Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKTOR BAHAYA KIMIA TERHADAP LINGKUNGAN KERJA

KELOMPOK 3 :
1. 2. Afaf Aufa Rofifah
(P21335120001)
3. 4. Difa diyaulhaq
(P21335120011)
5. 6. Lina Shabrina
(P21335120021)
7. 8. Niarti Bunga Ramadhani
(P21335120027)
9. 10. Rahmat Hamdhani
(P21335120031)
11. 12. Saida Fatimah Azzahra
(P21335120035)
13. 14. Vinka Aulia Bernika
(P21335120038)
Jurusan D-IV Sanitasi Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
Jakarta, Agustus 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Faktor Bahaya Kimia Terhadap Lingkungan Kerja”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada Dosen Keselamat dan Kesehatan Kerja (K3) “ Bapak Kuat Prabowo,
M.Kes. yang telah membimbing kami. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah
dengan judul “Faktor Bahaya Kimia Terhadap Lingkungan Kerja”ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 8 September 2021


DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………...…………I

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….………….II

DAFTAR ISI……………………………...…………………………………………………….III

BAB I PENDAHULUAN……………………………..………………………………………….4

1.1 Latar Belakang……………………………..…………………………………………….4


2.1 Rumusan Masalah………………………….……………………………………………4
3.1 Tujuan…………………………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAAN…………………………..…………………………………………...5

2.1 Pengertian Hazard dan potensi bahaya kimia…………………………………………5

2.2 potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia………………………...…6

2.3 Simbol/logo berbahaya dari bahan kimia yang ada di tempat kerja………….……...9

2.4 Pengukuran dan pengendalian bahaya kimia………………………………..……….12

2.5 Nilai Ambang Batas (NAB)/PEL/TLV bahaya kimia…………….………………….15

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….….16

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….….16

3.2 Saran……………………………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….......17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
bahan kimia yang juga dikenal sebagai zat murni adalah suatu bentuk materi
yang memiliki komposisi kimia dan sifat karakteristik konstan. Ia tidak dapat dipisahkan
menjadi komponen dengan metode pemisahan fisika, yaitu tanpa memutus ikatan kimia.
Zat kimia bisa berupa unsur kimia, senyawa kimia, ion atau paduan.
Dilingkungan kerja banyak banyak bahaya yang mungkin bisa dating secara tiba
tiba kepada para pekerja. Jenis baha tersebut sangat beragam mulai dari bahaya biologi,
bahaya kimia , bahaya ergonomic dan jenis bahaya lainya. Untuk itu suatu perusahaan
harus melakukan penindakan atau pencegahan agar bahaya tersebut tidak mengahampiri
perusahaan tersebut.
Jenis bahaya yang tergolong dalam kelompok bahaya kimiawi adalah segala
situasi atau aktivitas yang berasal dari bahan-bahan yang dihasilkan selama proses
produksi. Bahan tersebut terhambur ke lingkungan sekitar akibat cara kerja yang salah,
adanya kerusakan maupun kebocoran instalasi maupun peralatan yang dipakai dalam
proses kerja. Dampak lingkungan yang tercemar itu pun dapat menimbulkan gangguan
lokal maupun sistematik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskanlah pengertian Hazard dan potensi bahaya kimia?
2. Apa saja potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia?
3. Apa saja Simbol/logo berbahaya dari bahan kimia yang ada di tempat kerja?
4. Bagaimana cara Pengukuran dan pengendalian bahaya kimia?
5. Berapa Nilai Ambang Batas (NAB)/PEL/TLV bahaya kimia?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang kami temukan, serta dengan latar belakang yang kami
anngkat, kami memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui mengenai Pengertian Hazard dan potensi bahaya kimia
2. Mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia
3. Mengatahui dan memahami Simbol/logo berbahaya dari bahan kimia yang ada di
tempat kerja
4. Mampu melakukan Pengukuran dan pengendalian bahaya kimia
5. Mendapatkan hasil dari Nilai Ambang Batas (NAB)/PEL/TLV bahaya kimia
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Hazard dan Potensi bahaya Kimia

2.2 Potensi Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Bahan Kimia

Jenis bahaya yang tergolong dalam kelompok bahaya kimiawi adalah segala
situasi atau aktivitas yang berasal dari bahan-bahan yang dihasilkan selama proses
produksi. Bahan tersebut terhambur ke lingkungan sekitar akibat cara kerja yang salah,
adanya kerusakan maupun kebocoran instalasi maupun peralatan yang dipakai dalam
proses kerja. Dampak lingkungan yang tercemar itu pun dapat menimbulkan gangguan
lokal maupun sistematik. Terdapat beberapa contoh dampak akibat bahaya kimiawi
antara lain:

1. keracunan bahan kimia yang bersifat beracun alias toxic;


2. kebakaran hingga ledakan;
3. polusi dan pencemaran lingkungan; dan
4. iritasi seperti oleh cuka air aki, asam keras, dan sebagainya.

Potensial bahaya pada industry sangatlah banyak. Potensi bahaya paling tinggi di
industri kimia harus dimasukkan ke dalam prioritas yang lebih tinggi untuk dikendalikan.

1. Hazardous chemicals exposures (Eksposur bahan kimia berbahaya). Potensial


bahaya dapat muncul melalui tumpahan bahan kimia, percikan , inhalasi, dll.
2. Poisoning by toxic materials (Keracunan oleh bahan yg beracun). Banyak
kecelakaan pabrik kimia terjadi di masa lalu yang disebabkan oleh kebocoran gas
beracun .
3. Fire and explosions due to flammable gases (Kebakaran dan ledakan akibat gas yang
mudah terbakar). Tragedi pabrik yang pernah terjadi yaitu ‘ ledakan pembangkit
listrik Middletown ‘ di AS, karena penanganan yang tidak tepat dari pembersihan
gas alam.
4. Fire and explosions due to flammable liquid and solid (Kebakaran dan ledakan
karena cairan mudah terbakar dan padat). Kita pisahkan cairan / padat yang mudah
terbakar dengan gas yang mudah terbakar karena tingkat potensial bahaya yang
berbeda. Namun pemisahan ini tidak berarti bahwa kita dapat mengabaikan bahaya
padat mudah terbakar.ledakan debu mudahterbakar bisa menceritakan bahaya padat
mudah terbakar.
5. Explosion caused by pressurized gases and liquids (Ledakan yang disebabkan oleh
gas dan cairan bertekanan). Ingat ketika berita tentang kegagalan uji tekanan
hidrostatik di Cina.
6. Fire and explosions due to uncontrolled reactions (Kebakaran dan ledakan akibat
reaksi yang tidak terkendali). Justru, merupakan reaksi berantai.
7. Thermal hazards (BahayaThermal). Banyak proses dan peralatan di pabrik kimia
beroperasi pada suhu tinggi dan langsung mengekspos lingkungan yang panas,
permukaan yang panas dan radiasi suhu yang tinggi. Potential Hazards in Chemical
Industries
8. Bahaya suhu dingin yg ekstrem tidak dapat diabaikan karena mampu menghadirkan
bahaya nyata untuk pekerja.
9. Cutting hazard (Bahaya terpotong) Hal ini disebabkan oleh benda tajam dan
peralatan berputar dan mesin.
10. Bahaya Tergelincir, tersandung dan jatuh yang disebabkan oleh kondisi yang tidak
aman seperti permukaan licin.
11. Electrical hazard (Bahaya listrik). Listrik statis harus diperhitungkan juga.
12. Mechanical failure hazard (Bahaya kegagalan mekanik). Peralatan yang sudah tua
dengan penahan yg korosi akan runtuh kapan saja, karena penahan-nya telah
kehilangan kekuatan yang diperlukan.
13. Oxygen deficiency (Kekurangan oksigen). Bekerja dalam ruang terbatas
menghadapkan pekerja pada bahaya, termasuk suasana beracun.

Upaya dalam melakulan pengidentifikasi bahaya haruslah dilakukan dengan baik.


Ada banyak alasan mengapa identifikasi bahaya harus diperbarui. Idealnya, identifikasi
bahaya ataupengendalian bahayadilakukan sebelum kejadian yang tidak diinginkan
seperti cedera dan penyakit (gangguan kesehatan) terjadi, karena masih ada waktu untuk
meningkatkan pengendalian bahaya. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu
memperbaharui daftar identifikasi bahaya :

1. Menentukan periode pembaharuan prosedur identifikasi bahaya. Ini adalah update


reguler. Ini adalah waktu untuk mengevaluasiapakah kita telah melewatkan bahaya
untuk di-identifikasi selama periode identifikasi bahaya sebelumnya.
2. Pekerjaan, tugas, atau kegiatan yang baru diperkenalkan.
3. Kondisi proses yang ada akan di-rubah.
4. Prosedur standar operasi yang ada diperlukan-nya perubahan.
5. Bila kita berencana untuk mengubah fasilitas pabrik atau tata letak pabrik. Sebuah
peralatan atau mesin baru yang akan dipasang di lokasi pabrik.
6. Ketika peralatan keselamatan baru diperkenalkan. Penggantian Kimia, katalis atau
bahan bakar.
7. Ketika sebuah produk baru akan diproduksi.
8. Proyek perluasan pabrik dijadwalkan.
9. Setelah terjadinya insiden atau kecelakaan.
10. Ketika pabrik tetangga akan dibangun di dekat pabrik kimia kita. Hal ini terutama
terkait dengan kondisi darurat, kecelakaan kebakaran atau ledakan.
11. Hasil dari audit keselamatan, inspeksi keselamatan, patroli keamanan atau sistem
selft-inspection.

2.3 Simbol/logo berbahaya dari bahan kimia yang ada di tempat kerja

Bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium memiliki sifat yang beraneka ragam.
Di antara sifat-sifatnya tersebut, ada beberapa di antaranya yang ternyata dapat
membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan para pekerja dan lingkungannya
(K3LH). Untuk membedakan antara bahan kimia berbahaya dengan bahan kimia yang
tidak berbahaya diperlukan suatu simbol khusus yang bersifat universal. Inilah yang
mendasari dibuatnya suatu peraturan tentang simbol bahan kimia berbahaya. Melalui
peraturan tersebut, dibuatlah suatu simbol-simbol yang menandakan sifat berbahaya dari
suatu bahan kimia.
Berikut ini beberapa simbol bahan kimia berbahaya dengan gambar dan
keterangannya :

Simbol Jenis Keterangan Pencegahan


Bahaya Bahaya
Irritant Bahan yang dapat menyebabkan Hindari kontak langsung
iritasi, gatal-gatal dan dapat dengan kulit. Contoh :
menyebabkan luka bakar pada Natrium Hidroksida
kulit. (NaOH), Heksanol
(C6H5OH), Klorin (Cl2)
Toxic Bahan yang bersifat beracun, Jangan dihirup, dan
dapat menyebabkan sakit serius jangan ditelan. Hindari
bahkan kematian bila tertelan atau kontak langsung dengan
terhirup. kulit. Contoh :
Metanol(CH3OH),
Benzena (C6H6)
Very Toxic Bahan yang bersifat sangat Hindari kontak langsung
beracun dan lebih sangat dengan tubuh dan sistem
berbahaya bagi kesehatan yang pernapasan. Contoh :
juga dape menyebabkan sakit Kalium sianida,
kronis bahkan kematian. Hydrogen sulfida,
Nitrobenzene dan
Atripin.
Corrosive Bahan yang bersifat korosif, dapat Hindari kontak langsung
merusak jaringan hidup, dapat dengan kulit dan hindari
menyebabkan iritasi pada kulit, dari benda-benda yang
gatal-gatal dan dapat membuat bersifat logam. Contoh :
kulit mengelupas. Asam Klorida (HCl),
Asam Slfat (H2SO4),
Natrium Hidroksida
(NaOH (>2%))
Flammable Bahan kimia yang mempunyai Jauhkan dari benda-
titik nyala rendah, mudah terbakar benda yang akan
dengan api Bunsen, permukaan berpotensi mengeluarkan
metal panas atau loncatan bunga sebuah api. Contoh :
api. Minyak terpentin
Highly Mudah terbakar di bawah kondisi Hindari dari sumber api,
Flammable atmosferik biasa atau mempunyai api terbuka dan loncatan
titik nyala rendah (di bawah 21̊ C) api, serta hindari
dan mudah terbakar di bawah pengaruh pada
pengaruh kelembapan. kelembapan tertentu.
Contoh :
Aseton dan Logam
natrium.
Extremely Bahan yang amat sangat mudah Jauhkan dari campuran
Flammable terbakar. Berupa gas dan udara udara dan sumber api.
yang membentuk suatu Contoh :
campuran yang bersifat mudah Dietil eter (cairan),
meledak di bawah kondisi normal. Propane (gas)
Explosive Bahan kimia yang mudah Hindari pukulan atau
meledak dengan adanya panas benturan, gesekan,
atau percikan bunga api, gesekan pemanasan, api dan
atau benturan. sumber nyala bahkan
tanpa oksigen atmosferik.
Contoh :
KClO3, NH4NO3
Oxidizing Bahan kimia bersifat Hindarkan dari panas
pengoksidasi, dapat menyebabkan reduktor. Contoh :
kebakaran dengan menghasilkan Hidrogen peroksida,
panas saat kontal dengan bahan Kalium perklorat.
organik dan bahan pereduksi.
Dangerous Bahan kimia yang berbahaya bagi Hindari kontak atau
For the satu atau beberapa komponen bercampur dengan
Environmen lingkungan. Dapat menyebabkan lingkungan yang dapat
t kerusakan ekosistem. membahayakan makhluk
hidup. Contoh :
Tetraklorometan,
Petroleum bensin

2.4 Pengukuran dan pengendalian bahaya kimia

1. pengukuran Bahan Kimia

Pengukuran bahan kimia merupakan suatu upaya yang sangat penting dilakukan
disuatu lapangan kerja. Upaya tersebut bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan kerja
yang di akibatkan oleh bahan kimia.

Didalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia no 13


tahun 2013, telah membahas mengenai nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia
di tempat kerja. Berikut adalah nilai ambang batas iklim kerja indeks suhu basah dan bola

ISBB
Pengaturan waktu kerja setiap jam (˚C )
Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50 % - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5

 Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:

ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.

 Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

Catatan :

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam.

2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350
Kilo kalori/jam.

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
Kilo kalori/jam

2. pengendalian bahan kimia

Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat
dilakukan, yaitu : inherent, active, passive dan procedural

A. Inherently Safer Alternative (ISA).

ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau
proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya lebih rendah.
Saat yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau
proses (development stage). Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:

a. Miminize, menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama
penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia
maka risiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan
jumlah yang lebih besar.
b. Subtitute, mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang
kurang berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti denga
air.
c. Moderate, jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan
proses atau penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran,
penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan
sebagainya. Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika
dibandingkan dengan kondisi normal.
d. Dilution, melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat
proses produksi maupun penyimpanan.

B. Passive Control

Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses
dan peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau
konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat
penampungan (contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap
tekanan tinggi.

C. Active Control

Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety


interlock, emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.

D. Procedural Control

control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian dengan


cara membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari bahaya kimia.
Misalnya work instruction, safe operating limit, work permit dan sebagainya. Adapun
metode yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko antara lain:

1) Eliminasi (Elimination)
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi
merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama dalam
melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi dilakukan dengan
upaya mengentikan peralatan atau sumber yang dapat menimblkan bahaya.
2) Substitusi (Substitution)
Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan bahan
yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko dengan
sarana atau peralatan lain yang lebih aman ataulebih rendah tingkat resikonya.
3) Rekayasa (Engineering)
Rekayasa/ Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan
mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih
aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam
bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi
kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuansi dalam melakukan kegiatan
berbahaya.
4) Administrasi
Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur seperti SOP
(srandart operating procedurs) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang berfungsi
untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan. (Operasional
Procedure No.31519).

2.5 Nilai Ambang Batas (NAB)/PEL/TLV bahaya kimia

Nilai ambang batas atau yang disebut juga Threshold Limit Value adalah sebuah
pedoman pada praktek higine dalam suatu perusahaan. Berikut adalah nilai ambang
batas :

 Threshold Limit Value – Time Weighted Average (TLV-TWA). Konsentrasi


rata-rata waktu terukur (TWA) untuk hari kerja normal 8 jam atau 40 jam
seminggu dimana hampir semua pekerja secara terus menerus dapat terpapar
tanpa pengaruh yang membahayakan.
 Threshold Limit Value – Short Term Exposure Limit (TLV – STEL).
Konsentrasi maksimum dimana pekerja dapat terpapar selama periode 15
menitsecara terus menerus.
 Threshold Limit Value – Ceiling (TLV-C). Konsentrasi yang tidak boleh
dilewati bahkan secara langsung pada waktu yang sangat singkat.
 IDLH (Immediately Dangerous to Life or Health) Value – Konsentrasi yang
dapat membahanyakan secara cepat terhadap jiwa manusia atau kesehatan
NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomendasi pada praktek higene
perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dampaknya terhadap kesehatan. NAB juga dilakuakn sebuah pengkategorian

NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV- TWA (Threshold Limit Value – Time
Weighted Average) : kadar bahan kimia di udara tempat kerja selama 8 jam sehari atau
40 jam seminggu yang hampir semua tenaga kerja dapat terpajan berulang kali sehari-hari
dalam melakukan pekerjaan tanpa terganggu kesehatannya.NAB batas pemajanan singkat
atau TLV-STEL (Threshold Limit Value – Short Term Exposure Limit) atau PSD
(Pemajanan Singkat yang Diperkenankan) : kadar bahan kimia yang diperkenankan untuk
pemajanan tidak lebih dari 15 menit atau tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari.
Interval antara dua periode pemajanan tidak boleh kurang dari 60 menit.

NAB tertinggi atau TLV-C (threshold Limit Value Ceiling) : Kadar Tertinggi
Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah kadar bahan kimia di udara
tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga
kerja melakukan pekerjaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jenis bahaya yang tergolong bahaya kimia adalah situasi aktivitas tang berasal
dari bahan yang dihasilkan selama produksi. Dampak dari bahaya kimia bisa berupa
keracunan,kabakaran,pencemaran lingkungan,serta iritasi dan polusi. Untuk itu perlu
dilakukannya identifikasi bahaya yang bertujuan untuk mengendalikan sebelum terjadi
kejadian yang tidak dinginkan seperti cidera dan penyakit.

Pada kerja lapangan maupun didalam laboraturium biasanya bahan bahan kimia
dibedakan menjadi bahan kimia yang berbahaya dan yang tidak berbahaya. Perbedaan
tersebut bisa dilihat dari symbol yang tertera pada bahan tersebut.

Pengukuran bahan kimia merupakan suatu upaya yang sangat penting dilakukan
disuatu lapangan kerja. Upaya tersebut bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan kerja
yang di akibatkan oleh bahan kimia. Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe
pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu : inherent, active, passive dan procedural

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

SUBAMIA, I. Dewa Putu; SRIWAHYUNI, I. G. A. N.; WIDIASIH, Ni Nyoman. Analisis


Resiko Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik. Wahana
Matematika dan Sains: Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya, 2019,
13.1: 49-70.

http://jurnal-k3lh.web.id/2014/10/10/penilaian-tingkat-bahaya-bahan-kimia-materi-fisik

https://www.academia.edu/36797256/HIGIENE_INDUSTRI_HAZARD_KIMIA_DI_LINGKU
NGAN_KERJA_Disusun_oleh_1_Lucia_Dyah_Paramitha_155100038_4

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/15382/MzAzNTU=/Hazard-identifikasi-dan-risk-
assesment-dalam-upaya-mengurangi-tingkat-risiko-di-bagian-produksi-PT-Bina-Guna-Kumia-
Ungaran-Semarang-nindya-puspitasari.pdf

https://prashetyaquality.com/2017/12/potensi-bahaya-dalam-industri-kimia/

https://mutuinstitute.com/post/jenis-bahaya-k3/

Anda mungkin juga menyukai