Anda di halaman 1dari 35

TEKNIK DAN MANAJAMENT LAB KIMIA

“PENYIMPANAN DAN PELABELAN BAHAN KIMIA”

Disusun Oleh :
Stevanda Kasenda (21501014)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
ILMU KIMIA

2022
KATA PENGANTARA
Puji syukur saya selaku penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena
atas karunia-Nya penulis bisa menyusun sebuah makalah yang berjudul
“Penyimpanan dan Pelabelan Bahan Kimia” Tujuan penulisan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknik dan Manajemen Laboratorium. Penulis juga
mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyaknya
kekurangan. Oleh karena itu,penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik
maupun saran. Kritik dan saran tersebutakan menjadi bahan evaluasi penulis
kedepannya. Sekian dan terima kasih Syaloom
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………..
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….
C. Tujuan….…………………………………………………………………………………………..…
BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………………………….………….
A. Pengertian Bahan Kimia berbahaya…………………………………………………….
B. Penggolongan dan penanganan Bahan Kimia……..………………………………
C. Pelabelan Bahan Kimia……………………………………………………………………….
D. Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya……………………………………………….
BAB 3. PENUTUP………………………………………………………………………………………….
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………

BAB 1 “PENDAHULUAN”
A.Latar Belakang
Bekerja dalamlaboratorium tak lepas dari kemungkinan bahaya dari berbagai
jenisbahan kimia. Pemahaman mengenai berbagai aspek bahaya dalam
laboratorium,memungkinkan para pekerja dalam menciptakan keselamatan dan
kesehatan kerja.Laboratorium adalah suatu pasilitas yang memberikan hasil uji
yang bergantung pada batasan-batasan fisik dan ekonomi daya beli, peraturan-
peraturan, kebutuhun industri keluhan diripribadi dan tuntutan dan
pabrikindustri.Bahan kimia berbahaya dengan mudah dapat kita temui di pabrik
kimia bahkanlaboratorium. Kecelakaan yang terjadi karena bahan kimia
berbahaya pun sering terjadi.Diperlukan tindakan pengendalian yang tepat agar
bahan kimia berbahaya tersebut tidakmembahayakan kita sebagai pekerja,
peralatan dan terutama lingkungan sekitar. Yaituperlunya pengetahuan tentang
sifat dan karakter bahan kimia mengingat bahan kimia memilikipotensi untuk
menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Halini
dikarenakan bahan kimia memiliki tipe reaktivitas kmia tertentu dan juga dapat
memilikisifat mudah terbakar. maka di perlukan penanganan bahan kimia dalam
laboratorium.Penyimpanan bahan kimia merupakan salah satuhal yang wajib,
karena bahan kimia yangbiasanya aman bila disimpan dalam keadaan tunggal
(tidak bercampur) dapat menjadiberbahaya bila bercampur satu sama lain.
Penyimpanan bahan kimia harus memperhatikansifat-sifat bahan kimia tersebut.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai cara penggolongan
penyimpanan dan pelabelan bahan kimia, dan berbagai symbol dalam bahan
kimia yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya, sehinga tidak dapat
menimbulkan masalah karena ketidaktahuan dalam symbol label bahan kimia.

C. Tujuan

1) Menjelaskan pengertian tentang bahan kimia


2) Mengidentifikasi penggolongan bahan kimia
3) Menjelaskan penanganan dalam bahan kimia berbahaya
4) Menjelaskan cara penyimpanan bahan kimia
5) Menjelaskan pelabelan atau symbol yang ada dalam bahan kimia

BAB 2 “PEMBAHASAN”
A. Pengertian Bahan Kimia Berbahaya
Bahan kimia berbahaya pada hakekatnya adalah jenis bahan kimia yang dapat
menimbulkan ancaman bagi lingkungan hidup termasuk kesehatan manusia,
jikalau tidak berhati-hati atau salah dalam penggunannya. Bahkan berbagai bahan
kimia berbahaya banyak ditemukan di tempat kerja.

Oleh karena demikinalah penting untuk memahami jenis zat kimia yang termasuk
dalam klasifikasi bahan berbahaya ini, karena zat tersebut dapat berdampak
buruk pada kesehatan manusia dan membahayakan kesehatan individu atau
komunitas, lingkungan, atau properti. Misalnya saja risiko bahan berbahaya
termasuk insiden yang melibatkan zat seperti bahan kimia beracun, bahan bakar,
limbah nuklir dan produk terkait, serta agen radiologi, biologi, atau kimia lainnya.

Pada faktanya lebih dari 400 juta ton limbah berbahaya dihasilkan setiap tahun
dengan sebagian besar berasal dari tempat kerja industri seperti pabrik kain,
produksi pestisida, dan operasi pelapisan energi listrik. Hal ini dikarenakan begitu
banyaknya lokasi kerja yang menjadi sumber bahan-bahan ini, tak terhitung
banyaknya karyawan yang terpapar bahaya kimiawi setiap hari.

Bahan kimia berbahaya adalah zat, campuran, dan barang yang dapat
menimbulkan risiko secara signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan jika
tidak dikelola dengan benar. Dimana arti bahan kimia tersebut mungkin memiliki
bahaya kesehatan, bahaya fisik atau keduanya.

Hal ini tentusaja bergantung pada bahan kimia, bahaya yang terlibat dapat
bervariasi. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui dan menerapkan APD
terutama selama berada di laboratorium.
B. Penanganan Bahan Kimia
Kemungkinan penanganan bahan-bahan kimia berbaahaya dalam laboratorium
cukup banyak. Hal ini disebabkan oleh banyaknya reagen kimia yang dapat
dipakai, meskipun penggunaannya kaadangkala relative sedikit dibandingkan
dengan industry. Suatu bahan kimia dapat dikatakan berbahaya jika beracun,
korosif, karsinogen, mudah terbakar, mudah meledak atau bersifat
radioaktif.Untuk itu perlu pengetahuan berbagai hal tentang zat kimia
diantaranya tipe bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia, rambu-rambu bahan
kimia, penangan bahan kimia serta pemusnahan bahan sisa-sisa. Diperlukan
penanganan inventarisasi dan keamanan laboratorium, mencakup inventarisasi
peralatan laboratorium yang ada secara rinci, darimana sumber alat, lokasi
penyimpanan yakni spesifikasi alat mencakup pengamanan peralatan agar aman
dan mudah diakses

Tujuan yang akan dicapai adalah :

· Mencegah kehilangan

· Mengurangi biaya operasi

· Meningkatkan kualitas kerja

· Mencegah pemakaian yang berlebihan

Pengamanan laboratorium

Prinsip umum pengamanan laboratorium meliputi :

· Tanggung jawab (kepala lab, laboran, pemakai laboratorium)


· Penempatan alat dan bahan

· Kerapian (lantai tdk ada hambatan, penempatan zat dan peralatan)

· Kebersihan lab dan pengguna laboratorium

· First aid (utk mata, P3K, Pemadam)

· Pakaian (jas lab, pakaian yg dilarang)

· Dilarang berlari di laboratorium

Penanganan alat-alat gelas harus hati-hati dan memperhatikan keadaan alat


sebelum dipergunakan, misalnya

· Pipa gelas

· Bejana bergerigi dan tajam

· Pelabelan bejana gelas

· Penggunaan (pipet, buret, labu ukur)

· Melepaskan tutup botol

Disiplin dan Ketrampilan Laboran

Disiplin laboran akan mempengaruhi terhadap efisensi kerja di laboratorium,


perlu kerjasama yang baik dalam menyelesaikan permasalahan di laboratorium.

Ketrampilan laboran harus ditingkatkan melaui :

· Melalui pendidikan formal dan informal

· Melalui bimbingan guru di lingkungan sendiri atau guru dari luar


· Melalui tim kerja di laboratorium dan di luar laboratorium

Tipe bahaya oleh bahan kimia

1. Ledakan

Ledakan dapat terjadi oleh adanya gesekan, loncatan api, pemanasan atau
bantingan terhadap bahan kimia tertentu. Contoh : Ammonium karbonat akan
meledak bila dibanting.

2. Kebakaran

Bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kebakaran oleh adanya bunga api,
panas, atau loncatan listrik. Contoh enter akan terbakar oleh adanya nyala api.

Adapula bahan kimia tertentu yang bila berkontak dengan bahan kimia lainnya
akan menimbulkan api. Contoh n-Butil litium dengan adanya air yang terdapat di
udara dalam bentuk uap air akan dapat menyala.

3. Keracunan

Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernafasan.
Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang
terjadi oleh pengaru dosis tertentu dalam waktu relative pendek, sedangkan
kronis akibatnya baru dirasakan pada waktu yang relative lama. Untuk keracunan
yang disebabkan bahan kimia dapat didefenisikan sebagai berikut:

Bersifat akut

ED (Effective Dosage) 50 : Dosis yang memberikan respon terhadap 50% hewan


percobaan
LD (Lethal Dosage) 50 : Dosis yang memberikan kematian 50% terhadap
percobaan

LC (Lethal Concentration) : Konsentrasi gas yang dapat memberikan kematian


50% terhadap binatang percobaan.

4. Bahaya kecil (Nicives)


Bila bahan ini masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan gangguan kesehatan.
5. Korosif
Bahan kimia tertentu bila berkontak dengan organ tubuh maka akan merusak
jaringan.
Contoh : Brom
6. Iritasi
Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka tubuh akan
menjadi lecet misalkan pada mata, kulit dan pernapasan
7. Radiasi
Bahan kimia yang dapat menyebabkan radiasi adalah bahan radioaktif.
Rambu – rambu bahan kimia
Bahan kimia dikemas dalam bebrbagai wadah : berupa botol kaca, polimer, dan
kemasan logam atau kaleng.Bahan berupa cairan biasanya dikemas dalam botol
kaca (gelap dan transparan), Kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan
powder biasanya dalam kemasan polimer atau kemasan kalne yang di dalamnya
dilengkapindengan kemasan plastic.Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi
dengan etiket (label) serta rambu-rambu tentang bahaya yang dapat terjadi yaitu
salah satu dari gambar berikut :
Selain rambu-rambu di atas adalagi keterangan yang lebih rinci dengan kode R
dan S
R = Renseigement = penjelasan yang lebih rinci
S = Security = pengamanan dengan perlakuan
Beberapa arti dari kode-kode R dan S adalah sebagai berikut :
R1 = meledak dalam keadaan kering
R2 = meledak oleh bantingan, api dan gesekan
R3 = berbahaya besar oleh ledakan akibat terbanting, gesekan, api atau
sumber
nyala
R14 = berekasi cepat dengan air
R15 = bila berkontak dengan air membebaskan gas yang mudah terbakar
R47 = bahaya terhadap kesehatan dalam waktu lama
Kombinasi : bila ada nomor ganda berarti informasi juga ganda, contoh :
R14/15 = bereaksi keras dengan air dan membebaskan gas mudah
terbakar
R15/29 = bila kontak dengan air menbentuk racun dan gas mudah
terbakar
R20/21 = melukai bila terhirup dan kontak dengan kulit
Penjelasan lebih lanjut kode S adalah sebagai berikut
S1 = simpan dalam lemari terkunsi
S2 = simpan di luar jangkauan anak-anak
S3 = simpan di tempat yang dingin
S4 = simpan jauh dari tempat tinggal
S14.1 = jagalah dari bahan pereduksi, logam berat,asam dan alkali
S14.2 = jaga dari bahan pengoksidasi asam dan logam berat
S28.1 = jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun dan air
S28.3 = jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun,air + polietilenglikol 400
S43 = pergunakan untuk pemadaman api
S43.1 = pergunakan untuk pemadam api air
S43.2 = pergunakan pemadam api bubuk
S43.7 = pergunakan pemadam api logam
S52 = bukan untuk digunakan di daerah tempat tinggal atau rekreasi
S53 = jangan dibanting, cari informasi sebelum dipakai
Perlakuan Bahan Kimia yang Berbahaya
1. Bahan kimia yang mudah meledak
Bahan kimia yang reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak.
Peledakan terjadi karena reaksi amat cepat serta menghasilkan panas dan gas
dalam jumlah yang besar. Ledakan adalah kecelakaan yang sering terjadi di
laboratorium kimia, sehingga banyak menimbulkan korban dan jiwa.
Simpanlah bahan yang mudah meledak di tempat yang segar. Jangan biarkan
penyimpanan lembab atau kotor waktu hujan.Hindari pula sesuatu yang dapat
menyebabkan pemanasan dan loncatan api dan jangan simpan berdekatan
dengan zat yang dapat bereaksi, karena peristiwa peledakan selalu disertai
kebakaran.
Jika melakukan percobaan dengan senyawa yang dapat meledak maka lakukan
dalam lemari asam, pakai alat pelindung dan siapkan alat pemadam kebakaran.
2. Bahan kimia beracun
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada aksinya lambat dan ada
yang cepat. Bahan kimia di laboratorium pada umumnya aksinya lebih cepat
disbanding dengan yang digunakan dalam industry. Bila memungkinkan
penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara
dan tidak beracun atau sifat toksisitasnya rendah.Contoh benzene diganti dengan
toluene, CCl4, atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.
Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka pengamannya di lemari asam
dengan menggunakan masker yang spesifik ( tidak universal). Spesifikasi masker
dapat dilihat dari pita yang melekat pada filternya seperti tabel di bawah ini

Warna Pita Bahan beracun yang dicegah

Putih Asam pekat

Hitam Asam sianida

Hijau Amoniak

Biru CO

Putih strip kuning Gas klor

Kuning Asam dan uap organic

Coklat Asam, uap organic, dan


amoniak

Mekanik (perban) Debu

Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet, penahan panas
digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat kepanasannya.

3. Bahan korosif
Bahan kimia seperti asam klorida, asam nitrat, dan asam sulfat, belerang dioksida,
asam-asam, asam anhidrida dan alkali dapat merusak logam (mineral) yang ada
dalam tubuh kita, missal aasam sulfat dapat menyebabkan luka setempat dan
asam sulfide dapat menyebabkan efek sistemik.
Bahan korosif yang berbentuk gas lebih berbahaya daripada yang berbentuk
cairan dan cairan lebih berbahaya dari yang berbentuk padatan. Bahaya dapat
diproteksi dengan masker, sarung tangan, kacamata dan lemari asam. Bahan
korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat,
berlabel, hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak dengan kulit
dan mata, dan dipisahkan dari bahan beracun (toxic).

4. Bahan yang mudah terbakar


Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan senyawa
organic makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api dapat dari
peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk dari instalasi listrik.
Contoh eter dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api. Logam
Natrium, Butil-Litium bila kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran).
Terjadinya kebakaran dapat dimengerti bila kita memahami segitiga api

oksigen

bahan bakar sumber api

Kebakaran akan terjadi bila tiga unsure di atas terpenuhi sehingga untuk
mencegah kebakaran adalah dengan hanya mengisolasi salah satu unsure di
atas.Bila kebakaran terjadi maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat
diambil langkah yang tepat, karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan
dengan air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan
bakarnya seperti tabel di bawah ini :

Kelas Bahan mudah terbakar (Burning material)


Kebakaran
(Fire Class)

A Kertas, Kayu, Tekstil, Plastik, dan sejenisnya

B Pelarut yang mudah terbakar seperti


Benzene, Toluene, dan Eter

C Instalasi Listrik seperti Travo, dan peralatan


listrik

D Logam alkali seperti logam Na dan Li

Memadamkan kebakarazzn dilakukan dengan cara disesuaikan dengan kelas


kebakarannya sebagai tindakan pertama sebelum memanggil pemadam
kebakaran sebagai berikut :

Tindakan Warna Tabung Untuk Kelas Kebakaran


pertama

Air Merah A, B, dan C

Busa (foam) Krem A dan B

Tepung (powder) Biru A,B, C, dan D

Halon (halogen) Hijau A,B, C, dan D

Karbon dioksida Hitam A,B, C, dan D

Pasir - A dan B

Selain alat pemadam kebakaran maka di laboratorium sudah harus disediakan


selimut api, dan manual caara memadamkan kebakaran.
5. Gas bertekanan
Disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari.
Hindari panas, api, bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak
digunakan disimpan dalam keadaan tidur, bila digunakan disimpan dalam
keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk tabung yang tinggi.
6. Bahan radioaktif
Contoh : Uranium, Radium dan Torium. Ruangan penyimpan perlu didesain
khusus.
Penanganan Sampah/ Limbah Bahan Kimia
Pengertian Limbah (BAPPEDAL) adalah
Bahan beracun dan berbahaya (B3) adalah setiap sisa bahan suatu kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity, flammability,
dan corosivity), konsentrasi atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan atau membahayakan
kesehatan mahluk hidup khususnya manusia.
Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia, maka akan
ditinggalkan sisa berupa residu (sisa), slurries (campuran encer dari bahan-bahan
tidak terlarut, endapan-endapan, zat warna dan lain-lain) dan larutan sisa yang
harus dibuang. Sebelum membuang sampah kimia hendaknya memahami MSDS
(Material Safety Data Sheet) dan bila ragu-ragu harus berkonsultasi dengan
ahlinya (pembimbing) sebelum membuang limbah tersebut.

1. Pembuangan langsung dari laboratorium


Bahan kimia netral tidak beracun dan larut dalam air dapat dibuang langsung
melalui saluran air (sink), tetapi jika asam harus dinetralkan lebih dulu.
Aturan Pembuangan Sampah Kimia
a. Jangan membuang sampah asam dan basa pekat atau slurries ke sink.
Membuang sampah tertentu ke system saluran air (sink) di laboratorium mungkin
diijinkan, tetapi harus mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan. Sebaiknya
bahan-bahan yang larut dalam air seperti asam basa yang diijinkan dibuang
melalui sink itupun sebaiknya diencerkan lebih dulu dengan pH 3 - 11 dan
kecepatan pembuangan juga harus dibatasi.
b. Ketika membuang sampah asam, basa, slurries ke sink maka air harus
dialirkan terus-menerus untuk mengencerkan bahan yang dibuang.Bila proses
pembuangan telah selesai maka bilas sink untuk membuang bahan-bahan korosif.
c. Sampah-sampah dan bahan-bahan pelarut yang tidak bersifat korosif dan
tidak reaktif serta tidak mengandung benda padat biasanya dikumpulkan dalam
wadah gelas atau logam.
d. Sampah kimia berbahaya harus ditempatkan dalam wadah yang diberi label.
Sampah-sampah yang sangat berbahaya biasanya diubah terlebih dulu (dioksidasi,
direduksi, dinetralisasi, dan lain-lain) menjadi bahan yang tidak berbahaya
sebelum ditempatkan dalam wadah pembuangan.
e. Penanganan sampah organic dan residu yang tidak larut dalam air
f. Tempatkan residu dalam wadah pembuangan yang aman.
g. Tempatkan semua pelarut yang mudah menguap dalam satu wadah
penampung pelarut yang berisi/ menghasilkan uap air dan tidak terdapat bahaya
api. Pelarut-pelarut yang mudah menguap adalah yang menguap pada suhu
relative rendah. Uap yang dihasilkan dapat berupa racun, menimbulkan rasa
mual, menyebabkan iritasi,mudah terbakar dan dapat menyebabkan efek
samping yang tidak menyenangkan.
h. Sampah Natrium dan Kalium dihancurkan dengan cara memasukkannya
secara perlahan pada etanol absolute yang akan membentuk alkoksida yang larut
dalam air.
i. Hindari pembuangan sampah kimia yang sembarangan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya reaksi spontan, peledakan dan kebakaran.
j. Untuk pembuangan yang menggunakan wadah maka hatus diperhatikan
kemungkinan terjadinya reaksi bahan dengan wadahnya.
2. Pembakaran terbuka
Pelarut sisa yang mudah terbakar haruslah dikumpulkan dalam sebuah jerigen
besar yang tertutup rapat dan dikumpulkan adalah yang tidak beracun dan tidak
bisa didaur ulang. Hasil ini dibawa ke suatu tempat pembakaran khusus yang
disediakan. Sampah cairan yang mudah terbakar tidak boleh dibuang di
sink.Sampah tersebut harus dikemas dalam botol berlebel untuk dihancurkan
diluar laboratorium dengan cara membakar.
3. Pembakaran dalam tanur
Jika zat beracun atau berbahaya maka pembakaran dilakukan dalam tanur yang
panasnya hingga 1000 oC sehingga pembakaran berlangsung sempurna.
Jika cara yang dikemukan di atas tidak dapat dilakukan maka cara lainnya adalah
dengan penguburan. Dalam penguburan perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi
perembesan ke sumur dan tidak berbahaya pada penggalian di waktu yang akan
datang.
Bahan Kimia Yang Tertumpah
a. Tumpahan Bahan kering dan padat
Dapat disapu dan dimasukkan dalam wadah pembuangan yang sesuai.
b. Tumpahan Larutan Asam
Disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase.
Untuk menetralisir residu dapat digunakan abu soda atau natrium bikarbonat
padatan yang diikuti penyiraman dengan air ke drainase. Tumpahan asam sulfat
pekat untuk menghindari percikan dan panas disiram dengan air yang banyak
atau dinetralkan dengan kapur atau basa sebelum dibersihkan.
c. Tumpahan Larutan Alkali
Tumpahan disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase.
Dapat juga digunakan alat pengepel dan ember (untuk tempat perasan pel/tidak
diperas dengan tangan).
Hindari percikan dan tukar air pencuci pel beberapa kali. Larutan alkali
mengakibatkan lantai menjadi licin,sehingga pasi bersih bias ditaburkan di atasnya
kemudian disapu dan dikumpulkan pada wadah pembuangan yang sesuai.
Tumpahan alkali kuat harus diencerkan dengan air atau dinetralkan dengan asam
encr sebelum dibersihkan.
Perhatikan agar kain yang digunakan untuk melap tidak mengandung sisa lagi
sebelum membuangnya.
d. Tumpahan Bahan-Bahan Yang Berminyak
Tumpahan bahan berminyak harus dibersihkan dengan cara melapnya secara
langsung. Kain pel dicuci dengan pelarutnya dan dilap lagi dengan cara yang sama.
Cairan pencuci kain lap juga ditukar beberapa kali. Selanjutnya dibersihkan
dengan air dan detergen untuk menghilangkan minyak sisa.
Cara lain adalah dengan menaburi bahan berminyak dengan serbuk gergajian /
abu kayu, kemudian disapu dan dikumpulkan dalam wadah logam.
Hindarkan kertas, kain lap dan bahan lain yang terkontaminasi dari sumber api
untuk mencegah kebakaran
e. Tumpahan Pelarut Yang Mudah Menguap
Hal pertama dilakukan adalah menjauhkannya dari sumber api.Selanjutnya bila
tumpahannya tinggal sedikit dapat dilap dengan kain dan kain lap ditempatkan di
wadah pembuangan yang sesuai. Bila tumpahannya banyak maka dapat
dibersihkan dengan kain pel dan air.
f. Tumpahan Merkuri
Sifat bahaya dari tumpahan merkuri adalah uap merkuri yang sangat berbahaya
dan getaran dapat mempercepat penguapan merkuri.
Cara membersihkan tumpahan merkuri :
a. Ditarik dengan lempengan tembaga bentuk lingkaran yang diberi tangkai
(gagang)
b. Bila tumpahan masuk celah lantai retak sehingga tidak mungkin disedot maka
lantai ditutup dengan lilin lantai (floor wax) untuk mencegah atau mengurangi
penguapan merkuri.
c. Tepung sulfur dapat juga digunakan untuk mengikat merkuri.
d. Bila dilaboratorium mempunyai alat pembersih merkuri maka pekerjaan akan
lebih mudah. Alat pembersih merkuri tersedia secara komersial di pasar yang
dikenal dengan mercury clean-up kits.

Penanganan Sampah Biologi


Membakar sampah biologi (botani dan zoology) adalah jalan terbaik untuk
meyakinkan bahan-bahan busuk tersebut tidak menyebabkan resiko untuk
kesehatan. Perancangan alat dan tempat pembakarannya perlu diperhitungkan
agar tidak menimbulkan masalah pada lingkungan dan masyarakat. Sampah
berupa preparat biologi seperti staina, fixative dan clering agent yang
kemungkinan menyebabkan bahaya tidak dibuang ke sink.SAmpah tersebut harus
dikumpulkan dalam wadah gelas tertutup dan diberi label.
Penanganan Sampah Plastik, Kertas, dan Tajam
Secara prinsip penanganan sampah ini relative lebih mudah karena secara
langsung tidak berefek bagi kesehatan :
· Sampah plastic diusahakan jangan dibakar kecuali alat pembakar yang
dirancang khusus da juga tidak boleh dikubur karena tidak ada bakteri pembusuk
untuk plastic. Sampah ini dapat dikumpulkan pada wadah khusus dan dapat dijual
ke perusahaan yang mendaur ulang sampah.
· Sampah kertas dapat dibakar pada tempat pembakaran khusus dan dapat
juga didaur ulang.
· Sampah-sampah tajam seperti mata pisau, jarum suntik dan lain-lain harus
ditempatkan pada wadah khusus dan juga dapat didaur ulang.
Pengamanan Sarana Laboratorium
Sarana dan Prasarana harus ditangani dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Pelaksanaan aktivitas di laboratorium seharusnya dilengkapi
yakni dengan :
1. Listrik
· Hindari pemakaian kabel terlalu panjang dan berbelit-belit.
· Periksa voltase alat elektronik sebelum menggunakan dan samakan dengan
voltase di laboratorium
· Wajib mengetahui letak sekring pemutus arus
· Bila tidak digunakan sebaiknya arus pada alat dilepas
· Untuk memudahkan memutus arus kea lat sebaiknya menggunakan stop
kontak
· Instalasi listrik harus menggunakan grown sedangkan peralatan sebaiknya
menggunakan arde.
2. Air
Air juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas di laboratorium termasuk untuk
mencuci peralatan sebelum digunakan. Air perlu penangan yang baik agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki. Kontak air dengan alat elektronik dapat
merusak alat.
3. Gas
Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber
bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/penelitian. Bagi laboratorium
yang memiliki penyaluran pipa gas alam dari Perum Gas Negara, semua Bunsen
yang dipasang pada meja laboratorium dapat langsung dioperasikan. Sedangkan
bagi laboratorium yang menggunakan gas LPG, hendaknya tabung ditempatkan
pada suatu ruang khusus dengan kelengkapan selang anti bocor dan alat
pengaman lainnya.
4. Alat Penangas
Penangas juga merupakan prasarana yang banyak digunakan di laboratorium.
Beberapa bahan kimia dapat menggunakan dapat menggunakan penangas
langsung dengan api seperti spiritus.Untuk pengabuan digunakan furnace,
sedangkan untuk bahan-bahan organic penangas yang digunakan tergantung sifat
bahan tersebut sebagai berikut :
· S.d 100 oC : penangas air
· S.d 200 oC : penangas minyak / vaselin
· S.d 300 oC : penangas silicon
· > 300 oC : penangas timah

5. Pendingin
Pendingin berupa kulkas / freezer digunakan untuk penyimpanan bahan-bahan
yang mudah menguap atau untuk system pendinginan. Pendinginan yang
dibutuhkan tergantung suhu bahan / material yang akan didinginkan seperti
ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Suhu yang Pendingin


diperlukan
(oC)

15 s.d 20 Air kran

0 Es

-15 s.d -20 Es : garam (3:1)

-40 s.d -50 Es : CaCl2 (4 :5)


-72 s.d -77 CO2 dengan glikol, etanol, kloroform dan
etanol

s.d -196 Nitrogen cair

6. Ventilasi
Ventilasi wajib diperhatikan untuk kelancaran sirkulasi udara di
laboratorium.Untuk bahan kimia yang menghasilkan gas yang korosif atau
beracun penangannya dilakukan di lemari asam. Untuk laboratorium yang
bertingkat maka semua sistim pembuangan gas dari lemari asam semuanya harus
disalurkan ke tingkat paling atas.

C. Pelabelan Bahan Kimia


Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut
Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances),
yakni suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan
terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja.
Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances)
untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk
semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan,
perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.

• Simbol Bahan Kimia Berbahaya


1 . Oxidizing (Pengoksidasi)

Nama : Oxidizing
Lambang : O
Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran
dengan menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan
pereduksi.
Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.

Simbol bahan kimia berbahaya yang pertama adalah oxiding (oksidator).


Definisi bahan berbahaya oksidator adalah zat yang dapat menyebabkan,
atau berkontribusi pada, pembakaran bahan lain. Berdasarkan definisi ini,
beberapa material yang dikelompokkan sebagai oksidator oleh praktisi
dan akademisi kimia analitik tidak diklasifikasikan sebagai oksidator
dalam cakupan bahan berbahaya. Sebagai contoh kalium dikromat, yang
tidak lolos uji sebagai kelompok bahan berbahaya kelompok oksidator.

2. Toxic (Beracun)
Nama : Toxic
Lambang : T
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan
kematian bila tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak langsung dengan
kulit.
Contoh : Metanol, Benzena.

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap


organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh
organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap
substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati
(hepatotoksisitas).

Umumnya terdapat tiga jenis-jenis zat beracun, yaitu zat beracun kimia, zat
beracun biologi, dan zat beracun fisika.

a) Zat beracun kimiawi

Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri, asbestos,
asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti metil alkohol,
sebagian besar obat-obatan, dan racun dari makhluk hidup.
b) Zat beracun biologis

Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan
penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena
“batas dosis”-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu virus,
bakteri, atau cacing dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah.

Namun di dalam inang yang memiliki sistem kekebalan tetap, toksisitas yang
tertanam di dalam organisme diseimbangkan oleh kemampuan inang untuk
melawan balik; toksisitas yang efektif adalah gabungan dari kedua belah
hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat terjadi pada beberapa jenis
agen beracun lainnya.

c) Zat beracun fisik

Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu
mengganggu proses biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos
yang dapat mematikan jika dihirup.

3. Explosive (Mudah Meledak)

Nama : Explosive
Lambang : E
Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan
bunga api, gesekan atau benturan.
Tindakan : Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT).

Simbol bahan kimia selanjutnya adalah explosive (mudah meledak). Bahan


peledak adalah material yang tidak stabil secara kimia atau energikal, atau dapat
menghasilkan pengembangan mendadak dari bahan tersebut diikuti dengan
penghasilan panas dan perubahan besar pada tekanan (dan biasanya juga kilat
atau suara besar) yang biasa disebut ledakan.

Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan
dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko
ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for
Explosive Substances

4. Flammable (Mudah Terbakar)

Nama : Flammable
Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbakar dengan
api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api.
Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api.
Contoh : Minyak terpentin.

Adapun beberapa contoh benda/barang dengan simbol bahan kimia seperti ini
atau yang bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
• Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor.
Keamanan : hindari kontak bahan dengan udara.
• Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan propane.
Keamanan : hindari kontak bahan dengan udara dan sumber api.
• Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene.
Keamanan : jauhkan dari sumber api atau loncatan bunga api.
• Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah
terbakar bila kena air atau api.
5. Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)

Nama : Irritant
Lambang : Xi
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2

Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir,
mengganggu sistem pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.
Simbol terbagi menjadi 2 kode, yaitu kode Xn dan kode Xi.

Kode Xn menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan masuk melalui


pernafasan (inhalasi), melalui mulut (ingestion), dan melalui kontak kulit, contoh
bahan dengan kode Xn misalnya peridin.
Sedangkan kode Xi menunjukan adanya risiko inflamasi jika bahan kontak
langsung dengan kulit dan selaput lendir. Selalu hindari barang atau benda
dengan simbol bahan kimia seperti ini untuk mencegah terjadinya iritasi pada
diri anda.

6. Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya bagi


Lingkungan)

Nama : Dengerous For the Environment


Lambang : N
Arti : Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa komponen
lingkungan. Dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.
Tindakan : Hindari kontak atau bercampur dengan lingkungan yang dapat
membahayakan makhluk hidup.
Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan, Petroleum bensin.

Beberapa bahan kimia bisa mengakibatkan dampak buruk dan tidak baik bagi
lingkungan dan kelangsungan ekologi (pencemaran pada air, tanah, udara dan
juga mikroorganisme yang hidup di sekelilingnya).

Beberapa contoh bahan dengan simbol bahan kimia ini misalnya


tetraklorometan, tributil timah klorida, dan petroleum bensin. Frase-R untuk
bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

7. Corrosive (Korosif)
Nama : Corrosive
Lambang : C
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit
mengelupas.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda-benda
yang bersifat logam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)

Korosif adalah sifat suatu subtantsi yang dapat menyebabkan benda lain hancur
atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, kulit, sistem pernapasan, dan banyak lagi. Contoh bahan kimia yang
bersifat korosif antara lain asam sulfat,asam astetat,asam klorida dan lain-lain.

Bahan dan formulasi dengan notasi CORROSIVE adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa
(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif : R34
dan R35.

8. Poison Gas (Gas Beracun)


Nama : Poison Gas
Arti : Simbol yang digunakan pada transportasi dan penyimpanan material gas
yang beracun.
Tindakan : Jauhkan dari pernapasan kita.
Contoh : Chlorine, Methil bromide, Nitric oxide.

Digunakan untuk transportasi gas beracun, pada tabung gas, atau kadang-
kadang sebagai indikator pada kendaraan.

9. Dangerous when wet (Berbahaya saat basah)

Nama : Dengerous When Wet


Arti : Material yang bereaksi cukup keras dengan air.
Tindakan : Jauhkan dari air dan simpan di tempat yang kering/tidak lembab.
Contoh : Calcium carbide, Potassium phosphide, Maneb.

Secara umum barang dengan simbol bahan kimia sepeti ini akan bereaksi dan
sangat berbahaya jika tercampur dengan air atau saat basah.
10. Flammable Solid (padatan mudah terbakar)

Nama : Flammable Solid


Arti : Padatan yang mudah terbakar.
Tindakan : Hindari panas atau bahan mudah terbakar dan reduktor, serta hindari
kontak dengan air apabila bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta
api.
Contoh : Sulfur, Picric acid, Magnesium.

Padatan yang mudah terbakar didefinisikan sebagai padatan yang memenuhi


salah satu syaratyaitu merupakan bahan peledak basah, Merupakan zat yang
dapat bereaksi sendiri, karena tidak stabil terhadap panas dan terdekomposisi
menghasilkan panas (walaupun tanpa oksigen dari udara), Padatan yang mudah
sekali terbakar.

Bahan yang bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api (pyrophoric
material) adalah suatu cairan atau padatan (banyak atau sedikit jumlahnya) yang
dalam 5 (lima) menit berada di udara bebas tanpa disulut api dapat terbakar
(menimbulkan api) dengan sendirinya

D. Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya


• Syarat Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar :
1. Suhu Dingin
2. Jauhkan dari sumber api
3. Tersedia Alat Pemadam Kebakaran

• Syarat Penyimpanan Bahan Mudah Meledak :


1. Ruang Dingin dan Berventilasi
2. Jauhkan dari Sumber Panas
3. Hindarkan dari Gesekan dan Tumbukan Mekanis

• Bahan oksidator Syarat Penyimpanan :


1. Ruang Dingin dan Berventilasi
2. Jauhkan dari Udara Panas
3. Jauhkan dari Bahan mudah terbakar atau Konduktor

• Bahan Reaktif terhadap air :


1. Ruang Dingin dan Berventilasi
2. Jauhkan dari sumber panas
3. Bangunan Kedap Air
4. Tersedia Pemadam Kebakaran Tanpa Air (CO2, Halon, Dry Powder)

• Bahan Beracun :
1. Ruang Dingin dan Berventilasi
2. Disimpan Terpisah dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
3. Disediakan Alat Pelindung Diri, Pakaian Kerja, Masker dan Gloves

• Bahan Korosif :

1. Ruang dingin dan berventilasi


2. Disimpan terpisah dari bahan-bahan beracun
3. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, kaca mata dan gloves

• Gas Bertekanan :
1. Disimpan tegak dan terikat
2. Ruangan dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung
3. Jauh dari sumber panas
4. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran

• Bahan Reaktif terhadap Asam


1. Ruang Dingin dan Berventilasi
2. Jauhakan dari Sumber Panas
3. Tersedia Pemadam Kebakaran (CO2, Halon, Dry Powder)

BAB 3 “PENUTUP”

Kesimpulan :

Laboratorium harus merupakan suatu tempat yang aman bagi para


penggunanya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat
bahanbahan yang ada di laboratorium maka seorang laboran dapat
mengetahui bagaimana cara menangani bahan –bahan tersebut, termasuk
bagaimana cara menyimpan bahan bahan laboratorium dengan baik dan aman.
Bukan hanya faktor dari sifat bahan yang menyebabkan keadaan tidak aman,
faktor lain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem pengaman gas
tidak bekerja dengan baik keadaan akan menjadi lebih tidak aman. Hal umum
yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan-
bahan di Laboratorium diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas
penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi
resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan zat dan bahan merupakan
strategi rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat
yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium

Anda mungkin juga menyukai