Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MENILAI BAHAYA dan RESIKO LABORATORIUM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : Ristaulina simaremare
DOSEN : dr. Emy Memori Pakpahan, Sp.PK
MATKUL : Manajemen Laboratorium

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
T.A 2021/2022

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah Manajemen Laboratorium yang berjudul Menilai Bahaya dan Resiko
Laboratorium.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Lubuk Pakam, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Penghantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis bahaya dalam laboratorium............................................................................3

2.2 Simbol-simbol bahan kimia berbahaya............................................................................17

2.3 Resiko di Laboratorium...................................................................................................18

2.4 Pertolongan pertama pada kecelakan di laboratorium.....................................................18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................19

Daftar Pustaka........................................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Banyak berbagai fasilitas yang dapat dijadikan sebagai pusat sumber belajar  salah satunya
adalah laboratorium. Laboratorium sangat diperlukan sebagai sarana ataupun prasana oleh pihak
kampus sebagai tempat pembelajaran untuk mahasiswa melakukan eksperimen, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuannya.. Laboratorium harus dilestarikan dan dikelola oleh pihak kampus
karena sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ataupun proses belajar.

selain didukung oleh fasilitas keamanan  laboratorium, setiap pekerja di laboratorium sebaiknya
menyadari bahwa bekerja di laboratorium mengandung resiko yang membahayakan keselamatan
kerja. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan
keselamatan kerja maka para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di
laboratorium, simbol-simbol bahan kimia berbahaya, dan kegiatan laboratorium yang dapat
menimbulkan kecelakaan

1.2 Rumusan masalah


a. Apa saja bahaya dalam laboratorium?
b. Apa saja simbol bahan kimia yang berbahaya?
c. Bagaimana resiko di laboratorium?
d. Bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui jenis-jenis bahaya dalam laboratorium
b. Untuk mengetahui simbol bahan kimia yang berbahaya
c. Untuk mengetahui resiko di laboratorium
d. Untuk mengetahui pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium
1.4

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis bahaya dalam laboratorim

a. Bahan Kimia.
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan
gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun
laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun
cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam
penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan
pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja,
dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan
pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun),
serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan cairan. Bahan
kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang
eksplosif (oksidator,  logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara
termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar).
Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat,
asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-
paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel
kanker), dan teratogenik.
Keracunan  akibat  penyerapan  zat  kimia  beracun  (toxic)  baik  melalui  oral  maupun  kulit. Kera
cunan  dapat  bersifat  akut  atau  kronis.  Akut  artinya  dapat  memberikan  akibat  yang
dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Contohnya menghirup
udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan sakit
hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam darah.
Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata akibat
kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll.
Luka  kulit  dapat  terjadi  sebagai  akibat  bekerja  dengan  alat  gelas.  Kecelakaan  ini  sering terja
di pada tangan atau mata karena pecahan kaca.
 Luka  bakar  atau  kebakaran  disebabkan  kurang  hati-hati  dalam  menangani  pelarut-
pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter dan etanol. Hal yang sama dapat
diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif peroksida dan perklorat.

5
b. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara
lain:
1. Pemakaian safety switches  yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi
limit/batas yang ditetapkan oleh alat.

2. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.

3. peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan
kerja.

4. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan


peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang
langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.

5. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak membahayakan
penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah
direparasi.

6. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai
pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen
listrik.

7. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada
lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.

8. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator
listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator
yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC.
Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga
penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada
suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.

c. Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal
yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia melalui
pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah,
frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus diperhatikan
dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.

6
d. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya robot pengangkat benda berat, namun demikian
kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku,
penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual, sehingga kesalahan
prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet,
sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup
pekerjaan ini.

e. Api.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai
variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah
terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan
mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil
eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab
dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia,
termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak
senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa
lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga
merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA
(National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:
1.   Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang terbakar
2.   Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala
seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium.
3.   Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4.    Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium,
titanium, kalium, dan natrium.
Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus
disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat
digunakan adalah:
1.   Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api kelas
B, C, dan D.
7
2.   Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C
3.   Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A, B,  dan C
dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran.

Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah:


a. Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium
karbonat
b.  Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat
c.   Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman
kebakaran dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat
berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang berasal dari listrik.
d.  Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal protective
equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker,
sepatu pengaman, dan pelindung mata.

f. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua
industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik,
instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang
diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang
dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan
yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja
dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk
menjamin keselamatan kerja.
Laboratorium menghadapi beragam resiko, dari dalam laboratorium maupun dari luar
laboratorium. Beberapa resiko mungkin hanya mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tapi
beberapa resiko bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga dimana laboratorium itu berada,
atau bahkan mempengaruhi masyarakat secara umum.

g. Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif


Ada banyak jenis kejadian skala besar dan situasi sensitif  yang bisa mempengaruhi
perusahaan atau lembaga sampai ketingkat operasional perusahaan,misalnya :
1.  Kebakaran
2.  Banjir
3.   Gempa Bumi
4.  Pemadaman Listrik
8
5. Tumpahan atau lepasnya bahan berbahaya
6.  Peneliti atau penelitian berbau politis atau kontroversi
7. Hilangnya bahan atau peralatan laboratorium
8.  Hilangnya data atau sistem komputer

h. Pelanggaran Keamanan
Pelanggaran keamanan secara sengaja atau tidak, bisa dilakukan oleh petugas, pegawai atau
orang luar. Beberapa pelanggaran keamanan, meliputi ;
Pencurian atau penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi
1. Pencurian atau penyalah gunaan bahan kimia untuk kegiatan ilegal
2. Pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau tidak
3. Eksperimentasi laboratorium secara tidak sah

j. Limbah Berbahaya
Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut ini :
1. Bisa menyulut api
2. Korosif
3. Reaktif
4. Beracun

k. Bahaya Fisik
Beberapa kegiatan di laboratorium menimbulkan resiko fisik bagi petugas karena zat atau
peralatan yang digunakan, seperti misalnya :
1.  Gas yang dimampatkan
2.  Kriogen tidak mudah menyala
3.  Reaksi tekanan tinggi
4. Kerja vakum
5. Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro
6. Bahaya listik
Petugas di laboratorium juga menghadapi bahaya di tempat kerja umum akibat kondisi atau
aktifitas di laboratorium, seperti :
1. Luka terpotong
2. Tergelincir
3. Tersandung
4. Terjatuh

9
2.2 Simbol-simbol bahan kimia berbahaya

1. Nama : Irritant

Lambang : Xi
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat menyebabkan luka bakar
pada kulit.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2
2. Nama : Harmful

Lambang : Xn
Arti : Bahan yang dapat merusak kesehatan tubuh bila kontak langsung dengan tubuh atau
melalui inhalasi.
Tindakan : Jangan  dihirup, jangan ditelan dan hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh :Etilenglikol, Diklorometan.
3. .Nama : Toxic

Lambang : T
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan kematian bila
tertelan atau terhirup.

10
Tindakan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Metanol, Benzena.
4. Nama : Very Toxic

Lambang : T+
Arti : Bahan yang bersifat sangat beracun dan lebih sangat berbahaya bagi kesehatan yang juga
dapat menyebabkan sakit kronis bahkan kematian.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan tubuh dan sistem pernapasan.
Contoh : Kalium sianida, Hydrogensulda, Nitrobenzene dan Atripin.
5. Nama : Corrosive

Lambang : C
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada
kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda-benda yang bersifat
logam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)
6.  Nama : Flammable

Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbakar dengan api bunsen,
permukaan metal panas atau loncatan Bungan api.

11
Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api.
Contoh : Minyak.
7. Nama : Highly Flammable

Lambang : F
Arti : Mudah terbakar di bawah kondisi atmosferik biasa atau mempunyai titik nyala rendah
(dibawah 21°C) dan mudah terbakar di bawah pengaruh kelembapan.
Tindakan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api, serta hindaripengaruh pada
kelembaban tertentu.
Contoh : Aseton dan Logam natrium.
8. Nama : Extremely Flammable

Lambang : F+
Arti : Bahan yang amat sangat mudah terbakar. Berupa gas dan udara yang membentuk suatu
campuran yang bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Tindakan : Jauhkan dari campuran udara dan sumber api.
Contoh : Dietileter (cairan) dan Propane (gas).
9. Nama : Explosive

12
Lambang : E
Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan
atau benturan.
Tindakan : Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik.
Contoh : KClO3, NH4NO3, TrinitroToluena (TNT).
10. Nama : Oxidizing

Lambang : O
Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan
panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi.
Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.
11. Nama : Dangerous For the Environment

Lambang : N
Arti : Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa komponen lingkungan. Dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem.
Tindakan :Hindari kontak atau bercampur dengan lingkungan yang dapat membahayakan
makhluk hidup.
Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan, Petroleum bensin.
13
12. Nama : Flammable Solid

Arti : Padatan yang mudah terbakar.


Tindakan : Hindari panas atau bahan mudah terbakar dan reduktor, serta hindari kontak
dengan air apabila bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api.
Contoh : Sulfur, Picric acid, Magnesium.
13. Nama : Flammable Liquid

Arti : Cairan yang mudah terbakar.


Tindakan : Hindari kontak dengan benda yang berpotensi mengeluarkan panas atau api.
Contoh : Petrol, Acetone, Benzene.
14. Nama : Flammable Gas

Arti : Simbol pengaman yang digunakan pada tempat penyimpanan material gas yang mudah
terbakar.
Tindakan : Jauhkan dari panas atau percikan api.
Contoh : Acetelyne, LPG, Hydrogen.

14
15. Nama : Spontaneously Combustible Substances

Arti : Material yang dapat secara spontan mudah terbakar.


Tindakan : Simpan di tempat yang jauh dari
sumber panas atau sumber api.
Contoh : Carbon, Charcoal-non-activated, Carbon black.
16. Nama : Dangerous When Wet
Arti : Material yang bereaksi cukup keras dengan air.
Tindakan : Jauhkan dari air dan simpan di tempat
yang kering/tidak lembab.
Contoh : Calcium carbide, Potassium phosphide,
Maneb.
17.  Nama : Oxidizer
Arti : Material yang mudah menimbulkan api
ketika kontak dengan material lain yang mudah
terbakar dan dapat menimbulkan ledakan.
Contoh : Calcium hypochlorite, Sodium peroxide,
Ammonium dichromate.

18. Nama : Organic Peroxide


Arti : Merupakan simbol keamanan bahan kimia
yang digunakan dalam transportasi dan
penyimpanan peroksida organik.

15
Contoh : Benzol peroxide, Methyl ethyl ketone
peroxide, Dicetyl perdicarbonate.
19. Nama : Non Flammable Gas
Arti : Simbol pengaman yang digunakan pada
transportasi dan penyimpanan material gas yang
tidak mudah terbakar.
Contoh : Oksigen, Nitrogen, Helium.
20. Nama : Poison
Arti : Simbol yang digunakan
pada transportasi dan penyimpanan bahanbahan
yang beracun (belum tentu gas).
Contoh : Cyanohydrin, Calcium cyanide, Carbon tetrachloride.
21. Nama : Poison Gas
Arti : Simbol yang digunakan pada transportasi
dan penyimpanan material gas yang beracun.
Tindakan : Jauhkan dari pernapasan kita.
Contoh : Chlorine, Methil bromide, Nitric oxide.
22. Nama : Harmful
Arti : Bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh.
Tindakan : Jauhkan dari makanan atau minuman.
Contoh : Acrylamide, Amonium uorosilicate,
Chloroanisidines.

23. Nama : Inhalation Hazard


Arti : Bahan-bahan yang dapat merusak sistem
inhalasi atau pernapasan.
Tindakan : Jangan dihirup.

16
24. Nama : Infectious Substance
Arti : Bahan yang mengandung organisme
penyebab penyakit.
Contoh : Tisue dari pasien, tempat pengembangbiakan
virus, bakteri, tumbuhan atau hewan.
25.  Nama : Radioactive
Arti : Bahan yang mengandung material atau
kombinasi dari material lain yang dapat
memancarkan radiasi secara spontan.
26. Contoh : Uranium, 90Co, Tritium.
 Nama : Marine Pollutant
Arti : Polutan laut.
Tindakan : Tidak membuang limbah ke saluran air
atau sungai yang mengalir ke laut

2.3 Resiko di laboratorium

Risiko adalah gabungan dari kemungkinan terjadinya bahaya atau paparan dan keparahan luka
atau gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan.

 Inspeksi Tingkat Masalah sesuai dengan Penilaian Faktor Resiko (John Ridley, 2006) :
A. Kondisi tempat kerja
1. Temperature
2. Penerangan
3. Kebersihan
4. Asap & debu
5. Penataan yang aman

B. Fasilitas kenyamanan
1.P3K
2.Toilet
3.Kantin

17
C. Tindakan pencegahan kebakaran
1. Alat pemadamapi
2. Rute-rute evakuasi
3. Alarm api
4. Area lokasi untuk merokok

D. Alat-alat permesinan / alat-alat listrik


1. Arus pemutus listrik
2. Alat pengaman mesin
3. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)

E. Akses jalan dan pintu emergency


1. Permukaan lantai tidak licin
2. Penerangan yang cukup
3. Pintu mudah dibuka
4. Tangga darurat

F. Pengelolaan Limbah Laboratorium


Asal limbah dari :
1. Bahan baku kadaluwarsa
2. Bahan habis pakai
3. Produk proses di laboratorium
Klasifikasi limbah berdasarkan sifat bahayanya :
1. Korosif
2. Reaktif
3. Mudah terbakar
4. Beracun

 Pengendalian Resiko
 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian tujuan yang sudah
ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain (G.Terry). Untuk mencapai
tujuan tersebut, dia membagi kegiatan atau fungsi manajemen menjadi :

18
a. Planning /(perencanaan)
b. Organizing/ (organisasi)
c. Actuating /(pelaksanaan)
d. Controlling /(pengawasan)

a. Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
1. apa yang dikerjakan
2. bagaimana mengerjakannya
3.  mengapa mengerjakan
4. siapa yang mengerjakan
5. kapan harus dikerjakan
6. di mana kegiatan itu harus dikerjakan

Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup
kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang dipakai makin
banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium
makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani
secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium.

b. Organizing/ (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam beberapa
jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional.
Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat
diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat
pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk
Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1. menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2. memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja laboratorium
3. memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4. memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin laboratorium
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu laboratorium

19
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007
5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun organisasi
seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan laboratorium dapat
diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional).
Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminat tersebut dapat juga membentuk badan
independen yang berfungsi sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Laboratorium.

c. Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja bawahan,
mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan menjadi
aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan
dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai
spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul
permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil
keputusan penyelesaiannya.

d. Controlling/ (Pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan
pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
1. adanya rencana
2. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin,
mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan
sia-sia bila peraturan diabaikan.

2.4 Pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium

20
Pertolongan pertama (First Aid) di tempat kerja merupakan usaha pertolongan segera kepada
penderita sakit atau cedera di tempat kerja dengan penanganan medis dasar. Medis dasar adalah
tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam
yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku
Pertolongan Pertama (First Aider). 
First Aider tidak dapat menggantikan tenaga medis, tetapi hanya memberikan pertolongan awal
terhadap korban yang sakit atau cedera.
Tujuan pertolongan pertama di tempat kerja adalah :
 Menyelamatkan jiwa di tempat kerja.
 Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
 Mencegah terjadinya hal yang lebih buruk pada korban.
 Menenangkan penderita atau korban yang terluka di tempat kerja.
Peranan First Aider sangat penting dalam keadaan darurat, mereka bertanggungjawab terhadap
beberapa hal, yaitu:
 Melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan, bahwa tindakannya tidak membahayakan
dirinya maupun orang lain.
 Melakukan penilaian dengan baik sehingga penatalaksanaan penderita dapat dilakukan
sebaik-baiknya dan memastikan bahwa tidak ada yang terlewat, dengan cara melihat
bagaimana kondisinya, kemungkinan apa saja yang akan terjadi, dan bagaimana cara
mengatasinya.
 Memberikan pertolongan segera, tepat, memadai, dengan mengingat bahwa korban bisa
saja mengalami lebih dari satu cedera, dan bahwa korban yang satu lebih perlu diperhatikan
dari pada yang lainnya.
 Jangan menunda-nunda pengiriman korban ke tenaga medis atau rumah sakit sesuai
dengan tingkat keseriusan sakit atau cedera korban setelah diberikan pertolongan pertama
seperlunya.
Usaha yang dapat dilakukan oleh First Aider harus menekankan pada upaya:
 Memelihara jalur udara bebas untuk masuk sistem pernafasan (Airway)
 Memulihkan kembali fungsi sistem pernafasan (Breathing)
 Memulihkan kembali sistem sirkulasi darah yang cukup (Circulation)

Secara umum tahap yang harus dikerjakan dalam memberikan pertolongan pertama pada saat
datang di lokasi kejadian adalah :
 Memastikan keselamatan penolong.
 Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan, yaitu nama penolong, nama
organisasi/pekerjaan, permintaan izin untuk menolong kepada penderita atau orang sekitar.
 Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.

21
 Mengenali dan mengatasi cedera yang mengancam nyawa.
 Menstabilkan penderita dan meneruskan pemantauan.
 Meminta bantuan bila dianggap perlu.
 Menghentikan pendarahan dengan cara menekan langsung di atas luka.
 Jangan memberi apapun kepada korban lewat mulut bila korban tidak sadar atau setengah
sadar
 Menenangkan kondisi korban dengan cara yang tepat dan penolong harus dalam keadaan
tenang pula.
 Mengupayakan bantuan medis dengan cepat.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bekerja di laboratorium mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan yang sering
terjadi di laboratorium berupa kebakaran,kesakitan,kematian dan kerugian akibat kecelakaan
ataupun kerusakan peralatan laboratorium. Untuk menghindari dan meminimalkan
kemungkianan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja, pengenalan potensi bahaya di tempat
kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit
akibat kerja yang mungkin terjadi.

2. Resiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang menimbulkan kerugian yanag besar atau
tingginya resiko tersebut ditentukan oleh gabungan antara tingkat kemungkinan dan tingkat
kerusakan akibat kejadian yang tidak diharapkan tersebut. Makin tinggi pula resiko yang akan
dihadapi

3.2 Saran
Selain didukung oleh fasilitas keamanan laboratorium, setiap pekerja di laboratorium sebaiknya
menyadari bahwa bekerja di laboratorium mengandung resiko yang membahayakan keselamatan
kerja. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan
keselamatan kerja maka para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di
laboratorium, simbol-simbol bahan kimia berbahaya dan kegiatan laboratorium yang dapat
menimbulkan kecelakaan

23
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, liana putri. 2014. Bahaya dan penilaian Resiko. Diakses pada 30 September 2015.
http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/bahaya-dan-penilaian-resiko.html
Atmawidjaja, Sudana. 1999. Keselamatan Kerja dan Penanggulangan Bahaya di Laboratorium.
Bandung. LP3 ITB
Fitriyana, 2011. Desain dan Fasilitas Laboratorium Fisika. Diakses tanggal
16 September 2015 (http://physicslaboratory.blogspot.com/2012/03/desain-laboratorium-
fisika.html.
John Ridley. 2008. Health and Safety   in Brief.  England : Elsevier Ltd
Kadarohman, Asef. 2007. Management Laboratorium IPA. Makalah. Departemen Agama
Indonesia.
Kemendikbud. 2011. Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Fisika.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Kamri, Nur. 2003. Identifikasi Resiko ditempat kerja. Diakses tanggal
16 September 2015http://nrkamri.blogspot.co.id/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-
tempat.html
Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang
Rizwan Hamdi. 2008. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan. Diakses tanggal
16 September 2015 dari http://www.rizwanhamdi.com/?p=128

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Anda mungkin juga menyukai