Anda di halaman 1dari 57

Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.

”N” Dengan Mioma Uteri


Ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar

TINGKAT 2A
( KELOMPOK 1 )
1. Amalda Nurhaliza
2. Dian Ekawati
3. Irmayanti jamal
4. Pegy Febrianty
5. Suniati

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKPER MAPPAOUDANG MAKASSAR
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehingga
“Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.”N” Dengan Mioma Uteri Ruang Perawat
Nuri RS Bhyangkara Makassar “ .
Dan harapan kami semoga makalah asuhan kepeerawatan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah asuhan kepeerawatan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah asuhan keperawatan ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah

ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
C. Anatomi dan Fisiologi Mioma Uteri
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Pencegahan
J. Komplikasi
Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal tersebut
berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter
kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan penting
terhadap kelanjutan generasai penerus suatu negara (Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan
suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan
jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif atau menopouse
(Aspiani, 2017).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan 30%
sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus mioma
uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi 26,8%
Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering
ditemukan pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita
kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita
berusia diatas 35 tahun (Aspiani, 2017). Menurut Apriyani faktor-faktor terjadinya
mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi sebanyak 65,0%, paritas
multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe normal sebanyak 95%, dan status
haid tidak teratur sebanyak 52,5%.
Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma mulai dari
benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen terhadap
sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan
abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat
menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung (Manuaba, 2009). Perdarahan
abnormal merupakan gejala yang paling sering di alami oleh wanita penderita mioma
uteri. Perdarahan bisa diakibatkan karena pembesaran mioma sehingga menekan
organ disekitarnya seperti tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran
pembuluh darah dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan
mioma uteri terhadap saluran kemih.
Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang lebih luas
dari pada biasanya. Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil dan
penderita mioma uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak berupa abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada penderita mioma uteri akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan anemia. Pendarahan
juga dapat terjadi pada pencernaan karena perluasan dan pembesaran mioma uteri
sehingga pasien mioma uteri tidak hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi
juga dapat dilakukan operasi pencernaan (colostomy). Pada kasus ini pasien mioma
uteri mengalami komplikasih yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan
tidak jarang pasien tersebut mengalami penurunan kesehatan karena terjadi
gangguan pada nutrisi dan tubuh mengalami kelemahan hingga menjadi syok dan
pada akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa- apa dan
tidak sadar bahwa pederita mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan mioma
uteri bervariasi tergantung pada umur ibu atau penderita, jumlah anak yang dimiliki,
lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma uteri. Prinsip pengobatannya adalah
melakukan operasi pengangkatan total atau sebagian, pemberian hormon dan radiasi
untuk menghilangkan fungsinya sehingga diharapkan dapat mengecilkan tumor
(Manuaba, 2009).
Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan
American Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi untuk
melakukan operasi pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri penekanan yang
sangat mengganggu, perdarahan yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dan
dugaan adanya keganasan pada organ reproduksi. Pada mioma ini sering terjadi
kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak yang bermetastasi secara luas
sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%. Wanita subur diharapkan untuk
melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur agar terhindar dari penyakit
mioma uteri dan dapat menegakkan diagnosis serta penanganan dini dapat dilakukan
(Robbins, 2007).
Kejadian mioma uteri di Sumatera Barat berdasarkan komplikasi kebidanan
pada tahun 2012 sebesar 50%, angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 67% (Dinkes Sumbar, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam
medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 April 2017 didapatkan
penderita mioma uteri yang menjalani perawatan yang memiliki kartu BPJS pada
tahun 2016 sebanyak 30 orang. Data registrasi pasien di ruang Ginekologi
Kebidanan mulai dari Januari sampai Maret 2017 didapatkan kasus mioma uteri 16
orang.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Ruang Ginekologi
Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 April 2017 ditemukan
adanya pasien menderita mioma uteri sedang menjalani perawatan sebanyak satu
orang. Berdasarkan wawancara dengan salah satu perawat di ruangan mengatakan
bahwa pasien dirawat sudah satu hari dan sudah dilakukan asuhan keperawatan
seperti memberikan obat analgetik dan sudah dilakukan menajemen nyeri seperti
nonfarmakologi. Berdasarkan wawancara dengan pasien diruangan, pasien
mengatakan sudah mendapatkan tindakan untuk mengatasi keluhannya seperti
mendapatkan terapi obat analgesik untuk menghilangkan nyeri, dan pasien sudah
mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan seperti menajemen (nonfarmakologi)
nyeri yang dirasakan pasien.
Pendokumentasian tindakan keperawatan sebagian dilakukan perawat
diruangan ditemukan bahwa pendokumentasian mengacu pada shift sebelumnya
tanpa memperhatikan perkembangan pasien yang menderita mioma uteri setelah
diberikan asuhan keperawatan seperti memasukan obat terapi dengan injeksi
Ceftriaxon tidak dilakukan evaluasi pada pasien untuk menilai hasil tindakan yang
diberikan oleh perawat diruangan pada saat dinas berlangsung. Padahal evaluasi
merupakan suatu yang harus dilakukan untuk melihat apakah obat memberikan efek
yang baik pada tubuh pasien atau tidak baik. Kemudian pendokumentasian
merupakan salah satu komponen penting setiap melakukan tindakan kepada pasien
agar dapat memberikan sumber kesaksian bagi perawat dalam bertanggungjawab dan
bertanggunggugat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat mempunyai
peran dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan mioma uteri secara
komprehensif.
Selain itu, pasien malu bertanya tentang kondisi kesehatan dan kurang
percaya diri dalam menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien kepada petugas
kesehatan serta disebabkan oleh rasa minder didalam diri pasien. Kebanyakan dari
mereka yang memiliki niat dan rasa ingin tahu kondisi kesehatanya yang dapat
bertanya kepada petugas dirumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu usaha dalam
penanganan kesehatan pada penyakit mioma uteri untuk meningkatkan kemampuan
dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri. Usaha ini memerlukan
strategi atau metode perawatan yang tepat dan dapat dipahami dan dilakukan pasien
itu sendiri serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam pengkajian ini adalah “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.N
Dengan Mioma Uteri Ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar ”
3. Tujuan masalah
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Mioma Uteri di Ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
b. Tujuan khusus
- Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan tindakan pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Mioma Uteri


1. Pengeretian mioma uteri
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).

2. Anatomi dan fisiologi


Anatomi organ reproduksi wanita
Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas organ eksterna dan
interna. Organ interna yang terletak didalam rongga pelvis dan ditopang
oleh lantai pelvis, dan ginetal eksterna yang terletak di perineum. 3Organ
reproduksi wanita terdiri dari 2 bagian yaitu organ ektremitas dan organ
interna:
1. Organ Eksterna
a. Mons veneris / mons pubis
Adalah bantalan berisi lemak subkutan bulat yang lunak dan
padat yang terletak dipermukaan anterior simphisis pubis. Mons
pubis mengandung banyak kelenjar. Sebasea (minyak) berfungsi
sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Labiya mayora
Merupakan dua buah lipatan bulat dengan jaringan lunak yang
ditutupi kulit dari rectum. Panjang labia mayora 7 - 8 cm, lebar 2-
3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayora
melindungi memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons
pubis sampai sekitar satu inci labia minora, meatus urinalius, dan
introitus vagina (muara vagina)
c. Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia minora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang
memanjang kearah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchette, sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina : merah muda dan basah. Pembuluh darah
yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan
dan memungkinkan labia minora membengkak.
d. Klitoris
Adalah jaringan yang homolog dengan penis, bentuknya kecil,
silinder, erektik dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ
ini menonjol ke bawah diantara ujung labia minora. Fungsi utama
klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
e. Vulva

Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang


dan dibatasi dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir
kecil, dan dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai dengan
sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan
orifisium uretra ekstrenum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-
5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh
lipatan – lipatan selaput vagina.
f. Vestibulum
Merupakan daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak diantara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagian, dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodoran semprot, garam –
garaman, busa sabun), panas, dan fiksi (celana jins yang ketat).
g. Perineum
Merupakan daerah muskulus yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum. Penggunaan istilah vulva dan perineum kadang –
kadang tertukar, tatapi secara tidak tepat.
h. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada permukaan ujung bawah labia mayora dan labia
minora digaris tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak diantara fourchette dan himen.

2. Organ Interna

c. Tuba falopi d. Ovarium


a. Vagina
Vagina,
suatu
b. Uterus

a. Vagina
struktur tubular yang terletak didepan rectum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna divestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan servik ke
bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar
7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior 9 cm. Ceruk yang
berbentuk disekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut
forniks: kanan, kiri, anterior, dan posterior.
Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone. Sel – sel mukosa tunggal terutama
selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel – sel yang
diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur
kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus ginetalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagian dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila PH naik diatas
lima, insiden infeksi vagina meningkat.
b. Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir terbaik. Pada wanita dewasa
yang belum pernah hamil, beratuterus adalah 60 gram (2 ons).
Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin
dan teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung
kepada beberapa faktor. Misalnya, uterus lebih banyak
mengandung rongga selama fase sekresi, siklus menstruasi, lebih
lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus terdiri dari tiga bagian : fundus yang merupakan
tonjolan bulat dibagian atas dan terletak diatas insersi tuba valopi,
korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum
uteri, dan instmus merupakan bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai
segmen uterus bagian bawah pada masa hamil.Tiga fungsi uterus
adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan. Fungsi – fungsi ini esensial untuk
reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan fisiologis
wanita.
c. Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-
14 cm, tuba tertutup oleh peritonium dan lumennya dilapisi oleh
membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars intersisialis
Bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Pars ismika
Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
3) Pars ampularis
Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi
4) Pars infundibulum
Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbria
d. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah
amandel, fungsinya untuk perkembangan dan pelepasan ovum.
Serta sintesis dan sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium,
panjang 2,5-5 cm, labar 1,5-3 cm, dan tebal 0,6-1 cm.
Ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang
tuba fallopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira – kira setinggi kristal
iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii proprium. (Bobak,
2004)

3. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari
pada jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma
uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma
uteri
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan
faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1
(satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat
sel- sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah
menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor
eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi
udara, makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan
kimia yang ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan
yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam
makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga
dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan
racun, misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses
detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu
senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik
dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada


mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.

2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

4. Klasifikasi
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh.
1) Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal
dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat
menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi
tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi
padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih
ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

b. Mioma Uteri Subserosa


Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis
mioma ini bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma
tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan
diri dari uterus sehingga disebut wandering parasitis fibroid.

c. Mioma Uteri Submukosa


Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang
disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin
belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini
dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama
mioma geburt atau mioma yang dilahirkan.

5. Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam


miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu
putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar
dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara
yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).

6. Manifestasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan pelvis rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai
keluhan apa – apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung
satu tumor dalam uterus. Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya
gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan – perubahan pada mioma uteri
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
a. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.
Disebabkan oleh :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
b. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar
miom menekan struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum
yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga
menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia,
pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
d. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas.

7. emeriksaan Penunjang
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma
uteri meliputi :
a. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat
disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi.
Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan
adanya kehilangan darah yang kronik.
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus
yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdapat bersamaan
dengan kehamilan.
c. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat
membantu.
d. Pielogram intravena
- Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia
serviks sebelum histerektomi.
- Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi
dikemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus
dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).

Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan


cara:
1. Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit
turun
atau meningkat, Eritrosit turun
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginaltoucher(VT):didapatkanperdrahanpervaginam,terabamassa
,konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang
dapat
menghambat tindakan operasi
6. ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.

Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :


a. Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen
bagian bawah dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas,
sering berbenjol atau bertangkai, mudah digerakan, tidak nyeri.
b. Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau
berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan
serviks.

8. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma
uterus dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis.
Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi
kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut
itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena
mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi
tinggi.

2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma
yang menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan
pengobatan operatif, tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa


pengangkatan uterus. Miomektomi dilakukan pada wanita yang
ingin mempertahankan fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara
ekstirpasi lewat vagina (Wiknjosastro, 2008:345).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma serviks uteri (Wiknjosastro, 2008:345). Tindakan ini
terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak
menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau
tumor yang cepat membesar.

Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada


penderita mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina
yang tidak normal antara lain :
a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid
Antiinflamation=NSAID)
b. Vitamin
c. Dikerok (kuretase)
d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)
e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim
keseluruhan (Histerektomi)
f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak
memerlukan pengobatan khusus.

9. Pencegahan mioma uteri.


Berikut ini upaya pencegahan sederhana yang dapat dilakukan untuk
menghindari mioma uteri, yaitu:
- Menjaga berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan sehat dan
olahraga teratur.
- Perbanyak konsumsi buah dan sayur, terutama sayuran hijau.
- Mengurangi konsumsi daging merah dan alkohol.

10. Komplikasi
Menurut (Manuaba, 2010:325) Komplikasi mioma uteri terbagi
menjadi 3 yaitu :
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-
75% dari semua sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.

Komplikasi Menurut (Manuaba, 2010:325) Komplikasi mioma uteri


terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-
75% dari semua sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
B. Konsep dasar keprawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat
dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan,
manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun
yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri,
intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan
jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri,
tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat
alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran
kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri
yang perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir,
sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum
menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri,
dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar.

c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang
harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu
makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi,
warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga
dan frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d. Telinga : lihat kebersihan telinga.
e. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h. Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentang keperawatan pada klien Ny ”M” dengan Myoma

Uteri di Ruang perawatan Nuri RS. Bhayangkara Makassar, mulai dari pengkajian,

pengelompokan data, analisa data, penentuan diagnosa keperawatan, rencana asuhan

keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.

Tanggal masuk RS : 15 – 07 – 2021 Jam masuk : 11.34

Ruang/Kelas : Nuri/Pama II No. RM : 153097

Tgl Pengkajian : 16 – 07 – 2021

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas ibu

1) Nama : Ny “M”

2) Umur : 45 tahun

3) Agama : Islam

4) Suku : Toraja

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : IRT

7) Status perkawinan : Kawin

8) Perkawinan ke : Pertama
9) Alamat : BTN.A.Tonro A.18 No.15

Sungguminasa

b. Identitas Suami

1) Nama : Tn “S”

2) Umur : 48 tahun

3) Agama : Islam

4) Suku : Jawa

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : Polisi

7) Status perkawinan : Kawin

8) Perkawinan : Pertama

9) Alamat : BTN.A.Tonro A.18 No.15

Sungguminasa

2. Data Biologis / Fisiologis

a. Keluhan utama : Benjolan pada area abdomen

b. Riwayat keluhan utama

Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 15 – 07 – 2021 pukul 11.34

dengan keluhan adanya benjolan di daerah abdomen (myoma uteri) sejak

± 11 hari yang lalu, dan rencana operasi pada tanggal 17 – 07 – 2021.

Tidak ada nyeri, ibu haid tidak teratur, KB (+), klien mengatakan cemas

pada kondisinya.

c. Riwayat kehamilan
1) G : 1 P:1 A:0

2) HPHT : 04 – 07 – 2021

d. Pola Reproduksi

1) Menarche : 15 Tahun

2) Siklus haid : Tidak teratur

3) Lamanya haid : 5 - 7 hari

4) Sifat darah : Encer

5) Baunya : Amis

6) Warna : Merah

7) Monopause : Belum

e. Riwayat Obsetri

Tabel 3.1

Riwayat kehamilan dan persalinan

Kehamilan Persalinan Anak


Anak Keadaan
Umur Penya Penolo P
ke Tahun Tempat Jenis L/P BB sekarang
kehamilan Kit ng T
I 9 bln - 1993 RS Bidan Normal P - - Sehat

f. Riwayat Keluarga Berencana

1) Melakukan KB

Ya, dengan jenis KB pil dan suntik digunakan pada anak pertama

2) Drop out

Ya, karena klien ingin hamil lagi


g. Riwayat Kesehatan

1) Penyakit yang pernah dialami : Flu, demam, gastritis

2) Operasi yang pernah dialami    : Sebelumnya klien pernah di operasi

pengangkatan kelenjar pada daerah ketiak

3) Riwayat keluarga

a) Genogram 3 generasi

G. I X X X ?

G. II ? ? ? ? ? X X ? ? ?

X 64

G. III ? ? ? ?

45 48

18

Keterangan :

: Laki-lak ? : Umurtidakdikethui

: Perempuan : Garisperkawinan

: Klien : Garisserumah
: Meninggal : Garis keturunan

Kesimpulan :

G. I : a. Kakekdannenek dari ayahklienmeninggaldunia

karenafaktorusia

b. Kakek klien dari ibu meninggal dunia karena faktor usia

G. II :

Ayahklienmeninggalkarenafaktorusiadantidakadariwayatpeny

akit yang sama.

G. III : a. Saudara laki-laki klien yang ke empat meninggal dunia

karena penyakit cacar

b. Saudara laki-laki klien yang ke lima meninggal dunia

karena terjatuh

c. Klien adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara dan sekarang di

rawaat di ruang nuri dengan diagnosa mioma uteri

d. Klien serumah dengan suami dan seorang putrinya

b) Penyakit keluarga

Flu, Batuk, sakit kepala

c) Tidak ada kelahiran kembar


h. Pola istirahat kegiatan sehari-hari

Tabel 3.2
Kegiatan sehari-hari
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi
a. Jenis makanan Nasi, sayur, lauk Selama pengkajian
b. Frekuensi 3x/hari klien dianjurkan oleh
c. Nafsu Makan Baik dokter untuk tidak
d. Makanan Tidak ada makan (Persiapan
pantangan operasi)
e. Makanan Bubur manado
kesukaan
f. Mual Tidak ada
g. Keluhan perut Tidak ada
h. Alergi Tidak ada
2. Minuman/Cairan
a. Jenis Minuman Air putih, teh, susu Air putih+jus
b. Frekuensi 6-8 gelas/hari 6-8 gelas/hari
3. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 5-6x sehari 5-6x sehari
2) Warna Kuning Kuning
3) Bau Amoniak Amoniak
4) Keluhan Tidak ada Tidak ada
5) Kateter Tidak ada Tidak ada
6) Jumlah 800cc 600cc
b. BAB
1) Frekuensi 1 kali sehari 7x sejak tadi pagi
hingga pengkajian
2) Konsistensi Lunak Encer
3) Warna Kuning Kuning kemerah-
merahan
4) Tempat Toilet Toilet
5) Konstipasi Pernah Tidak pernah
6) Diare Pernah Ya
4. Kebersihan diri
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Cuci rambut 3 kali seminggu Tidak pernah
c. Menyikat gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
d. mengganti Dilakukan setiap Dilakukan setiap
pakaian dalam selesai mandi selesai mandi
dan luar Rapi Kurang rapi
e.Penampilan umum Disesuaikan dengan Disesuaikan dengan
f. Cara berpakaian usia usia
Tidak ada Tidak ada
g. Bau badan Kotor Kotor
h. Kondisi kulit
kepala Tidak ada Tidak ada
i. Adanya kutu
5. Aktivitas IRT Tidak ada kegiatan
a. Kegiatan dalam
pekerjaan Masak dan main volly Nonton TV
b. Hobby Nonton TV Nonton TV
c. Kegiatan waktu
luang Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan dalam
beraktifitas Urusan Rumah tangga Tidak ada
e. aktifitas kehidupan
sehari-hari Baik Lemah
f. Massa/Tonus otot Tidak Tidak
g. Tremor Baik Baik
h. Kekuatan Tidak Tidak
i. Depormitas
6. Istrahat/tidur Tidak teratur 13.00 – 14.00
a. Waktu tidur siang 22.00-05.00 22.00 – 05.00
b. Waktu tidur malam
7. Ketergantungan Tidak ada Tidak ada
a. Obat Tidak ada Tidak ada
b. Rokok Tidak ada Tidak ada
c. Alkohol

i. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : Klien tampak lemah

2) Kesadaran : Komposmentis

3) Tanda-tanda vital

TD : 90/70 mmHg

N : 68 x/m

S : 37 oC

P : 22 x/m

4) Rambut dan Kepala


Inspeksi : Rambut panjang berwarna hitam, terdapat uban, lurus,

tampak kotor, kulit kepala

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa

5) Wajah

Inspeksi : Ekspresi wajah tampak cemas, wajah simetris kiri dan

kanan, tidak ada edema

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

6) Mata

Inspeksi : Sklera tidak ikterus, tidak ada lingkar hitam dibawah

mata. Konjungtiva anemis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

7) Hidung

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret menghalangi

penciuman, mimisan tidak ada, tidak ada pernafasan

cuping hidung, tidak ada epistaksis dan polip pada hidung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

8) Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, daun telinga tampak kotor

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

9) Mulut
Inspeksi : Bibir pucat, terdapat caries 4 pada gigi gerahang, gigi

tampak bersih, tidak ada stomatitis.

10) Leher

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Palpasi : arteri karotis teraba kuat

11) Payudara

Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, puting susu menonjol berbentuk.

Palpasi : Konsistensi lembek, tidakada nyeri tekan

12) Abdomen

Inspeksi : Tidak tampak luka operasi

Palpasi : Teraba adanya benjolan pada area abdomen, tidak ada

nyeri tekan

13) Genetalia

Flour albus (keputihan)

14) Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : Tidak ada alergi, tidak radang dan oedema,

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Refleks patella (+)

15) Ambulasi

16) Klien miring kiri kanan

3. Data Psikososial
a. Pengalaman persalinan klien : klien 1 kali

mengalamipersalinandandibantuolehbidan

, persalinan normal

b. Persiapan mental : Klien mengatakan hanyabersabar

c. Cara mengatasi stress : Masalah dibicarakan dengan suami atau

orang terdekat.

d. Klien tinggal dengan suami dan seorang putrinya

e. Peran klien dalam keluarga adalah sebagai ibu rumah tangga

f. Klien mengatakan puas dengan pelayanan yang diberikan di RS

g. Komunikasi verbal dan non verbal

h. Klien mampu berinteraksi baik dengan perawat dan keluarga.

4. Data Sosial

a. Masalah finansial : Baik

b. Masalah ekonomi terpenuhi dengan baik

5. Data Spiritual

a. Klien yakin akan adanya Tuhan Yang Maha Esa

b. Sebelum sakit klien taat dalam menjalankan ibadah, tetapi saat sakit klien

tidak bisa melakukannya karena keadaan yang tidak mendukung

c. Kegiatan keagamaan yang sering diikuti tidak ada.

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Radiologi : Normal
b. EKG : Normal

c. USG : Hepar, GB, pankreas dan lien normal

Kedua ginjal dan buli-buli baik

Uterus besar dengan uchegenic didalamnya

Kesan : Organ intra abdominal normal

Mioma uteri

d. Pap Smear :

Hapusan terdiri dari sel-sel intramediate, parabosal, methaplasia ephitel pipih

Latar belakang: Lekosit PMN banyak

Histiosit

Kesan : Cercivitis menahun

e. Laboratorium

1) Hematologi

Hasil Nilai rujukan

Lekosit 6.100 4,8-10,8 ribu/mm³

Eritrosit 4.290.000 4.20-6.10 juta/mm³

Hemoglobin 13,6 12,0-16,0 gr/dl

2) Kimia darah

SGOT 15 <38 u/l

SGPT 27 30-36 u/l

Ureum 9 7-18 mg/dl


Creatinin 0,66 0,50-0,90 mg/dl

Glokosa randon 118 80-180 mg/dl

3) Urinalisis : Normal

4) Sedimen

Lekosit 2-3 <5 /ipb

Eritrosit 10-15 <3 /ipb

Sel epitel 1-2 /ipk

Bakteri Negatif Negatif

Ca.oxalat Positif (+++) Negatif

7. Pengobatan

a. Inj Ranitidine 1 amp/8 j/iv

b. Inj Ketorolac 1 amp/8 j/iv

c. Inj Transamin 1 amp/8 j/iv

d. Inj Tramadol 100 mg/12 j/drips


KLASIFIKASI DATA
Data subjectif Data objectif

1. Klien mengatakan cemas pada 1. Klien tanpak lemah

keadaanya 2. Rambut klien tampak kotor

2. Klien mengatakan haid nya tidak 3. Bibir klien tanpak pucat

teratur 4. Klien tanpak boal balik ke wc

3. Klien mengatakan fases nya encer 5. Penampilan klien tanpak kurang

4. Klien mengatakan BAB kurang rapi

lebih 7x sehari 6. Ttv

5. Klien mengatakan BAB nya Td : 90/70 mmHg

berwarna kuning kemerahan S : 37°C

6. Klien mengatakan haid nya N : 68x/menit

berbau amis P : 22x/menit

7. Klien merasa lemah 7. Ekspresi wajah klien tanpak

cemas

8. Jumlah BAK sebelum sakit 800cc


saat sakit 600cc

9. Klien tampak tegang

DIAGNOSA

1. Diare b.d fases yang lembek atau cair

2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan yang aktif

3. Ansietas b.d tindakan operasi

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1. Ds: Mioma uteri

-klien mengatakan BAB ±7x sehari

-klien mengatakan BAB-nya encer Mioma submukosa

Do:

-klien tanmpak bolak balik ke wc Adanya massa

- Klien tanpak lemah

Tindakan operasi

Kurangnya informasi
Ansietas

2. Ds: Mioma uteri HH

-klien mengatakan lemah

Do: Mioma submukosa

-bibir klien tanpak pucat

-jumlah BAK sebelum sakit 800cc saat Adanya massa

sakit 600cc

-ttv Penekanan organ

TD : 90/70 mmHg sekitarnya

Vesika urinaria

Pola eliminasi urin

Hipovelemia

3. Ds: Mioma uteri

-klien mengatakan cemas pada kondisi

nya Mioma submukosa

Do:

-klien tampak tegang Adanya massa

-klien tampak lemah

-TD : 90/80 mmHg Penekanan organ

sekitarnya

Rektum
Pola eliminasi elvi

Diare

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)

1. D.0020 L . 04033 1.03101

Diare b.d fases yang Eliminasi fekal Manegement Diare

lembek atau cair Setelah dilakukan tindakan Observasi :

Ds: keperawatan selama 3 x 24 jam -monitor warna, volunme ,

-klien mengatakan Kriteria hasil : frekuensi , konsistensi tinja.

BAB ±7x sehari -konsistensi ( menurun ) Terapeutik:

-klien mengatakan - pasang jalur intravena

BAB-nya encer Edukasi:

Do: -anjurkan makanan porsi kecil

-klien tanmpak bolak dan sering secara bertahap

balik ke wc Kolaborasi;

- Klien tanpak lemah -kolaborasi pemberin obat

antimotilitas

2. D.0023 L .03028 1.03116

Hipovolemia b.d Status cairan Manajemen hipovolemia

kehilangan cairan Setelah dilakukan tindakan Observasi :

yang aktif keperawatan -Monitor intake dan out put cairan

Ds: Selama 3x24jam Teraupeutik;

-klien mengatakan Kriteria hasil : -hitung kebutuhan

lemah -tekanan darah cairan


Do: ( memburuk) edukasi;

-bibir klien tanpak - perasaan lemah -anjurkan memperbanyak asupan

pucat ( meningkat) cairan oral

-jumlah BAK sebelum -anjurkan menghindari

sakit 800cc saat sakit perubahan posisi mendadak

600cc -Kolaborasi;

-ttv kolaborasi pemberian cairan IV

TD : 90/70 mmHg isotonis

3. D.0080 L . 01006 1.09314

Ansietas b.d tindakan Tingkat Ansietas Edukasi Anseitas

operasi Setelah dilakkan tindakan Observasi:

Ds: keperawatan -monitor tanda tanda anseitas

-klien mengatakan 3x24jam ( verbal dan non verbal)

cemas pada kondisi nya Kriteria hasil : Terapeutik:

Do: -tekanan darah -gunakan pendekatan yang tenang

-klien tampak tegang ( menurun) dan meyakinkan

-klien tampak lemah -prilaku gelisah Edukasi:

-TD : 90/80 mmHg ( meningkat) -latih teknik relaksasi

Kolaborasi:

-kolaborasi pemberian obat

antlansietas
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Dx Jam Implementasi

1. Rabu 1 08.30 Observasi

16 maret 2022 -memonitor warnah , volume, frekuensi dan

konsitensi

Hasil : kuning kemerahan, frekuensi 7x sejak pagi

pengkajian, konsistensi encer

Terapeutik

-pasangkan jalur intravena

Hasil : klien sudah nampak terpasang infus

Edukasi

-menganjurkan makanan porsi kecil dan sering


secara bertahap

Hasil :selama pengkajian pasien dianjurkan untuk

makan secara bertahap oleh dokter

Kalaborasi

mengkalaborasi pemberian obat antimotilitas

hasil :sesuai anjuran dokter

2 08.40 Observasi

-Monitor intake dan out put cairan

Hasil: intake cairannya yaitu 200cc sedangkan

output nya 600cc

Teraupeutik

-hitung kebutuhan cairan

Hasil : 230 ml perhari

Edukasi

-anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Hasil: klien minum ±200cc/6-8 gelas air

Kolaborasi

-kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

Hasil:klien telah diberikan cairan Rl oleh perawat

3 08.50 Observasi

-monitor tanda tanda anseitas

Hasil : klien mengatakan cemas pada keadaannya

Terapeutik

-gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Hasil :membiarkan klien berbicara apa yang sedang


dia perkirakan/ apa yang membebaninya

Edukasi

-latih teknik relaksasi

Hasil :klien sedikit lebih tenang setelah dilatih

teknik relaksasi

Kolaborasi

-kolaborasi pemberian obat antlansietas

Hasil : sesuai anjuran dokter

2. Kamis 1 08.30 Observasi

17 maret 2022 -memonitor warnah , volume, frekuensi dan

konsitensi

Hasil : kuning kemerahan, frekuensi 7x sejak pagi

pengkajian, konsistensi encer

Terapeutik

-pasangkan jalur intravena

Hasil : klien sudah nampak terpasang infus

Edukasi

-menganjurkan makanan porsi kecil dan sering

secara bertahap

Hasil :selama pengkajian pasien dianjurkan untuk

makan secara bertahap oleh dokter

Kalaborasi

mengkalaborasi pemberian obat antimotilitas

hasil :sesuai anjuran dokter

2. 08.40 Observasi

-Monitor intake dan out put cairan


Hasil: intake cairannya yaitu 200cc sedangkan

output nya 600cc

Teraupeutik

-hitung kebutuhan cairan

Hasil : 230 ml perhari

Edukasi

-anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Hasil: klien minum ±200cc/6-8 gelas air

Kolaborasi

-kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

Hasil:klien telah diberikan cairan Rl oleh perawat

3. 08.50 Observasi

-monitor tanda tanda anseitas

Hasil : klien mengatakan cemas pada keadaannya

Terapeutik

-gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Hasil :membiarkan klien berbicara apa yang sedang

dia perkirakan/ apa yang membebaninya

Edukasi

-latih teknik relaksasi

Hasil :klien sedikit lebih tenang setelah dilatih

teknik relaksasi

Kolaborasi

-kolaborasi pemberian obat antlansietas

Hasil : sesuai anjuran dokter


EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tanggal DX Jam Evaluasi

1. 1 08.30 S: klien mengatakan BAB ±7x sehari

O: klien tanmpak bolak balik ke wc

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

1.memonitor warnah , volume, frekuensi dan

konsitensi

2.pasangkan jalur intravena

3.menganjurkan makanan porsi kecil dan sering

secara bertahap

4.mengkalaborasi pemberian obat antimotilitas

2 08.40 S : klien mengatakan lemah

O : bibir klien tanpak pucat

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

1.Monitor intake dan out put cairan

2.hitung kebutuhan cairan

3.anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

4. kolaborasi pemberian cairan IV isotonis


3 08.50 S : klien mengatakan cemas pada kondisi nya

O : klien tampak tegang

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervesi 1,2,3,4

1.monitor tanda tanda anseitas

2.gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan

3.latih teknik relaksasi

4.kolaborasi pemberian obat antlansietas

2. Kamis 1 08.30 S: klien mengatakan BAB ±7x sehari

17 maret 2022 O: klien tanmpak bolak balik ke wc

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

1.memonitor warnah , volume, frekuensi dan

konsitensi

2.pasangkan jalur intravena

3.menganjurkan makanan porsi kecil dan sering

secara bertahap

4.mengkalaborasi pemberian obat antimotilitas

2 08.40 S : klien mengatakan lemah

O : bibir klien tanpak pucat

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

1.Monitor intake dan out put cairan

2.hitung kebutuhan cairan

3.anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


4. kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

3 08.50 S : klien mengatakan cemas pada kondisi nya

O : klien tampak tegang

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervesi 1,2,3,4

1.monitor tanda tanda anseitas

2.gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan

3.latih teknik relaksasi

4.kolaborasi pemberian obat antlansietas


DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Y, R..Buku Ajar AsuhanKeperawatanMaternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of


Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. AsuhanKeperawatan;


panduanLengkapmenjadiPerawatProfesional. Jilid 2. Jakarta :Prestasi
Pustaka.

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis


Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis:
Elsevier

Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice.


14 Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., &Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual


Planning, Individualizing and Documenting Client Care. 4th Ed.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Herdman, T. H., &Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and
Classification 2015-2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J.


(2012). Cox’s Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child,
Women’sMental Health, Gerontic, and Home Health Considerations. 6th
Ed.Philadelphia: F.A. Davis Company.

Ackley. B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis


Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai