OLEH :
KELOMPOK 7
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya,
Pernafasan”.
Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas kelompok dari
mata kuliah Toksikologi yang ditujukan agar mahasiswa dapat memahami dan
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon dengan rendah hati agar pembaca
penulisan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toksikologi dan Racun .......................................................... 5
2.2 Toksisitas Inhalasi ...................................................................................... 6
2.3 Fase Eksposisi ............................................................................................ 7
2.3.1 Eksposisi Melalui Jalur Inhalasi ...................................................... 8
2.4 Fase Toksokinetik ...................................................................................... 9
2.4.1 Absorpsi Xenobiotika Melalui Saluran Napas ................................ 11
2.5 Fase Toksodinamik .................................................................................... 12
2.5.1 Mekanisme Kerja Toksik Pada Fase Toksodinamik ........................ 13
2.6 Prinsip Pengobatan Pada Kasus Keracunan ............................................... 15
2.6.1 Mencegah Atau Menghambat Absorbsi .......................................... 16
2.6.2 Mempercepat Eliminasi .................................................................. 17
2.6.3 Pemberian Antidotum ..................................................................... 17
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas atau
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
yang melalui saluran napas atas (rongga hidung, nasofaring, orofaring, dan
adalah proses atau jalan masuknya zat-zat beracun ke dalam tubuh melalui proses
pernapasan.
1
Kejadian yang terjadi di lapangan terkait paparan inhalasi dapat menyebabkan
efek yang dapat merugikan bagi kesehatan. Ini adalah kejadian dari penelitian
observai mengenai para pekerja yang bekerja di sekitar bahan kimia tertentu atau
logam, serta manufaktur dan pemanfaatan bahan kimia dan petrokimia yang
untuk memberikan respon yang sesuai dengan intensitas paparan agen kimia
dikaitkan dengan efek samping spesifik, seperti paparan dalam pekerjaan dan
lingkungan dari timbale (Pb) dan neuropati (Grant 2009; Fischbein and Hu, 2007),
merkuri (Hg) dan neurotoksisitas (Grandjean and Nielsen 2009, Goldman 2007),
karbon monoksida (CO) sebagai penyebab hipoksia dan penyakit jantung iskemik
(Kleinman, 2009)
lingkungan kerja dan hampir semua bahan toksik dapat dihisap. Bahan toksik
yang masuk melalui saluran pernapasan menuju paru-paru akan diserap oleh
alveolus paru-paru.
dalam aliran darah. Setelah berada dalam aliran darah, dengan cepat menghasilkan
efek toksik.
Jumlah seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi atau diserap melalui saluran
2
volume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja menjadi
lebih besar.
Apabila bahan beracun juga dalam bentuk aerosol, maka pengendapan dan
penyerapan dapat terjadi dalam saluran pernapasan. Hal inilah yang dapat
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
3
3. Bagi Masyarakat
bagi para pekerja maupun masyarakat sekitar yang hidup dan bekerja di area yang
4
BAB 2
PEMBAHASAN
dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang
penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajan serta
didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai
bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak
akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu
dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk
manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja,
dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-
industri kimia.
5
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek
dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan
menghasilkan suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan
respons.
tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh:
dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau
ditimbulkan.
tentang teknis kompleksitas bagaimana suatu bahan beracun yang terhirup pada
dan kemudian membuang limbah udara itu menggunakan metode yang tidak
simpel, namun juga sangat mahal. Salah satu bentuk penanggulangan dampak
dalam hal ini, kendaraan yang digunakan dapat menjadi penyebab iritasi epitel
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini
6
dan toksodinamik. Dalam menelaah interaksi xenobiotika atau tokson dengan
organisme hidup terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: kerja
dimaksud dengan kerja tokson pada organisme adalah sebagai suatu senyawa
kimia yang aktif secara biologik pada organisme tersebut (aspek toksodinamik).
pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik atau
farmakologi setelah xenobiotika terabsorpsi. Dalam fase ini terjadi kontak antara
xenobiotika dengan organisme atau dengan lain kata, terjadi paparan xenobiotika
pada organisme. Paparan ini dapat terjadi melalui kulit, oral, saluran pernafasan
(injeksi).
Jika suatu objek biologik terpapar oleh sesuatu xenobiotika, maka, kecuali
senyawa radioaktif, efek biologik atau toksik akan muncul, jika xenobiotika
yang terlarut, terdistribusi molekular, yang dapat diabsorpsi. Dalam hal ini akan
untuk mengaborpsi xenobiotika tersebut. Dalam hal ini laju absorpsi dan jumlah
xenobitika yang terabsorpsi akan menentukan potensi efek biologik atau toksik.
7
2.3.1 Eksposisi Melalui Jalur Inhalasi.
xenobiotika tersebut. Tokson yang terdapat di udara berada dalam bentuk gas,
uap, butiran cair, dan partikel padat dengan ukuran yang berbeda-beda. Disamping
itu perlu diingat, bahwa saluran pernafasan merupakan sistem yang komplek,
yang secara alami dapat menseleksi partikel berdasarkan ukurannya. Oleh sebab
itu ambilan dan efek toksik dari tokson yang dihirup tidak saja tergantung pada
serta acini paru-paru, yang terdiri atas bronkiol pernafasan, saluran alveolar, dan
alveoli. Saluran pernafasan terdiri atas nasofaring, saluran trakea dan bronkus,
serta acini paru-paru, yang terdiri atas bronkiol pernafasan, saluran alveolar, dan
menambahkan uap air, dan mengatur suhu. Umumnya partikel besar ( > 10 μm)
8
tidak memasuki saluran napas, kalau masuk akan diendapkan di hidung dan
bronkus berfungsi sebagai saluran udara yang menuju alveoli. Trakea dan bronki
dibatasi oleh epiel bersilia dan dilapisi oleh lapisan tipis lendir yang disekresi dari
sel tertentu dalam lapisan epitel. Dengan silia dan lendirnya, lapisan ini dapat
Namun, butiran cairan dan partikel padat yang kecil juga dapat diserap
lewat difusi dan fagositosis. Fagosit yang berisi partikel-partikel akan diserap ke
dalam sistem limfatik. Beberapa partikel bebas dapat juga masuk ke saluran
yang berbentuk gas, seperti carbon monoksida, oksida nitrogen, belerang dioksida
atau uap cairan, seperti bensen dan karbontetraklorida. Kemudahan absorpsi ini
berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah, dan dekatnya
darah dengan udara alveoli. Laju absorpsi bergantung pada daya larut gas dalam
xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka
seluruh tubuh dan ke reseptor. Pada saat yang bersamaan sebagian molekul
9
xenobitika akan termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal,
dikelompokkan ke dalam proses invasi dan evesi. Proses invasi terdiri dari
absorpsi, transpor, dan distribusi, sedangkan evesi juga dikenal dengan eleminasi.
tubuh (termasuk juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat tertentu
ditranspor bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi. WEISS (1990) membagi
difusi (difusi xenobiotika di dalam sel atau jaringan). Sedangkan eliminasi (evesi)
dan ekskresi. Sederetan proses tersebut sering disingkat dengan ADME, yaitu:
1. Adsorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Eliminasi.
yang dapat masuk ke sistem sistemik atau mencapai tempat kerjanya. Jumlah
biologi / hayati. Keseluruhan proses pada fase toksokinetik ini akan menentukan
10
dinamiknya. Farmakokinetik dapat juga dipandang suatu bidang ilmu, yang
organisme sebagai fungsi waktu. Secara umum toksokinetik menelaah tentang laju
terutama berlaku untuk gas (seperti karbon monoksida, oksida nitrogen, dan
belerang oksida) dan juga uap cairan (seperti benzen dan karbon tetraklorida).
berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, laju aliran darah yang cepat, dan
Absorpsi pada jalur ini dapat terjadi melalui membran ”nasal cavity” atau
amonium quarterner, dimana sangat susah diserap jika diberikan melalui jalur
intravena.
Luas permukaan alveoli yang sangat luas, ketebalan diding membran yang
relatif tipis, permeabilitas yang tinggi, laju aliran darah yang tinggi, dan tidak
absorpsi xenobiotika dari paru-paru. Namun pada kenyataannya jalur eksposisi ini
11
1. Kesulitan mengkuantisasikan dosis yang terserap
menuju udara bebas, hal ini tidak seperti jalur eksposisi saluran cerna.
kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya muncul
fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya
(reseptor). Selain interaksi reversibel, terkadang terjadi pula interaksi tak bolak-
didasari oleh interaksi kimia antara xenobiotika dengan subtrat biologi dimana
perubahan kimia dari subtrat biologi akibat dari suatu perubaran kimia dari
antara molekul tokson atau obat pada tempat kerja spesifik, yaitu reseptor dan
juga proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya timbul efek toksik atau
dan biofisika dari makromolekul tersebut. Makromolekul ini sejak seabad dikenal
12
dengan istilah reseptor, yaitu merupakan komponen sel atau organisme yang
berinteraksi dengan tokson dan yang mengawali mata rantai peristiwa biokimia
menuju terjadinya suatu efek toksik dari tokson yang diamati. Interaksi tokson -
subtrat biologik. Interaksi ini didasari oleh interaksi kimia antara xenobiotika
dengan subtrat biologi dimana terjadi ikatan kimia kovalen yang bersifat.
irreversibel atau berdasarkan perubahan kimia dari subtrat biologi akibat dari
biologi, seperti: kerusakan saraf, dan kerusakan sel hati (serosis hati), atau juga
pertumbuhan sel yang tidak normal, seperti karsinoma, mutasi gen. Umumnya
efek irreversibel akan menetap atau justru bertambah parah setelah pejanan tokson
potensi efek dari obat tersebut, untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bahasan
hubungan dosis dan respon. Jika konsetrasi suatu obat pada jaringan tertentu
tinggi, maka berarti dengan sendirinya berlaku sebagai tempat sasaran yang
sebenarnya, tempat zat tersebut bekerja. Jadi konsentrasi suatu tokson/obat pada
tempat kerja ”tempat sasaran” umumnya menentukan kekuatan efek biologi yang
dihasilkan.
13
2.5.1 Mekanisme Kerja Toksik Pada Fase Toksodinamik
Hanya sebagian kecil dari jumlah zat yag diserap tubuh dapat mencapai
interaksi antara molekul racun dengan reseptor yang kemudian memacu sederetan
reaksi kimia yang pada akhirnya menimbulkan efek. Semua racun mempunyai
dasar reaksi interaksi tersebut. Kerusakan pada taraf molekul akibat kerja toksik
disebut lesi primer. Bila takaran racun yang diserap kecil kerusakan terbatas pada
beberapa sel saja dan suatu organ dapat tetap menjalankan fungsi normalnya,
tetapi bila telah banyak sel yang rusak menyebabkan organ tersebut tidak lagi
dapat memenuhi fungsinya. Pada keadaan demikian biasanya keracunan atau kerja
toksik akan terlihat. Contoh mekanisme kerja tosik pada beberapa senyawa :
oksigen dan zat makan pada saraf pusat oleh eter atau khloroform
14
3. Interaksi dengan sistem enzim, menyebabkan proses biokimia terganggu,
5. Reaksi hipersensitif, terjadi karena kontak ulang dengan suatu zat. Kontak
hanya dibenarkan dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan. Terhadap orang
awam, pertolongan yang boleh dilakukan adalah membawa korban ke dokter atau
ekskresinya, memberi antidotum yang sesuai atau menetralkan efek racun dan
15
mengurangi atau menghilangkan gejala yang ditimbulkannya. Tanpa
antidotum dan pengobatan gejalanya amat ditentukan oleh jenis racun tersebut.
korban harus secepatnya dibawa ke tempat yang udaranya bersih. Jika penyerapan
racun melalui kulit, kulit segera dibilas dengan air hangat dan sabun. Bila zat yang
merangsang masuk mata, maka segera organ tersebut dicuci dengan air atau
larutan natrium bikarbonat 2% bila zat itu bersifat asam, atau larutan asam borat
2% bila zat tadi bersifat basa. Mata harus dicuci selama 5-10 menit sebelum
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada keracunan per oral, upaya untuk
pembesihan saluran itu, pemberian zat pengabsorbsi dan atau zat yang dapat
menetralkan atau menginaktifkan racun secara kimiawi. Dua macam zat tersebut
Khusus untuk racun yang tertelan masuk saluran cerna, racun dikeluarkan
dari saluran tersebut dengan cara memuntahkan, bilas lambung atau pemberian
masih ada di lambung. Dalam upaya pembersihan itu digunakan cairan pencuci,
berupa air, suspensi arang aktif, suspensi antidotum universal, atau larutan zat
mulut bagian belakang atau dengan pemberian larutan garam. Pemberian ernetika
16
kadang diperlukan bila upaya sederhana itu tidak berhasil, ernetika yang
digunakan misalnya sirup ipekak atau injeksi apomorfin. Dalam kondisi tertentu,
2. Kejang
3. Korban menelan cairan minyak tanah atau yang jenisnya lebih ringan
saluran pernafasan
4. Racun yang tertelan berisifat korosif, seperti fenol, asam kuat dan basa
pencahar atau laksansia. Digunakan magnesium sulfat atau natrium sulfat dengan
takaran 10 gm/100 ml air, agar-agar atau parafin cair. Pemberian pencahar tidak
diuretik paksa dengan menggunakan cairan garam fisiologis atau cairan infus
memuntahkan atau bilas lambung. Bila penyebab keracunan tidak diketahui dapat
diberikan :
17
Jenis racun Antidotum
Asam Ca-hidroksida, Na-Bikarbonat
Basa Air jeruk, Asam cuka
Alkaloida Tingkur Iodium
Oksalat Air kapur
18
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia.
Selain itu, toksikologi tidak hanya mempelajari efek dari racun, tetapi juga
mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia
bahan kimia yang digunakan di dalam industri maupun yang terdapat di udara
lingkungan kerja dan hampir semua bahan toksik dapat diisap. Bahan toksik yang
masuk melalui saluran pernapasan menuju paru-paru akan diserap oleh alveolus
ekskresinya, memberi antidotum yang sesuai atau menetralkan efek racun dan
19
DAFTAR PUSTAKA
Chi Chen, Lung and Morton Lippmann. 2016. Inhalation Toxicology Methods:
The Generation and Characterization of Exposure Atmospheres and
Inhalational Exposures. Curr Protoc Toxicol. National Institute of Health:
63: 24.4.1–24.4.23. doi:10.1002/0471140856.tx2404s63. New York:
Nelson Institute of Environmental Medicine, New York University School
of Medicine
Dario, S.Apt. 2014. Toksikologi: Analisa Pada Kasus Keracunan. Sidoarjo:
Universitas Ma’arif Hasyim Latif
Gilbert, Steven G. 2012. A Small Dose Of Toxicology: The Health Effect of
Common Chemicals Second Edition. United States: Healthy World Press.
Rachmawati, Aisyah. 2013. Jenis-Jenis Toksikologi. Malang: Universitas Negeri
Malang
Woolley, Adam. 2008. A Guide For Practical Toxicology: Evaluation, Prediction
And Risk Second Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc.
Wirasuta, I Made dan Rasmaya. 2006. Toksikologi Umum FA 324620. Bali:
Fakultas MIPA Universitas Udayana.
20