Anda di halaman 1dari 18

TRICHOMONAS

Kelompok 3:
VAGINALIS
1. Windha titis P
2. Santa Sihombing
3. Krisna Wijayanti
4. Mutiara Mahardika R. B
5. Dian Nata W
6. Ambar S
7. Puji Rahmania
8. Moch Ricky Iskandar
Trichomonas vaginalis
 1. Pengertian
 2. Taksonomi
 3. Morfologi
 4. Proses Biologi
 5. Ciri-ciri
 6. Pemeriksaan Lab
 7. Patogenesis
 8. Siklus Hidup
 9. Gejala Klinis
 10. Pencegahan
1.Pengertian Trichomonas vaginalis
• Protozoa patogenik yang biasanya dijumpai
traktus genitourinaria manusia yang terinfeksi
• Ditularkan melalui hubungan seksual yang dapat
menyebabkan vaginitis pada wanita dan non-
gonococcoal pada pria
2. Taksonomi
 Kingdom : Animalia
 Filum : Protozoa
 Kelas : Zoomastigopho
 Ordo : Mastigophora
 Genus : Trichomonas
 Species : Trichomonas vaginalis
3. Morfologi
 Protozoa berbentuk oval atau piriformis
 Panjang 4-32 µm dan lebar 2,4-14,4 µm
 Memiliki 1 buah inti
 Memiliki 4 buah flagella anterior
 Flagella kelima melekat ke undulating membrane
 Flagel ke-5 menjadi axonema dari membran
bergelombang (undulating membrane)
 Axonema terdapat pada ujung posterior yang
berfungsi untuk melekatkan diri pada jaringan
 Sistosoma terdapat pada anterior yang berfungsi untuk
mengambil makanan
 Di belakang inti terdapat blepharoblast sebagai
tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai
bebas. Melengkung di ujungnya sebagai alat
geraknya yang maju-mundur
 Berkembang secara belah pasang
 Sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi
seperti tulang yang disebut sebagai axostyle
a. Flagella
b. Blepharoplast
c. Axostyle
d. Granula
kromatin
e. Parabasal
body dan
filamen
f. Nukleus
g. Undulating
membrane
4. Proses Biologi Trichomonas vaginalis

• Memperoleh makanan secara osmosis dan


fagositosis
• Berkembangbiak dengan cara membelah diri
• Inti membelah dengan cara mitosisi dilakukan
setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang
optimum
• Tidak memiliki bentuk kista
5. Ciri-ciri
 Vakuola, partikel, bakteri, virus atau pun leukosit dan
eritrosit (tetapi jarang) dapat ditemukan di dalam
sitoplasma
 Membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan
temperatur sekitar 35-37ºC, pH antara 4,9-7,5
 Sangat baik pertumbuhannya pada pH berkisar 5,5 dan
6.
 Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan
kelembaban lingkungan
 Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau
dikeringkan
6. Pemeriksaan Laboratorium
 Trichomonas vaginalis diidentifikasi dari sediaan
sekret yang masih segar
-wanita : sekret diambil dari vagina (diambil
pada bagian yang putih)
-Pria : sekret diambil dengan cara
memasukkan jari peranum, kemudian prostat dipijat
sampai keluar sekret
 Identifikasi melalui urine
7. Patogenesis
 Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina
melalui hubungan seksual
 Menyerang epitel squamosa vagina dan
bermultiplikasi secara aktif
 Sehingga suplai glikogen untuk lactobacillus
menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada
sama sekali
 Secara in vitro memakan dan membunuh
lactobasillus dan bakteri lainnya
 Jumlah lactobacillus menjadi sedikit dan dapat
hilang sehingga produksi asam laktat akan semakin
menurun mengakibatkan pH vagina akan meningkat
antara 5,0 dan 5,5 (suasana basa)
 Pada suasana basa Trichomonas vaginalis
berkembang semakin cepat dan memungkinkan
tumbuhnya mikroorganisme patogen lainnya seperti
bakteri dan jamur
8. Siklus Hidup
9. Gejala Klinis
 Pada wanita :
1. Keputihan / Flour albus / Leuocorrhoea
Vagina terasa gatal, mengeluarkan sekret encer berwarna kuning kehijauan,
terkadang disertai buih, bau yang abnormal, vulva yang kemerahan dan
membengkak
2. Vaginitis
Keputihan dengan kondisi yang lebih parah, sakit pada bagian dalam paha,
labio mayora berdarah, sangat gatal dan perih
 Pada pria :
1. Uretritis
Uretritis pada pria disebabkan hubungan seksual dengan wanita yang
terinfeksi parasit Trichomonas vaginalis. Uretritis pada pria ini bersifat
asimtomatik atau tanpa gejala
 Panas
 Iritasi
 Dispareunia (rasa sakit yang muncul secara terus-
menerus/sewaktu-waktu di daerah kemaluan dan
terjadi sesaat sebelum, selama, atau sesudah
berhubungan seksual)
 Perdarahan vagina abnormal, terutama setelah coitus
 Disuria ringan (nyeri pada saat buang air kecil, terasa
tidak nyaman atau terasa panas perih saat buang air
kecil)
10. Pencegahan
 Jangan mencuci vagina dengan sabun, karena
sabun bersifat basa
 Gunakan celana dalam yang dapat menyerap
keringat
 Jangan biarkan vagina dalam kondisi lembab
 Hindari penggunaan kloset duduk

Anda mungkin juga menyukai