Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN

Ilmu toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang


kerja dan efek berbahaya zat kimia atau racun
terhadap mekanisme biologis suatu organisme.
Definisi lainnya dari toksikologi forensik yaitu ilmu yang
mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia
yang mempunyai efek membahayakan
manusia/hewan sehingga dapat dipakai untuk
membantu mencari/menjelaskan penyebab
kematian pada penyelidikan kasus pembunuhan.
Sulit untuk mengkategorisasi suatu
bahan kimia sebagai aman atau
beracun. Tidak mudah untuk
membedakan apakah suatu zat
beracun atau tidak. Prinsip kunci
dalam toksikologi ialah hubungan
dosis-respon/Efek. Kontak zat toksik
(paparan) terhadap
organisme/tubuh dapat melalui jalur
tertelan (ingesti), terhirup (inhalasi)
atau terabsorpsi melalui kulit. Zat
toksik umumnya memasuki
organisme/tubuh dalam dosis
tunggal dan besar (akut), atau dosis
rendah namun terakumulasi hingga
jangka waktu tertentu (kronis).
Cara Masuk Racun ke Dalam Tubuh
1. Racun yang bekerja lokal
Misalnya:
Racun bersifat korosif: lisol, asam dan basa kuat
Racun bersifat iritan: arsen, HgCl2
Racun bersifat anastetik: kokain, asam karbol.
2. Racun yang bekerja sistemik
Walaupum kerjanya secara sistemik, racun-racun dalam golongan ini biasanya
memiliki akibat/afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh yang lebih
besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh lainnya.
Misalnya:
• Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf
pusat
• Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung
• Strychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang
• CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan
• Cantharides dan HgCl2 terutama berpengaruh terhadap ginjal
3. Racun yang bekerja lokal dan sistemik
Misalnya: Asam oksalat dan asam karbol
Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan
depresi pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan
karena sebagian dari asam karbol tersebut akan diserap dan
berpengaruh terhadap otak.
Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Racun

1. Cara pemberian
Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat
bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v,
i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika
racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat.
2. Keadaan tubuh
•Umur
Pada umumnya anak-anak dan orang tua lebih sensitif terhadap racun bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun
seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan.
•Kesehatan
Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya
akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat,
walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis.
Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut, proses detoksikasi
tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan ekskresinya.
• Kebiasaan
Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat
menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena
terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak
selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada
pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan
narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan
mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun
dosis yang digunakan sama besarnya.
• Hipersensitif (alergi idiosinkrasi)
Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan
preparatpreparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian,
karena si korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut.
Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita
harus menentukan apakah kematian korban memang benar
disebabkan oleh karena hipersinsitif
3. Racunnya sendiri
• Dosis
Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat
yang ditimbulkan.
• Konsentrasi
Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-
zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis
total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara
sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam
menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun
tersebut.
• Bentuk dan kombinasi fisik
Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek
bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat.
• Susunan kimia
Ada beberapa zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak
akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri
terjadi hal yang sebaliknya.
Jenis Racun dan gejala yang ditimbulkan
1. Keracunan Sianida
Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Hidrogen sianida adalah cairan
tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat volatile
dan mudah terbakar. Sianida ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan
makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga
dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik. Gejala yang ditimbulkan oleh zat
kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah,
sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar. Korban
dapat terpapar sianida secara inhalasi, kontak langsung melalui kulit dan mata dan
dengan menelan atau tertelan sianida. Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah
sesuai dengan kadar zat kimia lainnya di dalam darah. Konsentrasi sianida dalam darah
sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan ditimbulkannya.
2. Keracunan Karbonmonoksida
Karbonmonoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak merangsang selaput lendir. Gas CO dapat ditemukan pada hasil
pembakaran tidak sempurna dari karbon. Gejala yang ditimbulkan sakit
kepala, pusing, penglihatan buram, ataksai, nadi lemah, kejang-kejang.
3. Keracunan Insektisida
Kasus kematian akibat insektisida seringkali terjadi karena kecelakaan dan
percobaan bunuh diri. Gejala klinis berupa gangguan penglihatan, sukar
bernapas, saluran pencernaan hiperaktif. Tanda dan gejala lain yang sering
terjadi antara lain sakit kepala, kelemahan otot, hiperhidrosis, lakrimasi,
salivasi, miosis, sekresi saluran napas, sianosis, papil edem, konvulsi, koma, dan
hilangnya kontrol terhadap sfingter.
4. Keracunan Arsen
Ada 4 tipe gejala keracunan:
• Acute Paralytic
Timbul mendadak setelah korban keracunan dengan dosis besar serta
absorbsinya berjalan sangat cepat. Gejala yang menonjol adalah akibat
depresi susunan saraf pusat yang hebat khususnya pusat-pusat vital dimedulla
• Gastrointestinal Type
Gejala yang paling utama dijumpai dan khas, akibat lesi-lesi pada lambung,
usus maupun organ-organ parenchym segera setelah keracunan, timbul
muntah dan diikuti diarrhea setelah 1-2 jam kemudian.
• Subacute Type 36
Timbul apabila senyawa arsenikum diberikan dalam dosis kecil berulang kali dalam
interval waktu tertentu, atau akibat pemberian dalam dosis besar tetapi tidak segera
menimbulkan kematian dan menimbulkan efek keracunan selama dieksresikan (slow
excretion). Traktus Gastrointestinal mengalami inflamasi dan kronis serta diarhea
berkepanjangan
• Chronic Type
Type ini dapat berkembang/ terjadi setelah gejala akut mereda. Tampak gejala-
gejala rambut dan kuku rontok, kadang tampak gastroentritis kronis disertai anoreksia,
nausea, dan diare , kulit mengalami hiperkeratosis dan hiperpigmentasi, mata
mengalami hiperkeratosis, kelopak mata bengkak, garis melintang pada kuku
berwarna putih.
5. Keracunan Timah
• Keracunan Akut :
Korban merasa sepat (rasa logam), muntah-muntah berwarna putih Karena
adanya Pb Klorida, dan juga diare dengan feses hitam akibat adanya PbS.
• Keracunan Kronik :
Korban tampak pucat yang tak sesuai dengan derajat anemi, karena pucat
timbul sebagai akibat spasme arteriol di bawah kulit. Rasa logam pada mulut,
anoreksia, obstipasi, kadang diare.
6. Narkoba
Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Keracunan akut
biasanya terjadi akibat percobaan bunuh diri, tetapi dapat pula terjadi pada
kecelakaan dan pembunuhan.
Gejala keracunan diawali dengan eksitasi susuan saraf yang kemudian disusul
oleh narkosis. Penderita merasa ngantuk, yang makin lama makin dalam dan
berakhir dengan keadaan koma, terdapat relaksasi otot-otot sehingga lidah
dapat menutupi saluran nafas, nadi kecil dan lemah, pernafasan sukar.
7. Psikotropika
Untuk barbiturat, gejala akutnya adalah ataksia, vertigo, pembicaraan
kacau, nyeri kepala, parestesi, halusinasi, gelisan dan delirium. Bila sudah
kronis (adiksi), dapat berupa kelainan psikiatrik seperti depresi melankolik,
regresi psikik, wajah kusut, emosi tidak stabil.
Pemeriksaan forensic dari racun
1. Keracunan Sianida
Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan
tanda patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara menekan dada
mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Selain itu didapatkan
sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam jenazah
berwarna merah terang (red livor mortis), karena darah kaya akan oksi
hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan
ditemukannya cyanmethemoglobin.
2. Keracunan Karbomoniksida
Pemeriksaan dalam untuk keracunan yang tidak lama terjadi ditemukan
jaringan otot, viscera dan darah yang berwarna merah terang. Kadang-
kadang ditemukan tanda-tanda asfiksia dan hiperemia viscera. Pada otak
besar dapat ditemukan petekie di substansia alba bila korban bertahan hidup
lebih dari 30 menit.
Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang berupa Cherry
Red pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, yang tampak jelas bila
kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Akan tetapi pada orang yang anemik
atau mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi sulit dikenali.
3. Keracunan Insektisida
Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda pembendungan pada alat
dalam. Di dalam lambung ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan cairan lambung dan lapisan larutan insektisida. Mukosa lambung
dan usus bagian atas tampak hiperemis dan mengalami perdarahan
submukosa. Juga dapat tercium bau pelarut insektisida. Limpa, otak dan paru
tampak edem dan kongesti. Kerusakan jaringan hati biasanya merupakan
penyebab kematian pada keracunan kronis .
4. Keracunan Arsen
Keracunan Akut :
• Pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi
• Pemeriksaan dalam ditemukan tanda iritasi lambung, mukosa berwarna
merah, kadang-kadang dengan perdarahan (fleas bitten appearance)
Keracunan Kronik :
• Pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat
pigmentasi coklat (melanosis arsenic), keratosis telapak tangan dan kaki
(keratosis arsenic). Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mee’s lines) pada
bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.
• Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
5. Keracunan Timah
Keracunan Akut :
• Tanda-tanda dehidrasi, lambung mengerut (spastic), hiperemi, isi lambung
warna putih. Usus spastic dan feses berwarna hitam.
Keracunan Kronik :
• Tubuh sangat kurus, pucat terdapat garis Pb, ikterik, gastritis kronikm dan
pada usus nampak bercak-bercak hitam
Kadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, jati dan otak, sehingga
bahan pemeriksaan diambil dari organ-organ tersebut.
6. Narkoba
• Pada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk
pemeriksaan laboratorium.
• Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat ditemukan adanya bekas suntikan,
pembesaran kelenjar getah bening setempat, lepuh kulit (skin blister), tanda
asfiksia (busa halus dari lubang hidung dan mulut), sianosis pada ujung jari
dan biir, perdarahan petekial pada konjungtiva dan pada pemakaian
narkotika dengan cara sniffing (menghirup), kadang dijumpai perforasi
septum nasi.
• Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan darah berwarna gelap dan cair,
terdapat gumpalan masa coklat kehitaman pada lambung, trakea dan
bronkus kongesti dan berbusa, paru kongesti dan edema.
• 7. Psikotropika
• Gambaran tidak khas. Pada pemeriksaan luar hanya tampak gambaran
asfiksia, berupa sianosis, keluarnya busa halus dari mulut, tardieau spot
dapat ditemukan vesikel atau bula pada kulit daerah yang tidak tertekan.
• Pada pembedahan jenazah, mukosa saluran cerna dna seluruh organ
dalam menunjukkan tanda perbendungan. Esophagus menebal , berwarna
merah coklat gelap dan kongestif.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai