaparan inhalasi


Berbeda dengan jalur dermal, yang menjadi lapisan terluar saat
terjadi kontak dengan bahan apapun. Paru-paru merupakan organ dalam
yang hanya terkontak dengan bahan kimia jika terbawa bersama udara
yang kemundian berdampak pada kerusakn jaringan paru-paru dan
gangguan pada sistem. Jika tidak terbawa oleh udara, maka tidak menjadi
toksik bagi jalur inhalasi.

5
Zat kimia dapat menjadi bawaan udara malalui dua cara; baik
sebagai partikel yang sangat halus (debu) maupun gas atau uap. Sebagian
besar polutan yang umum dijumpai seperti sulfur dioksida, timbal,
nitrogen oksida, karbon monoksida, dapat langsung mempengaruhi
sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh
darah).

3. Jalur pemaparan ingesti


Merupakan jalur yang melalui makanan dan minuman. Senyawa
organomerkuri terbukti merupakan penyebab dari beberapa epidemi
keracunan skala besar yang terjadi di masyarakat baik karena
mengonsumsi ikan yang telah tercemar atau karena memakan roti yang
dibuat dari biji gandum yang disemprot dengan fungisida alkalimerkuri.
Metilmerkuri menyebabkan efek yang serius pada sistem saraf.
Ada beberapa unsur kimia pokok dalam air yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Masalah yang berkaitan dengan unsur kimia pokok
dalam air minum muncul terutama dari kemampuan unsur tersebut untuk
menimbulkan efek yang merugikan setelah periode paparan yang
Panjang, kontaminan yang meliputi seperti kontaminan yang bersifat
toksik misalnya logam dan substansi yang karsinogenik.

6
C. Pencegahan risiko bahaya kimia
Setelah uraian diatas, bisa kita simpulkan bahwa bahan kimia memiliki
risiko yang cukup untuk membahayakan pekerja. Adapun pengendalian
bahan kimia di tempat kerja secara umum seperti berikut:

1. Eliminasi, dengan menghilangkan suatu bahan/tahapan proses


berbahaya subtitusi, mengganti bahan lain yang kurang berbahaya
2. Isolasi, melakukan proteksi terhadap suatu proses
3. Engeneering control, melalui pengendalian teknis seperti produksi,
teknologi, otomatisasi, dan system control,
4. Pengendalian administrasi, penyediaan MSDS di tempat kerja
5. Personal protective equitment, melindungi tenaga kerja atau orang yang
berada di tempat kerja dengan menggunakan respirator, jas lab, topi
pengaman, sepatu safety, baju kerja, kacamata pengaman.

Hazard kimia adalah potensi bahaya kimia merupakan paparan yang


terjadi pada pekerja dengan berbagai macam bahan yang mengandung racun
dengan paparan terjadi dalam kondisi kerja normal yang berdampak pada efek
yang merugikan bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Hazard kimia
ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan standar,
penyiapan MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data keselamatan
bahan, penyiapan P3K, serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3.
Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air
kotor yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Hazard kimia, berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang
sangat luas dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai yang
berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal atau cacat fungsi paru.
Hal tersebut sangat berisiko terhadap kesehatan sang pekerja, dan orang yang
berada di sekitarnya.

7
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi risiko hazard
kimia di rumah sakit antara lain:
1) Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi
dengan seluruh satuan kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah
pengadaan B3, penyimpanan, pelabelan, pengemasan ulang /repacking,
pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
2) Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar
Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet / MSDS), petugas
yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan B3,
serta mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
3) Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan
diatas palet atau didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan,
tersedia MSDS, safety shower, APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit
untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan
Kecelakaan Kerja akibat B3.
4) Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja
yang kompeten untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta
standar pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan tanpa kewenangan
yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
5) Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke
lingkungan serta kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus
memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3, jika belum harus segera
diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
6) Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor
yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah
B3 padat harus dibuang ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah B3
(TPS B3), untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.

8
Bahan Kimia Berbahaya (BKB) sesuai dengan Permenaker Nomor 187
Tahun 1999, kewajiban perusahaan yang menggunakan, menyimpan,
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya wajib
menyediakan:
1. Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)
2. Petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia MSDS wajib disediakan dengan
menggunakan Bahasa Indonesia untuk dapat dikomunikasikan dengan
Pekerja sesuai PP No.50 Tahun 2012 Kriteria 9.3.2.

MSDS memiliki 16 Item Pokok sesuai dengan Pasal 4 KepMenaker 187


Tahun 1999,
1. Setiap tempat kerja berisiko besar wajib memiliki:
a) 2 orang petugas K3 kimia (Non Shift), 5 orang petugas K3 kimia
(dengan Shift)
b) 1 orang ahli K3 kimia
c) Pengukuran lingkungan kerja faktor kimia 6 bulan sekali

2. Setiap Tempat Kerja Berisiko MENENGAH Wajib memiliki:


a) 1 orang petugas K3 kimia (NonShift), 3 orang pekerja K3 Kimia
(dengan Shift)
b) Pengukuran Lingkungan Kerja Faktor Kimia 1 Tahun sekali

D. Pelindung
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menyarankan
setiap manajemen K3 di perusahaan harus melakukan pengendalian risiko
untuk meminimalisir bahaya bahan kimia yang terdapat di tempa kerja
semaksimal mungkin. Upaya yang dilakukan selain pengendalian teknik/
administratif adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Pakaian
pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh atau pakaian pekerja saat terjadi
kontak dengan bahan kimia berbahaya dan mencegah penyebaran
kontaminasi. Pemilihan pakaian pelindung saat menangani bahan kimia
tergantung pada risiko dan tingkat perlindungan yang diperlukan.

9
Berikut beberapa pakaian pelindung yang dapat Anda gunakan saat
menangani bahan kimia, antara lain:

1. Jas laboratorium
Jas laboratorium dapat digunakan untuk penggunaan skala kecil dan
penanganan bahan kimia dengan risiko rendah. Pakaian pelindung ini
berfungsi untuk mencegah kontaminasi bahan ke dalam tubuh, melindungi
tubuh dan pakaian pekerja dari percikan, cipratan, atau tumpahan bahan
kimia. Jas laboratorium dapat diaplikasikan untuk pemakaian umum,
perlindungan dari bahan kimia, biologi, radiasi, dan bahaya fisik. Jas
laboratorium harus terbuat dari bahan katun dan sintetik seperti nilon atau
terylene dengan water repellent (pori-pori kain tidak dapat ditembus oleh
air). Jas laboratorium tidak boleh dipakai di luar daerah laboratorium.

2. Apron
Apron biasanya diaplikasikan untuk penggunaan bahan kimia dalam
jumlah besar dan berisiko tinggi. Apron digunakan untuk melindungi
pekerja dari bahan yang bersifat korosif dan mengiritasi, cairan berbahaya,
zat pelarut yang kuat, minyak dan pelumas padat/ gemuk (grease). Pakaian
pelindung berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari bahan
neoprene atau polyurethane dilapisi bahan nilon, terylene, atau karet
alami. Ada juga yang terbuat dari bahan plastik, dengan rekomendasi tidak
boleh dikenakan di area yang mengandung bahan kimia mudah terbakar
karena bisa dapat menimbulkan kebakaran yang dipicu listrik statis.

10
3. Jumpsuits atau coverall
Pakaian pelindung ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi
berisiko tinggi seperti menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik
dalam jumlah banyak. Jumpsuit atau coverall berfungsi untuk melindungi
pekerja dari percikan, cipratan, atau tumpahan zat berbahaya berisiko
tinggi. Jumpsuit atau coverall biasanya terbuat dari bahan karet, neoprene,
viton, vinyl dan material lain yang mampu memberikan perlindungan
tingkat tinggi kepada pekerja dari percikan bahan kimia yang bersifat
karsinogen dan bahan kimia berisiko tinggi lainnya. Pakaian pelindung ini
tersedia dalam dua jenis, yakni disposable coverall (sekali pakai) dan
reusable coverall.

4. Pelindung gangan
Fungsi utama pelindung tangan adalah melindungi tangan dari
cedera akibat terkena bahan kimia atau terkena peralatan laboratorium
yang pecah atau rusak serta melindungi tangan dari permukaan benda yang
kasar atau tajam dan material panas atau dingin.
Bahan kimia biasanya dapat dengan cepat merusak material sarung
tangan jika material yang dipilih tidak sesuai dengan sifat bahan kimia
yang ditangani. Maka, material dan ketebalan menjadi pertimbangan
utama saat memilih sarung tangan. Bahan sarung tangan yang dipilih harus
sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani. Sarung tangan yang
digunakan saat menangani bahan kimia biasanya terbuat dari neoprene,
polyvinyl chloride (PVC), polyvinyl alcohol (PVA), karet butil atau alam,
karet sintetis, dan nitril. Panduan umum pemilihan material sarung tangan
berdasarkan jenis bahan kimia:
Keterangan:
S: Suitable
F: Fair (menawarkan perlindungan minimum namun tetap memadai,
tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang)
NR: Not recommended

11
S*: Not suitable (tidak cocok digunakan untuk asam nitrat atau asam
sulfat pada konsentrasi tinggi)

5. Pelindung Kaki
Pelindung kaki (sepatu safety) digunakan untuk melindungi kaki dari
kemungkinan tumpahan bahan kimia beracun dan berbahaya serta
mencegah penyebaran kontaminasi. Pemilihan sepatu safety yang aman
untuk penanganan bahan kimia didasarkan pada bahaya dan kondisi
lingkungan kerja.
Berikut beberapa poin yang harus diperhatikan dalam memilih
sepatu safety, jenis sepatu ini harus mampu melindungi pemakainya dari
bahaya yang dapat mengakibatkan cedera. Jenis sepatu safety juga perlu
dipertimbangkan, apakah sepatu perlu menutupi pergelangan kaki, lutut
atau paha, tergantung bagian-bagian tubuh yang berisiko mengalami
cedera saat menangani bahan kimia. Material sepatu safety harus memiliki
fitur ketahanan terhadap air dan bahan kimia. Karet sintetis, karet butil atau
alam, vinyl dan nitril merupakan material sepatu yang cocok digunakan
saat operasi bahan kimia.
Konstruksi sepatu safety juga harus memperhitungkan bahaya yang
ada di lingkungan kerja seperti lantai basah, lantai licin, dan jatuhan benda
berat atau berat. Pilih sepatu dengan fitur sol luar anti slip untuk
menghindari risiko tergelincir dan fitur pelindung jari kaki berbahan baja
untuk melindungi kaki dari risiko jatuhan benda berat atau tajam. Bila
Anda bekerja di area operasi bahan kimia mudah terbakar, maka sepatu
dengan fitur anti statis perlu digunakan. Untuk melindungi sepatu dari
kontaminasi bahan kimia berbahaya berbentuk debu, serat, atau partikel di
udara, sepatu safety sekali pakai atau penutup sepatu (shoe cover) sekali
pakai dapat digunakan.

12
6. Pelindung Mata dan Wajah
Cipratan, percikan, hingga paparan kabut bahan kimia yang
mengenai mata sering kali menjadi penyebab terbanyak pekerja
mengalami cedera mata. Oleh karena itu, OSHA mewajibkan para pekerja
untuk selalu menggunakan perangkat pelindung mata dan wajah primer
dan sekunder ketika bekerja di area dengan potensi bahaya tadi.
Berikut jenis-jenis alat pelindung mata dan wajah yang berguna
untuk menahan dampak bahaya bahan kimia yang bisa mencederai mata,
di antaranya:
a. Safety Goggles: pelindung primer yang berguna untuk melindungi mata
dari percikan dan cipratan bahan kimia. Pilih safety goggles dengan
ventilasi tidak langsung (indirect ventilation) atau tanpa ventilasi (non-
ventilated goggles) saat menangani bahan kimia berbahaya. Safety goggles
dengan ventilasi tidak langsung (indirect ventilation)

b. Face Shields (tameng muka): pelindung sekunder yang berguna untuk


melindungi seluruh wajah dari paparan sumber bahaya. Face shileds yang
dirancang menyatu dengan headgear dapat melindungi wajah, namun tidak
sepenuhnya melindungi mata. Agar perlindungan dari berbagai sumber
bahaya seperti partikel beterbangan, percikan atau cipratan bahan kimia
lebih maksimal, pekerja direkomendasikan menggunakan face shileds
bersamaan dengan safety goggles. Face shields tidak cocok untuk
melindungi pekerja dari debu, asap, atau gas. Tidak hanya jenisnya, tipe
lensa yang digunakan pada pelindung mata dan wajah juga perlu
diperhatikan. Lensa harus transparan dan tidak mengganggu penglihatan.
Berikut jenis lensa yang direkomendasikan untuk pelindung mata dan
wajah:

13
• Polycarbonates: efektif untuk memberikan perlindungan terhadap
partikel beterbangan, namun tidak cocok memberikan
perlindungan terhadap bahan kimia korosif
• Acrylic resins: cocok untuk memberikan perlindungan terhadap
berbagai jenis bahan kimia, namun memiliki kemampuan yang
lemah dalam menahan dampak bahaya
• Plastik − perlindungan akan lebih maksimal jika diberi lapisan anti
kabut.

7. Pelindung Pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh
manusia adalah melalui pernapasan. Banyak partikel di udara, debu, uap
dan gas yang dapat membahayakan sistem pernapasan. Pelindung
pernapasan yang tepat harus digunakan untuk meminimalkan sumber-
sumber bahaya tadi.
a. Air-Purifying Respirator (Respirator pemurni udara)
1) Particulate Respirator
Respirator ini hanya digunakan untuk melindungi pekerja
dari bahaya paparan tingkat rendah (seperti debu, kabut, dan asap).
Tidak cocok digunakan untuk melindungi pekerja dari paparan gas
dan uap. Pada respirator jenis ini, filter menangkap partikel dari
udara dengan metode penyaringan, sehingga udara yang melewati
respirator menjadi bersih. Contoh dari particulate respirator adalah
disposable dust masks dan respirator dengan disposable filter.

14
2) Chemical Cartridge/ Gas Mask Respirator
Jenis respirator ini menggunakan cartridge atau canister
untuk menyerap gas dan uap di udara. Catridge dan canister
memiliki kemampuan serap yang tinggi pada awal penggunaan
dan akan mengalami penurunan hingga akhir masa pakai (masa
jenuh). Lama masa jenuh sangat tergantung dari konsentrasi uap
atau gas di udara dan perawatan terhadap respirator tersebut.
Cartridge atau canister harus diganti sebelum jenuh karena bisa
berdampak pada kemampuan daya serap terhadap kontaminan.

b. Air-Supplied Respirator (Respirator dengan pemasok udara)

Alat pelindung pernapasan ini mirip seperti peralatan pernapasan untuk


penyelam. Air-supplied respirator menyimpan pasokan udara/ oksigen di
dalam tabung sehingga alat ini tidak memerlukan pasokan udara dari luar.
Alat ini biasanya digunakan pada area yang kontaminasi udaranya sangat
tinggi atau rendah oksigen. Juga, tangki udara biasanya hanya dapat
digunakan selama satu jam atau kurang, tergantung rating tangki dan tingkat
pernapasan.

APD merupakan upaya terakhir untuk meminimalkan risiko yang dapat


terjadi akibat kecelakaan atau bahaya di lingkungan kerja maupun saat
operasi bahan kimia. Tidak hanya pemilihan APD yang harus dilakukan
secara tepat, pemeriksaan dan perawatan APD secara rutin pun perlu
dilakukan untuk memastikan APD yang digunakan dapat memberikan
perlindungan dalam menahan dampak bahaya bahan kimia.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan kimia di tempat kerja sangat berbahaya jika tidak mendapat
perhatian baik secara penyimpanan, pemakaian, produksi, sampai pada
pengangkutan. Hal ini mengapa dibuat pedoman bagi setiap perusahaan yang
berhubungan dengan bahan kimia, melalui Permenaker Nomor 187 Tahun
1999 tentang Pengendalina Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

B. Saran
Dengan adanya bahan bacaan makalah ini diharapkan mampu
menambah pengetahuan kita terkait bahan kmia berbahaya di tempat kerja,
dikarenakan masih adanya kekurangan dalam makalah ini diharapkan saran
untuk penyempurnaa makalah ini. Semoga pengendalian bahan kimia di
tempat kerja Indonesia semakin baik dari hari ke hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Modul SE-01 Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3). Jakarta

Palupi Widyastuti. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan
Lingkungan (versi terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran.

Safetysign. 2017. Paduan APD saat Menangani Bahan Bahaya Kimia. Diakses dari
<https://www.safetysign.co.id/news/300/Panduan-APD-Saat-Menangani-
Bahan-Kimia-Berbahaya-Pilih-yang-Tepat>

Misri Gozan. 2010. K3 dalam Industri Kimia

Kemenaker RI NO KEP.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia


Berbahaya di Tempat Kerja

17

Anda mungkin juga menyukai