Anda di halaman 1dari 44

KESELAMATAN dan

KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT


Oleh :
dr. MAHDA ADIL AUFA

TIM K3
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
• Nama : Mahda Adil Aufa
• Alamat : Perum Puri Permata 1 no 5 Dero
Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta
• Pekerjaan : Dokter di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
• Pelatihan yang telah diikuti:
Ahli K3 Umum : 2017
Hiperkes : 2017
Tenaga Pelatih Program Kesehatan : 2017
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran umum (TPU)
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat
menerapkan k3 di rumah sakit tempat bekerja sesuai dengan standar
dan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan pembelajaran khusus (TPK)


Setelah selesai pembelajaran ini peserta dapat :
• Menjelaskan potensi bahaya yang ada di Rumah Sakit.
• Melakukakan identifikasi potensi bahaya yang ada di Rumah Sakit.
• Menggunakan APAR
Dasar Hukum
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
• Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
Dasar Hukum
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan
• Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 tentang
Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
Dasar Hukum
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66


TAHUN 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
RUMAH SAKIT
Mengapa perlu K3RS??
Bahwa rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi
terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit.

Agar tercapai suatu kondisi kerja dan lingkungan kerja rumah sakit yang
memenuhi persyaratan k3, dengan harapan adanya peningkatan,
efisiensi kerja serta peningkatan produktifitas kerja yang ditandai
dengan adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Indonesia
Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia 721.438 orang
Pengertian
• Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik
terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan,
obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung
dan tidak langsung
• Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan
manusia dan manusia dengan jabatannya.
K3RS?

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang


selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di
rumah sakit.
Potensi Bahaya?

• Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk


terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian.

• Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian


yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut.
Faktor-faktor yg mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja
Beban kerja Lingkungan
- Fisik kerja
- Mental - Fisik
- Kimia
- Biologi

Kapasitas kerja - Ergonomi


- Ketrampilan - Psikologi
- Kesegaran jasmani & rohani
- Status kesehatan/gizi
- Usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh
Potensi Bahaya Fisik
Gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar
1. Bising
2. Getaran
3. Pencahayaan
4. Radiasi
5. Iklim
Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber


dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang batas


sebesar 85 db selama 8 jam sehari.
Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),
memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke
depan. Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung
maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 m/detik2.
Ada dua jenis :
1. WBV (whole body vibration)
2. HAV (hand arm vibration)
Pencahayaan
Pencahayaan adalah pemberian cahaya pada suatu obyek atau benda
dengan tujuan supaya benda atau obyek tersebut nampak atau
kelihatan.
1. Kurang
2. Kerlebihan
3. Tidak tetap
4. Tidak merata
5. Merubah susunan udara
6. Penggunaan warna
Iklim
1. Suhu udara : perkantoran 18-28, industri 18-30
2. Kelembapan udara relatif: hygrometer 40-60%
3. Kecepatan gerakan udara: indoor 0.15-0.25 m/det, outdoor tidak
lebih dari 1 m/det
4. Suhu radiasi
5. Kombinasi ke 4 parameter
Potensi Bahaya Fisik
Identifikasi Potensi Bahaya Kimia
Ergonomi
Ilmu yang mempelajari tentang kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan
atau tempat/ lingkungan kerja dengan pekerjanya.

“Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja


dengan pekerjaannya”
Ergonomi
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat
diperoleh 3 keuntungan yaitu:

potensi timbulnya kecelakaan kerja

potensi gangguan kesehatan pada pekerja

produktivitas dan penampilan kerja


Gangguan
Muskuloskeletal
Faktor yang meningkatkan
terjadinya keluhan muskuloskeletal :
1. Tekanan/gaya pada otot yang
berlebihan
2. Postur kerja yang tidak benar
3. Terjadinya pengulangan
pekerjaan pada suatu otot
4. Lamanya paparan yang diterima
oleh otot
KERJA BERDIRI
• Kerja teliti ( 5 cm diatas tinggi siku)
• Kerja ringan (5-10 cm dibawah tinggi siku)
• Kerja berat (20-40 cm dibawah tinggi siku)

Meminimalisasi badan condong kedepan dan


Mencegah leher membungkuk kedepan
Identifikasi Potensi Biologi dan Ergonomi
Kecelakaan Kerja
Proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit
akibat kerja.
Jenis kerugian meliputi manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan
dan kualitas.
Kecelakaan Kerja
Tindakan berbahaya (unsafe act) :
Tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan
kecelakaan

Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.


Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.
Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar
Unsafe Condition
Unsafe Condition
Kondisi berbahaya (unsafe conditions) : tindakan yang akan
menyebabkan kecelakaan,
 Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai
 Bahan, alat-alat/peralatan rusak
 Terlalu sesak/sempit
 Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
 Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
 Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
 Ventilasi dan penerangan yang kurang
Unsafe Action
Unsafe Action
Tindakan berbahaya (unsafe act) :
Tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan
kecelakaan
Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.
Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar
Akibat kecelakaan Kerja
Kerugian yang bersifat ekonomi
• kerusakan mesin/peralatan
• biaya pengobatan dan perawatan
• tunjangan kecelakaan
• hilangnya waktu kerja
• menurunnya jumlah maupun waktu produksi

Kerugian yang bersifat non ekonomi


• penderitaan si korban
• penderitaan keluarga
Menuju Keselamatan Kerja
• Ada SOP (Standar Opersional Prosedur)

• Dijalankan dengan tepat dan disiplin,

• Oleh tenaga yang tepat dan kompeten

• Menggunakan instrumen yang menjamin Keselamatan


ALAT PELINDUNG DIRI
APD sebagai salah satu sarana yang
wajib digunakan pekerja ,

Jenis seuai APD sesuai dengan unit


masing-masing
Kebakaran
Apa itu API?
Suatu proses kimia yaitu proses oksidasi cepat yang menghasilkan
asap, panas dan cahaya.

Apa itu Kebakaran?


Api yang tidak dikehendaki dan tidak dapat dikendalikan dan dapat
menimbulkan kerugian baik harta benda maupun korban jiwa.
TEORI BIDANG EMPAT KEBAKARAN
(tetrahedron of fire)
Bahaya Kebakaran
• ASAP : Asap yang terhirup dapat mengakibatkan iritasi mata, hidung, dan
kerongkongan serta dapat mengakibatkan sesak napas , pingsan, dan
kematian karena kekurangan oksigen.

• PANAS : Suhu yang sangat panas dapat


mengakibatkan kehabisan tenaga,
kehilangan cairan tubuh bahkan kematian.

• GAS BERACUN : Gas tersebut dapat mengakibatkan iritasi saluran


pernafasan, keracunan, dan kematian.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
• Tujuan:
– Memudahkan pemililhan media pemadam yang tepat dari
berbagal tipe bahan bakar.
• Klasifikasi kebakaran:
– Klas A: Bahan padat (kertas, kayu, plastik, dll.)
– Klas B : Bahan cair atau gas mudah terbakar
– Klas C : Instalasi listrik
– Klas D : Bahan logam
Metoda Pemadaman Kebakaran
- Cooling : pendinginan
- Smothering : pengisolasian Oksigen
- Starvation : penutupan suplai bahan bakar
- Breaking Chain Reaction: pemadaman APAR tipe gas
PRINSIP PENGGUNAAN APAR
(TIDAK MELAWAN ANGIN)
APAR PRINSIP PENGGUNAAN

Dry Chemical • Disemburkan mulai dari tepi api terdekat


• Dikibaskan kekiri & kekanan
Air Bertekanan Disemprotkan ke dinding bagian dalam dari tempat
kebakaran

Busa (Foam) • Semprotkan de dinding bagian dalam dari tempat


kebakaran
• Penutupan permukaan yg terbakar dgn busa harus
sempurna
Non Halon Free (Clean Agent) Semprotkan ke sumber api dgn diratakan diseluruh
permukaan yg terbakar
Disemprotkan ke sumber api dgn menggerakkan corong
CO2
ke seluruh permukaan bahan yg terbakar
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Jenis media pemadam kebakaran
Klasifikasi Jenis kebakaran Tipe basah Tipe kering
Air Busa Powder Clean
Agent
Bahan padat seperti kayu VVV V VV VVV*)
Klas A Bahan berharga atau penting XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV VVV
Klas B Bahan gas X X VV VVV
Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV
Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan :
VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat
VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif
Teknik Penggunaan APAR
• Pastikan APAR yang akan digunakan masih layak pakai sebelum Anda
mendekati api
• Jarak dengan Api minimal 2 meter
• Perhatikan arah angin, arah penyemprotan harus searah dengan angin
• Pastikan Jarum penunjuk pada pressure gauge berada di area hijau

• INGAT!!! “ CARA “
• Cabut pin pengaman pada alat pemadam
• Arahkan selang ke arah api
• Remas handle / pegangan
• Ayunkan selang untuk menyebarkan zat pemadam
Kesimpulan
• Identifikasi potensi bahaya yang ada penting dilakukan dalam rangka
penerapan K3 di rumah sakit
• Potensi bahaya terbagi dalam :
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko dampak jangka panjang pada
kesehatan
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada keselamatan
Risiko terhadap kesejahteraan atau kesehatan sehari-hari
Potensi bahaya yang menimbulkan risiko pribadi dan psikologis
Contoh formulir identifikasi potensi bahaya di Rumah Sakit

No Area/aktivitas Potensi Risiko Pengendalian Jadwal


Bahaya Risiko
1 Operasional genset Bising Penyakit Perancangan Desember
ekstrem akibat kerja dinding 2017
(penurunan peredam
fungsi suara,
pendengaran) pemakaian
APD berupa
earmuf

Anda mungkin juga menyukai