PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan
padat modal. Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang
berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam perkembangan
masyarakat semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya disorot dari aspek klinis
medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek pemberian pelayanannya.
Karena muara dari pelayanan rumah sakit adalah pelayanan jasa. Peningkatan mutu adalah
program yang disusun secara objektif dan sistematik untuk memantau dan menilai mutu serta
kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien
dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap. (jacobalis. S, 1989)
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan hal utama dalam manajemen
rumah sakit saat ini. Rumah Sakit Wates Husada juga berupaya melaksanakan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien sesuai standar yang ditetapkan.Upaya tersebut harus sesuai dengan misi
dan visi RS Wates Husada.Peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) dilaksanakan
berdasarkan nilai dan motto RS Wates Husada.PMKP ini juga bertujuan untuk melaksanakan
perencanaan strategi RS Wates Husada. Adapun misi, visi, nilai dan motto RS Wates Husada
adalah sebagai berikut:
VISI
Menjadi Rumah Sakit Pilihan dengan memberikan pelayanan yang terbaik.
MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, tepat kepada masyarakat.
2. Memberikan pelayanan kesehatan biaya terjangkau.
3. Sumber Daya Manusia yang cerdas dan komunikatif.
MOTO
Dengan sepenuh hati, kami memberikan pelayanan yang terbaik.
BAB II
GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Komite Medik Komite Mutu & Keselamatan Komite SPI Komite PPI Komite K3
Pasien Keperawatan
TIM PMKP
SEKRETARIS
Keterangan :
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT WATES HUSADA BALONG PANGGANG GRESIK
NOMOR : 14/Dir.SK/RSWH/V/2018
TENTANG
Menimbang:
Peningkatan mutu secara menyeluruh adalah memperkecil (reduction) resiko pada pasien dan
staf secara berkesinambungan. Risiko ini dapat diketemukan baik diproses klinis maupun di
lingkungan fisik.Pendekatan ini meliputi :
1. memimpin dan merencanakan program peningkatan mutu dan program keselamatan pasien
2. merancang proses-proses klinis baru dan proses manajerial dengan benar;
3. mengukur apakah proses berjalan baik melalui pengumpulan data;
4. analisis data;
5. menerapkan dan melanjutkan (sustaining) perubahan yang dapat menghasilkan perbaikan.
Perbaikan mutu dan program keselamatan pasien, keduanya adalah
1. digerakkan oleh kepemimpinan;
2. upaya menuju perubahan budaya rumah sakit;
3. identifikasi dan menurunkan risiko dan penyimpangan secara proaktif;
4. menggunakan data agar fokus pada isu prioritas;
5. mencari cara yang menunjukkan perbaikan yang langgeng sifatnya.
Mutu dan keselamatan pasien sebenarnya sudah ada tertanam dalam kegiatan pekerjaan sehari-
hari dari tenaga kesehatan profesional dan staf lainnya.Pada waktu dokter dan perawat menilai
kebutuhan pasien dan memberikan asuhan. Demikian juga bagi para manajer, staf pendukungdan
lainnya, mereka dapat menerapkan standar pada pekerjaan sehari-hari untuk memahami bagaimana
proses bisa lebih efisien, penggunaan sumber daya lebih arif dan risiko fisik dikurangi.
Perencanaan, perancangan, pengukuran, analisis dan perbaikan proses klinis serta proses
manajerial harus secara terus menerus di kelola dengan baik dengan kepemimpinan jelas agar
tercapai hasil maksimal. Pendekatan ini memberi arti bahwa sebagian besar proses pelayanan klinis
terkait dengan satu atau lebih unit pelayanan lainnya dan melibatkan banyak kegiatan-kegiatan
individual. Pendekatan ini juga memperhitungkan keterkaitan antara mutu klinis dan manajemen.
Jadi, upaya untuk memperbaiki proses harus merujuk pada pengelolaan keseluruhan manajemen
mutu rumah sakit dengan pengawasan dari komite perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Di kemudian hari, Rumah Sakit Wates Husada diharapkan akan:
1. mengembangkan dukungan kepemimpinan yang lebih besar bagi program rumah sakit;
2. melatih untuk melibatkan lebih banyak staf;
3. menetapkan prioritas apa yang harus di ukur;
4. membuat keputusan berdasarkan data pengukuran;
5. membuat perbaikan merujuk pada organisasi lain, baik nasional maupun internasional.
Mengingat:
1. UU 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. UU 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. SE Dirjen Yanmed YM 02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang Pedoman hak dan kewajiban
pasien dokter dan rumah sakit.
5. Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesehatan HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit.
6. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANGKESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
M E M U T U S K A N:
Menetapkan :
Pertama :Keputusan Direktur Rumah Sakit Wates Husada Balong Panggang Gresik
Tentang Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Wates Husada Balong Panggang Gresik
Kedua :Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Wates
Husada Balong Panggang Gresik sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini
Ketiga :Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Gresik
Pada tanggal 15 Mei 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT WATES
HUSADA BALONG PANGGANG
GRESIK,
Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Manajemen di Rumah Sakit Wates Husada
Balong Panggang Gresik
5. Rumah Sakit Wates Husada menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data
a) Rumah sakit mengintegrasikan kegiatan validasi data kedalam proses manajemen mutu dan
proses peningkatan.
b) Rumah sakit punya proses validasi data secara internal
c) Proses validasi data memuat paling sedikit indikator yang dipilih seperti yang diharuskan
6. Rumah sakit menggunakan proses yang ditetapkan untuk melakukan identifikasi dan pengelolaan
kejadian sentinel.
a) Pimpinan rumah sakit menetapkan definisi dari kejadian sentinel yang meliputi
i. kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri)
ii. kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
iii. salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi; dan
iv. penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang tuanya
b) Rumah sakit melakukan analisis akar masalah ‘RCA’ terhadap semua kejadian sentinel yang
terjadi dalam batas waktu tertentu yang ditetapkan pimpinan rumah sakit
c) Kejadian dianalisis bila terjadi
d) Pimpinan rumah sakit mengambil tindakan berdasarkan hasil RCA
7. Data dianalisis bila ternyata ada kecenderungan yang tidak diinginkan maupun variasi dari data
tersebut.
a) Analisis secara intensif terhadap data dilakukan jika terjadi penyimpangan tingkatan, pola
atau kecenderungan dari KTD
b) Semua reaksi transfusi, jika terjadi di rumah sakit Wates Husada, dianalisis
c) Semua reaksi obat tidak diharapkan yang serius, jika terjadi sesuai definisi yang ditetapkan
rumah sakit Wates Husada, dianalisis
d) Semua kesalahan medis (medical error) yang signifikan dianalisis
e) Semua ketidakcocokan (discrepancy) antara diagnosis pra dan pasca operasi dianalisis
f) KTD atau pola KTD selama sedasi moderat atau dalam dan anestesi dianalisis
g) Kejadian lainnya yang ditetapkan oleh rumah sakit Wates Husada dianalisis.
8. Rumah sakit Wates Husada menggunakan proses yang ditetapkan untuk melakukan identifikasi
dan analisis kejadian nyaris cedera / KNC (near-miss events)
a) Rumah sakit Wates Husada menetapkan definisi KNC
b) Rumah sakit Wates Husada menetapkan jenis kejadian yang harus dilaporkan sebagai KNC
(untuk KNC obat/medikasi)
c) Rumah sakit Wates Husada menetapkan proses untuk melakukan pelaporan KNC (untuk
KNC obat/medikasi)
d) Data dianalisis dan tindakan diambil untuk mengurangi KNC
10. Kegiatan perbaikan mutu dan keselamatan pasien dilakukan untuk area prioritas sebagaimana
yang ditetapkan pimpinan rumah sakit.
a) Area yang ditetapkan pimpinan rumah sakit dimasukkan kedalam kegiatan peningkatan.
b) Sumber daya manusia atau lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan peningkatan
disediakan dan atau diberikan.
c) Perubahan-perubahan direncanakan dan diuji
d) Dilaksanakan perubahan yang menghasilkan peningkatan
e) Tersedia data yang menunjukkan bahwa peningkatan tercapai secara efektif dan langgeng
f) Dibuat perubahan kebijakan yang diperlukan untuk merencanakan, untuk melaksanakan
pelaksanaan yang sudah dicapai, dan mempertahankannya
g) Perubahan yang berhasil dilakukan, didokumentasikan
11. Program manajemen risiko berkelanjutan digunakan untuk melakukan identifikasi dan
mengurangi KTD dan mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.
a) Pimpinan rumah sakit Wates Husada menerapkan kerangka acuan manajemen risiko
b) Paling sedikit setiap tahun rumah sakit melaksanakan dan mendokumentasikan penggunaan
alat pengurangan-proaktif-terhadap-risiko dalam salah satu prioritas proses risiko
c) Berdasarkan analisis, pimpinan rumah sakit Wates Husada membuat rancang ulang dari
proses yang mengandung risiko tinggi.
12. Membuat, memberlakukan, melakukan evaluasi dan tindak lanjut pedoman/panduan sebagai
berikut:
a) Panduan peningkatan mutu
b) Panduan keselamatan pasien
c) Panduan monitoring program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
d) Standar pelayanan kedokteran
2.3.2 STRUKTUR ORGANISASI TIM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN
PASIEN
SEKRETARIS
Keterangan :
Sekertaris
Manajemen Risiko
Bidang Investigasi
Dewan Penyantun
Satuan Pengawas
Internal (SPI)
Direktur
Tim K3RS
A. Pengertian
B. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat membantu terselenggaranya program kerja tim peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di RS Wates Husada.
Tujuan Khusus
1. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan program kerja
tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien
2. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait
dengan program kerja tim peningkatan mutu dan keselamtan pasien guna
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
C. Kegiatan Rapat
Rapat diadakan oleh tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang di
pimpin oleh ketua tim peningkatan mutu dan kesalamatan pasien .rapat di bedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
1. Rapat rutin
Rapat rutin adalah rapat yang diadakan oleh tim peningkatan mutu dan tim
keselamatan pasien sesuai dengan perencanaan yang telah di buat selama 1 tahun
serta agenda rapat yang telah ditentukan oleh ketua tim peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
2. Rapat insidental
Rapat insidental adalah rapat yang sifatnya insidental dan diadakan
oleh tim peningkatan mutu dan keselamtan pasien untuk membahas atau
menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul secara insidental di
pelayanan yang berhubungan dengan mutu dan keselamtan pasien rumah
sakit.
2.3.6 PELAPORAN
Adalah suatu sistem atau metode yang dilakukan untuk
melaporkan segalah bentuk kegiatan yang ada terkai dengan program
kerja tim peningkatan mutu dan keselamtan pasien di rumah sakit
wates husada.
Jenis laporan.
a. Laporan bulanan
Laporan bulanan adalah laporan yang di buat oleh tim
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit dalam
bentuk tertulis setiap bulannya dan di serahkan kepda direktur
rumah sakit, berisi laporan hasil kegiatan dan program kerja
tim peningkatan mutu dan keselamtan pasien.
b. Laporan tahuan
Laporan tahuan adalah laporan yang di buat oleh tim
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit dalam
bentuk tertulis setiap tahun sekali dan di serahkan kepada
direktur rumah sakit, berisi laporan hasil kegiatan dan
program kerja tim peningkatan mutu dan keselamtan pasien.
c. Laporan insidental
Laporan insidental adalah laoran yang dibuat oleh tim
peningkatan mutu dan keselamtan pasien rumah sakit dalam
bentuk tertulis bila ada hal-hal atau permasalahan tertentu
yang perlu di sampaikan kepada direktur rumah sakit yang
bersifat incident
BAB III
Beberapa regulasi pemerintah yang mengatur tentang pelayanan kesehatan merupakan salah
satu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Diantaranya adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS), dapat diterapkan untuk mendukung pencapaian
indikator kinerja RS. SPM RS terdiri dari 20 jenis pelayanan dengan total 93 indikator, yang
seharusnya diukur dan dianalisis secara periodik harian, bulanan atau triwulan.
Demikian juga Standar Akreditasi Baru Rumah Sakit (versi KARS maupun JCI)
mensyaratakan RS memiliki setidaknya 26 indikator mutu yaitu 11 indikator klinis, 9
indikator manajemen dan 6 indikator keselamatan pasien. Persyaratan standar akreditasi
tersebut tercantum dalam bab Quality Improvement and Patient Safety (QPS) yang lebih
lanjut juga mensyaratkan penggunaan pendekatan komprehensif yang terkait dengan
Penetapan, Pengukuran, Evaluasi dan Tindak Lanjut Indikator Mutu dan
Keselamatan Pasien.
3.2 TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Oleh
sebab itu perlu terus menerus meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, disamping pula terus menerus meningkatkan mutu pelayanan dengan biaya
yang terjangkau. Tujuan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan
keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai
mutu palayanan RS Wates Husada, memecahkan masalah yang ada, mencari solusi terbaik
sehingga mutu pelayanan akan menjadi lebih baik.
Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan, baik mutu
manajemen maupun klinik di rumah sakit secara berkesinambungan, efektif dan efisien agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan Khusus
1. Pemanfaatan dan optimalisasi sumber daya secara tepat guna,
2. Pemberian pelayanan sesuai standar profesi dan standar pelayanan,
3. Menetapkan indikator mutu atau kinerja manajemen dan mutu pelayanan klinik,
4. Menentukan cara pengukuran mutu manajemen dan mutu klinik,
5. Menentukan metode evaluasi program peningkatan mutu manajemen dan mutu klinik.
6. Mengembangkan program tindak lanjut perbaikan mutu manajemen dan mutu klinik.
Konsep P-D-C-A ini harus menjadi panduan bagi para pimpinan di setiap lini di RS Kristen
Mojowarno, untuk proses perbaikan mutu secara terus menerus.
A. PLANING
Prinsip dasar program peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menyusun rencana untuk menetapkan terlebih dahulu indikator,
target dan standar yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi mutu sehingga
dapat dilakukan perbaikan.
1. INDIKATOR
a. Indikator adalah variabel ukuran atau tolak ukur untuk mengetahui adanya
perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan target/standar yang ditentukan.
Indikator juga berarti tanda yang dapat menyadarkan kita bahwa ada
penyimpangan.
b. Indikator disusun berdasarkan kesepakatan antara unit, urusan, bidang dan
bagian dengan manajemen rumah sakit berdasarkan kajian target strategis yang
telah ditentukan.
c. Sifat indikator: 1. measurable,
2. reliable,
3. valid,
4. spesific,
5. relevan.
d. Jenis indikator yang ditetapkan terdiri dari indikator:
1. Input berkaitan dengan man, money, material, methode, manajemen
2. Proses berkaitan dengan proses apa yang dilakukan untuk menghasilkan
sesuatu barang atau jasa (cara menghasilkan barang atau jasa)
3. Output adalah sesuatu yang dihasilkan bisa dalam bentuk barang ataupun
selesainya pekerjaan jasa.
4. Outcomeadalah ukuran sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan, atau
konsumen. Biasanya berupa persepsi pelanggan terhadap peanfaatan layanan.
5. Benefit adalah ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan ataupun pemberi
pelayanan
6. Impact adalah ukuran dampak dari suatu produk secara luas dan biasanya
jangka panjang.
2. TARGET.
a. Target adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang
ingin dicapai.
b. Syarat target harus memiliki satuan (jumlah kunjungan, orang, berat, waktu,
panjang, lebar dll)
c. Target dalam rumah sakit ditentukan berdasarkan target strategis dalam bisnis
plan ataupun SAP bahkan RABP.
d. Kepentingan target adalah untuk kepentingan internal organisasi.
3. STANDAR
a. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang
harus dicapai. Dapat diartikan juga bahwa standar merupakan tingkat kinerja
yang diharapkan atau disepakati bersama yang menjadi ukuran baku terhadap
kuantitas, kualitas, nilai/manfaat.
b. Penetapan standar di rumah sakit berdasarkan kesepakatan antara unit, urusan,
bidang dan bagian dengan fihak manajemen rumah sakit.
c. Standar mengacu pada SPM, Standar Pelayanan RS, Akreditasi, IDI, Depkes,
Nasional atau Internasional, JCI sesuai dengan kebutuhan, atau disusun sendiri.
d. Syarat standar harus memiliki satuan, baik kuantitatif atau kualitatif.
e. Manfaat dengan ditentukannya standar adalah:
1. Mengurangi variasi proses
2. Keamanan atau keselamatan klien dan petugas penyedia pelayanan
3. Persyaratan profesi
Proses monitoring harus didukung sumber data yang berasal dari beberapa sumber
antar lain:
1. Laporan harian
2. Laporan mingguan
3. Laporan bulanan
4. Laporan survei bulanan dari customer
5. Laporan akuntabilitas staf yang dibawahnya
6. Kotak saran atau data voice of customer
7. Pengaduan langsung (lisan)
Aspek evaluasi didasarkan pada empat perspektif Balanced Scorecard antara lain:
1. Pembelajaran dan pengembangan SDM
2. Proses bisnis internal
3. Kepuasan pelanggan
4. Keuangan
1 Nama Indikator
2 Program
4 Tujuan
5 Dasar pemikiran
/Literatur/Evidance
Base
6 Definisi terminologi
yang digunakan dan
standar
7 Kriteria
a.Inklusi
b.Eklusi
12 Carapengukuran/
Formula
13 TargetPengukuran
indikator
18 Validator
19 PIC
22 Mohon dijelaskan
mengenai rencana
analisa
23 Mohon dijelaskan
bagaimana hasil 2 data
akan disebarkan
kepada staff
Analisa data
Penyajian data
Analiasa data K
M
K
Penyajian data P
D P
Menerima Hasil Evaluasi
I E
R N
Menyetujui Rekomendasi/Tindak E G
lanjut K U
T R
Pengurus YK U U
R S
Selesai
≥ 640 128
320-639 20% total populasi
64-319 64
<64 100% populasi
5. PERBANDINGAN DATA
Data hasil analisis dilakukan perbandingan melalui 4 cara antara lain:
1. Dilakukan dari waktu ke waktu didalam rumah sakit
2. Perbandingan dilakukan dengan rumah sakit sejenis , bila ada kesempatan
3. Perbandingan dilakukan dengan standar akreditasi
4. Perbandingan dengan praktek yang baik yang diakui di kepustakaan sebagai
pedoman praktek yang paling baik.
BAB IV
UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT
Demikian juga Standar Akreditasi Baru Rumah Sakit (versi KARS maupun JCI)
mensyaratakan RS memiliki setidaknya 26 indikator mutu yaitu 11 indikator klinis, 9
indikator manajemen dan 6 indikator keselamatan pasien. Persyaratan standar
akreditasi tersebut tercantum dalam bab Quality Improvement and Patient Safety (QPS)
yang lebih lanjut juga mensyaratkan penggunaan pendekatan komprehensif yang
terkait dengan Penetapan, Pengukuran, Evaluasi dan Tindak Lanjut Indikator
Mutu dan Keselamatan Pasien.
3.5 TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Oleh sebab itu perlu terus menerus meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, disamping pula terus menerus meningkatkan mutu
pelayanan dengan biaya yang terjangkau. Tujuan upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan
integratif memantau dan menilai mutu palayanan RS Wates Husada, memecahkan
masalah yang ada, mencari solusi terbaik sehingga mutu pelayanan akan menjadi lebih
baik.
Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan, baik
mutu manajemen maupun klinik di rumah sakit secara berkesinambungan, efektif dan
efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan Khusus
1. Pemanfaatan dan optimalisasi sumber daya secara tepat guna,2.
2. Pemberian pelayanan sesuai standar profesi dan standar pelayanan,
3. Menetapkan indikator mutu atau kinerja manajemen dan mutu pelayanan klinik,
4. Menentukan cara pengukuran mutu manajemen dan mutu klinik,
5. Menentukan metode evaluasi program peningkatan mutu manajemen dan mutu
klinik.
6. Mengembangkan program tindak lanjut perbaikan mutu manajemen dan mutu
klinik
Konsep P-D-C-A ini harus menjadi panduan bagi para pimpinan di setiap lini di RS
Kristen Mojowarno, untuk proses perbaikan mutu secara terus menerus.
E. PLANING
Prinsip dasar program peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menyusun rencana untuk menetapkan terlebih dahulu
indikator, target dan standar yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi
mutu sehingga dapat dilakukan perbaikan.
4. INDIKATOR
c. Indikator adalah variabel ukuran atau tolak ukur untuk mengetahui adanya
perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan target/standar yang
ditentukan. Indikator juga berarti tanda yang dapat menyadarkan kita
bahwa ada penyimpangan.
d. Indikator disusun berdasarkan kesepakatan antara unit, urusan, bidang dan
bagian dengan manajemen rumah sakit berdasarkan kajian target strategis
yang telah ditentukan.
c. Sifat indikator: 1. measurable,
2. reliable,
3. valid,
4. spesific,
5. relevan.
d. Jenis indikator yang ditetapkan terdiri dari indikator:
1. Input berkaitan dengan man, money, material, methode, manajemen
2. Proses berkaitan dengan proses apa yang dilakukan untuk menghasilkan
sesuatu barang atau jasa (cara menghasilkan barang atau jasa)
3. Output adalah sesuatu yang dihasilkan bisa dalam bentuk barang
ataupun selesainya pekerjaan jasa.
4. Outcomeadalah ukuran sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan, atau
konsumen. Biasanya berupa persepsi pelanggan terhadap peanfaatan
layanan.
5. Benefit adalah ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan ataupun
pemberi pelayanan
6. Impact adalah ukuran dampak dari suatu produk secara luas dan
biasanya jangka panjang.
5. TARGET.
e. Target adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu
yang ingin dicapai.
f. Syarat target harus memiliki satuan (jumlah kunjungan, orang, berat, waktu,
panjang, lebar dll)
g. Target dalam rumah sakit ditentukan berdasarkan target strategis dalam
bisnis plan ataupun SAP bahkan RABP.
h. Kepentingan target adalah untuk kepentingan internal organisasi.
6. STANDAR
f. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan
sesuatu yang harus dicapai. Dapat diartikan juga bahwa standar merupakan
tingkat kinerja yang diharapkan atau disepakati bersama yang menjadi
ukuran baku terhadap kuantitas, kualitas, nilai/manfaat.
g. Penetapan standar di rumah sakit berdasarkan kesepakatan antara unit,
urusan, bidang dan bagian dengan fihak manajemen rumah sakit.
h. Standar mengacu pada SPM, Standar Pelayanan RS, Akreditasi, IDI, Depkes,
Nasional atau Internasional, JCI sesuai dengan kebutuhan, atau disusun
sendiri.
i. Syarat standar harus memiliki satuan, baik kuantitatif atau kualitatif.
j. Manfaat dengan ditentukannya standar adalah:
6. Mengurangi variasi proses
7. Keamanan atau keselamatan klien dan petugas penyedia pelayanan
8. Persyaratan profesi
Proses monitoring harus didukung sumber data yang berasal dari beberapa
sumber antar lain:
8. Laporan harian
9. Laporan mingguan
10. Laporan bulanan
11. Laporan survei bulanan dari customer
12. Laporan akuntabilitas staf yang dibawahnya
13. Kotak saran atau data voice of customer
14. Pengaduan langsung (lisan)
BAB III
TATA LAKSANA
1 Nama Indikator
2 Program
4 Tujuan
5 Dasar pemikiran
/Literatur/Evidance
Base
6 Definisi terminologi
yang digunakan dan
standar
7 Kriteria
a.Inklusi
b.Eklusi
12 Carapengukuran/
Formula
13 TargetPengukuran
indicator
17 Pengumpul data
18 Validator
19 PIC
22 Mohon dijelaskan
mengenai rencana
analisa
23 Mohon dijelaskan
bagaimana hasil 2
data akan disebarkan
kepada staff
Analisa data
Penyajian data
Analiasa data K
M
K
Penyajian data P
Rekapitulasi Data indkator K M K P K
M U P P 3
K T R I
Evaluasi Indikator P U S
D P
Menerima Hasil Evaluasi
I E
R N
Menyetujui Rekomendasi/Tindak E G
lanjut K U
T R
Pengurus YK U U
R S
Selesai
≥ 640 128
320-639 20% total populasi
64-319 64
<64 100% populasi
9. PERBANDINGAN DATA
Data hasil analisis dilakukan perbandingan melalui 4 cara antara lain:
1. Dilakukan dari waktu ke waktu didalam rumah sakit
2. Perbandingan dilakukan dengan rumah sakit sejenis , bila ada kesempatan
3. Perbandingan dilakukan dengan standar akreditasi
4. Perbandingan dengan praktek yang baik yang diakui di kepustakaan sebagai
pedoman praktek yang paling baik.
BAB V
DOKUMENTASI