Anda di halaman 1dari 20

EPIDEMIOLOGI BAHAYA BAHAN KIMIA

Disusun oleh:
HIDAYAH FITRA RAMADHAN
(1913201031)

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai


2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas masalah “ Epidemiologi Bahaya Bahan Kimia".. Dalam menyelesaikan karya tulis
ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam
mengerjakan karya tulis ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan karya tulis yang telah kami buat.

Kelompok kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
yang membaca di dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat menciptakan ketertiban dan
rasa aman di antara masyarakat, khususnya dalam berlalu lintas & menggunakan kendaraan.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih


Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Penulis

1
DAFTAR ISI

halaman
I. KATA PENGANTAR …………………………………….........................1
II. DAFTAR ISI……….…………………………………………….....................2
III. BAB I…………….………………………………………….............................4
A. PENDAHULUAN……………………………………….......................4
1. Latar Belakang……………………………………...…….............4
2. Rumusan Masalah………………………………………… ..........4
3. Tujuan ……………………………………………….........................5
4. Metode ............................................................................5
IV. BAB II………………….…………………………………................................6
B. PEMBAHASAN……………………………………………....................6
1. Defenisi……………………………............................................6
2. Simbol-simbol bahan kimia berbahaya……...….........8
3. Tingkat Keracunan bahan beracun............................11
4. Faktor yang Mempengaruhi……………………………........11
5. Faktor yang menentukan tingkat keracunan...........14
6. Bahaya Kesehatan..........................................................15
7. Usaha-usaha pencegahan.............................................16
8. Jurnal Nasional tentang racun.....................................17

V. PENUTUP………………………………………………………..........................
20
1. Kesimpulan…………………………………………..........................20
2. Kritik Dan Saran……………………………………….....................20
VI. DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………...........................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia
atau mahluk hidup lainnya. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin
meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian
keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian
keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang
banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan
kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang
ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung
mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat
tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi racun
2. Menjelaskan Simbol-simbol bahan bkimia atau beracun
3. Tingkat keracunan bahan beracun
4. Factor Yang Menentukan Tingkat Keracunan
5. Menjelaskan tentang bahaya racun terhadap kesehatan.
6. Menjelaskan tentang usaha pencegahan

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan memahami tentang racun atau bahan kimia.
2. Mengetahui dan memahami langkah diagnosis penyakit akibat bahan kimia.
3. Mengetahui dan memahami manaterial dalam usaha-usaha pencegahan.

D. Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah pencarian (browsing) internet.
BAB II
ISI
A. Definisi Racun
Racun atau bahan kimia yang beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil
menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya atau bahan kimia yang
dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila
terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Dan
keracunan didefinisikan sebagai keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-
paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan
efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Pada umumnya zat toksik masuk lewat
pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh
tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati,
paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah,
hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran
zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan
keringat.

1) Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun


Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu,
kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan,
korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan
bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan
pada barang-barang. 3 macam bahan kimia dalam kelompok besar :

a) Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat ,
deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang
ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan
kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian
kimiawi dan komposisi suatu zat.
b) Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia
sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan
listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
c) Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan
serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga
penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Bahan kimia berbahaya diklasifikasikan di bagi menjadi berapa golongan :


1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air(Water Sensitive Substances)
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Dan adapun Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan dalam beberapa
golongan yaitu:
a. Senyawa logam dan metaloid
b. Bahan pelarut
c. Gas-gas beracun
d. Bahan karsinogenik
e. Pestisida

2) Bahan-Bahan Kimia Umum Yang Sering Menimbulkan Racun


Bahan kimia umum yang sering menimbulkan keracunan adalah sebagai-berikut :
 Golongan pestida, yaitu organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik.
 Golongan gas, yaitu Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen
Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4), Sulfur Dioksida (SO2),
Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2), Fosgen (COCl2), Arsin (AsH3), Stibin
(SbH3).
 Golongan metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen (As),
Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng (Zn).
 Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena, Toluene, Xilena, Vinil
Klorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol, Stirena, dan masih banyak bahan
kimia beracun lain yang dapat meracuni setiap saat, khususnya masyarakat pekerja
industri.

B. Simbol-Simbol Bahan Kimia Berbahaya atau Beracun


Saat ini banyak industri besar menggunakan bahan kimia berbahaya dalam pelaksanaan
produksinya. Jika dilihat 50 tahun yang lalu, mungkin hanya 1 juta ton dihasilkan setiap
tahunnya tetapi sekarang kurang elbih 400 juta ton bahan kimia yang dihasilkan setiap
tahunnya.
Di antara 5 sampai 7 juta bahan kimia yang diketahui lebih dari 80.000 dipasarkan dan
diperkirakan 500 sampai 10.000 bahan kimia diperdagangkan mengandung bahaya yang
diataranya 150 sampai 200 jenis kemungkinan dapat menyebabkan kanker pada manusia.
Penggunaan bahan kimia ini digunakan pada perusahaan seperti;
- Pertanian (Agrochemical)
- Industri
- Labolatorium
- Kedokteran

Berdasarkan United Nation / North America UN/UNA, bahan Kimia berbahaya ini
dibagi menjadi 7:
a) KELAS 1 : MUDAH MELEDAK
Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk bahan yang dalam
campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan
peledakan.
Contoh :
Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate, detonator untuk ammunisi,
diazodinitrophenol, dinitropenol, dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine,
Amunisi, bubuk untuk blasting)

b) KELAS 2 : GAS-GAS
Terdiri dari :
 Gas yang mudah terbakar (acetelyne, LPG, Hydrogen, CO, ethylene, ethyl flouride,
ethyl methyl ether, butane, neopentane, propane, methane, methyl chlorodiline,
thinner, bensin.
 Gas bertekanan yang tidak mudah terbakar (oksigen, nitrogen, helium, argon, neon,
nitrous oxide, sulphur hexafolride)
 Gas Beracun (chlorien, methil bromide, nitric oxide, ammonium-anhidrous, arsine,
boron trichloride carbonil sulfit, cyanogen, dll

c) KELAS 3 : CAIRAN YANG MUDAH MENYALA (FLAMMABLE GAS)


 Cairan yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan.
 Cairan yang mempunyai titik penyalaan kurang dari 61 o C.
 Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat mengakibatkan pingsan bahkan
kematian. Contoh : Yang mudah menyala (flammable solids). Bahan padat yang
mudah menyala (petrol, acetone, benzene, butanol, chlorobenzene, 2 chloropropene
ethanol, carbon disuliphide, di-iso-propylane.

d) KELAS 4 : PADATAN
 Bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan dari luar
seperti percikan api atau api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekanContoh :
sulpur, pospor, picric acid, magnesium, alumunium powder, calcium resinate,
celluloid, dinitrophenol, hexamine.
 Bahan Padat yang Mudah Terbakar secara spontan (spontaneously Combustible
Substances). Bahan padat kelas ini dalam keadaan biasa mempunyai kemampuan
yang besar untuk terbakar secara spontan. Beberapa jenis mempunyai kemungkinan
besar untuk menyala sendiri ketika lembab atau kontak dengan udara lembab Juga
dapat menghasilkan gas beracun ketika terbakar.Contoh : carbon, charcoal-non-
activated, carbon black, alumunium alkyls, phosphorus
 Padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS). Bahan yang berbahaya ketika
basah (Dangerous when wet) Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas
mudah terbakar ketika kontak dengan air. Bahan ini juga meningkatkan gas beracun
ketika kontak dengan kelembaban, air atau asam. Contoh :calcium carbide,
potassium phosphide, potassium, maneb, magnesium hydride, calcium manganese
silicon, boron trifluoride dimethyl etherate, barium, aluminium hydride.

e) KELAS 5 : BAHAN BEROKSIDASI (OXIDIZING AGENT)


Organic peroxides
Dapat membantu pembakaran dari material yang mudah terbakar. Jika terpapar panas atau api
pada waktu yang lama dapat mengakibatkan peledakan. Jika bereaksi dengan material yang
lain efeknya akan lebih berbahaya. Dekomposisi dari bahan ini dapat menghasilkan racun dan
gas yang mudah terbakar.
Contoh : benzol peroxides, methyl ethyl ketone peroxide, dicetyl perdicarbonate, peracetic
acid.

f) KELAS 6 : BAHAN BERACUN ATAU MENGAKIBATKAN INFEKSI


 Poisonous (Toxic) Substances. Bahan yang dapat menyebabkan kematian atau cidera
pada manusia jika tertelan, terhirup atau kontak dengan kulit. contoh : cyanohydrin,
calcium cyanide, carbon tetrachloride, dinitrobenzenes, epichlorohydrin mercuric
nitrate, dll
 Harmful (Toxic) Substances. Bahan yang dapat membahayakan pada manusia jika
tertelan, terhirup atau kontak dengan kulit. Contoh : acrylamide, 2-amino-5-
diethylamino pentane, amonium fluorosilicate, chloroanisidines dll

g) KELAS 6 : BAHAN BERACUN ATAU MENGAKIBATKAN INFEKSI


 Bahan yang dapat mengakibatkan infeksi
 Bahan yang mengandung organisme penyebab penyakit. Contoh : tisue dari pasien,
tempat pengembang biakan virus, bakteri, tumbuhan atau hewan

h) KELAS 7 : BAHAN YANG BERADIASI


 radioactive. Bahan yang mengandung material atau combinasi dari material yang
dapat memancarkan radiasi secara spontan. Contoh : uranium, 90Co, tritium, 32P,
35S, 125I, 14C
C. Tingkat Keracunan Bahan Beracun
Tidak ada batasan yang jelas antara bahan kimia berbahaya dan tidak berbahaya
- Bahan kimia berbahaya bila ditangani dengan baik dan benar akan aman digunakan
- Bahan kimia tidak berbahaya bila ditangani secara sembrono akan menjadi sangat berbahaya
- Paracelsus (1493-1541) ” semua bahan adalah racun, tidak ada bahan apapun yang bukan
racun, hanya dosis yang benar membedakan apakah menjadi racun atau obat”
- Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50, semakin rendah LD50 suatu bahan, maka
makin berbahaya bagi tubuh dan sebaliknya Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang, contoh:
* Nikotin Amat sangat beracun: (5-50 mg/kgBB),
* Timbal arsenat Amat beracun: (50-500 mg/kgBB),
* Hidrokinon Beracun sedang: (0.5-5 g/kgBB),
* IsopropanolSedikit beracun: (5-15 g/kgBB),
* Asam ascorbat Tidak beracun: (>15 g/kgBB),
* Propilen glikol

D. Factor Yang Menentukan Tingkat Keracunan


* Sifat Fisik bahan kimia
Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan
bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru
* Dosis (konsentrasi)
Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan
racunnya.
E=TxC
E = efek akhir yang terjadi (diturunkan seminimal dengan NAB)
T = time
C = concentration
Pajanan bisa akut dan kronis
* Lamanya pemajanan
- gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis
* Interaksi bahan kimia
- Aditif :
efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex. Organophosphat dengan
enzim cholinesterase.
- Sinergistik :
efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex. Pajanan asbes
denganmerokok.
- Antagonistik : bila efek menjadi lebihringan
* Distribusi
Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah sehingga
terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh.

* Pengeluaran
Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru
* Faktor tuan rumah (host)
- Faktor genetic
- Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati
- Factor umur
- Status kesehatan
- Hygiene perorangan dan perilaku hidup
Dan adapun factor Pengaruh efek racun terhadap badan yaitu:
* Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat/cair),
debu (partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat), awan
(partikel cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).
* Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam badan.
* Lamanya pemaparan.
* Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis pelarut.
* Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa melalui pernapasan, pencernaan, kulit serta
selaput lendir.
* Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya
tahan/toleransi, habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor generik.

E. Bahaya Kesehatan
Bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit atau luka bila dihirup, ditelan atau disentuh.
Bahan kimia tersebut dikelompokkan menjadi 4 kategori.
* Zat kimia penyebab iritasi (irritants)
zat kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau reaksi peradangan (inflamasi) bila zat tersebut
kontak dengan tubuh
* Zat kimia korosif
zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan (visible destruction) / kerusakan yang
permanen pada jaringan hidup atau zat yang dapat memakan (eating away) bahan tertentu
termasuk jaringan tubuh manusia.
* Zat kimia penyebab alergi (sensitizers)
zat kimia yang dapat menimbulkan respon yang menyerupai alergi (allergie-like response)
pada mereka yang terpapar zat-zat kimia tersebut secara berulang
* Zat kimia yang menyerang organ tubuh yang spesifik (target-organ chemicals)
zat yang menyebabkan kerusakan pada organsistem tubuh yang spesifik. Zat kimia
tersebut dapat merusak paru, jantung, hati, ginjal dan sistem saraf pusat.

F. Usaha-Usaha Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap industri yang
memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun bahan penolong yang bersifat
racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap waktu dapat terjadi di lingkungan
pekerja yang menangani bahan kimia beracun. Pencegahan secara preventif tersebut adalah
sebagai-berikut:
1. Management program pengendalian sumber bahaya, yang berupa perencanaan, organisasi,
kontrol, peralatan, dan sebagainya.
2. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus, krim kulit, sepatu,
dsb)
3. Ventilasi yang baik.
4. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, kontrol, dan
sebagainya.
5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
6. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses produksi, dan
mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap tahap produksi
yang menghasilkan debu.
8. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahayadisendirikan.
9. Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta analisis keselamatan
dan kesehatan kerja.
10. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam pemaparan.
11. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan bahan kimia
beracun.
12. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.
13. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta monitoring biologis
(darah, tinja, urine, dansebagainya).
14. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian, pengontrolan.
15. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas kesehatan,
desinfektan, dan sebagainya.
16. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.
17. Enclosing, menangani sumber bahaya.
Jadi dalam hal ini sangat diperlukan pembekalan pengetahuan dalam pengelolaan bahan
kimia beracun dari segi pengamanan, pengelolaan, penanggulangan kebakaran dan
pertolongan pertama dalam kecelakaan.

G. Jurnal Nasional Tentang Racun


1. Ada racun di balik jajanan anak-anak
TAHUN-tahun belakangan ini semakin marak saja minuman aneka rasa dan warna yang
dikemas dalam botol atau gelas plastik. Sebenarnya tidak jelas benar kualitas minuman
jajanan tersebut karena bila diamati, mulai bahan yang digunakan, tanggal pembuatan, izin
produksi, tanggal kedaluwarsa, hingga nama dan alamat produsennya tidak jelas. Biasanya
sasaran pasar produk jajanan seperti itu adalah golongan masyarakat menengah ke bawah.
Banyak orang tua yang tak ambil pusing soal ini, tapi banyak pula yang mengkhawatirkan
bahwa jajanan seperti itu bisa berdampak negatif bagi kesehatan dan kemampuan berpikir
anak-anak sebagai tunas-tunas bangsa. Kekhawatirkan para orang tua yang peduli itu memang
beralasan.
Makanan dan minuman yang tidak jelas menggunakan bahan apa sebagai pengawet, pemanis,
perasa, dan pewarna memang perlu dikhawatirkan. Lebih-lebih bila dikonsumsi anak-anak.
Tak jarang kita mendengar kasus keracunan yang dialami beberapa anak sekolah akibat
makanan jajanan. Bahan kimia pada makanan anak-anak memang bukan berita baru.
Media sering memberitakan adanya senyawa pemanis buatan pada berbagai jenis makanan
jajan anak-anak yang berbahaya.
Tidak adanya standar keamanan pangan jajanan anak, terutama dalam kebersihan sarana,
pemilihan bahan, proses pengolahan, dan monitoring mutu produk dalam peredaran,
menambah tingginya risiko timbulnya keracunan pada anak-anak. Bahkan, pada jajanan
tersebut terkandung berbagai bahan-bahan kimia yang telah dinyatakan terlarang untuk
digunakan pada makanan. Dengan warnanya yang menarik, rasa yang menggugah selera, dan
harga yang murah, membuat anak-anak lebih memilih jajanan seperti itu. Jajanan seperti
bakso, makanan ringan, mi, sirup, berbagai minuman ringan leluasa dijajakan di sekolah-
sekolah.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu menemukan bahwa
sumber keracunan makanan terbesar di Indonesia dilakukan oleh usaha jasa boga atau
katering yang diperuntukkan bagi karyawan atau jajanan anak sekolah. Meskipun telah ada
pengawasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tapi kasus keracunan tetap saja terjadi.
Jajanan anak sekolah yang aman dan sehat masih sulit terwujud.
Menurut Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Roy A
Sparringa pada acara diskusi BPOM-Sahabat Ibu di Kantor Pusat Ditjen Bea dan Cukai,
Jakarta, Jumat (23/8), 73 persen kasus keracunan pangan di sekolah terjadi di tingkat SD,
sedangkan di SMP 14 persen, perguruan tinggi 9 persen, dan di SMA 5 persen.
Menurut Roy, dari 84 kasus keracunan pangan yang tercatat selama tahun 2012, sebanyak
27,4 persen terjadi di sekolah. Selain sekolah, tempat lain yang sering terjadi keracunan
makanan adalah di rumah dan pabrik. Dari kasus keracunan tersebut, 43 persen disebabkan
oleh mikroba dan 17 persen oleh bahan kimia. Jenis pangan yang menjadi penyebab kasus-
kasus itu paling tinggi adalah jajanan anak sekolah dan masakan rumah, yang masing-masing
mencapai 27 persen.
* Pentingnya Kerja sama dan Pengawasan
Tentunya kita masih ingat kasus formalin dan boraks beberapa waktu lalu yang ditemukan
pada sebagian besar jajanan bakso dan mi yang digunakan sebagai bahan pengawet dan
perngenyal. Selain itu, juga ada penemuan tentang penggunaan Rhodamin pada sirup es
mambo atau pewarna merah pada es krim yang sesungguhnya merupakan pewarna untuk
pakaian.
Untuk mencegah semakin meluasnya penjualan jajanan makanan dan minuman yang tidak
sehat itu, dibutuhkan kerja sama antara pihak sekolah dengan para orang tua dan para penjual.
Namun, hingga saat ini yang terjadi adalah kebanyakan pihak sekolah memperbolehkan
begitu saja tanpa pengawasan para penjual berjualan di sekitar sekolah. Sebenarnya pihak
sekolah bisa memberikan penyuluhan kepada para penjual di sekitar sekolah agar menjual
jajanan yang sehat dan bergizi.
Bila yang dikejar hanya keuntungan semata, penggunaan zat-zat terlarang tersebut memang
sulit dihindari dari suatu usaha jasa boga. Misalnya, penggunaan bahan tambahan kimia
sebagai bahan pengawet di dalam makanan. Adapun tujuan penggunaan bahan pengawet
tersebut adalah untuk menghambat dan menghentikan aktivitas pembusukan yang dilakukan
oleh mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir.
Menurut Ketua Patpi (Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia) Cabang DKI Jaya,
DR. Ir. RD Esti Widjajanti, bahan pengawet digunakan agar daya simpan suatu makanan
produk olahan dapat semakin lama. Selain itu, juga untuk mempertahankan cita rasanya,
mempertahankan warna, tekstur dan sebagai bahan pengental serta antilengket.
Menurutnya, penggunaan bahan pengawet tersebut sesungguhnya tidak merusak kandungan
gizi di dalam makanan itu, asalkan tidak kedaluwarsa. Biasanya tanggal kedaluwarsa sudah
ditentukan, maka empat bulan menjelang kedaluwarsa akan terjadi perubahan.
Penggunaan bahan kimia pada bahan makanan sesungguhnya dapat dihindari jika harga bahan
pengawet alami lebih murah. Akan tetapi, kenyataannya harga bahan pengawet alami lebih
mahal. Hal inilah yang menyebabkan banyak produsen makanan jajanan anak-anak memilih
bahan kimia sebagai pengawet.
Bahan pengawet jenisnya ada dua macam, yaitu GRAS (Generally Recognized As Safe), dan
ADI (Acceptable Daily Intake). Kedua bahan pengawet ini tidaklah berbahaya dan aman
digunakan. Salah satu contoh bahan yang termasuk kepada bahan pengawet GRAS yakni
gula, garam, lada, dan asam cuka. Sedangkan ADI adalah bahan-bahan pengawet yang sering
digunakan pada buah-buahan olahan.

* Efeknya Tidak Seketika


Untuk penguat rasa, menurut Esti, di luar negeri bahan yang digunakan berasal dari bahan
tumbuhan. Maka itu harganya lebih mahal dibandingkan dengan MSG hasil fermentasi seperti
yang digunakan di Indonesia.
Selain murah dan mudah didapatkan, bahan-bahan kimia tersebut akan memberikan tampilan
yang lebih baik dan memikat. Penampilan ikan-ikan di pasar yang diberi formalin memiliki
bentuk yang lebih bagus dibanding ikan yang tidak diberi formalin.
Selain itu, masyarakat --baik penjual maupun pembeli-- merasa penggunaan bahan-bahan
tersebut tidaklah berbahaya. Ini boleh jadi karena efek yang ditimbulkannya tidak seketika
setelah mereka mengonsumsinya. Selain itu, informasi yang sampai ke masyarakat relatif
masih terbatas. Lebih banyak yang belum tahu ketimbang yang sudah tahu.
Pola penggunaan bahan-bahan tersebut telah mereka praktikkan secara turun-temurun.
Sehingga, sangat sulit bagi kita untuk menghindari senyawa-senyawa tersebut sirna di dalam
makanan, terutama jajanan anak-anak. Jadi, masalah pencegahan itu terletak di tangan kita
sendiri.
Meskipun belum ada standar makanan yang dapat dijadikan patokan, WHO pada tahun 2004
telah mengeluarkan rekomendasi keamanan pangan jajanan yang berisi lima aturan yang lebih
dikenal sebagai five golden rules.
Aturan pertama adalah cara meletakkan makanan mentah dan matang di dalam satu wadah.
Lalu, cara memasak makanan sampai benar-benar matang, tidak menyimpan makanan yang
telah diolah dalam waktu yang lama, memilih bahan makanan yang aman, dan terakhir
menjaga kebersihan makanan. Menurut juru bicara Forum Pemerhati Komunikasi Gizi dan
Kesehatan (FPKGK) bidang Pangan Jajanan, Ir. DN Iswarawanti MSc., makanan yang aman
adalah makanan yang bebas dari cemaran mikrobiologi dan tidak melebih ambang batas zat
kimia. Ironisnya, kebanyakan makanan jajanan yang kerap dikonsumsi anak-anak kita saat ini
diragukan keamanan dan kebersihannya. Jika kita tidak berperhatian terhadap keamanan dan
kebersihan makanan jajanan anak, menurut Dr. Rina Agustina Ahmad MSc, akan banyak
balita dan anak-anak kita yang nantinya menderita penyakit menular dan malnutrisi.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
* Racun atau bahan kimia yang beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil
menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya atau bahan kimia yang
dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila
terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
* keracunan didefinisikan sebagai keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ
tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Pada umumnya zat toksik
masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-
organ tubuh tertentu. Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan-bahan yang pembuatan,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau
membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi,
kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan
gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau
meyebabkan kerusakan pada barang-barang.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah kesehatan adalah hak asasi setiap orang dan merupakan
investasi, juga merupakan karunia Tuhan. Oleh karena itu, siapapun, kelompok manapun,
dimanapun, harus senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Asrofudin. 2010.(online) Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.


(Online)http://www.canboyz.co.cc/2010/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html#, diakses
pada tanggal 3 Desember 2012
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. (Online)
http://dinkes.bantulkab.go.id/documents/20090721100343-skn-2004.pdf diakses pada tanggal
25 Mei 2013
Hamid, Fatmawati. 2012. Faktor risiko keluhan dermatitis kontak pada pekerja percetakan di
Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini Makassar tahun 2012. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin
Kementrian perindustrian. 2010. Pemerintah Disarankan Verifikasi Industry Pengguna Bahan
Kimia Berbahaya. (online) http :// www. indonesia. Go .id/in /kementerian/
kementerian/kementerian-perindustri an/713-lingk ungan-hidup/9511-pemerintah-disarankan-
verifikasi- industri-pengguna-bahan-berb ahaya, diakses tanggal 16 Desember 2012
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.Kep. 187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. (online)
8

Anda mungkin juga menyukai