Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAKTERIOLOGI III

“ STREPTOCOCCUS PYOGENES”

DI SUSUN OLEH :

LINIDA RAHMADINA AK917033


META ARIANTI AK917041
ANDRIANSYAH AK917009

SEMESTER : 4B (EMPAT)

DOSEN : PUTRI KARTIKA SARI, M.Si

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

BANJARBARU

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah dengan judul“ Streptococcus pyogenes” ini dapat diselesaikan. Pembuatan
makalah ini dimaksudkan sebagai penyelesaiaan tugas Bakteriologi III. Maka
daripada itu, makalah ini akan menjelaskan semua yang berhubungan dengan
Streptococcus pyogenes.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian ,kelengkapan isi, dan lain-lainnya. Untuk
itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para pembaca guna
perbaikan makalahini di kemudian hari.Pembuatan makalah ini diharapkan dapat
berguna bagi para siswa yang ingin mempelajari tentang imunitas lebih dalam.
Saya mengharapkan partisipas idari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang membacanya.

Banjarbaru, 29 Maret 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Sifat dan Pertumbuhan Streptococcus pyogenes
2.3 Patogenesis
2.4 Diagnosis
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia termasuk salah satu mahkluk yang paling rentan terhadap infeksi
streptococcus dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul
kebal.Kuman ini dapat menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet faver,
erisipelas, radang tenggorokan, febris peurpuralis, rematic faver. Dan macam-
macam penyakit lainnya. Pasteur dan Koch menemukan dalam nanah pada luka yang
terinfeksi. Biakan murni baru dapat dibuat pada tahun 1883.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu bakteri Streptococcus pyogenes
1.2.2 Bagaimana sifat dan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
1.2.3 Bagaimana patogenesis bakteri Streptococcus pyogenes
1.2.4 Bagaimana diagnosis bakteri streptococcus pyogenes

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui itu bakteri Streptococcus pyogenes
1.3.2 Mengetahui sifat dan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
1.3.3 Mengetahui patogenesis bakteri Streptococcus pyogenes
1.3.4 Mengetahui diagnosis bakteri streptococcus pyogenes
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, nonmotil, tidak
berspora, membentuk kokus yang berbentuk rantai, berdiameter 0,6 - 1,0 mikrometer
dan fakultatif anaerob. Bakteri ini melakukan metabolisme secara fermentasi.
Streptococcus pyogenes digolongkan ke dalam bakteri hemolitik-β,sehingga
membentuk zona terang bila ditumbuhkan dalam media agar darah (Cunningham,
2000).

2.2 Sifat dan Pertumbuhan Streptococcus pyogenes


Umumnya streptokokus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang
bersifat anaerob obligat. Pada umumnya tekanan O2 harus dikurangi, kecuali untuk
enterokokus. Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya
tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4 - 7,6 dan
suhu optimum untuk pertumbuhan 37oC tetapi pertumbuhannya cepat berkurang pada
40Oc.

Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media. Untuk


isolasi primer harus dipakai media yang mengandung darah lengkap, serum atau
transudat misalnya cairan asites atau pleura. Penambahan glukosa dalam konsentrasi
0,5% meningkatkan pertumbuhannya tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya
terhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar darah yang dieram pada 37 0C setelah
18-24 jam akan membentuk koloni kecil ke abu-abuan dan agak opalesen, bentuknya
bulat,pinggir rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik cairan.
Streptokokus membentuk 2 macam koloni, mucoid dan glossy. Yang dahulu
disebut matt, sebenarnya bentuk mucoid yang telah mengalami dehidrasi. Koloni
berbentuk mucoid dibentuk oleh kuman yang berselubung asam hialuronat. Tes
katalasa negatif untuk streptokokus, ini dapat membedakan dengan stafilokokus di
mana tes katalase positif. Juga streptococcus hemolyticus grup A sensitif pada cakram
basitrasin 0,2 μg, sifat ini digunakan untuk membedakan dengan grup lainnya yang
resisten terhadap basitrasin.
Hanya jenis dari lancefield grup B dan D yang koloninya membentuk pigmen
berwarna merah bata atau kuning.
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi dalam :

2.2.1 Hemolisis tipe alfa


Membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian disekeliling
koloninya, bila disimpan dalam peti es zona yang paling luar akan berubah
menjadi tidak berwarna

2.2.2 Hemolisis tipe beta


Membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak ada sel darah
merah yang masih utuh dan zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam
peti es.
2.2.3 Hemolisis tipe gamma, tidak menyebabkan hemolisis.
Untuk membedakan hemolisis yang jelas sehingga mudah dibeda-
bedakan maka dipergunakan darah kuda atau kelinci dan media tidak boleh
mengandung glukosa.
Streptokokus yang memberikan hemolisis tipe alfa juga disebut streptoccocus
viridans. Yang memberikan hemolisis tipe beta disebut streptococcus
hemolyticus dan tipe gamma sering disebut sebagai streptoccocus
anhemolyticus.

2.3 Patogenesis
Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak
menginfeksi manusia. Diperkirakan 5-15% individu normal memiliki bakteri ini dan
biasanya terdapat pada saluran pernafasan, namun tidak menimbulkan gejala
penyakit. S. pyogenes dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang menurun atau
ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada.
Bila bakteri ini tersebar sampai ke jaringan yang rentan, maka infeksi supuratif dapat
terjadi. Infeksi ini dapat berupa faringitis, tonsilitis, impetigo dan demam scarlet.
Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit invasif seperti infeksi
tulang, necrotizing fasciitis, radang otot, meningitis dan endokarditis (Cunningham,
2000).
Demam rematik dan glomerulonefritis merupakan penyakit streptokokus akibat
komplikasi non supuratif atau sekuele. Demam rematik akut dapat terjadi apabila
penderita yang terinfeksi S. pyogenes 1-5 minggu sebelumnya tidak mendapat
penanganan segera. Sekuele ini terjadi akibat adanya antibodi protein M yang
bereaksi silang dengan protein jaringan jantung sehingga menimbulkan peradangan
jantung atau lebih dikenal dengan penyakit jantung rematik. Penderita pada umumnya
akan mengalami kerusakan pada sebagian otot jantung dan katup jantung.
(Cunningham, 2000). Glomerulonefritis akut diduga terjadi akibat deposisi kompleks
antigen-antibodi pada membran glomeruli ginjal. Gejala glomerulonefritis biasanya
terjadi 10 hari setelah infeksi tenggorokan atau kulit oleh S. pyogenes dan umumnya
menyerang anak-anak usia 3-4 tahun. Pada orang dewasa, penyakit ini dapat
menyebabkan gagal ginjal kronis (Guzman dkk., 1999).

2.4 Diagnosis

Antibiotika telah mengubah prognosis semua macam infeksi streptokokus


secara radikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnya
memberikan penyembuhan. Semua streptococcus beta hemolyticus grup A sensitif
terhadap penisilin G. Ada beberapa yang resisten terhadap tetrasiklin. Pada
endokarditis bakterialis, tes sensitivitas kuman berbagai macam antibiotika sangat
diperlukan, karena hasilnya penting untuk menentukan pengobatan yang optimum.
Aminoglikosida sering dapat mempertinggi daya kerja penisilin terhadap kuman
streptokokus, terutama enterokokus. Obat-obatan antibiotika tidak berpengaruh
terhadap glumerulonefritis dan demam rheuma yang telah terjadi. Namun pada
infeksi streptokokus yang akut, harus diusahakan untuk membasmi bersih kuman
streptokokus dari tubuh penderita, yang berarti mencegah terbentuknya antigen yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit setelah infeksi streptokokus. Obat-
obat antibiotika juga bermanfaat untuk mencegah atau untuk mengobati penderita
streptococcus beta hemolyticus Grup A
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, Streptococcus
pyogenes dibagi dalam hemolisis tipe alfa, tipe bete, dan tipe gamma.
Streptococcus pyogenes adalah bakteri Gram positif yang menyebabkan banyak
penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan ringan
hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup.
Streptococcus pyogenes mempunyai beberapa faktor virulensi yang
memungkinkannya berikatan dengan jaringan inang, mengelakkan respon imun, dan
menyebar dengan melakukan penetrasi ke lapisan jaringan inang.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, M.W., Phatogenesis of Group A Streptococcal Infection, Clin
Microbiol Rev.13(3), 2000, 470-511.

Guzman, C.A., S.R Talay, G. Molinari, E.Medina, and G.S. Chatwal, 1999,
Protective Immune Response Againt Streptococcus pyogenes in Mice after
Intranasal Vaccination with the Fibronectin-Binding Protein SfbI, J. Infect.
Dis, 179, 901-906

Katerov, V., 2002, Streptococcal Cell Surface Protein: Structure and Gene
Characterisation,Institute of Infectious Diseases and Medical Microbiology,
Lund University, 21-34.

Kihlberg, B. M., J. Cooney, M. G. Caparon, A. Osland, and L. Bjork, 2000,


Biological Properties of a Streptococcus pyogenes Mutant Generated by Tn
916 Insertion in mga, Microb. Pathog, 19 (5), 299-315.

Kawataba, S, Y. Terao, E. Kunitomo, and I. Nakagawa, 2002, Novel Laminin –


Binding Protein of Streptococcus pyogenes, Lbp, Is Involved in Adhesion to
Ephitelial Cells, J. Infect. Immun., 70(2) , 993-997.

Lestari, S.A, 2003, Isolasi, Karakterisasi dan prediksi Fungsi Protein dan Gen
Pengkode Protein yang diinduksi oleh Albumin Manusia pada Streptococcus
pyogenes, Tesis Magister Bidang Khusus Mikrobiologi Farmasi, ITB,
Bandung, 5-29.

Anda mungkin juga menyukai