OLEH:
EVA ASMARANTI
Q1B1 18 011
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
mungkin penulis upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu,
penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun
Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan penulis dapat menginspirasi para pembaca
Eva Asmaranti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu sebagai penghasil devisa, memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja,
juga telah memberikan dampak negatif yaitu berupa buangan limbah. Limbah hasil dari
kegiatan tersebut dapat berupa limbah padat dan limbah cair. Banyak kasus yang terjadi
pada hasil olah perikanan dihindari oleh konsumen karena menyebabkan penyakit,
sehingga dalam mutu yang diberikan pada hasil industri perikanan ditentukan pada baik
atau tidaknya hasil olah tersebut atau teknik pengolahan yang salah serta kondisi yang
tidak menerapkan prinsip sanitasi higyene yang dapat dinyatakan dengan indera ataupun
non indera. Selain itu dapat disebabkan oleh bahan-bahan yang digunakan mengandung
toksik.
Dampak negatif dari hasil industri perikanan cenderung menghasilkan limbah cair
yang banyak mengandung bahan organik. Tingkat pencemaran limbah cair industri
pengolahan perikanan sangat tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan
yang diolah. Kandungan nutrien organik yang tinggi ini apabila berada dalam badan air
akan menyebabkan eutrofikasi pada perairan umum, yang kemudian akan menyebabkan
Toksikologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang racun, tidak
hanya efeknya tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme.
Toksikoligi industri adalah salah satu cabang ilmu toksikologi yang menaruh perhatian
pada pengaruh pemajanan bahan-bahan yang dipakai sejak awal sebagai bahan baku,
proses produksi, hasil produksi beserta penanganannya terhadap tenaga kerja yang
Toksin dapat diartikan sebagai zat dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan
kerusakan pada jaringan hidup. Toksin dapat juga diartikan sebagai zat yang apabila
masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup, bereaksi secara kimiawi dapat menimbulkan
kematian/kerusakan berat badan pada orang yang sehat. Sedangkan keracunan dapat
tubuh, ataupun prngurangan usia hidup suatu organisme dan mengakibatkan kerusakan
B. Rumusan Masalah
4. Bagaimana toksikokinetik ?
5. Bagaimana toksikodinamik ?
D. Manfaat Penulisan
4. Memahami toksikokinetik
5. Memahami toksikodinamik
A. Definisi Toksikologi
Toksikologi berarti ilmu tentang racun (study of poisons). Racun merupakan zat
kimia tunggal atau campuran yang dalam jumlah yang relatif sedikit berbahaya bagi
kesehatan bahkan jiwa manusia. Toksis adalah sifat yang dimiliki oleh suatu zat kimia
memuaskan, walaupun masih harus ditambah pemahaman yang mendasar bahwa soal
racun atau toksis tidaknya sesuatu zat sangatlah tergantung kepada kuantitas zat
tersebut. Misalnya garam dapur NaCl yang merupakan bahan tambahan pangan. Garam
dapur dalam jumlah besar dapat menyebabkan efek buruk bagi kesehatan bahkan juga
mungkin berbahaya bagi jiwa manusia. Sehingga dalam toksikologi yang penting adalah
informasi yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif tentang sesuatu zat yang dikaitkan
suatu zat kimia tidak hanya dihubungkan dengan manusia saja, melainkan juga dengan
seluruh makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Istilah beracun berbeda dari
terjadinya kebakaran atau peledakan atau lainnya lebih luas dari pengertian beracun;
kata beracun berbahaya mencakup pula pengertian bahaya oleh keracunan suatu zat
Toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia atas
jaringan biologi. Definisi ini mengandung makna bahwa di dalam tubuh, dalam kondisi
tertentu, zat kimia dapat berinteraksi dengan jaringan tubuh, sehingga mengakibatkan
timbulnya efek berbahaya atau toksik dengan wujud dan sifat tertentu. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi, aksi (mekanisme), wujud, dan sifat efek
toksik sesuatu zat kimia, merupakan dasar atau asas utama untuk belajar dari memahami
Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang mempelajari efek bahaya zat kimia pada sistem biologi. Kajian toksikologi
meliputi studi quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan aksinya
racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada manusia dan hewan. penggunaan
bahan kimia ini disamping menghasilkan produk yang bermanfaat tetapi juga
besar bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Di beberapa negara, pembuangan
bahan kimia memberikan konsekwensi serius bagi tenaga kerja dan masyarakat maupun
lingkungan. Oleh karena itu mempelajari keberadaan bahan kimia, efek dan
the working and living environment”, sehingga dikenal juga cabang keilmuan lain
diolah atau dihasilkan oleh industri. Bahan toksik atau racun adalah bahan kimia yang
dalam jumlah relatif sedikit, berbahaya bagi kesehatan atau jiwa manusia.
B. Sejarah Toksikologi
1. Perkembangan awal
Manusia jaman dahulu sangat sadar akan efek toksik sejumlah bahan seperti racun
ular, racun tumbuhan, racun akonit, serta bahan mineral (arsen, timbal dan antimon).
diri. Pembunuhan dengan bahan beracun umum terjadi di Eropa selama berabad-abad.
Hippocrates (460-370 B.C) dikenal sebagai bapak kedokteran dan dikenal juga
sebagai toksikolog. Beliau juga banyak menulis bisa ular dan di dalam bukunya juga
yaitu dengan menghambat laju penyerapan racun dari saluran pencernaan. Selain itu,
masih banyak para toksikolog pada itu, ada satu nama besar pada zaman Mesir dan
Romawi Kuno yaitu Pendacious Dioscorides (A.D. 50) dikenal sebgai bapak Material
Medika, yaitu seorang dokter tentara. Dalam bukunya, Beliau mengelompokkan racun
lebih kritis terhadap usaha ini baru dimulai oleh Maimonides (1135-1204) dalam
bukunya yang terkenal “Racun dan Anti Dotumnya” yang diterbitkan tahun 1198.
Sumbangan yang lebih penting pada kemajuan toksikologi yaitu pada abad 16 dan
dasar dari toksikologi. Dalam postulatnya menyatakan “tidak ada zat yang dengan
sendirinya bersifat racun, dosislah yang membuat suatu zat menjadi racun dari obat”.
Pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep “hubungan dosis-respon” dan “indeks
matematika dan ilmu kedokteran. Orfila menulis suatu tulisan penting (1814-1815)
yang menggambarkan hubungan sistematik antara suatu informasi kimiawi dan biologis
tentang racun. Beliau adalah orang pertama yang menjelaskan nilai pentingnya analisis
kimia guna membuktikan bahwa simptomatologi yang ada berkaitan dengan adanya zat
kimia di dalam tubuh. Orfila juga menunjukkan pentingnya analisis kimia sebagai
forensik.
2. Perkembangan mutahir
perbaikan kondisi kesehatan dan kehidupan diantaranya gizi, pakaian, tempat tinggal
dan transportasi. Untuk memenuhi tujuan ini, berbagai jenis bahan kimia harus
diproduksi dan digunakan, banyak diantaranya dalam jumlah besar. Dengan berbagai
cara, bahan kimia ini bersentuhan dengan berbagai segmen penduduk, proses
diri dan keracunan secara tidak sengaja). Untuk menggambarkan efek ganas, beberapa
contoh keracunan masif akut dan keracunan jangka panjang dicantumkan dalam
apendiks. Dalam kasus ini, banyak penyelidikan toksikologi yang canggih dilakukan
Dalam penerapan suatu ilmu pengetahuan ilmiah sebagai alat dasar bagi profesi
kesehatan, para ahli toksikologi akan selalu terlibat dalam penentuan batas pajanan yang
aman atau penilaian resiko. Batas pajanan yang aman mencakup asupan (intek) harian
yang diperbolehkan dan nilai ambang batas. Penentuan ini merupakan penelitian
menyeluruh tentang sifat toksik, pembuktian dosis yang aman, menentukan hubungan
C. Klasifikasi Toksikologi
1. Toksikologi Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk di
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia.
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang
yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat
sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis
dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan
dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka
Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih
atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi.
a. Asetaminofen
Efek toksik:
1) Keracunan akut
Bia terjadi dalam 2-4 jam setelah paparan: mual muntah. Diaphoresis, pucat, depresi
SSP
Bila sudah 24-48 jam: tanda-tanda hepatotoksis (nyeri abdomen RUQ, hematomegali
ringan)
pH < 7,3
dapat sekaligus terjadi insufiensi hati & ginjal yang berat, disertai dehidrasi, icterus,
Keracunan akut terjadi dalam 1 jam setelah overdosis. Keracunan kronik dalam 1-
Efek Toksik :
Letargi
Depresi nafas
Koma
kulit & mukosa menjadi kering, retensi urine, menimgkatnya nadi, tensi,
is dan hipertermi
Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya zat kimia pada sistem biologi. Kajian
tokskologi meliputi: studi quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat
dan aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada manusia dan hewan.
penggunaan bahan kimia ini disamping menghasilkan produk yang bermanfaat tetapi
permasalahan besar bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Di beberapa negara,
pembuangan bahan kimia memberikan konsekwensi serius bagi tenaga kerja dan
masyarakat maupun lingkungan. Oleh karena itu mempelajari keberadaan bahan kimia,
efek dan penanggulangannya sangat penting bagi ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
diolah atau dihasilkan oleh industri.Bahan toksik atau racun adalah bahan kimia yang
dalam jumlah relatif sedikit, berbahaya bagi kesehatan atau jiwa manusia. Sedang
toksisitas atau derajat racun merupakan kemampuan suatu bahan toksik untuk
3. Toksikologi Lingkungan
merugikan, yang muncul sebagai polutan lingkungan bagi organisme hidup. Istilah
lingkungan mencakup udara, tanah, dan air. Polutan adalah suatu zat yang didapatkan
khususnya manusia dan sebagian merupakan perbuatan manusia. Pada dasarnya efek
yang merugikan ini timbul melalui empat proses yakni pelepasan ke lingkungan,
tansport oleh biota dengan atau tanpa transportasi bahan-bahan kimia, pengeksposan
oleh organisme baik itu satu atau lebih dari satu terget, dan kemudian timbullah respon
4. Toksikologi Ekonomi
manusia seperti bahan pengawet makanan dan pestisida. Suatu zat di katakana racun
bila zat tersebut menyebabkan efek yang meugikan pada yang mnggunakannya. Namun
dalam kehidupan sehari-hari yang dikatakan racun adalah zat dengan esiko kerusakan
yang relative besar, dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa sola dosis facit venenum
(Paracelsus) artinya kehadiran suatu zat yang potensial toksis di dalam organisme
belum tentu menghasilkan juga keracunan. Dalam hampir setiap manusia dapat
dinyatakan jumlah tertentu dari timbale, air raksa dan DDT, namun demikian zat ini
tidak menimbulkan gejala keracunan selama jumlah yang diabsorbsi berada di bawah
kosentrasi yang toksik, hanya pada dosis toksik suatu senyawa menjadi racun,
5. Toksikologi Forensik
Toksikologi forensik adalah menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu
kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam
ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang
dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Jadi
toksikologi kehakiman ini lebih menekankan aspek medis dan aspek hukum dari bahan-
bahan berbahaya yang baik secara sengaja maupun tidak sengaja diekspose.
Mempunyai zat toksik dalam jumlah kecil, diabsorpsi dalam waktu yang lama dan
Merupakan efek toksik yang baru muncul setelah periode waktu laten yang lama
D. Toksikokinetik
eliminasi (hilangnya xenobiotika di dalam tubuh). Semua proses ini menentukan efikasi
Semua proses transfer xenobiotik dari lingkungan menuju sistem peredaran darah
dirangkum kedalam proses invasi, proses ini juga digambarkan sebagai resorpsi.
Xenobiotik dapat teresorpsi umumnya berada dalam bentuk terlarut atau terdispersi
molekular. Laju resorpsi xenobiotik ditentukan oleh daerah paparan (topikal, oral,
inhalasi atau injeksi), bentuk farmasetik xenobiotik (tablet, salep, sirop, aerosol,
suspensi atau larutan), proses resorpsi, sifat fisikokimia xenobiotik dan konsentrasinya.
Proses invasi disebut juga dengan absorpsi, yang ditandai oleh masuknya xenobiotika
dari tempat kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh. Laju absorpsi
xenobiotika ditentukan oleh sifat membran biologis dan aliran kapiler darah tempat
kontak serta sifat fisiko kimia dari xenobiotika itu sendiri. Pada pemakaian oral (misal
sediaan dalam bentuk padat), maka terlebih dahulu kapsul/tablet akan terdistegrasi,
yang terlarut ini akan terabsorpsi secara normal dalam duodenal dari usus halus dan
ditransport melalui pembuluh kapiler mesenterika menuju vena porta hepatika menuju
laju absorpsinya, jika xenobiotika terlalu non polar, maka dia akan terlarut cukup kuat
dalam lapisan lipofil dari membran sel. Demikian juga jika terlalu polar xenobiotika ini
akan mudah terlarut di dalam saluran cerna namun transport melalui membran biologis
akan terhambat.
Paparan xenobiotika (rute administrasi) dapat melalui oral, inhalasi, topikal,
(injeksi), dapat dikatakan bahwa xenobiotika tidak mengalami proses absorpsi. Rute
pemaparan akan mempengaruhi onset dari aksi, durasi efek, intensitas dan qualitas efek
dari xenobiotik. Pada pemakaian intravenus obat dapat langsung ditranspor ke reseptor,
rute pemakaian ini tentunya akan memberikan efek yang paling maksimum dan onset
aksi yang singkat. Namun pemakaian intravena pada penyalahgunaan obat terlarang
lebih banyak menimbulkan resiko yang berbahanya, oleh sebab itu pada kasus ini
pemakaian melalui inhalasi dan merokok merupakan alternatif yang lebih poluler
dikalangan junkies. Jika drug dihisap melalui hidung atau bersamaan dengan rokok,
maka drug akan sangat cepat terabsorpsi di alveoli paru- paru dan selanjutnya melalui
pembuluh darah arteri dibawa ke otak. Oleh sebab itu efek akan lebih cepat timbul.
Pemakaian ”crack” (bentuk kokain yang digunakan secara merokok) dengan menghisap
akan menimbulkan onset aksi yang sangat singkat, sehingga intesitas eforia akan cepat
tercapai. Demikian juga pada pemakain heroin secara inhalasi, efek euforia akan relatif
Heroin biasanya digunakan dengan cara menguapkan dan kemudian uap dihirup,
dengan merokok, atau injeksi secara intravena. Setelah heroin sampai di sirkulasi
sistemik, maka heroin sangat cepat menuju otak. Karena sangat cepatnya timbulnya
efek pada pemakaian intravenus, maka rute pemakaian ini sangat digemari oleh para
junkis. Namun pemakain ini sangat berisiko ketimbang pemakaian secara inhalasi atau
merokok, karena sering ditemui muncul penyakit bawaan lain pada pemakaian injeksi,
dan melarut di dalam cairan saluran pencernaan. Bentuk terlarut melalui pembuluh
kapiler pada saluran pencernaan akan terabsorpsi. Absorpsi ini sebagaian besar
mesenterika menuju vena porta hepatika menuju hati sebelum ke sirkulasi sistemik, dari
2. Distribusi
(transpor xenobiotik bersama peredaran darah) dan difusi (difusi xenobiotik di dalam sel
atau jaringan). Transprot xenobiotik intra dan inter organ di dalam tubuh diprasaranai
oleh sistem peredaran darah. Difusi berperan penting dalam transport suatu xenobiotik
diantara ekstra dan intra selular. Difusi xenobiotik melalui membran biologi dapat
berlangsung melalui berbagai proses difusi, seperti: difusi pasif, difusi aktif (melalui
poren. Laju difusi suatu xenobiotik sangat ditentukan oleh sifat fisikokimianya
antar organ dan jaringan di dalam tubuh. Sehingga laju peredaran darah di dalam organ
atau jaringan juga akan menentukan kecepatan distribusi xenobiotika di dalam tubuh.
Organ tubuh seperti ginjal, hati, otak, paru-paru, jantung, lambung dan usus, adalah
organ-organ yang memiliki laju aliran darah (perfusi) yang baik. Karena laju aliran
darah dalam organ-organ ini sangat baik, maka xenobiotika akan sangat cepat
terdistribusi homogen di dalam organ tersebut, jika dibandingkan pada organ-organ
(kompartemen). Pembagian ruang ini hanya didasarkan pada laju distribusi xenobiotika.
Perlu ditegaskan di sini bahwa, pembagaian kompartimen ini hanya merupakan langkah
dalam tubuh. Model yang paling sederhana untuk memahami jalu difusi xenobiotika di
dalam tubuh adalah model kompartimen tunggal. Pada model ini tubuh dipandang
seperti satu ember besar, dimana difusi xenobiotika hanya ditentukan oleh daya
ditransportasi dari saluran kapiler pembuluh darah menuju sel-sel pada jaringan tubuh,
haruslah melewati membran biologis, yaitu membran yang menyeliputi sel-sel di dalam
tubuh.
struktur membran basal dan juga sifat lipofilitasnya. Senyawa-senyawa lipofil akan
dapat menembus membran biologis dengan baik, sedangkan senyawa yang polar (larut
air) haruslah melewati lubang- lubang di membran biologis, yang dikenal dengan
“poren“. Jumlah poren dalam membran biologis adalah terbatas, oleh sebab itu dapatlah
dimengerti, bahwa senyawa lipofil akan terdistribusi lebih cepat dibandingkan senyawa
berbagai proses, seperti: difusi pasif, difusi aktif, melalui poren dan juga melalui
jembatan intraseluler.
Ketika xenobiotika mencapai pembuluh darah, maka bersama darah melalui
sirkulasi sistemik siap untuk didistribusikan ke reseptor dan ke seluruh tubuh. Untuk
terdistribusi di dalam suatu ruang, yang memiliki sejumlah volume tertentu. Jadi
Faktor biologis, meliputi laju aliran darah dari organ dan jaringan, sifat membran
Faktor sifat molekul xenobiotika, meliputi ukuran molekul, ikatan antara protein
3. Eliminasi
hilangnya xenobiotika dari dalam tubuh organisme. Eliminasi suatu xenobiotika dapat
empedu, saluran pencernaan, dan jalur eksresi lainnya (kelenjar keringat, kelenjar
mamae, kelenjar ludah, dan paru-paru). Jalur eliminasi yang paling penting adalah
Xenobiotika yang masuk ke dalam tubuh akan diperlakukan oleh sistem enzim
tubuh, sehingga senyawa tersebut akan mengalami perubahan struktur kimia dan pada
akhirnya dapat dieksresi dari dalam tubuh. Proses biokimia yang dialami oleh
xenobiotika dikenal dengan reaksi biotransformasi yang juga dikenal dengan reaksi
metabolisme. Biotransformasi atau metabolisme pada umumnya berlangsung di hati dan
sebagian kecil di organ-organ lain seperti ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, kelenjar
Secara umum proses biotransformasi dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase I
(reaksi fungsionalisasi) dan fase II (reaksi konjugasi). Dalam fase pertama ini
xenobiotik akan mengalami pemasukan gugus fungsi baru, pengubahan gugus fungsi
yang ada atau reaksi penguraian melalui reaksi oksidasi (dehalogenasi, dealkilasi,
oksidasi aldehida); reaksi reduksi (reduksi azo, reduksi nitro, reduksi aldehid atau
keton) dan hidrolisis (hidrolisis dari ester amida). Pada fase II ini xenobiotik yang telah
siap atau termetabolisme melalui fase I akan terkopel (membentuk konjugat) atau
melalui proses sintesis dengan senyawa endogen tubuh, seperti: Konjugasi dengan asam
glukuronida asam amino, asam sulfat, metilasi, alkilasi, dan pembentukan asam
umumnya terikat pada membran dari retikulum endoplasmik dan sebagian terlokalisasi
juga pada mitokondria, disamping itu ada bentuk terikat sebagai enzim terlarut (seperti
esterase, amidase, sulfoterase). Sistem enzim yang terlibat pada reaksi fase I umumnya
terdapat di dalam retikulum endoplasmik halus, sedangkan sistem enzim yang terlibat
Perubahan biokimia yang terjadi dapat mengakhiri respon biologis atau mungkin
menjadi senyawa yang lebih polar sehingga akan lebih mudah diekskresi dari dalam
tubuh organinsme. Karena sel pada umumnya lebih lipofil dari pada lingkungannya,
xenobiotika di dalam sel pada tingkat yang lebih tinggi yang dapat mengakibatkan
kepolaran xenobiotika sehingga akan lebih mudah diekskresi dari dalam sel, oleh sebab
Ekskresi ini adalah jalur utama eliminasi xenobiotika dari dalam tubuh, oleh
sebab itu oleh tubuh sebagian besar senyawa-senyawa lipofil terlebih dahulu dirubah
menjadi senyawa yang lebih bersifat hidrofil, agar dapat dibuang dari dalam tubuh. Pada
awalnya toksikolog berharap melalui berbagai proses reaksi biokimia tubuh akan terjadi
penurunan atau pengilangan toksisitas suatu toksikan, sehingga pada awalnya reaksi
Biotransformasi belangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi fase I dan fase II.
yang lebih polar dengan menambahkan atau memfungsikan suatu kelompok fungsional
(-OH, -NH2, -SH, - COOH), melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis. Kalau
Namun, banyak produk reaksi fase I tidak segera dieliminasi dan mengalami reaksi
berikutnya dengan suatu subtrat endogen, seperti: asam glukuronida, asam sulfat, asam
asetat, atau asam amino ditempelkan pada gugus polar tadi. Oleh sebab itu reaksi fase II
mempengaruhi tubuh. Jika senyawa tersebut bersifat toksik, maka fase toksodinamik
adalah proses ketika senyawa tersebut mempengaruhi tubuh hingga menimbulkan efek
toksik. Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun gejalanya.
Pemahaman tentang toksodinamika ini berguna untuk menilai bahaya suatu racun bagi
Semua efek toksik terjadi karena interaksi biokimiawi antara toksikan dan atau
metabolitnya dengan struktur sasaran yaitu reseptor tertentu dalam tubuh. Struktur ini
dapat bersifat spesifik dan nonspesifik. Reseptor non spesifik seperti jaringan tubuh
yang berkontak langsung dengan bahan korosif. Sedangkan reseptor spesifik misalnya
dengan tempat kerja atau reseptor. Organ target dan tempat kerja tidak selalu sama,
sebagai contoh: suatu zat kimia toksik yang bekerja pada sel ganglion pada sistem saraf
pusat juga dapat menimbulkan efek kejang pada otot seran lintang. Konsentrasi zat
toksik menentukan kekuatan efek biologi yang ditimbulkan. Pada umumnya dapat
ditemukan konsentrasizat kimia toksik yang cukup tinggi dalam hepar (hati) dan ren
(ginjal) karena pada kedua organ tersebut zat toksik dimetabolisme dan diekskresi.
Kerja narkose, kerja atau efek narkose (membius) dimiliki oleh senyawa, seperti
Kerja toksik racun dapat disebabkan oleh gangguan pada pengaturan proses
sintesis DNA dan RNA. Gangguan ini dapat terjadi pada penggandaan DNA selama
melalui RNA pada sintesis protein, sintesis bangunan dasar protein dan asam nukleat,
biasanya melalui penghambatan pada sintesis enzim yang berperan serta atau melalui
sintesa zat mematikan, proses pengaturan yang menentukan pola aktivitas sel.
Kerja mutagenik, yaitu zat kimia yang bekerja mengubah sifat genetika sel.
Kerja karsinogenik, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan kanker pada waktu
yang lama.
5. Kerja teratogenik
Suatu kondisi abnormal yang terjadi pada janin yang timbul selama fase
perkembangan embrio (fetus) atau bisa diartikan dengan pembentukan cacat bawaan.
Efek yang terjadi adalah janin terlahir dengan pertumbuhan organ tubuh yang tidak
lengkap. Jenis kerusakan tidak hanya tergantung dari zat penyebab tapi juga tergantung
Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari organisme asing (virus,
bakteri, jamur), sel asing (neoplasma), dan zat asing lain. Adanya sistem imun ini
adalah sangat penting, hal ini dapat diperlihatkan pada efek imunodefisiensi, dimana
kecenderungan terjadinya infeksi dan tumor lebih mudah terjadi. Suatu zat atau senyawa
dieldrin.
Reaksi dari zat kimia yang terjadi dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:
Kerusakan kulit, suatu perubahan harga pH lokal yang kuat yang dapat
air.
Gas air mata, pada konsentrasi rendah telah menyebabkan nyeri mata dan aliran
F. Efek Toksik
Efek toksik adalah hasil sederetan proses, hingga adanya perubahan fungsional
yang disebabkan interaksi bolak-balik (reversible) antara zat asing (xenobiotik) dengan
substrat biologi. Bahasan ini membagi efek toksik berdasarkan respon di jaringan utama
dan organ manusia, yaitu sistem pernafasan, kulit, hati, darah dan sistem kardiovaskular,
sistem kekebalan tubuh, sistem endokrin, sistem saraf, sistem reproduksi, dan ginjal
serta kandung kemih. Hal ini sesuai dengan jalur utama paparan, pengangkutan, dan
penghapusan racun dalam tubuh manusia. Racun dapat dihirup melalui sistem
pernapasan atau diserap melalui kulit. Senyawa yang tertelan melalui sistem pencernaan
biasanya melewati hati. Toksisitas sistemik dibawa oleh darah dan melaluisistem getah
bening ke berbagai organ dan dapat mempengaruhi sistem endokrin, sistem saraf, dan
sistem reproduksi. Akhirnya, ginjal dan saluran kencing merupakan rute utama untuk
1. Sistem pernafasan
Saluran pernafasan dapat menderita berbagai penyakit yang bisa diakibatkan oleh
a. Bronkitis akut atau kronis, akibat pembengkakan lapisan membran tabung bronkial,
yang dapat disebabkan oleh racun atau oleh infeksi. Bronkitis kronis dapat
disebabkan oleh amonia, arsen, debu kapas (penyakit paru-paru coklat), dan oksida
tanpa fibrosis yang jelas dan hilangnya elastisitas ruang udara paru. Emfisema
memadai dan melakukan tidak menukar gas dengan baik, sehingga sulit bernafas,
dalam rongga paru. Fibrosis kronis dapat terjadi akibat paparan debu aluminium,
aluminium, kromium (VI), debu batubara, debu tanah liat kaolin, ozon, fosgen,
penghalang kapiler alveolar dan membuat pernapasan menjadi lebih sulit, pada
kasus yang parah, paru-paru benar-benar tenggelam dalam cairan tersebut. Contoh
e. Kanker paru-paru Sebanyak 90% kanker paru-paru disebabkan oleh paparan asap
tembakau. Periode laten terjadinya kanker paru-paru dari sumber ini biasanya 20
hingga 40 tahun atau lebih. Zat lain adalah asbes dan gas radon, alpha radioaktif.
Efek toksik yang umum terjadi pada paru adalah akibat dari beban oksidatif.
Beban oksidatif terjadi sebagai akibat oksidan aktif, terutama radikal bebas yang
dihasilkan oleh berbagai agen toksik dan respon sel pertahanan paru-paru. Ozon, O3,
NO2, polutan udara yang paling sering dikaitkan dengan asap fotokimia, adalah oksidan
yang sangat aktif di udara yang tercemar. Sebagian besar kerusakan oksidatif pada paru-
paru akibat radikal bebas, seperti radikal hidroksil, HO- dan ion superoksida, O- , yang
memulai dan menengahi reaksi berantai oksidatif. Paru-paru yang terpapar oksidan
bukti peran mereka dalam kerusakan oksidatif. Ada bukti yang menunjukkan bahwa sel
paru-paru yang rusak akibat pelepasan zat toksik yang mengubah paru-paru menjadi
2. Kulit
Penyakit kulit dan kondisi kulit yang paling umum akibat terpapar zat beracun
adalah:
a. Dermatitis kontak, ditandai dengan permukaan kulit yang teriritasi, gatal, dan
berawal sangat cepat dari paparan racun yang menjadi subjek sensitif.
a. Steatosis, yang biasa dikenal dengan fatty liver, adalah kondisi di mana lipid
b. Hepatitis, radang sel hati akibat zat yang menyebabkan respons kekebalan, atau
penyakit mematikan sel, dan sisa-sisanya dilepaskan ke jaringan hati, atau zat yang
d. Sirosis, yang disebabkan alkoholisme kronis, adalah hasil akhir yang fatal dari
kerusakan hati.
e. Tumor dan kanker hati, disebabkan aflatoksin dari jamur, arsenik, dan torium
f. Hemangiosarcoma, akibat paparan vinil klorida, akibat dari epoksida reaktif yang
kardiotoksik
a. Hipoksia adalah kondisi jaringan kekurangan oksigen, ada 3 jenis yaitu Hipoksia
sumsum tulang.
c. Leukemia, yaitu produksi leukosit yang tidak terkontrol adalah suatu bentuk
kanker, paparan benzena kini dianggap sebagai penyebab kanker jenis ini
d. Cardiotoksik, sirkulasi darah terjadi akibat denyut jantung dan juga dipengaruhi
dan ozon dapat menyebabkan akumulasi cairan yang dikenal sebagai edema
paru.
5. Sistem Saraf
cairan di otak), degenerasi dan hilangnya neuron otak, dan nekrosis korteks
serebral.
b. Neuropati perifer mengacu pada kerusakan saraf di luar sistem saraf pusat.
c. Axonopati, kondisi akibat kemunduran akson saraf dan mielin sekitarnya, dapat
A. Simpulan
2. Manusia jaman dahulu sangat sadar akan efek toksik sejumlah bahan seperti racun
ular, racun tumbuhan, racun akonit, serta bahan mineral (arsen, timbal dan
antimon).
3. Klasifikasi toksikologi dibedakan berdasarkan jenis zat dan keadaan serta efek
toksiknya.
6. Efek toksik adalah hasil sederetan proses, hingga adanya perubahan fungsional
B. Saran
Saran saya yaitu agar dalam penulisan makalah selanjutnya mahasiswa lebih
memperhatikan literatur yang baik dan penulisan makalah yang baik juga sangat
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA