Anda di halaman 1dari 10

NAMA : REGITA AYU LESTARI

NPM : 4122.5.21.21.0072

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA


KULIAH MANAJEMEN K3

1. ALASAN APA YANG MENJADI DASAR BAHWA SETIAP KARYAWAN


HARUS DILAKUKAN PEMERIKSAAN AWAL, BERKALA MAUPUN
KHUSUS?

Jawaban : Dasar/ Alasan Pemeriksaan kesehatan awal  berkala maupun


khusus ada pada PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980 TENTANG PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN
KESELAMATAN KERJA. MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI ,yaitu :
a. Bahwa Keselamatan Kerja Yang Setinggi-Tingginya Dapat Dicapai
Bila Antara Lain Kesehatan Tenaga Kerja Berada Dalam Taraf Yang
Sebaikbaiknya.
b. Bahwa Untuk Menjamin Kemampuan Fisik Dan Kesehatan Tenaga
Kerja Yang Sebaik-Baiknya Perlu Diadakan Pemeriksaan Kesehatan
Yang Terarah.
Tujuan dari Pemeriksaan kesehatan awal  berkala maupun khusus
dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

2. APA YANG DISEBUT DENGAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA?


SEBUTKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
BAHAYA DARI BAHAN KIMIA BERBAHAYA!
Jawaban :
 Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan
lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai
sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NO. 472 TAHUN 1996 TENTANG PENGAMANAN BAHAN
BERBAHAYA BAGI KESEHATAN)
 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
Zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat konsentrasi dan
atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bahaya Dari Bahan Kimia


Berbahaya :
Jenis Faktor Contoh
Faktor Bahaya 1. Jamur.
Biologi 2. Virus.
3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang.
Faktor Bahaya Kimia 1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.
Faktor Bahaya 1. Gerakan Berulang.
Biomekanik 2. Postur/Posisi Kerja.
3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.
Faktor Bahaya 1. Ketinggian.
Fisik/Mekanik 2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.
6. Kebisingan.
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.

3. SEBUTKAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DALAM MENGENDALIKAN


BAHAN KIMIA BERBAHAYA!
Jawaban :
Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
sesuai KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR :
KEP.187/MEN/1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA wajib :

a. Mempekerjakan Petugas K3 Kimia Dengan Ketentuan Apabila


Dipekerjakan Dengan Sistem Kerja Non Shift Sekurang Kurangnya 2
(Dua) Orang Dan Apabila Dipekerjakan Dengan Sistem Kerja Shift
Sekurang-Kurangnya 5 (Lima) Orang.
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia Sekurang-Kurangnya 1 (Satu) Orang.
c. Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar.
d. Melaporkan Setiap Perubahan Nama Bahan Kimia Dan Kuantitas Bahan
Kimia, Proses Dan Modifikasi Instalasi Yang Digunakan.
e. Melakukan Pemeriksaan Dan Pengujian Faktor Kimia Yang Ada Di
Tempat Kerja Sekurang-Kurangnya 6 (Enam) Bulan Sekali.
f. Melakukan Pemeriksaan Dan Pengujian Instalasi Yang Ada Di Tempat
Kerja Sekurang-Kurangnya 2 (Dua) Tahun Sekali.
g. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Sekurang Kurangnya
(Satu) Tahun Sekali.
h. Pengujian Faktor Kimia Dan Instalasi Dilakukan Oleh Perusahaan Jasa
K3 Atau Instansi Yang Berwenang.

4. SEBUTKAN UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN!

Jawaban :

Upaya-Upaya Pencegahan Kebakaran, yaitu :


1. Hindarkan pemantik dan korek api dari jangkauan anak-anak
Bagi mereka yang memiliki anak kecil harus bisa menghindarkan korek atau
benda lain yang bisa mengeluarkan api. Anak kecil bisa saja memainkan
korek dan lilin dan percikan api menyambar benda yang mudah terbakar, oleh
sebab itu, sebagai orang tua harus bisa menghindarkan benda benda yang
bisa menjadi sumber api kepada anak anak. Pengawasan dari orang tua
sangatlah penting.
2. Waspadai Rokok
Bagi mereka yang perokok, tentu harus bisa memastikan abu rokok harus
benar benar padam. Sebab, bukan tidak mungkin, kebakaran bisa terjadi dari
hal sepele, api yang dianggap kecil memiliki dampak yang besar. Jika
merokok dirumah, jangan membuang puntung rokok sembarangan karena
bisa memicu terjadinya percikan api.
3. Jauhkan benda yang mudah terbakar dari jangkauan sumber api
Saat ini lilin masih menjadi sumber pencahayaan ketika mati lampu. Namun
alangkah baiknya untuk menyimpan lilin ditempat aman, ditempat yang jauh
dari benda yang mudah terbakar. Lilin sangat mudah jatuh atau roboh dan
mengenai benda-benda sekitarnya, jika lilin jatuh ke benda yang mudah
terbakar, ini bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
4. Gunakan alat-alat kelistrikan secukupnya
Masih banyak masyarakat yang menggunakan listrik diluar kewajaran. seperti
misalnya menyalakan televisi ketika kita tidur atau tetap menyalakan
komputer ketika kita tak menggunakannya. Selain itu, perhatikan juga arus
listrik, arus pendek listrik juga bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
5. Rencanakan jalur evakuasi
Anda beserta keluarga harus sudah memeliki jalur evakuasi ketika terjadi
kebakaran. Jika anda berusaha memadamkan api terlebih dahulu itu tidak
apa apa. Namun jika api membesar dan tidak memungkinkan untuk
dipadamkan, anda harus keluar rumah untuk mencari tempat aman. Anda
wajib menghubungi pemadam kebakaran untuk memadamkan api.

5. JELASKAN TUJUAN SMK3RS (SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


KESEHATAN KERJA RS)
Jawaban : Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja di
Rumah Sakit adalah :
 Untuk melindungi secara umum manusia di Rumah Sakit khususnya
karyawan Rumah Sakit dari segala bentuk kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
 Untuk mengendalikan resiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja
di Rumah Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat,
aman yang nyaman bagi Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan Rumah Sakit.

6. JELASKAN 5 PRINSIP DASAR SMK3 (SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN KESEHATAN KERJA)!

Jawaban : 5 Prinsip Dasar SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan


Kesehatan Kerja menurut PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebagai berikut :

1. Penyusunan Kebijakan K3
Prinsip yang pertama adalah penetapan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang dimulai dengan penyusunan kebijakan K3.
Penyusunan ini dilakukan mulai dari peninjauan awal kondisi K3 yang harus
menyertakan komitmen di tingkatan pimpinan serta tekad melaksanakan
kebijakan. Tidak lupa pula melibatkan peran serta pekerja dalam memberikan
masukan agar lebih sesuai dengan program dan praktik kerja perusahaan.

2. Penelaahan Awal
Yang kedua, perencanaan K3 yang dilakukan berdasarkan penelaahan awal,
identifikasi bahaya dan penilaian pengendalian risiko atau Hazard
Identification Risk Assessment (HIRA), peraturan-peraturan, serta sumber
daya yang dimiliki. Dalam pelaksanaannya, rencana K3 terdiri atas tujuan dan
sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber
daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian serta sistem
pertanggungjawaban.
3. Dukungan SDM dan Sarana dan Prasarana
Ketiga, pelaksanaan rencana K3 yang didukung oleh sumber daya manusia di
bidang K3, serta sarana dan prasarana. Di bidang SDM, perusahaan wajib
memiliki sumber daya yang kompeten dan tersertifikasi sesuai peraturan dan
perundangan. Sementara itu, penyediaan sarana dan prasarana melibatkan
organisasi/unit K3, anggaran, prosedur kerja, informasi, pelaporan,
dokumentasi, dan instruksi kerja.

Dalam kegiatannya, pelaksanaan dilakukan dengan meliputi tindakan


pengendalian risiko kecelakaan, perancangan dan rekayasa, prosedur dan
instruksi kerja, penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan,
pembelian/pengadaan barang dan jasa, serta produk akhir. Kegiatan-kegiatan
tersebut dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian
pengendalian risiko. Di samping itu ada lagi dua kegiatan lainnya, yaitu upaya
menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, serta
rencana dan pemulihan keadaan darurat dilakukan berdasarkan potensi
bahaya, investigasi dan analisis kecelakaan.

4. Pemantauan dan Evaluasi SMK3


Prinsip yang keempat adalah pemantauan dan evaluasi kinerja K3 yang
dilakukan oleh SDM yang kompeten, baik dari perusahaan sendiri atau dari
pihak lain. Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan, pengujian,
pengukuran, dan audit internal SMK3. Hasil pemantauan kemudian
dilaporkan kepada pemilik perusahaan agar digunakan untuk melakukan
tindakan pengendalian. Semua pelaksanaan pemantauan dilakukan
berdasarkan peraturan yang berlaku.

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3


Yang terakhir, peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 dengan tujuan
menjamin kesesuaian penerapan sistem tersebut. Peninjauan tersebut
dilakukan secara berulang dan berskala dengan pengadaan rapat tinjauan
oleh pihak manajemen. Hasil yang diharapkan adalah solusi untuk mengatasi
temuan yang memiliki konsekuensi tertentu dalam praktik K3, berupa
perbaikan diikuti dengan peningkatan kerja.

Jika diterapkan dengan baik, segala prinsip tersebut akan memberi dampak
yang baik untuk perusahaan atau organisasi. Namun, bila salah satu prinsip
tidak terlaksana maka berkonsekuensi pada final audit SMK3 oleh Lembaga
Audit Independen dan menjadi temuan yang bersifat mayor. Temuan tersebut
mengakibatkan perusahaan Tidak Lulus/Gagal dan harus diberi pembinaan
lanjutan.

7. SEBUTKAN DAN JELASKAN PERATURAN PERUNDANGAN SEBAGAI


LANDASAN HUKUM YANG MEWAJIBKAN SETIAP PERUSAHAAN
MENERAPKAN SMK3!

Jawaban :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN


2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA menjelaskan bahwa adanya kebijakan perlindungan
pekerja dan dalam pengembangan norma dan perjanjian internasional,
membentuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ).
Yang harus dilaksanakan oleh semua pengusaha dan terdiri dari
pengembangan proses yang logis dan bertahap, berdasarkan peningkatan
berkelanjutan, yang mencakup kebijakan, organisasi, perencanaan,
penerapan, evaluasi, audit, dan tindakan peningkatan dengan tujuan
mengantisipasi, mengenali, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko yang
dapat memengaruhi keselamatan dan kesehatan di ruang kerja untuk
memfasilitasi proses implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja ( SMK3 ) oleh pengusaha dan kontraktor, memastikan
kepatuhan dengan standar minimum yang ditetapkan oleh Sistem Umum
Risiko Pekerjaan untuk perlindungan integritas personel yang melaksanakan
pekerjaan, pekerjaan atau kegiatan, dengan identifikasi praktik, proses,
situasi berbahaya dan tindakan untuk campur tangan dalam risiko yang
melekat dalam kegiatan ekonomi.
8. SEBUTKAN DAN JELASKAN HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3
Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3 Dalam Ohsas 18001:200 sebagai
berikut :

 ELIMINASI : Eliminasi Sumber Bahaya, memodifikasi desain untuk


menghilangkan bahaya; misalnya, misalnya saja ketika di tempat kerja
kita melihat ada oli yang tumpah atau berceceran maka sesegera
mungkin kita hilangkan sumber bahaya ini. Hierarki pengendalian risiko ini
adalah yang paling utama. Sebab, dengan menghilangkan risiko
kecelakaan maka sangat mungkin kecelakaan tidak akan terjadi kembali.
Oleh karena itu, kita perlu melakukan eliminasi.
 SUBSTITUSI : Metode pengendalian risiko yang berfokus pada
penggantian suatu alat atau mesin atau barang yang memiliki bahaya
dengan yang tidak memiliki bahaya. Substitusi dilakukan apabila proses
eliminasi sudah tidak bisa dilakukan.Contoh kasusnya adalah pada
mesin/ alat dengan kebisingan tinggi, maka sebaiknya kita mengganti
mesin tersebut dengan yang memiliki suara lebih kecil agar tidak
menimbulkan bahaya kebisingan berlebih
 PERANCANGAN : Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang Lebih Aman, menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan,
interlock, dll .;
 ADMINISTRASI : Langkah ini adalah terkait dengan proses non teknis
dalam suatu pekerjaan dengan tujuan menghilangkan bahaya. Contohnya
: pembuatan prosedur kerja, penempatan tanda bahaya, penentuan label.
 ALAT PELINDUNG DIRI : APD atau alat pelindung diri adalah hierarki
pengendalian risiko terakhir dalam K3. Alat Perlindungan Diri Tenaga
Kerja, kacamata safety, perlindungan pendengaran, pelindung wajah,
respirator, dan sarung tangan.

Catatan :
 Untuk poin Eliminasi, Substitusi, Perancangan : Hubungan dengan
Tempat Kerja / Pekerjaan Aman Mengurangi Bahaya
 Untuk poin Administrasi, dan Alat Pelindung Diri : Hubungan dengan
Tenaga Kerja Aman Mengurangi Paparan
 Pada dasarnya, hirarki ini mendefinisikan urutan mempertimbangkan
kontrol; Anda dapat memilih untuk menerapkan satu atau kombinasi dari
beberapa jenis kontrol.
 Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antarapengendalian
lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di
bawah :

Dalam menerapkan hierarki, harus dipertimbangkan biaya relatif, manfaat


pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam
membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu
dipertimbangkan, diantaranya:

 Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur dari


hirearki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol administratif),

 Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu


yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk individu (misalnya,
untuk memperhitungkan kemampuan mental dan fisik individu),
 Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan
kontrol,
 Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang
(misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi semua
orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat Pelindung Diri),
 Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima
dan dapat dilaksanakan secara efektif,
 Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan
sederhana dari tindakan sering diulang, penyimpangan memori atau
perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan penilaian, dan
pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya,
 Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila
pengendalian risiko gagal,
 Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh: visitor
atau personil kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai