KELOMPOK 3 :
1. 2. Afaf Aufa Rofifah
(P21335120001)
3. 4. Difa diyaulhaq
(P21335120011)
5. 6. Lina Shabrina
(P21335120021)
7. 8. Niarti Bunga Ramadhani
(P21335120027)
9. 10. Rahmat Hamdhani
(P21335120031)
11. 12. Saida Fatimah Azzahra
(P21335120035)
13. 14. Vinka Aulia Bernika
(P21335120038)
Jurusan D-IV Sanitasi Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
Jakarta, Agustus 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Faktor Bahaya Kimia Terhadap Lingkungan Kerja”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada Dosen Keselamat dan Kesehatan Kerja (K3) “ Bapak Kuat Prabowo,
M.Kes. yang telah membimbing kami. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah
dengan judul “Faktor Bahaya Kimia Terhadap Lingkungan Kerja”ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
COVER………………………………………………………………………………...…………I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….………….II
DAFTAR ISI……………………………...…………………………………………………….III
BAB I PENDAHULUAN……………………………..………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAAN…………………………..…………………………………………...5
2.3 Simbol/logo berbahaya dari bahan kimia yang ada di tempat kerja………….……...9
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….….16
3.2 Saran……………………………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….......17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
bahan kimia yang juga dikenal sebagai zat murni adalah suatu bentuk materi
yang memiliki komposisi kimia dan sifat karakteristik konstan. Ia tidak dapat dipisahkan
menjadi komponen dengan metode pemisahan fisika, yaitu tanpa memutus ikatan kimia.
Zat kimia bisa berupa unsur kimia, senyawa kimia, ion atau paduan.
Dilingkungan kerja banyak banyak bahaya yang mungkin bisa dating secara tiba
tiba kepada para pekerja. Jenis baha tersebut sangat beragam mulai dari bahaya biologi,
bahaya kimia , bahaya ergonomic dan jenis bahaya lainya. Untuk itu suatu perusahaan
harus melakukan penindakan atau pencegahan agar bahaya tersebut tidak mengahampiri
perusahaan tersebut.
Jenis bahaya yang tergolong dalam kelompok bahaya kimiawi adalah segala
situasi atau aktivitas yang berasal dari bahan-bahan yang dihasilkan selama proses
produksi. Bahan tersebut terhambur ke lingkungan sekitar akibat cara kerja yang salah,
adanya kerusakan maupun kebocoran instalasi maupun peralatan yang dipakai dalam
proses kerja. Dampak lingkungan yang tercemar itu pun dapat menimbulkan gangguan
lokal maupun sistematik.
PEMBAHASAAN
Jenis bahaya yang tergolong dalam kelompok bahaya kimiawi adalah segala
situasi atau aktivitas yang berasal dari bahan-bahan yang dihasilkan selama proses
produksi. Bahan tersebut terhambur ke lingkungan sekitar akibat cara kerja yang salah,
adanya kerusakan maupun kebocoran instalasi maupun peralatan yang dipakai dalam
proses kerja. Dampak lingkungan yang tercemar itu pun dapat menimbulkan gangguan
lokal maupun sistematik. Terdapat beberapa contoh dampak akibat bahaya kimiawi
antara lain:
Potensial bahaya pada industry sangatlah banyak. Potensi bahaya paling tinggi di
industri kimia harus dimasukkan ke dalam prioritas yang lebih tinggi untuk dikendalikan.
2.3 Simbol/logo berbahaya dari bahan kimia yang ada di tempat kerja
Bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium memiliki sifat yang beraneka ragam.
Di antara sifat-sifatnya tersebut, ada beberapa di antaranya yang ternyata dapat
membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan para pekerja dan lingkungannya
(K3LH). Untuk membedakan antara bahan kimia berbahaya dengan bahan kimia yang
tidak berbahaya diperlukan suatu simbol khusus yang bersifat universal. Inilah yang
mendasari dibuatnya suatu peraturan tentang simbol bahan kimia berbahaya. Melalui
peraturan tersebut, dibuatlah suatu simbol-simbol yang menandakan sifat berbahaya dari
suatu bahan kimia.
Berikut ini beberapa simbol bahan kimia berbahaya dengan gambar dan
keterangannya :
Pengukuran bahan kimia merupakan suatu upaya yang sangat penting dilakukan
disuatu lapangan kerja. Upaya tersebut bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan kerja
yang di akibatkan oleh bahan kimia.
ISBB
Pengaturan waktu kerja setiap jam (˚C )
Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50 % - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Catatan :
1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam.
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350
Kilo kalori/jam.
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
Kilo kalori/jam
Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat
dilakukan, yaitu : inherent, active, passive dan procedural
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau
proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya lebih rendah.
Saat yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau
proses (development stage). Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:
a. Miminize, menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama
penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia
maka risiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan
jumlah yang lebih besar.
b. Subtitute, mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang
kurang berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti denga
air.
c. Moderate, jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan
proses atau penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran,
penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan
sebagainya. Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika
dibandingkan dengan kondisi normal.
d. Dilution, melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat
proses produksi maupun penyimpanan.
B. Passive Control
Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses
dan peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau
konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat
penampungan (contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap
tekanan tinggi.
C. Active Control
D. Procedural Control
1) Eliminasi (Elimination)
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi
merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama dalam
melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi dilakukan dengan
upaya mengentikan peralatan atau sumber yang dapat menimblkan bahaya.
2) Substitusi (Substitution)
Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan bahan
yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko dengan
sarana atau peralatan lain yang lebih aman ataulebih rendah tingkat resikonya.
3) Rekayasa (Engineering)
Rekayasa/ Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan
mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih
aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam
bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi
kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuansi dalam melakukan kegiatan
berbahaya.
4) Administrasi
Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur seperti SOP
(srandart operating procedurs) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang berfungsi
untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan. (Operasional
Procedure No.31519).
Nilai ambang batas atau yang disebut juga Threshold Limit Value adalah sebuah
pedoman pada praktek higine dalam suatu perusahaan. Berikut adalah nilai ambang
batas :
NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV- TWA (Threshold Limit Value – Time
Weighted Average) : kadar bahan kimia di udara tempat kerja selama 8 jam sehari atau
40 jam seminggu yang hampir semua tenaga kerja dapat terpajan berulang kali sehari-hari
dalam melakukan pekerjaan tanpa terganggu kesehatannya.NAB batas pemajanan singkat
atau TLV-STEL (Threshold Limit Value – Short Term Exposure Limit) atau PSD
(Pemajanan Singkat yang Diperkenankan) : kadar bahan kimia yang diperkenankan untuk
pemajanan tidak lebih dari 15 menit atau tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari.
Interval antara dua periode pemajanan tidak boleh kurang dari 60 menit.
NAB tertinggi atau TLV-C (threshold Limit Value Ceiling) : Kadar Tertinggi
Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah kadar bahan kimia di udara
tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga
kerja melakukan pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jenis bahaya yang tergolong bahaya kimia adalah situasi aktivitas tang berasal
dari bahan yang dihasilkan selama produksi. Dampak dari bahaya kimia bisa berupa
keracunan,kabakaran,pencemaran lingkungan,serta iritasi dan polusi. Untuk itu perlu
dilakukannya identifikasi bahaya yang bertujuan untuk mengendalikan sebelum terjadi
kejadian yang tidak dinginkan seperti cidera dan penyakit.
Pada kerja lapangan maupun didalam laboraturium biasanya bahan bahan kimia
dibedakan menjadi bahan kimia yang berbahaya dan yang tidak berbahaya. Perbedaan
tersebut bisa dilihat dari symbol yang tertera pada bahan tersebut.
Pengukuran bahan kimia merupakan suatu upaya yang sangat penting dilakukan
disuatu lapangan kerja. Upaya tersebut bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan kerja
yang di akibatkan oleh bahan kimia. Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe
pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu : inherent, active, passive dan procedural
3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-k3lh.web.id/2014/10/10/penilaian-tingkat-bahaya-bahan-kimia-materi-fisik
https://www.academia.edu/36797256/HIGIENE_INDUSTRI_HAZARD_KIMIA_DI_LINGKU
NGAN_KERJA_Disusun_oleh_1_Lucia_Dyah_Paramitha_155100038_4
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/15382/MzAzNTU=/Hazard-identifikasi-dan-risk-
assesment-dalam-upaya-mengurangi-tingkat-risiko-di-bagian-produksi-PT-Bina-Guna-Kumia-
Ungaran-Semarang-nindya-puspitasari.pdf
https://prashetyaquality.com/2017/12/potensi-bahaya-dalam-industri-kimia/
https://mutuinstitute.com/post/jenis-bahaya-k3/