Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS INDONESIA

SOAL STUDI KASUS SALMONELLA

Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Pencemaran
Lingkungan.

KELOMPOK 1

Eka Hartomy 2106676644


Sulthan Alvin Faiz BM 2106777164
Ira Ayu Hastiaty 2106676796
Aan Edison 2006559470
Imelda Purba 2106769704

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

DEPOK

2022
BAGIAN 1 – PENDAHULUAN

Infeksi Salmonella menjadi sangat serius jika Salmonella tersebar di dalam darah
(septikemia) dan indeksi semacam ini memiliki tingkat kematian yang tinggi. sebagai
petugas kesehatan, anda diminta untuk membantu suatu penelitian tentang septikemia
Salmonella yang terjadi pada anak-anak Kenya. Anda akan bekerja bersama satu
kelompok dokter yang merawat beberapa anak yang menderita penyakit tersebut di
Kenyatta National Hospital (KNH).

Infeksi terjadi melalui asupan makanan atau air yang terkontaminasi dari sumber infeksi
manusia atau hewan (sumber infeksi hewan seperti unggas, rodensia, sapi, babi, ular, dan
lain-lain). Salmonella mudah mati pada saat makanan/minuman dimasak.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih mendalam septikemia
Salmonella, khususnya untuk mengetahui anak-anak yang memiliki risiko tertinggi untuk
sakit, sehingga dapat dilakukan intervensi lingkungan untuk mengurangi risiko tersebut.

1. Nyatakan kembali masalah utama yang perlu diteliti, dan sebutkan beberapa
hipotesis yang harus dibuktikan

Pertanyaan 1

Jawaban : Masalah utama yang perlu diteliti :

Infeksi Salmonella merupakan masalah yang sangat serius jika tersebar di dalam darah,
dan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Infeksi ini terjadi lewat asupan makanan atau
minuman yang terkontaminasi dari sumber infeksi manusia atau hewan. Septikemia
Salmonella terjadi pada anak-anak Kenya, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui anak-anak yang memiliki risiko tertinggi untuk sakit .

Beberapa hipotesis yg harus dibuktikan adalah :

-Asupan makanan yang terkontaminasi dari sumber infeksi manusia menyebabkan


infeksi septikemia salmonella pada anak-anak
-Asupan minuman yang terkontaminasi dari sumber infeksi manusia menyebabkan
infeksi septikemia salmonella pada anak-anak
-Asupan makanan yang terkontaminasi dari sumber infeksi hewan menyebabkan infeksi
septikemia salmonella
-Asupan minuman yang terkontaminasi dari sumber infeksi hewan menyebabkan infeksi
septikemia salmonella

2. Jenis penelitian epidemiologi apa yang anda sarankan dan mengapa? Menurut
pendapat anda, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini?

Pertanyaan 2

Jawaban :

Jenis penelitian yg disarankan adalah case control.

- Karena penyakit ini termasuk jarang.

BAGIAN 2 – DEFINISI KASUS

Anda memutuskan untuk melakukan penelitian kasus-kontrol. Anda mendefinisikan


kasus sebagai berikut:

Semua anak yang masuk ke bangsal kesehatan anak di KNH dan Infectious Disease
Hospital, yang kultur bakteri Salmonella darahnya positif, antara 1 Juli dan 30 November
1986.

Kasus akan dicari secara prospektif selama 5 bulan. Anda merencanakan untuk
memperoleh informasi dari orang tua atau wali penderita tentang paparan lingkungan dan
riwayat penyakit dari tiap kasus.

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari definisi kasus di atas?

Pertanyaan 3

Jawaban :

Kelebihan dari definisi kasus diatas adalah :


- Lebih mudah mendapatkan kasus karena sudah tercatat di Rekam media bangsal
kesehatan anak RS
- Penderita (kasus) sudah dinyatakan positif kultur bakteri salmonella dalam
darahnya (sec lab. Diagnosa sudah ditegakkan)

Kekurangan dari definisi kasus diatas adalah :

- Potensi bias informasi yang besar karena mengandalkan daya ingat responden
tentang informasi paparan lingkungan dan riwayat penyakit.
- Kesulitan menemukan alamat rumah kasus

4. Buatlah daftar informasi yang ingin anda tanyakan pada orang tua atau wali
penderita

BAGIAN 3 – PEMILIHAN KONTROL

Anda telah melakukan diskusi panjang dengan rekan anda tentang pemilihan kelompok
kontrol. Beberapa kelompok kontrol dapat dipertimbangkan, yaitu: a) kontrol dari
masyarakat – anak yang memiliki umur yang sama dengan penderita, tetapi tidak sakit,
dan b) kontrol dari rumah sakit. Akhirnya anda memilih kontrol dari rumah sakit – satu
kelompok anak yang memiliki distribusi umur dan jenis kelamin yang sama dengan kasus
dan yang masuk ke bangsal darurat kesehatan anak KNH segera setelah kasus. Sebagai
kontrol dipilih 108 anak

5. Diskusikan beberapa pertimbangan dalam memilih kelompok kontrol – buatlah


daftar keuntungan dan kelemahan dari kontrol masyarakat dan kontrol rumah sakit.
Diskusikan cara lain memilih kontrol rumah sakit yang lebih baik

BAGIAN 4 – PROFIL KASUS; RATE DAN KEJADIAN


Dari 4095 pasien yang ada selama jangka waktu penelitian (5 bulan), ditemukan 60 kasus
(anak dengan septikemia Salmonella yang terbukti dengan kultur darah).

Dari 60 kasus, 46 (77%) terinfeksi oleh Salmonella typhimurium, 7 (12%) oleh Salmonella
non tifoid dan 7 (12%) oleh S. typhi (demam tifoid).

Anak laki-laki dan perempuan yang terinfeksi sama banyak. Distribusi umur dari kasus
menurut jenis Salmonella dapat dilihat pada Gambar 1.

6. Berdasarkan informasi yang tersedia, apa yang dapat anda simpulkan tentang rate
septikemia Salmonella pada pasien rumah sakit? Apakah ukuran ini merupakan rate
insiden atau rate prevalen?

Kesimpulan yang didapatkan adalah, dari 60 kasus anak dengan Septikemia


Salmonella (dengan rate insiden 1,4% dari total 4095 pasien). Gambar diatas
menunjukan rate insiden yaitu menggambarkan laju penyakit Septikemia Salmonella di
populasi pasien rumah sakit.
Insiden rate untuk Septikemia Salmonella non typhoidal yaitu = (53 ÷ 4065)× 100 %=¿
1,3%

Insiden rate untuk Septikemia Salmonella typhoidal yaitu = (7 ÷ 4065)×100 %=¿


0,17%

7. Apa yang dapat anda simpulkan tentang distribusi umur pasien yang menderita
septikemia non tifoid? Apa kesimpulan anda jika dibandingkan pasien yang menderita
septikemia tifoid?

Jawaban :

● Berikut merupakan beberapa kesimpulan tentang distribusi umur pasien yang


menderita septikemia non tifoid :
1) Berdasarkan grafik distribusi umur pasien menurut jenis salmonella, terlihat bahwa
dari 60 kasus pasien dengan septikemia salmonella yang terbukti dengan kultur
darah, 53 pasien menderita septikemia non tifoid.
2) Berdasarkan grafik distribusi umur pasien yang menderita septikemia non tifoid,
jumlah pasien yang mengalami septikemia non tifoid mengalami kenaikan dan
penurunan pada tiap rentang waktunya (inkonsisten).
3) Berdasarkan grafik distribusi umur pasien yang menderita septikemia non tifoid,
pasien dengan umur 6/12 tahun paling banyak menderita septikemia non tifoid
dengan jumlah sebesar 20 pasien.
4) Berdasarkan grafik distribusi umur pasien yang menderita septikemia non tifoid,
pasien dengan umur kurang dari 1 bulan paling sedikit menderita septikemia non
tifoid dengan jumlah sebesar 2 pasien.
● Berikut merupakan kesimpulan jika membandingkan dengan pasien yang
menderita septikemia tifoid :
1) Berdasarkan hasil perbandingan, jumlah pasien yang menderita salmonella non
tifoid lebih banyak dengan 53 pasien dibandingkan pasien yang menderita
salmonella tifoid dengan 7 pasien.
2) Berdasarkan hasil perbandingan, jumlah pasien yang mengalami salmonella tifoid
pada rentang umur kelipatan 2 tahun rendah dan cenderung stabil (2 pasien),
tidak seperti pada salmonella non tifoid yang kenaikan dan penurunannya yang
cukup tajam. Bahkan pada rentang umur 4 dan 10 tahun tidak ditemukan pasien
yang menderita salmonella tifoid.
3) Berdasarkan hasil perbandingan, usia rata-rata untuk infeksi Salmonella non
tifoid adalah 1,33 tahun sedangkan pada Salmonella tifoid adalah 6,4 tahun.

BAGIAN 5 – EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

Anda memutuskan untuk meneliti lebih lanjut kasus yang memperoleh infeksi dari
masyarakat, atau mereka yang terkena infeksi sebelum masuk ke rumah sakit. Kasus yang
sesuai dengan definisi di atas adalah 70% (32/46) untuk infeksi S. typhimurium dan 100%
(7/7) untuk infeksi S. typhi.

Kemudian anda meneliti tempat tinggal anak-anak yang memperoleh infeksi dari
masyarakat. Empat puluh tujuh persen (15/32) anak dengan infeksi S. typhimurium yang
berasal dari masyarakat berasal dari propinsi Nyanza, 15% (5/32) berasal dari sebelah timur
perbatasan propinsi Central dan 13% (4/32) dari provinsi Eastern). Hanya 13% (4/32)
berasal dari Nairobi (3 dari daerah lembab dekat proyek pembuangan air limbah). 86%
(6/7) dari infeksi S. typhi diperoleh dari kota lembab Nairobi. Peta distribusi infeksi yang
berasal dari masyarakat dapat dilihat pada gambar 2.
8. Apa kesimpulan anda tentang distribusi geografis dua jenis kasus Salmonella
tersebut? Apakah ada perbedaan? Hipotesis apa yang anda pikirkan dari distribusi
tersebut?

Jawaban :

● Kesimpulan tentang distribusi geografis dari dua jenis kasus infeksi Salmonella
dari masyarakat adalah:
1) Jumlah anak yang menderita infeksi salmonella typhimurium paling banyak
berasal dari Provinsi Nyanza dengan jumlah 15/32 anak (47%). Diikuti sebelah
timur perbatasan Provinsi Central dengan 5/32 anak (15%), Provinsi Eastern dan
Nairobi dengan 4/32 anak (13%)
2) Hampir seluruh anak yang menderita infeksi salmonella typhi berasal dari kota
lembab Nairobi dengan 6/7 anak (86%).
3) Berdasarkan peta Kenya, Jumlah rumah anak yang menderita spesies salmonella
pada wilayah Nairobi dan sekitarnya adalah 17 rumah dan 6 rumah anak yang
menderita salmonella typhi. Sedangkan pada daerah Kisumu dan sekitarnya
jumlah rumah anak yang menderita spesies salmonella sebesar 17 rumah dan tidak
ada rumah anak yang menderita salmonella typhi.
● Terdapat perbedaan distribusi geografis dari dua jenis kasus infeksi salmonella dari
masyarakat adalah :
1) Distribusi anak yang menderita salmonella typhimurium hampir menyebar di
sebagian besar wilayah Kenya (Nyanza, Central, Eastern, dan Nairobi) sedangkan
pada anak yang menderita salmonella typhi hampir terpusat pada satu wilayah
yaitu Kota Lembab Nairobi saja.
2) Berdasarkan Peta Kenya yang menunjukkan daerah rumah anak yang menderita
salmonella septikemia, daerah Nairobi dan sekitarnya memiliki jumlah penderita
spesies salmonella sama dengan daerah Kisumu dan sekitarnya dengan 23 rumah
penderita. Sedangkan rumah anak yang menderita salmonella typhi hanya tersedia
pada wilayah Nairobi dan sekitarnya saja dengan 6 rumah penderita.
3) Jumlah kasus salmonella typhi pada kota lembab Nairobi dengan 6 kasus lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah kasus pada salmonella typhimurium dengan
3 kasus.
● Hipotesis yang dapat diangkat pada distribusi tersebut adalah :
1) Ada hubungan antara aktivitas proyek pembuangan air limbah pada wilayah
Nairobi dengan kasus infeksi S. typhimurium dan S. typhi.
2) Ada hubungan antara infeksi malaria dengan kasus infeksi salmonella
typhimurium dan S. typhi di wilayah Kenya. Hal ini berdasarkan data bahwa
81% kasus berasal dari daerah endemik malaria. Data ini didukung bahwa 70
persen anak-anak dengan infeksi S. typhimurium di wilayah provinsi Nyanza
berasal dari daerah yang hangat, lembab, dan merupakan wilayah hyperendemic
malaria (Nesbitt, 1989)
3) Ada hubungan antara kondisi sumber air yang ada pada provinsi Nyanza
dengan kasus infeksi Salmonella typhimurium. Hal ini dikarenakan terdapat data
bahwa penyediaan sumber air yang terlindung untuk penggunaan setempat harus
dijadikan prioritas utama pada Provinsi Nyanza. (Nesbitt, 1989)
4) Ada hubungan antara kondisi sumber air yang ada pada provinsi Central
dengan kasus infeksi salmonella typhimurium. Hal ini dikarenakan terdapat fakta
bahwa banyak sungai dan sumur pada wilayah Provinsi Central yang
terkontaminasi tinja. (Nesbitt, 1989)
5) Ada hubungan antara budaya/cara masak masyarakat lokal dengan
peningkatan kerentanan individu terhadap infeksi seperti salmonella. Memasak
sampai mendidih semua air minum dan susu lokal merupakan hal yang sulit untuk
keluarga desa yang sibuk. (Nesbitt, 1989)
6) Ada hubungan antara tipe perumahan dengan peningkatan kerentanan
individu terhadap infeksi seperti salmonella. Banyak pasien tifus pada provinsi
Nyanza dan Nairobi berasal dari lingkungan kumuh perkotaan (Nesbitt, 1989).
7) Ada hubungan antara kebiasaan memelihara hewan peliharaan dalam rumah
dengan peningkatan kerentanan individu terhadap infeksi seperti salmonella.
Banyak keluarga di wilayah Kenya cenderung memelihara/menternak hewan di
dalam atau dekat dari rumah. (Nesbitt, 1989)
8) Ada hubungan antara resistensi terhadap antibiotik pada S. typhimurium
dengan peningkatan kerentanan individu terhadap infeksi seperti salmonella.
Banyaknya anak yang menderita salmonella typhimurium pada berbagai wilayah di
Kenya kemungkinan karena terdapat penelitian dimana S. typhimurium terlihat di
Kenya sejak 1970-an tujuh kali lebih sering dibandingkan dengan S. typhi dan
menunjukkan peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang tersedia.
9) Ada hubungan antara kebersihan peternakan dengan peningkatan kerentanan
individu terhadap infeksi seperti salmonella.
10) Ada hubungan antara kesehatan hewan ternak dengan peningkatan
kerentanan individu terhadap infeksi seperti salmonella.
11) Ada hubungan antara kapasitas dan kapabilitas pelayanan kesehatan baik
masyarakat maupun lingkungan terhadap peningkatan kerentanan individu
terhadap infeksi seperti salmonella.
12) Ada hubungan antara malnutrisi dengan peningkatan kerentanan individu
terhadap infeksi seperti salmonella.
13) Ada hubungan antara anemia sel sabit dengan peningkatan kerentanan
individu terhadap infeksi seperti salmonella.

9. Apakah anda berpikir bahwa anak yang berasal dari propinsi Nyanza merupakan
satu faktor risiko untuk terjadinya septikemia Salmonella yang berasal dari
masyarakat? Informasi tambahan apa yang anda perlukan untuk menguji secara
statistik kemungkinan faktor risiko ini?

Jawaban :

● Berdasarkan hasil diskusi kelompok, provinsi Nyanza dapat dijadikan faktor risiko
terjadinya septikemia salmonella yang berasal dari masyarakat karena beberapa
alasan diantaranya :
1) Tingginya anak yang mengalami infeksi S.typhimurium di Provinsi Nyanza
dengan empat puluh tujuh persen (15/32) dibandingkan dengan provinsi lain di
wilayah Kenya.
2) Banyaknya faktor risiko pendukung terjadinya infeksi salmonella
typhimurium pada provinsi Nyanza yang berasal dari masyarakat, diantaranya
kurangnya kondisi sumber air yang terlindung, banyaknya daerah kumuh, cara
memasak air minum/susu yang tidak baik, daerah hiperendemik malaria,
kebersihan peternakan yang tidak terjaga, cara memelihara peliharaan yang tidak
higienis. (Nesbitt, 1989)
3) Berdasarkan jurnal utama pada pengujian statistik terhadap lokasi perumahan
kelompok kontrol, provinsi Nyanza signifikan secara statistik (P<0,001) dalam
akuisisi septikemia salmonella yang didapat dari masyarakat. (Nesbitt, 1989).
● Informasi tambahan yang diperlukan untuk menguji secara statistik kemungkinan
faktor risiko ini adalah :
1) Data jumlah anak terinfeksi S. typhimurium yang masuk rumah sakit atau
faskel lainnya dan dirawat.
2) Data jumlah kesakitan, kematian, dan kesembuhan anak yang menderita
septikemia salmonella.
3) Informasi terkait waktu (tanggal dan jam terjadinya gejala pertama kali), tempat
(untuk melihat penyebaran dan pengelompokkan penyakit) dan orang (untuk
mengetahui populasi berisiko/specific population)
4) Durasi waktu kejadian penyakit melanda wilayah tersebut
5) Data-data pendukung seperti jumlah ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan,
jumlah sumber air yang masih terlindung dan terkontaminasi, status gizi
masyarakat di wilayah Nyanza terutama anak-anak, pola hidup masyarakat, dan
budaya masyarakat setempat.
BAGIAN 6 – PERBANDINGAN KASUS DAN KONTROL: TEMPAT TINGGAL

Anda membandingkan tempat tinggal kasus septikemia S. typhimurium yang diperoleh dari
masyarakat dengan kelompok kontrol dari masyarakat dengan kelompok kontrol dari
rumah sakit. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 (catatan: data ini tidak diperoleh langsung
dari laporan kasus yang dipublikasikan)

Perhatikan 47% kasus (15/32) vs 14% kontrol (15/108) berasal dari propinsi Nyanza.
Hubungan positif antara anak yang berasal dari propinsi Nyanza dan risiko septikemia S.
typhimurium secara statistik ‘signifikan’ (X2 = 16.0, p = 0,0001).

Cara lain untuk menyatakan risiko adalah dengan menghitung rasio odds (OR = 5.5, 95%
CI = 2.1 – 14.6).

10. Apa yang dapat anda simpulkan sekarang, antara anak yang berasal dari propinsi
Nyanza dan risiko untuk terjadinya kasus? Apakah hubungan ini merupakan hubungan
kausal? Hipotesis apa yang dapat anda berikan dari hasil ini?

Odds ratio yang dihitung disini merupakan odds dari propinsi Nyanza dibandingkan
dengan propinsi lain terhadap tempat tinggal kasus dan kontrol septikemia S.
typhimurium (kolom tabel 2x2). Ini diketahui dari “odds ratio untuk propinsi Nyanza
dan propinsi lain” dimana Propinsi Nyanza sebagai pembilang (pembilang) dan
Propinsi lain sebagai penyebut (penyebut).

Nilai Odds ratio sebesar 5,5 berarti anak yang berasal tempat tinggalnya di
Propinsi Nyanza memiliki kecenderungan untuk terkena risiko septikemia S.
typhimurium sebesar 5,5 kali lebih besar dibandingkan dengan tempat tinggal di
Propinsi Lain. Selanjutnya diperoleh juga selang kepercayaan [(2.1),(14.6)] dimana
pada selang kepercayaan tidak mengandung nilai odds ratio 1 sehingga menunjukan
adanya hubungan antara faktor tempat asal propinsi tempat tinggal dengan kasus
septikemia S. typhimurium pada taraf signifikansi 5%.

Secara statistik diperoleh hubungan kausal dengan hasil Signifikan, yaitu ada
hubungan positif antara anak yang berasal dari propinsi Nyanza dan risiko septikemia
S. typhimurium, dengan tingkat nilai Chi Square sama dengan nilai X2 sama dengan 16
dan nilai hasil P signifikan.

Sehingga dengan ini, Hipotesis yang dapat diberikan:

H0 : tidak adanya hubungan antara anak yang berasal dari propinsi Nyanza dan
risiko septikemia S. typhimurium

H1 : ada hubungan antara anak yang berasal dari propinsi Nyanza dan risiko
septikemia S. typhimurium

Pada P<0,05 yaitu hasil p = 0,0001, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara
anak yang berasal dari propinsi Nyanza dan risiko septikemia S. typhimurium.

Dengan kata lain, salah satu faktor risiko kasus septikemia S. typhimurium adalah
tempat tinggal yang diperoleh dari kasus di masyarakat dengan kelompok kontrol dari
masyarakat dengan kelompok kontrol dari rumah sakit.

LAMPIRAN

Faktor * Kasus_Kontrol Crosstabulation

Count

Kasus_Kontrol Total

Jumlas Kasus Jumlah Kontrol

Faktor Ada Faktor Risiko 15 15 30

Tidak Faktor Risiko 17 93 110

Total 32 108 140


Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Faktor (Ada 5.471 2.263 13.227


Faktor Risiko / Tidak Faktor
Risiko)

For cohort Kasus_Kontrol = 3.235 1.839 5.692


Jumlas Kasus

For cohort Kasus_Kontrol = .591 .410 .853


Jumlah Kontrol

N of Valid Cases 140

Dari EpiInfo ™
BAGIAN 7 – PERBANDINGAN KASUS DAN KONTROL: HIGIENE DAN
SANITASI

Hasil lain yang juga tersedia adalah membandingkan kasus dan kontrol menurut faktor
lingkungan lain. Hasil utama dapat dilihat pada tabel 2.

11. Hitunglah rasio odds untuk tiap faktor. Kemudian, hitunglah


signifikansi statistik (misalnya peluang nilai observasi berbeda karena
kebetulan belaka), hitunglah nilai chi-square dan nilai p

FAKTOR LINGKUNGAN Jumlah Jumlah OR Nilai Nilai


Kasus Kontrol X2
P

Tidak menggunakan Jamban 31 49 0,027 26,74 0,0001

Tidak tersedia Air Ledeng 25 23 0,076 35,38 0,0001

Memelihara Binatang Lokal 27 50 6,264 14,46 0,00005


Minum Susu dari sapi milik 21 18 9,545 29,44 0,0001
keluarga

Hasil:

Nilai Odds ratio sebesar 6,26 berarti Faktor Lingkungan ‘ada memelihara binatang lokal’
memiliki kecenderungan untuk terkena risiko septikemia S. typhimurium sebesar 6,26 kali
lebih besar dibandingkan yang ‘tidak ada memelihara binatang lokal’.

Nilai Odds ratio sebesar 9,55 berarti Faktor Lingkungan ‘ada meminum susu dari sapi
keluarga’ memiliki kecenderungan untuk terkena risiko septikemia S. typhimurium
sebesar 9,55 kali lebih besar dibandingkan yang ‘tidak ada meminum susu dari sapi
keluarga’.

Menurut anda apa peran faktor risiko ini terhadap terjadinya kasus? Apakah
faktor ini penting? Bagaimana kesesuaian faktor ini dengan hipotesis utama
anda? Hipotesis tambahan apa yang dapat menjelaskan hasil ini?

Faktor lingkungan yang memiliki nilai OR yang tinggi memiliki kecenderungan untuk
terkena risiko septikemia S. typhimurium lebih besar dibandingkan dengan faktor
Lingkungan lain. Selain itu, odds ratio lebih tepat digunakan pada studi kasus kontrol
meskipun pada studi prospektif atau cross sectional masih valid untuk digunakan. Hal ini
dikarenakan pada studi kasus kontrol, risiko relatif tidak dapat dihitung sebagai pengganti
odds ratio sebagai pendekatan (Gordis, 2014).

Faktor lingkungan dikatakan penting bila menunjukan adanya hubungan antara faktor
lingkungan dengan kasus septikemia S. typhimurium pada taraf signifikansi 5%.

Kesesuaian macam-macam variabel dari Faktor Lingkungan yang paling berpengaruh


pada kasus septikemia S. typhimurium adalah Faktor risiko Meminum SUSU dari Sapi
Milik Keluarga.

Hipotesis tambahan bahwa ada pengaruh faktor lingkungan yang termasuk dalam
kategori Higiene Dan Sanitasi sehingga perlu ditelaah lebih jauh faktor lingkungan lebih
lanjut yang berhubungan dengan Higiene dan Sanitasi.
12. Informasi apa lagi yang ingin anda ketahui untuk
membandingkan kasus dan kontrol?

Rancangan studi epidemiologi

Dari rancangan yang dipakai adalah hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan
penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
status paparannya. Pemilihan berdasarkan status penyakit, kemudian dilakukan
pengamatan apakah subyek memiliki risiko risiko penelitian atau tidak berisiko risiko
penelitian (Gordis, 2014). Penguatan validitas studi kasus kontrol (Gordis, 2014 dalam
Walker, 2011) bila ditemukan;

1. Jika kasus merepresentasikan semua kasus

2. Jika kontrol mirip dengan kasus terhadap faktor risiko lain dari pada studi faktor

3. Jika kontrol multipel digunakan dengan hasil yang konsisten

4. Jika memungkinkan menampilkan hubungan

Pemilihan berdasarkan status penyakit pada kasus kontrol ada 2 yaitu, Case Control
retrospektif atau Case Control prospektif. Diketahui bahwa ciri-ciri kasus septikemia S.
typhimurium dalam penelitian adalah kasus kontrol retrospektif. Karena dalam penelitian
ini menjadi satu-satunya cara untuk penelitian kasus yang jarang atau yg masa laten
panjang (Walker, 2011).

Dalam hipotesis penelitian hasil evaluasi Bias/confounding dan interaksi lebih teliti
daripada studi kohort (jumlah sampel yang sama), karena kasus dan kontrol harus
sebanding. awal mengidentifikasi berbagai faktor resiko sekaligus dalam satu penelitian.

Uji Chi-square

Uji Chi-square yang umum dikenal oleh banyak orang adalah pengujian terhadap
keterkaitan antara dua variabel buah, uji chi-square sebagai pengujian untuk melihat
hubungan antara dua variabel kualitatif (kategorik). Keterkaitan antar dua variabel
kualitatif secara deskriptif ditampilkan dalam bentuk tabel kontingensi (CrossTabulation).

Apabila jumlah sampel yang digunakan terlalu kecil, hal ini akan mengakibatkan fekuensi
harapan yang tercipta pun menjadi kecil. Padahal dalam uji Pearson Chi Square
disyaratkan bahwa frekuensi harapan yang tercipta harus minimal 5 atau lebih (analisis
data dalam Agresti, 2002). Uji pearson Chi-square digunakan untuk menguji keterkaitan
antar dua variabel katagori dimana asumsinya nilai harapan untuk setiap sel minimal 5 atau
lebih (Agresti, 2002).

Dalam melakukan uji chi square, terdapat beberapa syarat sampel lainnya yang wajib
dipenuhi yaitu:

1. Penentuan Sampel untuk observasi harus dipilih secara acak


2. Semua pengamatan dilakukan dengan independen
3. Setiap sel hanya berisi 1 (satu) frekuensi harapan.
4. Besar sampel sebaiknya > 40 (Cochran, 1954 dalam Agresti, 2002)

LAMPIRAN

Lampiran SPSS (kepanjangan)


BAGIAN 8 – TINDAKAN KESEHATAN MASYARAKAT

Penyakit yang paling berat terjadi pada 53 anak yang menderita septikemia non tifoid,
dengan tingkat kematian 18% (tidak ada pasien tifoid yang meninggal); 19% (10/53) juga
menderita parasitemia malaria (tidak ada pasien tifoid yang menderita parasitemia
malaria). Resistensi terhadap antibiotika tinggi, terutama untuk S. typhimurium, dan telah
meningkat secara bermakna antara 1980 dan 1986. Empat kasus menderita anemia sel
sabit; 42% dari kasus bakteremia non tifoid menderita kurang kalori protein berat (KKP).

Anda berpendapat bahwa infeksi malaria (81% kasus berasal dari daerah endemik
malaria), malnutrisi dan anemia sel sabit berkaitan dengan peningkatan kerentanan
individu terhadap infeksi seperti salmonellosis. Tetapi masalah kontaminasi sumber air
dan makanan juga harus diperhatikan. Dari hasil ini, anda membuat saran intervensi yang
harus dilakukan:
1. Menyediakan sumber air yang terlindung untuk penggunaan setempat dengan
prioritas utama untuk propinsi Nyanza. Dari sedikit data yang tersedia di propinsi
Central, ternyata banyak sungai dan sumur telah terkontaminasi tinja.
2. Memasak sampai mendidih semua air minum dan susu lokal – tugas yang sulit untuk
keluarga desa yang sibuk
3. Meningkatkan kebersihan peternakan, kesehatan ternak, dan pelayanan kesehatan
lingkungan untuk petani
4. di rumah sakit, pengenalan dini pasien yang memiliki risiko, menyediakan fasilitas
isolasi dan obat yang memadai

13. Sebagai petugas kesehatan, apa yang dapat anda lakukan untuk
melaksanakan saran ini? Saran mana yang paling penting? Saran mana yang
paling layak?

Menentukan prioritas intervensi berdasarkan besaran kasus. Menurut kami saran yang
paling penting dan layak untuk dilaksanakan adalah intervensi poin pertama
14. Apakah ada intervensi lain yang anda usulkan berdasarkan hasil penelitian
ini?

Intervensi lain yang dapat dilakukan antara lain: (WHO, 2018)

1. Pengendalian pada semua tahap rantai makanan (produksi agrikultural, processing,


manufacturing dan persiapan makanan di perusahaan komersial dan rumah)
2. Penyedia makanan profesional dan domestik harus waspada saat mempersiapkan
makanan dan mencari tahu aturan higienis penyajian makanan
3. Penyedia makanan profesional dan domestik yang mengalami batuk, diare, muntah
atau lesi pada kulit yang terlihat harus memberitahu ke manajer nya
4. Pengawasan ketat terhadap kontak balita/anak dengan binatang peliharaan yang
bisa menjadi pembawa penyakit salmonella (seperti kucing dan anjing)
5. Membangun sistem surveilans pada foodborne disease di tingkat nasional dan
regional penting untuk memantau situasi penyakit serta mendeteksi dan respons
penyakit di tahap awal demi mencegah penyebaran yang lebih luas
6. Jangan minum susu mentah dan produksi dari susu mentah. Minumlah hanya susu
pasteurisasi atau susu yang telah dipanaskan
7. Hindari es dari air mentah
8. Saat ragu dengan keamanan air minum, rebuslah atau desinfeksi menggunakan
desinfektan dari toko obat
9. Cuci tangan dengan menyeluruh dan sering dengan sabun, terutama setelah kontak
dengan hewan peliharaan atau hewan ternak, atau setelah dari toilet
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2018). Salmonella (non-typhoidal). https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/salmonella-(non-typhoidal)

Nesbitt A dan Mirza B. (1989). Salmonella Septicaemias in Kenyan Children.


Journal of Troupical Pediatrics, Vol 35, hal 35-39.

Gordis, (2014) Epidemiology (5th Ed.) Elsevier Saunders. Canada.

Agresti, A. (2002). Analisis Data Kategoris Edisi Kedua. New Jersey: John Wiley
& Sons.

Walker, R. A. (2011). Caterogical Data Analysis for Behavorial Social Science.


New York: Routledge Taylor and Francis Group.
-

Anda mungkin juga menyukai