PENDAHULUAN
dahulu mengenai sifat dan karakteristik pada setiap bahan kimia. Pengenalan sifat
dan karakteristik pada setiap bahan kimia sangat penting dilakukan karena hal
apa saja yang sifatnya berbahaya dan tidak berbahaya. Untuk mempelajari ilmu
kimia tersebut diperlukan sarana dan fasilitas yang tepat, salah satunya yaitu
dalam jenis yang berbeda-beda. Dalam sudut pandang keselamatan kerja di dalam
bagaimana ciri-ciri, bentuk, sifat suatu bahan kimia yang ada dilaboratorium
belajar lebih banyak ketika mereka diberi kesempatan untuk belajar dengan
al. (2003) menyatakan bahwa kegiatan belajar sains jika dilakukan dalam
alat dan bahan-bahan kimia, baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya.
keselamatan kerja (Imamkhasani, 1990). Salah satu resiko yang sulit diprediksi
dan paling berbahaya di laboratorium adalah kadar racun beragam bahan kimia.
Tidak ada zat yang sepenuhnya aman, dan semua bahan kimia menghasilkan efek
beracun kepada sistem kehidupan, dalam bentuk yang berbeda beda. Sebagian
misalnya asam nitrat korosif. Sebagian bisa menyebabkan efek berbahaya setelah
terpapar berulang kali atau dalam durasi lama, seperti karsinogenik klorometil,
metil eter, dikloromethan, n-heksan, dan lain-lain (Faizal Riza Soeharto. 2013).
terhadap kesehatan tubuh manusia. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya iritasi yang disebabkan oleh
bahan bahan iritan (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi
atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan
Yazdi, M. 2016).
berbahaya (di lab organik) terhadap kesehatan pengguna maupun pekerja, maka
penting untuk disikapi secara serius.Baik pengguna maupun pekerja laboratorium
kimia organik sangat penting memiliki pengertian dan pemahaman yang benar
terpapar risiko.Oleh karena itu, penting untuk dilakukan analisis mengenai sifat
dan karakteristik setiap bahan kimia beserta symbol bahayanya, analisis risiko
terhadap bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium kimia dan analisis cara
TINJAUAN PUSTAKA
sensitive atau resistan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Bahan kimia berbahaya
adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi
dan lingkungan (Kepmenaker No. 187 Tahun 1999). Bahan Berbahaya dan Beracun
yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
makhluk hidup lainnya (PP No.74 Tahun 2001). Definisi lain dari B3 adalah bahan
buangan bentuk (padat, cair dan gas) yang dihasilkan baik dari proses produksi
maupun dari proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat
berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem karena dapat bersifat korosif,
ekplosif, toksik, reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif dan bersifat
1) Bahan beracun
2) Sangat beracun
7) Bahan reaktif
8) Bahan oksidator
2) Pengoksidasi (oxidizing)
9) Berbahaya (harmful)
1) Bahaya Kesehatan :
a) Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut) dan
b) NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m3 atau ppm
c) NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh dihirup seseorang
2) Bahaya Kebakaran :
Kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL
(low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan
disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain
bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga
kimia berbahaya, dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari
adalah faktor penyimpanan. Banyak sekali kebakaran dan ledakan berasal dari
maka selain harus mengetahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia berbahaya,
juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang
disimpan. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan
Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan
(Kepmenaker No. 187 Tahun 1999). Setiap industri yang menggunakan, menyimpan,
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penting. Simbol bahan berbahaya dan beracun diatur oleh Peraturan Lingkungan Hidup
Nomor 03 tahun 2008 tentang tata cara pemberian simbol dan label bahan berbahaya
dan beracun bahwa : simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat, warna dasar
putih dan garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah. Simbol yang dipasang pada
yang mengenainya. Untuk di kendaraan pengangkut, simbol dibuat dengan cat yang
dapat berpendar.
Potensi bahaya bahan kimia yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki
(melalui mulut kesaluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh
potensi kimia terhadap tubuh pekerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya dapat berupa debu, gas, uap, asap, daya racun bahan
(toksisitas) dan cara masuk kedalam tubuh. Potensi bahaya bahan kimia terdiri dari :
a. Potensi bahaya besar, Apabila : kuantitas bahan kimia berbahaya yang digunakan
digunakan sama atau lebih kecil dari nilai ambang kuantitas (NAK).
keselamatan kerja dan keamanan (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Berdasarkan penelitian Hassan. N. Dkk (2017) Semakin banyak kasus kecelakaan yang
Menurut Sutrisno (2017) salah satu faktor yang menentukan keselamatan kerja di
laboratorium adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Peralatan ini dimiliki oleh
siapapun pekerja atau pengguna laboratorium, dan sebaliknya tidak menjadi milik
bersama dari pekerja atau penggunaan laboratorium tersebut. APD digunakan oleh
setiap individu selama bekerja di laboratorium. Menurut Achandi (2004) APD adalah
peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu
tempat kerja yang berbahaya. Alat pelindung diri (APD) untuk bahan kimia berbahaya
tersebut adalah baju laboratorium (lab chothe), kaca pelindung mata (gogles), sarung
tangan (gloves), dan pelindung pernafasan (masker). Penting bagi setiap orang untuk
memastikan bahwa laboratorium adalah lingkungan kerja yang nyaman dan aman.
yang sesuai, pegawai laboratorium yang terlatih, dan unit atau bagian tanggap darurat.
Semua orang harus bertanggung jawab untuk menggunakan pakaian dengan benar agar
a. Pelindung tubuh
Alat pelindung badan berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kontak dengan
bahan kimia atau panas, bakteri, asap, api dan sebagainya. Alat pelindung badan
yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan sebutan jas
memasuki laboratorium.
korosif dan material korosif atau bahan kimia berbahaya, seperti asam dan basa
kuat, maka sangat ditekankan menggunakan googles atau pelindung mata. Sebelum
bekerja dengan bahan kimia, hendaknya mempunyai rencana tindakan jika terjadi
percikan bahan kimia tersebut, apalagi mengenai wajah atau mata. Untuk percikan,
hendaknya seketika itu juga mata dibilas atau diguyur dengan air (lebih baik jika
menit. Setelah pertolongan pertama ini dilakukan hendaknya segera ke dokter dan
c. Perlindungan kulit
APD berikutnya adalah APD tangan. Salah satu APD untuk tangan yaitu
sarung tangan yang mampu melindungi dan mencegah kontaminasi pada kulit
jenis sarung tangan untuk melindungi beragam bahaya yang ditimbulkan oleh
bahan kimia. Sifat bahaya dan operasi yang terlibat sangat menentukan sarung
tangan yang dipilih. Setiap pegawai atau praktikan yang akan bekerja dengan
dirancang untuk melindungi bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan kimia
karena hirupan (inhalasi) merupakan salah satu rute utama paparan toksikan kimia.
atau. Perlindungan pernapasan dan mulut yang biasa digunakan adalah masker.
e. Perlindungan kaki
sengaja) atau tumpah, pecah atau terkena potongan peralatan (gelas, logam, kayu
dan sebagainya) yang terjadi di laboratorium sulit untuk dihindari. Demikian juga
Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan Bahan
Berbahaya dan beracun, maka setipa orang yang melakukan kegiatan pengolahan B3
wajib :
(B3) kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan sistim tanggap darurat.
d. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat Pemerintah kota
setempat.
BAB III
METODOLOGI
Alat : Laptop
4.1. Hasil
(Resiko)
Hidrogen Klorida Corrosive Bahan yang Hindari kontak
(CH3COOH), menyebabkan
menyebabkan
sakit serius
Ammonia, Irritant Bahan yang Hindari kontak
iritasi, gatal-
bakar.
Etanol Flammable Bahan kimia Hindari kontak
dengan titik dengan mata
mudah terbakar
terbakar
terbakar dan
mudah meledak
Azide, Amonium
Nitrat,
Nitroselulosa
Kalium Perklorat Oxidizing Bahan bersifat Jangan di telan
kulit
Etilen Glikol Harmful Bahan bersifat Jangan hirup dan
Klorin, Amonia.
4.2 Pembahasan
Jenis bahan kimia beserta simbol bahaya, cara penanganan dan efek yang
ditimbulkan
4.2.1. Hidrogen Klorida (HCL)
dengan berat molekul 36,5 (g/mol). Memiliki bau menyengat dan tidak
bewarna dengan titik didih berkisar 50,5 °C. Merupakan oksidator kuat dan
dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter (Santoso, A.V.,
yang dapat menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif
seperti kerusakan pada mata, kulit dan sebagainya (Malayadi, A. F., 2017).
segar.
Jika kontak dengan mata, bilaslah dengan air yang banyak, lepaskan lensa
kontak.
Jika tertelan, beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas) dan
Cara penyimpanan yang tepat pada asam klorida adalah sebagai berikut :
Efek yang timbul akibat terkena asam klorida adalah sebagai berikut :
Sementara itu, dua bahaya lain asam sulfat di luar kesehatan tubuh yakni :
beracun, dengan titik didih 25,6 °C (78,1 °F). Sianida dalam bentuk hidrogen
sianida (HCN) dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat jika dihirup
dalam konsentrasi tertentu. Konsentrasi HCN yang fatal bagi manusia bila
dihirup selama 10 menit adalah 546 ppm (Pitoi, M. M., 2015). Sianida termasuk
kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi,
Jika tidak bisa keluar dari tempat paparan, jaga tubuh tetap berada serendah
Lepaskan lensa kontak atau kacamata jika orang yang terpapar mengenakan
oleh petugas.
Khusus untuk kacamata, bisa kembali digunakan jika telah dicuci dengan
lemah. Meski begitu, tidak semua orang yang memiliki beberapa gejala ini
Dalam jumlah besar asam sianida bisa jadi mengalami denyut jantung yang
4.2.3. Ammonia
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas. Amonia merupakan zat toksik
irritant (Xi) dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, ingesti, dan
dermal. Pada kasus inhalasi konsentrasi tinggi, dapat menimbulkan luka bakar
konsentrasi rendah akan menyebabkan batuk, sesak, nyeri dada, dan iritasi
saluran napas. Sama seperti inhalasi, kontak kulit dan mata dengan amonia
dengan kulit dengan nitrogen yang berwujud cair dapat mengakibatkan radang
dingin (frost bite injury), suatu pembekuan kulit akibat kontak dengan suhu
dingin. Jika amonia tertelan, efek yang ditimbulkan adalah korosi pada mulut
dan lambung, seperti rasa terbakar di sepanjang organ organ pencernaan
manusia, nyeri lambung, dan muntah. Gejala lain yang dapat ditimbulkan oleh
menimbulkan reaksi jika terjadi paparan pada kulit, mata, rongga mulut, saluran
4.2.4. Etanol
dengan 2 atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah
CH3CH2OH yang disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi nama
etil alkohol (etanol), dan C3H7OH yang disebut isopropil alkohol (IPA) atau
propanol2. Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil
alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol disebut juga etil
alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya
78,4 °C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan dapat bercampur dengan
air (Febriani, D., Mulyanti, D., Rismawati, E., 2015). Alkohol atau etanol
formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +210 C dan +55 °C
sebagai berikut :
Jika kontak dengan mata, bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa
Jika terbakar gunakan air busa karbon dioksida (CO2) serbuk kering dan
Jauh dari sumber api/panas terutama loncatan api listrik dan bara rokok
Efek yang timbul akibat terpapar etanol pada setiap individu berbeda–beda
dengan dosis letal antara 500 mg/L sampai 1000 mg/L (Arora, 2005). Penggunaan
etanol secara berlebihan akan menyebabkan meningkatnya resiko kerusakan organ
pada tubuh. Minuman keras yang mengandung etanol memiliki sifat antidepresan
tersebut (Kraut and Kurtz, 2008). Dampak yang ditimbulkan dari etanol yang
terkandung di dalam minuman keras jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-
depresi sistem saraf pusat, mual, muntah, nyeri perut, diare, pankreatitis (radang
4.2.5. Aseton
kimia (C3H6O). Berat molekul, g/gmol : 58,08 dengan titik didih °C : 56,29 dan
titik beku °C : -94,6. Aseton sangat larut dalam air dan tidak memiliki warna
(Sinta, A., 2010). Aseton (C3H6O) merupakan zat dengan sifat Highly flammable
(sangat mudah terbakar). Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya
kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah
+21 °C). Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar : R11 (Tutik, R., 2010).
Cara penanganan apabila terkena bahan kimia berupa aseton adalah
sebagai berikut :
Jika kontak dengan mata, bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa
Jika terbakar gunakan air busa karbon dioksida (CO2) serbuk kering dan
Jauh dari sumber api/panas terutama loncatan api listrik dan bara rokok
Efek yang ditimbulkan akibat terpapar aseton apabila terjadi jika seseorang
menelan atau menghirup zat ini dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang
singkat. Jika terjadi keracunan zat ini dalam tingkat ringan, maka penderitanya bisa
mengalami sakit kepala, lesu, muncul rasa manis di mulut, bicara cadel, dan
berkurangnya koordinasi tubuh. Gejala berat dari keracunan aseton bisa berupa tekanan
darah rendah, pingsan, dan koma. Akibat lainnya yang bisa terjadi adalah iritasi pada
mata, iritasi saluran pernapasan, gangguan pernapasan, kejang, dan bahkan kematian.
Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana dengan rumus
kimia (C4H10O) adalah cairan mudah terbakar yang jernih, tak berwarna, dan
bertitik didih rendah serta berbau khas. Komponen paling umum dari kelompok
campuran kimiawi yang secara umum dikenal sebagai eter. Berat molekul 74,12
(gram/mol) dengan titik didih 34,6°C dan titik lebur -116,3°C (Christian, M.,
Putra, N. P., 2018). Dietil eter merupakan salah satu senyawa dengan sifat
yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 °C) dan titik didihrendah
dengan titik didih awal (di bawah +35 °C). Bahan amat sangat mudah terbakar
berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah
Cara penanganan yang tepat apabila terkena bahan kimia berupa Dietil
menit, lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya dan
lanjutkan membilas.
Jika terbakar gunakan air busa karbon dioksida (CO2) serbuk kering dan
Jauh dari sumber api/panas terutama loncatan api listrik dan bara rokok
Efek yang timbul akibat terkena dietil eter adalah menyebabkan kulit
menjadi kering dan bisa saja menyebabkan kulit pecah atau retak-retak hal ini
menyengat berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81
°C). Tri Nitro Toluena (TNT) banyak digunakan sebagai bahan peledak militer
dan industri karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain titik leleh
rendah, dapat digunakan sebagai bahan peledak senyawa tunggal atau tidak
membutuhkan bahan reduktor, relatif stabil dan tidak sensitif terhadap benturan,
gesekan, maupun suhu tinggi sehingga relatif aman untuk digunakan sebagai
bahan peledak . Namun demikian bahan peledak ini sangat peka terhadap
gelombang energi atau dengan kata lain apabila terhadap bahan peledak TNT
dilewatkan shock wave ( gelombang kejut) maka segera terjadi ledakan, dengan
ledakan yang terjadi dipicu oleh gelombang energi maka yang terjadi adalah
proses detonasi maka ledakan yang terjadi adalah bersifat high explosive atau
mudah meledak (Bahri, M. S., 2014). TNT merupakan salah satu bahan mudah
meledak, dimana bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh
suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi
gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Frase-R untuk bahan mudah
Cara Penanganan yang tepat apabila terkena bahan kimia berupa TNT
menimbulkan panas
Untuk zat reaktif terhadap air harus disimpan ditempat yang kering
JHindarkan dari uap air dan air. Jika terjadi kebakaran gunakan alat
ditemukan pada hewan yang menelan atau menghirup trinitrotoluene. Ada bukti
ditunjukkan pada hewan percobaan dengan tikus, meskipun sejauh ini tidak ada
bereaksi sangat lambat dengan zat organik. Ini, biasanya diperoleh sebagai
memiliki rumus KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung ion K+ dan
MnO4-. Kalium permanganat larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarna
merah muda atau ungu Intens. Penguapan larutan ini meninggalkan kristal
2018).
Kalium klorat dan kalium permanganat merupakan senyawa pengoksidasi
yaitu bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing
biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran
secara signifikan. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9 (Tutik, R.,
2010). Kalium permanganat dapat bereaksi dengan senyawa yang mudah menyala
kuat, material organic, peroksida, alcohol dan senyawa kimia logam aktif
Cara Penanganan apabila terkena bahan kimia berupa kalium klorat adalah
sbegai berikut :
Bila terjadi kontak kulit, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya
sepatu, tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan, air dingin
Bila tertelan, beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), hidari
menetralisir.
luka bakar dan dapat menyebabkan cedera yang mengancam jiwa karena
Monoetilen glikol yang sering disebut etilen glikol adalah cairan jenuh,
tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis, dan larut sempurna dalam air. Grup
hidroksil pada glikol memberikan kemungkinan turunan senyawa yang lebih luas.
Gugus hidroksil ini bisa diubah menjadi aldehid, alkil halide, amina, azida, asam
karboksil, eter, merkaptan, ester nitrat, nitril, ester nitrit, ester organik, ester
posphat, dan ester sulfat. Senyawa-senyawa ini membuat etilen glikol bisa
menjadi senyawa intermediet dalam banyak reaksi. Terutama dalam formasi resin,
kesehatan akut atau kronik jika bahan kimia tersebut masuk melalui saluran
pernapasan, melalui mulut, dan kontak kulit. Kontak jangka pendek (akut)
terhadap etilen glikol melalui mulut dalam jumlah besar dapat berakibat pada tiga
tingkat gangguan kesehatan. Pertama, gangguan system saraf pusat, diikuti oleh
dosis lebih rendah juga menimbulkan efek, walau tidak separah efek dosis besar.
Efek tersebut antara lain iritasi tenggorokan dan saluran pernapasan bagian atas
Cara penanganan yang tepat apabila terkena etilen glikol adalah sebagai
berikut :
Jika terhirup, hirup udara bersih, segera hubungi dokter. Jika napas terhenti,
oksigen.
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air dan segera panggil
dokter.
Jika kontak dengan mata, bilaslah dengan air yang banyak dan hubungi
dokter mata
Jika tertelan, segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak),
periksakan ke dokter
Simpan wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan berventilasi baik.
Efek yang timbul akibat terpapar etilen glikol adalah Keracunan etilena
gejala awalnya meliputi muntah dan sakit perut. Gejala-gejala yang dapat
otak. Keracunan dan kematian dapat terjadi bahkan jika banyaknya etilena
4.2.10. Tetraklorometena
saraf pusat dan merusak hati dan ginjal. Paparan yang lama bisa berakibat fatal
dengan baik. Paparan karbon tetraklorida konsentrasi tinggi (termasuk uap) dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat dan merusak hati dan ginjal. Paparan yang lama
Jika terhirup, hirup udara bersih, segera hubungi dokter. Jika napas terhenti,
oksigen.
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air dan segera panggil
dokter.
Jika kontak dengan mata, bilaslah dengan air yang banyak dan hubungi
dokter mata
Jika tertelan, segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak),
periksakan ke dokter
menyebabkan gangguan fungsi hepar berupa nekrosis, fibrosis, dan sirosis (CCl4)
(Juan Zhang et al., 2004). Karbon tetraklorida (CCl4) adalah toksin pertama yang
radikal bebas. CCl4 dapat melalui membran sel dan CCl4 yang tertelan akan
didistribusikan ke semua organ, tapi efek toksisnya terutama terlihat pada hepar.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
jurnal ilmiah, dan dokumen lainnya. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
antara lain bersifat irritant, harmful, toxic, very toxic, corrosive , flammable,
the environment.
merusak jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan
5.2. Saran
seminimal mungkin
2. Bagi pengguna laboratorium memilih jenis kegiatan yang sebisa mungkin tidak
Daftar Pustaka
Ayuningtyas, Krisnha Dian. 2016. Efek Etanol dan Metanol pada Minuman Keras
Oplosan Terhadap Perubahan Histopatologi Organ Hepar Tikus Wistar
Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jember
Bahri, M. S. 2014. Penolakan Pemerintah Iran Terhadap International Atomic
Energy Agency (IAEA) Untuk Melakukan Pemeriksaan Pengembangan
Energi Nuklir Di Wilayah Negara Iran Ditinjau Dari Perspektif Statuta
IAEA. Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum. Vol. 1(11).
Christian, M., dan Putra, N. P. 2018. Prarencana Pabrik Etil Eter Dari Etanol
Kapasitas: 14.500 ton/tahun. Doctoral dissertation. Fakultas Teknik.
Surabaya: Widya Mandala Catholic University.
Faizal Riza Soeharto. 2013. Bekerja dengan Bahan Kimia Melalui Manajemen
Bahan Kimia dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Laboratorium Kimia. Jurnal Info Kesehatan, Vol 11 ( 2 ).
Febriani, D., Mulyanti, D., dan Rismawati, E. 2015. Karakterisasi Simplisia Dan
Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.).
Feronika, N. I., dan Zainul, R. 2018. Kalium Permanganat: Termodinamika
Mengenai Transport Ionik dalam Air. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Padang: Universitas Negeri Padang.
Hassan. N. Dkk. 2017. Safety and Health Practice Among Laboratory Staff in
Malaysian Education Sector. International Coference on Mechanical
Engineering Research.
Karimi, Zeverdegani S., Barakat S., dan Yazdi, M. 2016. Chemical Risk
Assessment in A Chemical Laboratory Based on Three Different
Techniques. JOHE.
Kruse, J. A. 2012. "Methanol and Ethylene Glycol Intoxication". Critical Care
Clinics. Vol. 28 (4) : 661–711.
Malayadi, A. F. 2017. Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Laboratorium Universitas Hasanuddin Kota
Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Pitoi, M. M. 2015. Sianida: Klasifikasi, Toksisitas, Degradasi, Analisis (Studi
Pustaka). Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Vol. 4(1) : 1-
4.
Santoso, A.V., dan Susanto, A. 2019. Prarencana Pabrik Monoklorobenzena
Kapasitas Produksi : 23.100 ton/tahun. Skripsi. Fakultas Teknik.
Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala.
Saputra, A., dan Irfannuddin, S. 2018. Pengaruh Paparan Gas Amonia Terhadap
Perubahan Kadar Serum SGOT dan SGPT pada Kelompok Berisiko.
Biomedical Journal of Indonesia : Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Vol. 4(1) : 32-40.
Saputri, Chairunisa Ayu., Masykuri., Ashadi., dan Haryono. 2013. Pembelajaran
Kimia Berbasis Masalah dengan Metode Proyek dan Eksperimen
Ditinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Menggunakan Alat
Laboratorium. Jurnal Inkuiri, Vol 2 ( 3 ) : 227-237.
Scholten, D., Trebicka, J., Liedtke, C., and Weiskirchen, R. 2015. The carbon
tetrachloride model in mice. Laboratory animals. Vol. 49(1) : 4-11.
Sinta, Alfina I. 2010. Prarancangan Pabrik Aseton Proses Dehidrogenasi Isopropil
Alkohol Kapasitas 19.500 Ton/Tahun. Skripsi. Fakultas Teknik.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Subamia, I. D. P., Sriwahyuni, I. G. A. N., dan Widiasih, N. N. 2019. Analisis
Resiko Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia
Organik. Wahana Matematika dan Sains: Jurnal Matematika, Sains, dan
Pembelajarannya. Vol. 13(1) : 49-70.
Sutrisno. 2017. Keselamatan Di Laboratorium Kimia (Safety In Chemistry
Laboratory). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang : Malang
Tutik, R. 2010. Pengelolaan Bahan Limbah Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.