Disusun Oleh :
N 111 17 034
Pembimbing Klinik :
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kirakira 10% mioma
yang masih tumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari
seluruh wanita. Di Indonesia mioma ditemukan 2,39% - 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat.1
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi
yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun
morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma
uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan
dapat menyebabkan kesuburan rendah. Beberapa teori menunjukkan bahwa
mioma bertanggung jawab terhadap rendahnya kesuburan. Adanya hubungan
antara mioma dan rendahnya kesuburan ini telah dilaporkan oleh dua survei
observasional. Dilaporkan sebesar 27 – 40 % wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas.1
1
mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat
menjadi pilihan.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus, dari
sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Tumor ini biasa
disebut juga dengan istilah leiomioma atau fibromioma. 1,2
B. Anatomi
Anatomi Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah
pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara
rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur
ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang
uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal
lebih kurang 57 gram.3
a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3
c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu
bagian serviks yang ada di atas vagina.
Dinding uterus terbagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
4
4) Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,
berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
5) Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba
fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.
C. Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarkhe, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25%. 30%
histerektomi adalah karena mioma. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008)
menemukan angka kejadian mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104
per seribu wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita menopause
(P<0,001).1
5
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita
kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita
kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.2
Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan
usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi
35%. Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan
proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034 kasus
ginekologi. Management of uterine fibroid at the university of nigeria teaching
Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh
kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi. Penelitian Gaym A
di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat
penderita mioma uteri sebanyak 588 kasus.1
D. Faktor Risiko
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh
mulai dari benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat
lambat tetapi progresif.1
a. Estrogen mioma uteri kaya akan reseptor estrogen, Meyer dan De Snoo
(dalam Ompusunggu ML 2009) mengajukan teori sel nest atau teori
genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus
terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (sel muda yang terangsang)
dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Percobaan Lipschutz
yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat
6
kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB).
Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini
menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada
pasien yang nulipara.2
b. Progesteron Reseptor, progesteron terdapat di miometrium dan mioma
sepanjang siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan
antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.1
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu:2,6
1) Nulipara
2) Ras kulit hitam
3) Menarke dini
4) Perimenopause
5) Pengguna alkohol
6) Meningkatnya umur (35-45 tahun)
7) Obesitas
8) Diet tinggi lemak
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang berasal dari sel-sel miometrium.
Miosite (sel jaringan otot) normal berubah menjadi miosite abnormal yang
kemudian berkembang menjadi tumor. Pertumbuhan mioma uteri dipengaruhi
oleh faktor predisposisi genetik, faktor hormon steroid, faktor pertumbuhan, dan
angiogenesis.2
7
hormon estrogen dan progesteron tetapi hubungan keduanya sangat kompleks.
Pada wanita usia reproduktif mioma uteri dapat bertumbuh dan menyusut pada
tingkat yang berbeda pada wanita yang sama. Sejak menopause, tumor biasanya
berhenti tumbuh dan menjadi atrofi yang merupakan respon alami dari rendahnya
kadar hormon estrogen dalam tubuh.2
a. Mioma uteri subserosum lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula tumbuh ke arah luar dan juga bertangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan
disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi
rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan omentum di
sekitarnya menyebabkan fungsi peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga
mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.1,2,5
b. Mioma uteri intramural disebut juga sebagai mioma intraepitalial/interstisiel
adalah mioma yang berkembang diantara miometrium, biasanya multipel.
Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah
bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali
rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
1,2,5
8
tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt
(gambar 2b). Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai
adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga resiko infeksi
sangat tinggi.1.5
9
Mioma uteri jenis subserosa dan submukosa adalah jenis mioma uteri yang
dapat berkembang menjadi mioma yang bertangkai (pedunculated). Mioma
bertangkai adalah mioma yang parasit karena dapat berkembang di daerah pelvik
viseral atau omentum yang disekitarnya dan dapat berkembang dengan menyuplai
darah sendiri.1
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada
mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder yang sering terjadi:7
a. Degenerasi jinak:
1) Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umunya terjadi setelah
persalinan atau menopause.7
2) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Di mana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti
akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi
kekuningan, melunak, atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda
terjadinya generasi hialin.7
3) Degenerasi Kistik: setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut
dengan cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik.
Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat
10
menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum,
atau retroperitoneum.7
4) Degenerasi kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya
mengenai mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi
yang dapat menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat dalam
tumor. Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto rontgen.7
5) Degenerasi Merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi
miometrium lebih diprioritaskan sehingga mioma mengalami defisit
pasokan nutrisi dan terjadi degenerasi aseptik dan infark. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi
yang menyebabkan terjadinya trombosis yang diikuti dengan terjadinya
bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna
mioma. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan
nyeri pada perabaan. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan
menghilang dengan sendirinya. Terhadap kehamilannya sendiri, dapat
terjadi partus prematuritas atau koagulasi diseminata intravaskular.
Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma yang bertangkai.7
6) Degenerasi miksomatosa/lemak : terjadi setelah proses degenerasi hialin dan
kistik. Degenerasi ini sangat jarang terjadi dan umunya asimptomatik.7
b. Degenerasi ganas: perubahan ke arah keganasan (menjadi sarkoma) terjadi
pada 0,1% - 0.5% penderita mioma uteri.
11
G. Manifestasi Klinik
Gejala klinik wanita yang mengalami mioma uteri sekitar 50% - 60%
asimptomatik. Perdarahan uterus abnormal merupakan gejala yang paling banyak.
Perdarahan abnormal yang dapat terjadi adalah menoragia, metroragia, atau
menometroragia. Pada mioma uteri juga dapat terjadi perdarahan bercak (spotting)
post koitus. Darah yang keluar akibat mioma uteri dapat menyebabkan anemia
kronik defisiensi zat besi, pusing, lemah, dan mudah lelah.2
Gejala klinik pada mioma uteri dapat disingkat menjadi “FIBROIDS” yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini.2
12
H. Diferensial Diagnosis2,6
a. Adenomiosis
b. Masa adneksa
c. Tumor abdominal atau pelvik
b. Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual uterus dan
pemeriksaan abdomen. Pada pemeriksaan abdomen sering ditemukan pembesaran
uterus ireguler yang tidak nyeri pada penekanan dengan “lumpy-bumpy” atau
pada palpasi teraba massa solid seperti batu besar “cobblestone”.Pada mioma
uteri kecil yang multipel biasa teraba ireguler “knobbly” dan uterus membesar.8
c. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium: Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat
besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada
beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara
polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.7
2) Radiologi
a) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan
transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.
Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
13
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan
gambaran ultrasonografi yang memperlihatkankontur iregularitas
maupun pembesaran uterus.7,8
J. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun,
terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gejala. Dalam usia
menopause pertumbuhan mioma uteri dapat terhenti atau menjadi lisut.7
a. Konservatif
Penderita dengan mioma uteri dengan ukuran kecil dan tanpa gejala tidak
memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika
14
mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat,
terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi.8
b. Medikamentosa
Ketika mioma uteri menyebabkan nyeri hebat, perdarahan tidak teratur,
infertilitas, dan menimbulkan gejala akibat penekanan dari massa tumur, maka
harus dipertimbangkan untuk melakukan pengobatan. Ketika, mioma uteri juga
terlihat pada pascamenopause dan pertumbuhannya sangat cepat, harus dilakukan
pengawasan yang ketat dan pertimbangkan untuk memulai pengobatan. Pilihan
pengobatan harus tergantung pada usia pasien, status kehamilan, pada pasien yang
rencana hamil, ukuran, lokasi mioma uteri, nyeri, terdapat tanda-tanda penekanan
pada rektum dan vesika urinaria.2
Ada beberapa terapi pilihan mioma uteri seperti pada tabel berikut.
Obat
GnRH agonist (nafarelin asetat, leuprolid asetatdepot, dan
goserelin asetat)
Pil kontrasepsi
Progestin (medroksiprogesteronasetat, IUD mirena,
noretindron asetat)
Antifibrinolitik (asam traneksamat)
Obat anti inflamasi non steroid
Steroid androgenik steroids (danazol dan gestrinon)
Mifepristone
15
hematokritsebelum dilakukan operasi. Antifibrinolitik untuk mengurangi
perdarahan yang terjadi. Obat anti inflamasi nonsteroid untuk gejala dismenore.2
Terapi dengan GnRH agonis hanya maksimal digunakan selama 6 bulan karena
efek sampingnya dapat menyebabkan berkurangnya kepadatan tulang. Hormon
GnRH agonis bisanya digunakan pada pasien yang dekat menopause atau pasien
yang akan dilakukan operasi. Jika, pengobatan ini dihentikan, maka kadar
estrogen kembali normal dan mioma uteri dapat berkembang kembali keukuran
semula. Pengobatan ini tidak dianjurkan pada wanita hamil atau yang rencana
hamil karena GnRH agonis menyebabkan anovulasi.6
c. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Indikasi dilakukan
operasi adalah perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan anemia, nyeri
hebat pelvis atau amenore sekunder, ukuran uterus (> 12 minggu usia wanita
hamil), terjadi gejala poliuria, retensi urin dan hidronefrosis, mengalami
pertumbuhan setelah menopause, terjadi kekambuhan, infertil, dan terjadi
pertumbuhan yang cepat.2
1) Miomektomi adalah operasi pengangkatan satu atau lebih mioma uteri dari
dinding uteri tanpa pengangkatan uterus. Miomektomi dilakukan pada
mioma uteri yang simptomatik yang masih tetap ingin mempertahankan
kesuburan atau pada wanita yang ingin punya anak. Miomektomi dapat
dilakukan dengan histereskopi, laparaskopi, atau abdominal. Kerugian dari
miomektomi adalah tingkat kekambuhan > 60% dalam 5 tahun dan
meningkatnya perlengketan yang dapat menyebabkan nyeri dan
infertilitas.2,7
2) Histerektomi adalah pengobatan definitif pada mioma uteri dengan cara
melakukan pengangkatan pada uterus yang dapat dilakukan dengan cara
histerektomi pervaginam, laparoskopik, atau perabdominal. Histerektomi
pervaginam dan laparoskopik biasanya dilakukan pada mioma uteri yang
berukuran kecil dan histerektomi perabdominal untuk mioma uteri yang
16
berukuran besar atau yang multipel. Jika, ovarium juga mengalami
kerusakan atau jika suplai darah mengalami kerusakan, maka harus
dilakukan juga operasi pengangkatan ovarium (ovariektomi). Sebaliknya,
ovarium harus dipertahankan pada wanita yang < 45 tahun yang ovariumnya
masih normal. Pada ibu hamil, miomektomi atau histerektomi harus
dihindari karena berpotensi perdarahan.2Umumnya histerektomi total,
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis
uteri.8
d. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization/UAE), adalah injeksi
arteri uterina dengan butiran polivinil alkohol melalui kateter yang nantinya
akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri
setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE
tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat. Tetapi UAE
tidak direkomendasikan pada wanita yang berencana untuk hamil dan pada
mioma yang berukuran besar dan bertangkai.2,8
e. MRI dengan menggunakan USG (contohnya, ExAblate 2000). Tekhnik ini
dianjurkan untuk wanita yang premenopause yang tetap ingin mempertahankan
rahimnya. Tetapi, tekhnik ini mahal dan belum banyak tersedia.2
Pada pasien mioma uteri yang tidak dilakukan histerektomi harus dilakukan
follow up dengan hati-hati untuk memantau ukuran dan lokasi tumor.
Pertumbuhan yang cepat pada wanita yang postmenopause merupakan tanda
dari keganasan tumor otot polos (leiomiosarkoma) atau neoplasia tumor pelvik
lainnya yang harus segera diintervensi. Kontrasepsi oral dosis rendah dan
terapi pengganti hormon dosis rendah tidak mencegah terjadinya kekambuhan
pada pasien.2
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri sebagai berikut:
17
b. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75%
dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.7,8
c. Torsi (putaran tangkai). sarang mioma yang bertangkai dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. 7,8
L. Prognosis
Mioma uteri umumnya berhenti setelah menopause.Terapi dengan
miomektomi menyebabkan terjadinya kekambuhan paling banyak (25%).6Pada
mioma uteri jarang menimbulkan mortalitas tetapi banyak menyebabkan
morbiditas, Pada mioma uteri jarang sekali menjadi ganas hanya 0,1% - 0.5%
penderita mioma uteri yang berubah menjadi ganas. Mioma yang kambuh kembali
(rekurens) setelah miomektomi terjadi pada 15-40 % pasien dan dua pertiga nya
memerlukan tindakan lebih lanjut.8
18
BAB III
LAPORA KASUS
A. IDENTITAS
Nama: Ny. V Nama suami : Tn. DC
Umur: 48 tahun Umur : 50 tahun
Alamat: Jln. Cemangi lrng III Alamat : Jln. Cemangi lrng III
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Agama: Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMK Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pengeluaran darah dari jalan lahir
Riw. Penyakit Sekarang :
Wanita 48 tahun datang ke RSU Samaritan Palu dengan keluhan pengeluaran
darah dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. Pengeluaran darah disertai dengan
adanya darah segar dan adanya gumpulan yang keluar. Pasien juga merasakan
perut yang membesar sejak beberapa bulan yang lalu disertai nyeri perut dimana
nyeri perut yang di rasakan hilang timbul. Awalnya perut pasien terasa keras dan
secara perlahan-lahan ± 1 tahun perut membesar hingga sebesar bola takraw.
Pasien juga mengeluh sesak napas, mual, muntah dan pusing. Riwayat haid tidak
teratur. BAB belum 2 hari, pasien juga mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit
19
Riwayat Imunisasi : Pasien lupa
Riwayat Mengikuti KB : Pil KB 2 tahun
Riwayat Obtetri
Tgl/th Tempat Umur Jenis Anak
NO penolong Penyulit
Partus partus Kehamilan persalinan JK BB PB
1 1996 RS Aterm Normal Bidan - Lk - -
2 2000 RS Aterm Normal Bidan - Lk - -
3 2005 RS Aterm Normal Bidan - Lk - -
4 2011 RS Aterm Normal Bidan - Lk - -
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik Tek. Darah :110/70 mmHg
Kesadaran : Compos mentis Nadi : 86x/menit
BB : 58 Kg Respirasi : 24 x/menit
TB : 154 cm Suhu : 36,5ºC
Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni regular
Abdomen :
I: Tampak massa di regio umbilikus, warna sama dengan warna kulit sekitar.
A: Bunyi peristaltik usus normal
P: Pekak di area massa, timpani di area abdomen sekitar massa.
P: Teraba massa ukuran 20 x 10 cm, konsistensi padat, tidak terfiksasi, nyeri
tekan (-), suhu sama dengan suhu kulit sekitar.
20
Pemeriksaan Obstetri
Leopold tidak teraba
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Vulva : tidak ada kelainan Bagian terdepan : tidak
teraba
Vagina : tidak ada kelainan Penurunan : -
Portio : tebal, kenyal UUK : -
Pembukaan : Ø 0 cm Pintu panggul : cukup
Ketuban : - Pelepasan : -
Ekstremitas :
Edema (-)/(-), turgor kulit normal, akral hangat
PEMERIKSAANPENUNJANG
Darah rutin
PARAMETER HASIL SATUAN RANGE NORMAL
WBC 7,8 103/uL 4,8 – 10,8
RBC 4,31 106/uL 4,7 – 6,1
HGB 13,3 g/dL 14 – 18
HCT 37,5 % 42 – 52
MCV 87 fL 80 – 99
MCH 30,9 pg 27 – 31
MCHC 35,5 g/dL 33 – 37
PLT 451 103/uL 150 – 450
CT 15’00’’ Menit 9-15 menit
BT 6’00” Menit 1-6 menit
21
SGOT: 22 U/I
SGPT: 22 U/I
HbSAg : non-reaktif
EKG:
Irama sinus ritmik, heart rate 90 x/menit, axis jantung LAD (-30°),
gelombang P normal, interval segmen PR nomal, kompleks QRS normal,
segmen ST normal, gelombang T normal.
Foto Thorax PA
- Cor dan pulmo normal
22
USG Ginekologi
RESUME
Wanita 48 tahun datang ke RSU Samaritan Palu dengan keluhan pengeluaran
darah dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. Pengeluaran darah disertai dengan
adanya darah segar dan adanya gumpulan yang keluar. Pasien juga merasakan
perut yang membesar sejak beberapa bulan yang lalu disertai nyeri perut dimana
nyeri perut yang di rasakan hilang timbul. Awalnya perut pasien terasa keras dan
secara perlahan-lahan ± 1 tahun perut membesar hingga sebesar bola takraw.
Pasien juga mengeluh sesak napas, mual, muntah dan pusing. Riwayat haid tidak
teratur. BAB belum 2 hari, pasien juga mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit
TTV: TD: 110/70 mmHg N: 86 x/menit R: 24 x/menit S:36,5 °C
Pemeriksaan Fisik abdomen: Teraba massa ukuran 20 x 10 cm di regio umbilikus,
konsistensi padat, tidak terfiksasi, nyeri tekan (-), suhu sama dengan suhu kulit
sekitar.
23
USG Ginekologi: Uterus Membesar tampak massa batas tegas dengan multipel
mioma uteri
DIAGNOSIS
Multiple Mioma Uteri
PENATALAKSANAAN PRE-OPERATIF
Rencana histerektomi
Pasang kateter urin tetap
IVFD RL 20 TPM
Inj ceftriaxone 1amp/iv 1 jam sebelum operasi
Asam traneksamat 500 mg 1 jam sebelum operasi
Jam 22.00 dan 04.00 menggunakan fleet enema
Diet bubur kecap
Konsul anastesi dan EKG.
Informed consent, cukur rambut pubis, puasakan.
Persiapkan darah 2 kantong
LAPORAN OPERASI
Pasien dibaringkan telentang di meja operasi. Dilakukan tindakan aseptik
dan antiseptik selanjutnya abdomen dan sekitarnya ditutup dengan doek steril
kecuali lapangan operasi. Setelah dalam anestesia spinal dilakukan insisi pada
abdomen secara pfannenstiel ± 14 cm. Insisi diperdalam lapis demi lapis secara
tajam dan tumpul. Dilakukan eksplorasi, terlihat uterus membesar dengan ukuran
20x13x7cm dan ditemukan jenis mioma uteri subserosa, mioma intramural, dan
mioma submukosa yang menekan bagian tuba uterina sinistra. Ovarium dextra
tidak mengalami tekanan dari mioma sehingga ditinggalkan dengan maksud untuk
mencegah agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya serta mencegah
terjadinya gangguan koroner atau arteriosklerosis umum. Diputuskan untuk
dilakukan (histerectomy+Salphingektomy sinistra). Ligamentum rotundum
sinistra diklem dengan tiga buah klem, digunting, dilakukanligasi dengan
24
chromic. Sisi uterus bagian pangkal tuba sinistra dijahit dengan seide, di lakukan
ligasi pada tuba sinistra, kemudian digunting. Ligamentum ovarii proprium
sinistradiklem dengan tiga buah klem, digunting dijahit ligasi. Ligamentum latum
dijepit dengan tiga buah klem, dijahit ligasi. Begitu juga sisi kontralateral. Plica
vesica uterine diidentifikasi dijepit dengan dua buah kocher, digunting kecil
diantaranya dan diperlebar ke lateral sampai ligamentum rotundum lalu disisihkan
ke bawah dengan kasa steril. Identifikasi arteri uterina sinistra., vasa uterina
sinistra. diklem dengan tiga buah klem, digunting, dijahit ligasi, kontrol
perdarahan → (-) ligamentum cardinale dan ligamentum sakrouterina dijepit,
digunting, dijahit ligasi begitu juga sisi kontra lateralnya. Identifikasi puncak
vagina kemudian diklem dengan klem bengkok, uterus dipotong sampai lepas dari
vagina. Uterus diangkat bersama tuba uterina sinistra. dan ovarium sinistra.
Puncak vagina diklem dengan beberapa klem panjang, dimasukkan kasa betadine
ke vagina, puncak vagina djahit. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa
perdarahan, kontrol perdarahan → (-). Abdomen ditutup lapis demi lapis, fascia
secara jelujur, fat secara jelujur dengan cat gut, kulit dijahit secara subcuticular .
Luka operasi ditutup dengan kasa steril. Perdarahan : ± 500 cc. Diuresis : ± 300
cc. Jam 10.35 WITA operasi selesai.
25
PENATALAKSANAAN POST OPERATIF
- IVFD RL : Futrolit 28 tpm
- Inj. Farbion 1 amp/24 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
- Inj. Metoclopramide 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
- Tamoliv 1 fl/12 jam
- Kalnex 500 mg/8 jam/tab
- Kaltrofen supp II/rectal (extra di OK) selanjutnya suppp I/rectal/12 jam
26
- Obs. KU, TTV, perdarahan pervaginam.
- Cek darah rutin 12 jam post operasi
- Puasa hingga peristaltic baik
.
FOLLOW UP
1. 16-12-2018 - S: Nyeri pada luka bekas operasi (+), pelepasan darah dari
kemaluan (+) sedikit-sedikit, pusing (+), kentut (+), BAB (-) 4 hari,
BAK (+) perkateter
- O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 120/90 mmHg, N: 78 x/m, R: 24 x/m, S: 36,5 °C
Konjungtiva mata anemis (-)/(-)
Peristaltik usus (+) kurang
Hb: 11,3 gr/dl
WBC: 6,4 x 103/ul
- A: post HT+ Salphingektomy Sinistra a.i. Multiple Mioma Uteri
- P:
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Farbion 1 amp/24 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
- Inj. Metoclopramide 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
- Tamoliv 1 fl/12 jam
- Kalnex 500 mg/8 jam/tab
- Mobilisasi bertahap
- Observasi TTV
2. 17-12-2018 - S: Nyeri pada luka bekas operasi (+), Pusing (+), nyeri ulu hati (+),
mual(-), muntah (-) Pelepasan darah dari kemaluan (+) sedikit,
Kentut (+), BAB (-) 5 hari, BAK (+) perkateter
- O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 110/80 mmHg, N: 78 x/m, R: 20 x/m, S: 36,5 °C
Konjungtiva mata anemis (-)/(-)
Peristaltik usus (+) sering
27
- A: post HT+ Salphingektomy Sinistra a.i. Multiple Mioma Uteri
- P:
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
- Inj. Metoclopramide 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
- Kalnex 500 mg/8 jam/tab
- Mobilisasi bertahap
- Dulcolax supp I/rectal
- Mobilisasi bertahap
- Aff kateter
- Observasi TTV
3. 18-12-2018 - S: Nyeri pada luka bekas operasi (+), Pusing (-), Pelepasan darah
dari kemaluan (+) sedikit, Kentut (+), BAB (+), BAK (+)
- O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, S: 37 °C
Konjungtiva mata anemis (-)/(-)
Peristaltik usus (+) sering
Luka operasi kering
- A: post HT+ Salphingektomy Sinistra a.i. Multiple Mioma Uteri
- P:
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
- Inj. Metoclopramide 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
- Kalnex 500 mg/8 jam/tab
- Ganti verban
- Mobilisasi bertahap
- Observasi TTV
4. 19-12-2018 - S: Nyeri pada luka bekas operasi (+), Pelepasan darah dari
kemaluan (-), Kentut (+), BAB (+), BAK (+)
- O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 120/90 mmHg, N: 72 x/m, R: 22 x/m, S: 37 °C
Konjungtiva mata anemis (-)/(-)
Peristaltik usus (+) sering
- A: post HT+ Salphingektomy Sinistra a.i. Multiple Mioma Uteri
28
- P:
Cefixime 100mg 2x1
Metronidazole 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Sanobiat 1x1
Aff infus
Mobilisasi bertahap
5. 20-12-2018 - S: Nyeri pada luka bekas operasi (+), Pelepasan darah dari
kemaluan (-), Kentut (+), BAB (+), BAK (+)
- O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 120/80 mmHg, N: 85 x/m, R: 20 x/m, S: 36,6 °C
Konjungtiva mata anemis (-)/(-)
Peristaltik usus (+) sering
- A: post HT+ Salphingektomy Sinistra a.i. Multiple Mioma Uteri
- P:
Cefixime 100mg 2x1
Metronidazole 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Sanobiat 1x1
Ganti verban anti air
Boleh Pulang
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, Wanita (P4A0) datang ke RSU Samaritan Palu dengan keluhan
pengeluaran darah dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. Pengeluaran darah
disertai dengan adanya darah segar dan adanya gumpulan yang keluar. Pasien juga
merasakan perut yang membesar sejak beberapa bulan yang lalu disertai nyeri
perut dimana nyeri perut yang di rasakan hilang timbul. Awalnya perut pasien
terasa keras dan secara perlahan-lahan ± 1 tahun perut membesar hingga sebesar
bola takraw. Pasien juga mengeluh sesak napas, mual, muntah dan pusing.
Riwayat haid tidak teratur. BAB belum 2 hari, pasien juga mengeluh buang air
kecil sedikit-sedikit
Berdasrkan pemeriksaan Fisik abdomen: Teraba massa ukuran 20 x 10 cm di
regio umbilikus, konsistensi padat, tidak terfiksasi, nyeri tekan (-), suhu sama
dengan suhu kulit sekitar. USG ginekologi Uterus Membesar tampak massa batas
tegas dengan multipel mioma uteri. Sehingga pasien di diagnosis Multiple Mioma
Uteri
Penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Pada pasien ini, didapatkan beberapa faktor
resiko, tanda dan gejala terkait kejadian mioma uteri, diantarany mioma uteri
jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis
antara 35-45 tahun.
30
- Pada pemeriksaan abdomen ditemukan teraba massa ukuran 20 x 10 cm di
regio umbilikus, konsistensi padat, tidak terfiksasi, nyeri tekan (-), suhu
sama dengan suhu kulit sekitar
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG yang menunjukkan
suatu Multiple Mioma Uteri
Sebagian besar kasus mioma uteri tidak menunjukkan gejala khas,
bahkan kadang-kadang mioma yang besar pada penderita gemuk tidak
terdeteksi. Gejala yang timbul tergantung pada lokasi, ukuran, adanya
komplikasi dan status kehamilan penderita. Adapun gejala klinik yang sering
adalah perdarahan uterus abnormal, nyeri, adanya gejala akibat penekanan,
infertilitas dan abortus spontan.
Pada kasus ini ditemukan perdarahan uterus abnormal yang
merupakan manifestasi klinik paling sering dan paling penting. Gangguan
perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
ini, antara lain adalah :
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adeno karsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Pemeriksaan histopatologi perlu dilakukan sehubungan dengan adanya
perdarahan uterus abnormal dimana dengan pemeriksaan tersebut dapat
diketahui apakah terdapat keganasan di endometrium atau di endoserviks.
Pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan
mengirimkan sampel massa pada uterus dan hasilnya masih menunggu dari
bagian Patologi Anatomi. Ciri-ciri dari gambaran histopatologi yang sesuai
dengan teori bahwa pada pemeriksaan histopatologi mioma uteri
menunjukkan gambaran jaringan yang menyusun saling berpotongan
31
memberikan gambaran pusaran air (spindel). Untuk menghilangkan
kecurigaan kita terhadap penyebab perdarahaan lain seperti contohnya
adenomiosis, keganasan endometrium maupun endoserviks, sampel yang
diperlukan pengambilan dan pemeriksaan pada lebih banyak sampel,
misalnya sampel dapat diambil pada bagian miometrium, endometrium, dan
serviks.
Disamping perdarahan dari jalan lahir, penderita juga mengaku terdapat
nyeri perut yang kadang hilang timbul. Kepustakaan menyebutkan bahwa
mioma jarang menimbulkan keluhan nyeri, kecuali bila terjadi gangguan
vaskularisasi seperti penyumbatan pembuluh darah, infeksi dan torsi mioma
bertangkai atau karena tumor masuk kerongga pelvis dan menekan saraf
lumbosakral sehingga menimbulkan nyeri yang menjalar ke punggung atau
ekstremitas bawah.
Secara umum penanganan kasus mioma uteri adalah penanganan
konservatif, operatif, sinar/radiasi dan medikamentosa. Penanganan operatif
dilakukan tergantung usia penderita, paritas, besarnya mioma uteri, beratnya
keluhan yang ditimbulkan serta fungsi reproduksi. Tindakan operatif dapat
berupa miomektomi atau histerektomi yang dapat dilakukan transabdominal,
perlaparaskopi ataupun transvaginal. Miomektomi dilakukan bila fungsi
reproduksi masih diperlukan (masih menginginkan anak) serta keadaan
mioma memungkinkan. Histerektomi dilakukan bila fungsi reproduksi sudah
tidak diperlukan, pertumbuhan tumor cepat dan terdapat perdarahan yang
membahayakan penderita.
` Pada kasus ini direncanakan akan dilakukan histerektomi totalis
mengingat ukuran mioma yang cukup besar, adanya perdarahan yang bisa
membahayakan penderita serta usia penderita yang menjelang menopause.
Ovarium yang ditinggalkan dengan maksud untuk mencegah agar tidak terjadi
menopause sebelum waktunya serta mencegah terjadinya gangguan koroner
atau arteriosklerosis umum.
Untuk persiapan pra operatif, dilakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap yaitu periksa darah rutin, fungsi hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati,
32
gula darah, EKG dan foto toraks, namun pada pasien ini tidak diperiksa fungsi
ginjal. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit penyerta dan
untuk mengantisipasi adanya penyulit disaat tindakan anestesia, saat operasi
dan pasca operasi.
Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam dimana waktu
pemeriksaan dalam ditemukan adanya massa yang membesar ukuran 20cm x
13cm x 7cm, permukaan berbenjol, nyeri tekan tidak ada. Hasil pemeriksaan
histopatologi masih menunggu dari bagian Patologi Anatomi.
33
DAFTAR PUSTAKA
34