TINGKAT 2A
( KELOMPOK 1 )
1. Amalda Nurhaliza
2. Dian Ekawati
3. Irmayanti jamal
4. Pegy Febrianty
5. Suniati
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehingga
“Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.”N” Dengan Mioma Uteri Ruang Perawat
Nuri RS Bhyangkara Makassar “ .
Dan harapan kami semoga makalah asuhan kepeerawatan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah asuhan kepeerawatan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah asuhan keperawatan ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
C. Anatomi dan Fisiologi Mioma Uteri
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Pencegahan
J. Komplikasi
Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal tersebut
berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter
kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan penting
terhadap kelanjutan generasai penerus suatu negara (Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan
suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan
jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif atau menopouse
(Aspiani, 2017).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan 30%
sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus mioma
uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi 26,8%
Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering
ditemukan pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita
kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita
berusia diatas 35 tahun (Aspiani, 2017). Menurut Apriyani faktor-faktor terjadinya
mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi sebanyak 65,0%, paritas
multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe normal sebanyak 95%, dan status
haid tidak teratur sebanyak 52,5%.
Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma mulai dari
benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen terhadap
sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan
abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat
menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung (Manuaba, 2009). Perdarahan
abnormal merupakan gejala yang paling sering di alami oleh wanita penderita mioma
uteri. Perdarahan bisa diakibatkan karena pembesaran mioma sehingga menekan
organ disekitarnya seperti tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran
pembuluh darah dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan
mioma uteri terhadap saluran kemih.
Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang lebih luas
dari pada biasanya. Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil dan
penderita mioma uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak berupa abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada penderita mioma uteri akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan anemia. Pendarahan
juga dapat terjadi pada pencernaan karena perluasan dan pembesaran mioma uteri
sehingga pasien mioma uteri tidak hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi
juga dapat dilakukan operasi pencernaan (colostomy). Pada kasus ini pasien mioma
uteri mengalami komplikasih yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan
tidak jarang pasien tersebut mengalami penurunan kesehatan karena terjadi
gangguan pada nutrisi dan tubuh mengalami kelemahan hingga menjadi syok dan
pada akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa- apa dan
tidak sadar bahwa pederita mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan mioma
uteri bervariasi tergantung pada umur ibu atau penderita, jumlah anak yang dimiliki,
lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma uteri. Prinsip pengobatannya adalah
melakukan operasi pengangkatan total atau sebagian, pemberian hormon dan radiasi
untuk menghilangkan fungsinya sehingga diharapkan dapat mengecilkan tumor
(Manuaba, 2009).
Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan
American Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi untuk
melakukan operasi pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri penekanan yang
sangat mengganggu, perdarahan yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dan
dugaan adanya keganasan pada organ reproduksi. Pada mioma ini sering terjadi
kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak yang bermetastasi secara luas
sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%. Wanita subur diharapkan untuk
melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur agar terhindar dari penyakit
mioma uteri dan dapat menegakkan diagnosis serta penanganan dini dapat dilakukan
(Robbins, 2007).
Kejadian mioma uteri di Sumatera Barat berdasarkan komplikasi kebidanan
pada tahun 2012 sebesar 50%, angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan
sebesar 67% (Dinkes Sumbar, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam
medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 April 2017 didapatkan
penderita mioma uteri yang menjalani perawatan yang memiliki kartu BPJS pada
tahun 2016 sebanyak 30 orang. Data registrasi pasien di ruang Ginekologi
Kebidanan mulai dari Januari sampai Maret 2017 didapatkan kasus mioma uteri 16
orang.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Ruang Ginekologi
Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 April 2017 ditemukan
adanya pasien menderita mioma uteri sedang menjalani perawatan sebanyak satu
orang. Berdasarkan wawancara dengan salah satu perawat di ruangan mengatakan
bahwa pasien dirawat sudah satu hari dan sudah dilakukan asuhan keperawatan
seperti memberikan obat analgetik dan sudah dilakukan menajemen nyeri seperti
nonfarmakologi. Berdasarkan wawancara dengan pasien diruangan, pasien
mengatakan sudah mendapatkan tindakan untuk mengatasi keluhannya seperti
mendapatkan terapi obat analgesik untuk menghilangkan nyeri, dan pasien sudah
mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan seperti menajemen (nonfarmakologi)
nyeri yang dirasakan pasien.
Pendokumentasian tindakan keperawatan sebagian dilakukan perawat
diruangan ditemukan bahwa pendokumentasian mengacu pada shift sebelumnya
tanpa memperhatikan perkembangan pasien yang menderita mioma uteri setelah
diberikan asuhan keperawatan seperti memasukan obat terapi dengan injeksi
Ceftriaxon tidak dilakukan evaluasi pada pasien untuk menilai hasil tindakan yang
diberikan oleh perawat diruangan pada saat dinas berlangsung. Padahal evaluasi
merupakan suatu yang harus dilakukan untuk melihat apakah obat memberikan efek
yang baik pada tubuh pasien atau tidak baik. Kemudian pendokumentasian
merupakan salah satu komponen penting setiap melakukan tindakan kepada pasien
agar dapat memberikan sumber kesaksian bagi perawat dalam bertanggungjawab dan
bertanggunggugat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat mempunyai
peran dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan mioma uteri secara
komprehensif.
Selain itu, pasien malu bertanya tentang kondisi kesehatan dan kurang
percaya diri dalam menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien kepada petugas
kesehatan serta disebabkan oleh rasa minder didalam diri pasien. Kebanyakan dari
mereka yang memiliki niat dan rasa ingin tahu kondisi kesehatanya yang dapat
bertanya kepada petugas dirumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu usaha dalam
penanganan kesehatan pada penyakit mioma uteri untuk meningkatkan kemampuan
dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri. Usaha ini memerlukan
strategi atau metode perawatan yang tepat dan dapat dipahami dan dilakukan pasien
itu sendiri serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam pengkajian ini adalah “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.N
Dengan Mioma Uteri Ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar ”
3. Tujuan masalah
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Mioma Uteri di Ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
b. Tujuan khusus
- Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan tindakan pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan kasus Mioma
Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
- Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Perawat Nuri RS Bhyangkara Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Organ Interna
a. Vagina
struktur tubular yang terletak didepan rectum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna divestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan servik ke
bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar
7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior 9 cm. Ceruk yang
berbentuk disekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut
forniks: kanan, kiri, anterior, dan posterior.
Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone. Sel – sel mukosa tunggal terutama
selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel – sel yang
diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur
kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus ginetalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagian dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila PH naik diatas
lima, insiden infeksi vagina meningkat.
b. Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir terbaik. Pada wanita dewasa
yang belum pernah hamil, beratuterus adalah 60 gram (2 ons).
Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin
dan teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung
kepada beberapa faktor. Misalnya, uterus lebih banyak
mengandung rongga selama fase sekresi, siklus menstruasi, lebih
lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus terdiri dari tiga bagian : fundus yang merupakan
tonjolan bulat dibagian atas dan terletak diatas insersi tuba valopi,
korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum
uteri, dan instmus merupakan bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai
segmen uterus bagian bawah pada masa hamil.Tiga fungsi uterus
adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan. Fungsi – fungsi ini esensial untuk
reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan fisiologis
wanita.
c. Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-
14 cm, tuba tertutup oleh peritonium dan lumennya dilapisi oleh
membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars intersisialis
Bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Pars ismika
Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
3) Pars ampularis
Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi
4) Pars infundibulum
Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbria
d. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah
amandel, fungsinya untuk perkembangan dan pelepasan ovum.
Serta sintesis dan sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium,
panjang 2,5-5 cm, labar 1,5-3 cm, dan tebal 0,6-1 cm.
Ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang
tuba fallopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira – kira setinggi kristal
iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii proprium. (Bobak,
2004)
3. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari
pada jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma
uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma
uteri
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan
faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1
(satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat
sel- sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah
menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor
eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi
udara, makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan
kimia yang ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan
yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam
makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga
dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan
racun, misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses
detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu
senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik
dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
4. Klasifikasi
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh.
1) Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal
dan paling tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat
menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi
tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi
padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih
ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan pelvis rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai
keluhan apa – apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung
satu tumor dalam uterus. Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya
gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan – perubahan pada mioma uteri
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
a. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.
Disebabkan oleh :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
b. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar
miom menekan struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum
yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga
menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia,
pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
d. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas.
7. emeriksaan Penunjang
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma
uteri meliputi :
a. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat
disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi.
Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan
adanya kehilangan darah yang kronik.
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus
yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdapat bersamaan
dengan kehamilan.
c. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat
membantu.
d. Pielogram intravena
- Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia
serviks sebelum histerektomi.
- Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi
dikemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus
dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
8. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma
uterus dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis.
Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi
kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut
itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena
mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi
tinggi.
2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma
yang menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan
pengobatan operatif, tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
a. Miomektomi
10. Komplikasi
Menurut (Manuaba, 2010:325) Komplikasi mioma uteri terbagi
menjadi 3 yaitu :
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-
75% dari semua sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang
harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu
makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi,
warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga
dan frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d. Telinga : lihat kebersihan telinga.
e. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h. Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang keperawatan pada klien Ny ”M” dengan Myoma
Uteri di Ruang perawatan Nuri RS. Bhayangkara Makassar, mulai dari pengkajian,
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas ibu
1) Nama : Ny “M”
2) Umur : 45 tahun
3) Agama : Islam
4) Suku : Toraja
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : IRT
8) Perkawinan ke : Pertama
9) Alamat : BTN.A.Tonro A.18 No.15
Sungguminasa
b. Identitas Suami
1) Nama : Tn “S”
2) Umur : 48 tahun
3) Agama : Islam
4) Suku : Jawa
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Polisi
8) Perkawinan : Pertama
Sungguminasa
Tidak ada nyeri, ibu haid tidak teratur, KB (+), klien mengatakan cemas
pada kondisinya.
c. Riwayat kehamilan
1) G : 1 P:1 A:0
2) HPHT : 04 – 07 – 2021
d. Pola Reproduksi
1) Menarche : 15 Tahun
5) Baunya : Amis
6) Warna : Merah
7) Monopause : Belum
e. Riwayat Obsetri
Tabel 3.1
1) Melakukan KB
Ya, dengan jenis KB pil dan suntik digunakan pada anak pertama
2) Drop out
3) Riwayat keluarga
a) Genogram 3 generasi
G. I X X X ?
G. II ? ? ? ? ? X X ? ? ?
X 64
G. III ? ? ? ?
45 48
18
Keterangan :
: Laki-lak ? : Umurtidakdikethui
: Perempuan : Garisperkawinan
: Klien : Garisserumah
: Meninggal : Garis keturunan
Kesimpulan :
karenafaktorusia
G. II :
Ayahklienmeninggalkarenafaktorusiadantidakadariwayatpeny
karena terjatuh
b) Penyakit keluarga
Tabel 3.2
Kegiatan sehari-hari
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi
a. Jenis makanan Nasi, sayur, lauk Selama pengkajian
b. Frekuensi 3x/hari klien dianjurkan oleh
c. Nafsu Makan Baik dokter untuk tidak
d. Makanan Tidak ada makan (Persiapan
pantangan operasi)
e. Makanan Bubur manado
kesukaan
f. Mual Tidak ada
g. Keluhan perut Tidak ada
h. Alergi Tidak ada
2. Minuman/Cairan
a. Jenis Minuman Air putih, teh, susu Air putih+jus
b. Frekuensi 6-8 gelas/hari 6-8 gelas/hari
3. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 5-6x sehari 5-6x sehari
2) Warna Kuning Kuning
3) Bau Amoniak Amoniak
4) Keluhan Tidak ada Tidak ada
5) Kateter Tidak ada Tidak ada
6) Jumlah 800cc 600cc
b. BAB
1) Frekuensi 1 kali sehari 7x sejak tadi pagi
hingga pengkajian
2) Konsistensi Lunak Encer
3) Warna Kuning Kuning kemerah-
merahan
4) Tempat Toilet Toilet
5) Konstipasi Pernah Tidak pernah
6) Diare Pernah Ya
4. Kebersihan diri
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Cuci rambut 3 kali seminggu Tidak pernah
c. Menyikat gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
d. mengganti Dilakukan setiap Dilakukan setiap
pakaian dalam selesai mandi selesai mandi
dan luar Rapi Kurang rapi
e.Penampilan umum Disesuaikan dengan Disesuaikan dengan
f. Cara berpakaian usia usia
Tidak ada Tidak ada
g. Bau badan Kotor Kotor
h. Kondisi kulit
kepala Tidak ada Tidak ada
i. Adanya kutu
5. Aktivitas IRT Tidak ada kegiatan
a. Kegiatan dalam
pekerjaan Masak dan main volly Nonton TV
b. Hobby Nonton TV Nonton TV
c. Kegiatan waktu
luang Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan dalam
beraktifitas Urusan Rumah tangga Tidak ada
e. aktifitas kehidupan
sehari-hari Baik Lemah
f. Massa/Tonus otot Tidak Tidak
g. Tremor Baik Baik
h. Kekuatan Tidak Tidak
i. Depormitas
6. Istrahat/tidur Tidak teratur 13.00 – 14.00
a. Waktu tidur siang 22.00-05.00 22.00 – 05.00
b. Waktu tidur malam
7. Ketergantungan Tidak ada Tidak ada
a. Obat Tidak ada Tidak ada
b. Rokok Tidak ada Tidak ada
c. Alkohol
i. Pemeriksaan fisik
2) Kesadaran : Komposmentis
3) Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
N : 68 x/m
S : 37 oC
P : 22 x/m
5) Wajah
6) Mata
7) Hidung
8) Telinga
9) Mulut
Inspeksi : Bibir pucat, terdapat caries 4 pada gigi gerahang, gigi
10) Leher
11) Payudara
12) Abdomen
nyeri tekan
13) Genetalia
15) Ambulasi
3. Data Psikososial
a. Pengalaman persalinan klien : klien 1 kali
mengalamipersalinandandibantuolehbidan
, persalinan normal
orang terdekat.
4. Data Sosial
5. Data Spiritual
b. Sebelum sakit klien taat dalam menjalankan ibadah, tetapi saat sakit klien
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Radiologi : Normal
b. EKG : Normal
Mioma uteri
d. Pap Smear :
Histiosit
e. Laboratorium
1) Hematologi
2) Kimia darah
3) Urinalisis : Normal
4) Sedimen
7. Pengobatan
cemas
DIAGNOSA
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Do:
Tindakan operasi
Kurangnya informasi
Ansietas
sakit 600cc
Vesika urinaria
Hipovelemia
Do:
sekitarnya
Rektum
Pola eliminasi elvi
Diare
INTERVENSI KEPERAWATAN
balik ke wc Kolaborasi;
antimotilitas
600cc -Kolaborasi;
Kolaborasi:
antlansietas
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
konsitensi
Terapeutik
Edukasi
Kalaborasi
2 08.40 Observasi
Teraupeutik
Edukasi
Kolaborasi
3 08.50 Observasi
Terapeutik
Edukasi
teknik relaksasi
Kolaborasi
konsitensi
Terapeutik
Edukasi
secara bertahap
Kalaborasi
2. 08.40 Observasi
Teraupeutik
Edukasi
Kolaborasi
3. 08.50 Observasi
Terapeutik
Edukasi
teknik relaksasi
Kolaborasi
konsitensi
secara bertahap
meyakinkan
konsitensi
secara bertahap
meyakinkan