Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria

maupun wanita, tetapi dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita

lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta

tekanan sosial pada wanita karena masalah gender. Wanita memiliki kebutuhan

kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi.

Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitif terhadap kerusakan yang dapat

terjadi disfungsi atau penyakit. Penyakit reproduksi pada wanita meliputi

Endometriosis, Mioma Uteri, Polip, Kista Ovarium, Kanker Serviks dan Infeksi

Panggul adalah penyebab gangguan Reproduksi yang terbanyak kelainan lainnya

yang lebih jarang terjadi adalah Mioma Uteri, Kista, Polip.

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot–otot uterus

dan jaringan ikat, kadang disebut juga Leiomioma atau Fibroid. Jaringan tumor

tumbuh pada dinding muskulus uterus dan terbentuk dari otot dan jaringan fibroid

(Serri Hutahaean, 2009). Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27 % wanita

berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam

ditemukan lebih banyak. Setelah menopause hanya kira–kira 10 % mioma yang

masih bertumbuh. Berdasarkan penelitian World health organitation (WHO)

penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22

(1,95 %) kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus (Gant & Cunningham,

2010).

1
2

Di Indonesia pada tahun 2011 kasus Mioma Uteri ditemukan sebesar 2,39-

11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Mioma 3-9 kali lipat lebih

sering pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik

menunjukkan 60% Mioma Uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau

hamil hanya satu kali. Di Jawa Timur sendiri pada tahun 2014 Mioma Uteri

menduduki urutan ke empat dari 10 penyakit reproduksi yang ditemukan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Lamongan pada tahun

2014 kasus Mioma Uteri ditemukan sebanyak 53 (1,43 %) kasus.

Berdasarkan data yang diperoleh di Poli Kandungan RSUD Dr. Soegiri

Lamongan pada tahun 2015 mioma uteri menempati urutan ke tiga dengan jumlah

pasien sebanyak 287 ( 15,96 %). Tahun 2016 bulan Januari sampai Maret jumlah

pasien dengan kasus mioma uteri sebanyak 50 (13,29 %). Dari data diatas, di

ketahui bahwa jumlah pasien mioma uteri mengalami penurunan 2,67 % tetapi

masih menempati urutan ketiga setelah flour albous dan cáncer serviks dari 10

penyakit terbanyak di Poli kandungan RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

Terjadinya peningkatan Mioma Uteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

dipengaruhi oleh faktor hormonal, genetik, umur, menarche dini. Faktor yang

pertama adalah faktor hormonal yaitu adanya hormon ekstrogen dan progesterone

berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa

pubertas, meningkat pada usia reproduksi, dan mengalami regresi setelah

menopause. Semakin lama terpapar dengan hormone esterogen seperti obesitas

dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri (Atikah Proverawati,

2009).
3

Faktor kedua adalah faktor genetic mioma memiliki sekitar 40%

kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara kromosom 12 dan 14

delesi kromosom 7 dan trisomidari kromosom 12.faktor ketiga adalah umur,

kebanyakan wanita mulai didiagnosa mioma uteri diatas 40tahun.faktor ke empat

adalah menarche dini (< 10 tahun ) meningkatkan kejadian mioma uteri 1,24 kali

(Atikah Proverawati, 2009).

Mioma uteri sering kali menimbulkan gejala pada awal seperti

perdarahan abnormal, gangguan perdarahan yang terjadi adalah hiperminore dan

menorhargia yang sering menyebabkan penderita mengalami dari perdarahan

yang terus menerus. Rasa nyeri timbul karena gangguan sirkulasi darah pada

mioma. Pertumbuhan yang mempersempit kanalis servikalis dapat menyebabkan

disminore. Selain itu karena proses degenerasi ganas akan menekan pada visera

oleh ukuran mioma yang membesar karena efek penekanan tersebut pana vasika

urinaria menimbulkan keluhan pada traktus urinarius seperti perubahan frekuesi

miksi sampai dengan keluhan retensi urin (Atikah Proverawati, 2009).

Dampak yang ditimbulkan dari mioma uteri bila tidak ditangani

menimbulkan perdarahan, anemia, nekrosis dan infeksi, infertilitas. Komplikasi

lain dalam keadaan akut terjadi gangguan aliran darah mengakibatkan nekrosis

yang kemudian timbul gejala akut abdomen (Serri Hutahean, 2009).

Peran perawat secara promotif memberikan pendidikan kesehatan

yang bertujuan membantu keluarga tentang penjelasan mengenai mioma uteri

dan cara mengatasi komplikasi pada mioma uteri. Peran preventif dilakukan

dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah komplikasi

yang terjadi pada mioma uteri. Peran kuratif dalam menangani mioma uteri.
4

dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG (Ultra SonoGrafi), IVP. Dalam peran

rehabilitasi perawat menggunakan perencanaan dan metode yang tepat untuk

proses penyembuhan dengan melibatkan penyediaan layanan baru dalam

keluarga dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas kesehatan klien.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan juga mengingatkan luasnya

masalah maka dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis membatasi

masalah yaitu Asuhan Keperawatan klien Mioma Uteri dengan Kekurangan

volume cairan di Poli Kandungan RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Mioma Uteri

dengan Kekurangan volume cairan di Poli Kandungan RSUD Dr. Soegiri

Lamongan ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan adalah melaksanakan asuhan keperawatan klien yang mengalami

Mioma Uteri dengan Kekurangan volume cairan di Poli Kandungan RSUD Dr.

Soegiri Lamongan.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis adalah:

1) Melaksanakan pengkajian pada Ny”S” dan Ny”I” yang mengalami


5

Mioma Uteri dengan Kekurangan volume cairan di Poli Kandungan

RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny”S” dan Ny”I” yang

mengalami Mioma Uteri dengan Kekurangan volume cairan di Poli

Kandungan RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

3) Menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada Ny”S” dan Ny”I”

yang mengalami Mioma Uteri dengan Kekurangan volume cairan

di Poli Kandungan RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny”S” dan Ny”I” yang

mengalami Mioma Uteri dengan kekurangan volume cairan dengan

kekurangan volume cairan di Poli Kandungan RSUD Dr. Soegiri

Lamongan.

5) Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny”S” dan Ny”I” yang

mengalami Mioma Uteri dengan kekurangan volume cairan

di Poli Kandungan RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Teoritis

Merupakan kegunaan hasil studi kasus, baik bagi kepentingan

pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan.

1.5.2 Praktis

Manfaat langsung yang didapatkan antara lain:

1) Bagi penulis
6

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan mata kuliah keperawatan

maternitas yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan Mioma uteri.

2) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menambah acuan bacaan bidang ilmu

keperawatan tentang Mioma Uteri dan penanganan asuhan keperawatan

pada klien Mioma Uteri.

3) Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai wawasan bagi perawat dalam memberikan dan

mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Mioma Uteri

sesuai dengan teori yang ada guna meningkatkan mutu pelayannan

kesehatan.

4) Bagi Institusi

Sebagai bahan tambahan referensi untuk penelitihan dalam hal

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai