Anda di halaman 1dari 7

Hari/ Tanggal : Selasa, 13 – 10 - 2020

Nama Pemateri : I.R H Purwanto


Materi : ELKBB
Nama :Ammar Farras Malik

Hasil Resume :
1. Dasar Hukum
- UU No 03 Th 1951 tentang pernyataan berlakunya UU Pengawasan perburuan Th 1948 No 23
dari RI untuk seluruh Indonesia.
- UU No 03 Th 1969 tentang persetujuan konvesi organisasi perburuan internasional no 120
mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor.
- UU No 1 Th 1970 tentang keselamatan kerja.
- UU No 13 Th 2003.
- UU No 23 Th 2014 tentang pemerintahan daerah.
- PP No 50 Th 2012 tentang penerapan system manajemen keselamatan dan kesehaan kerja.
- PP Presiden No 21 Th 2010 tentang pengawasan ketenagakerjaan.
- Peraturan Mentri Ketenagakerjaan No 08 Th 2015 tentang cara mempersiapkan pembentukan
RUU, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden serta Pembentukan
Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan.
- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 33 Th 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan.

Higiene adalah usaha Kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatanya kepada usaha
Kesehatan individu maupun usaha pribadi.
Sanitasi adalah usaha Kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha Kesehatan
lingkungan hidup manusia.
Lingkungan Kerja adalah aspek hygiene di tempat kerja yang dalamnya mencakup factor fisika,
kimia, biologi, ergonomic dan psikologi yang keberadaanya di tempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja.
K3 lingkungan Kerja adalahsegala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
Kesehatan tenaga kerja melalui pengendalian lingkungan kerja dan penerapan hygiene sanitasi di
tempat kerja.
NAB adalah standar factor bahaya di tempat kerja yan gdapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan Kesehatan dalam pekerjaan sehari – hari untuk waktu tidak
melibihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
PSD adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui agar tenaga kerja
yang terpajan pada periode singkat yaitu tidak boleh lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan iritasi dan kerusakan tubu. Tidak boleh dilakukan lebih dari 4 kali dalam satu
hari kerja,
KTD adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam
waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.
Indeks Pajanan Biologi adalah kadar konsentrasi bahan kmia yang didapatkan dalam specimen
tubuh tenaga kerja .
Faktor fisika adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat fisik.
Faktor kimia adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat kimiawi.
Contoh : gas, uap, dan partikulat.
Faktor biologi adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivita tenaga kerja yang bersifat biologi.
Disiebabkan oleh MH meliputi hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme.
Faktor ergonomic adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, disebabkan oleh
ketidaksesuaian antara fasilitas kerja terhadap tenaga kerja.
Kualitas Udara Dalam Ruangan adalah kualitas udara di ruangan tempat kerja, yanf dalam kondisi
buruk yang disebabkan oleh pencemaran atau kontaminasi udara tempat kerja, yang menimbulkan
gangguan kenyamanan di tempat kerja,

Pengukuran dan Pengendalian lingkungan kerja


1. Pengukuran lingkungan kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan :
a. Faktor fisika
b. Factor kimia
c. Factor biologi
d. Factor ergonomic
e. Factor psikologi terhadap tenaga kerja.2

2. Pengukuran lingkungan kerja dilakukan sesuai dengan metoda uji yang ditetapkan Standar
Nasional Indonesia.
3. Metode uji lainya sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh Lembaga yang
berwenang.
4. Pengendalian lingkungan kerja dilakukan sesuai hirarki pengendalian upaya meliputi :
eliminasi, subtitusi, rekaya teknis, Adm, dan, APD.

Pengkuran dan Pengendalian fisika meliputi :


1. Iklim kerja
2. Kebisingan
3. Getaran
4. Gelombang
5. Sinar UV
6. Medan Magnet Statis
7. Tekanan udara
8. Pencahayaan.

Pengendalian dan pengukuran factor kimia :


1. Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya bahan kimia.
2. Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan.
3. Pengukuran terhadap pajanan yang hasilnya untuk dibandingkan dengan NAB harus
dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam.
4. Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus dilakukan paling
singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4 (empat) kali dalam durasi
8 (delapan) jam kerja.
5. Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus dilakukan
menggunakan alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.

Pengendalian dan pengukuran factor Biologi :


1. Mikro organisma dan/atau toksinnya; Pengukuran
2. Arthopoda dan/atau toksinnya;
3. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya;
4. Alergen dan toksin dari tumbuhan;
5. Binatang berbisa;
6. Binatang buas; dan
7. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya.

Pengendalian dan pengukuran factor Ergonomi :


1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan;
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan Tenaga Kerja; dan
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.

Pengendalian dan pengukuran factor Psikologi :


1. Ketidakjelasan/ketaksaan peran;
2. Konflik peran;
3. Beban kerja berlebih secara kualitatif;
4. Beban kerja berlebih secara kuantitatif;
5. Pengembangan karir; dan/atau
6. Tanggung jawab terhadap orang lain.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pada Ketinggian


Permenaker No 9 Th 2016 ( 10 BAB, 45 PASAL, LAMPIRAN)
Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat
kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi
jatuh.
Lantai Kerja Tetap adalah semua permuakan yang dibangun atau tersedia untuk digunakan secara
berulang kali dalam durasi lama
Lama Kerja Sementara adalah semua permukaan yang dibangun untuk digunakan dalam durasi
yang tidak terlalu lama, terbatas pada jenis pekerjaan tertentu atau ada kemungkinan runtuh.
Ruang Lingkup :
1. Perencanaan.
2. Prosedur kerja.
3. Teknik bekerja aman.
4. APD.
5. Tenaga kerja.

Tenaga kerj apada ketinggian teridi dari 2 kelompok, yaitu :


1. Tenaga kerja bangunan tinggi. ( tingkat 1 – 2).
2. Tenaga kerja pada ketinggian ( tingkat 1- 3).

Persyaratan Tenaga Kerja Bangunan Tinggi dengan Metode Pencegahan Jatuh :


1. Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 1 :
- Mampu membaca, menulis dan menghitung.
- Sehat.
- Lulus pembinaan k3 ketinggian tingkat 1.
2. Tenaga kerja banguunan tingkat tinggi 2 :
- Minimum Pendidikan SD
- Sehat
- Lulus pembinaan k3 ketinggian tingkat 2.
Alat Pelindung Diri

Tujuan APD

1. Membantu peserta untuk


- Memahami ketentuan dalam perundang – undangan K3 mengenai APD.
- Mengetahui hakdan kewajiban.
- Memecahkan permasalahan dalam melaksanakan ketentuan Permenakertrans No.
08/Men/2010 di tempat kerja.
2. Berbagi pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman dalam penerapan K3.

Agenda
1. Regulsi yang terkait dengan APD.
2. Kasus kecelakaan kerja.
3. Permenakertrans Per.08/10/2010 tentang APD.

Regulasi yang Terkaid APD


1. UU No 1 th 1970
- Pasal 3 ayat 1 butir f.
- Pasal 9 ayat 1 butir c.
- Pasal 12 butir b.
- Pasal 12 butir 3.
- Pasal 13.
- Pasal 14 butir c.
2. Konvensi ILO No 120 ( UU No 3 th 1969) tentang hygiene dalam perniagaan dan kantor.
- Perlindungan pekerja dari bahan dan proses serta Teknik berbahaya penydediaan APD
(Pasal 17).
3. Permenakertrans No.Per01/Men/1981
- Pasal 4 ayat 1.
4. Permenakertrans No.Per03/Men/1982
- Pasal 2 butir I.

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi Sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Cakupan APD :
1. Alat pelindung kepala.
2. Alat pelindung mata dan muka.
3. Alat pelindung pernapasan.
4. Alat pelindung telinga.
5. Alat pelindung tangan.
6. Alat pelindung kaki.

Klasifikasi Ruang Terbatas


1. Ruang Terbatas dengan Izin Masuk.
2. Ruang Terbatas Tanpa Izin Masuk.

Ruang terbatas dengan izin masuk :


1. Terdapat potensi gas atm berbahaya.
2. Terdapat bahan cairan atau padatan yang potensial memerangkap pekerja atau akses keluar
masuk.
3. Mempunyai bentuk atau struktur yang dapat memerangkap pekerja.
4. Terdapat bahaya lain yang dapat menyebabkan cidera serius dan kematian.

Ruang terbatas tanpa izin masuk :


1. Tidak berpotensi mengandung gas atm berbahaya.
2. Tidak mengandung substansi cair atau padat yang membahayakan pekerja.

Pengawasan Norma K3 Bahan Berbahaya

Objek pengawasan Norma K3 berupa :


1. Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
2. Keselamatan dan Kesehatan asbes.
3. Pemakaian Asbes.
4. Syarat – syarat K3 di tempat yang mengelola pestisida.
5. Major Hazard Instalation.
6. Ruang terbatas.

Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan
sifat kimia atau fisika atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi, dan lingkungan.
Asbes adalah serat yang belum terikat oleh semen atau bahan lain.
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
memberantas hama yang dapat merusak tanaman.

Anda mungkin juga menyukai