Anda di halaman 1dari 28

Nurlian Ramadhanty

A2A017054

FAKTOR KIMIA
BAB I

A. Pengertian Faktor Kimia


Industri sebagai tempat kerja yang berkembang secara kompleks
memiliki aktivitas dan lingkungan kerja yang beragam. Pemanfaatan
peralatan, penggunaan mesin-mesin dan bahan kimia khususnya bahan
kimia toksik untuk proses produksi memberikan ancaman di tempat kerja.
Hal ini bisa menjadi sumber potensi yang dapat memicu ancaman bahaya
keselamatan pekerja apabila fasilitas, peralatan dan penggunaan bahan
kimia tidak dikelola dengan baik (Muliani, 2011).
Menurut data WHO pada tahun 1994 memperkirakan sebanyak
150.000 bahan kimia telah beredar, dan bertambah sekitar 200 sampai
1000 jenis baru bahan kimia setiap tahunnya. Geisler pada tahun 1993
memperkirakan terdapat 100.000 bahan kimia yang digunakan dalam
berbagai industri di mana sekitar 12.000 diantaranya diketahui berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia atau pekerja.
Banyak diantara bahan kimia tersebut yang keamanan
penggunaannya belum terjamin, bahakan belum diketahui efeknya, tetapi
telah banyak digunakan dalam proses industri. Penggunaan bahan ini
dalam jangka waktu pendek dan terlebih lagi dalam jangka waktu panjang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja, seperti
menimbulkan penyakit dan keganasan yang berakibat fatal (Suriya, 2003).
Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun
terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan
akibat hubungan pekerjaan Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta
kecelakaan dan sisanya adalah kematian akibat penyakit akibat hubungan
pekerjaan. Data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N) menunjukkan bahwa kecenderungan kejadian kecelakaan kerja
meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 kasus di tahun 1999
meningkat menjadi 98.905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi mencapai
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

104.774 kasus pada tahun 2001. Dari kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5%
diantaranya (5.476 tenaga kerja) mendapat cacat permanen. Ini berarti
setiap hari kerja ada 39 orang pekerja yang mendapat cacat baru atau rata-
rata 17 orang meninggal karena kecelakaan kerja (Riyadina, 2008).
Menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 Faktor Kimia adalah
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang bersifat
kimiawi, disebabkan oleh penggunaan bahan kimia dan turunannya di
Tempat Kerja yang dapat menyebabkan penyakit pada Tenaga Kerja,
meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas, uap dan partikulat.
(Permenaker No 5 Tahun 2018)
Terjadi pada petugas atau pekerja yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika. Demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan
dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau
lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan.
Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat
kimia, yang meliputi bentuk padatan (partikel, cair,gas, kabut, aerosol,
dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia, mencakup wujud yang
bersifat partikel adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap serta
wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap. (Permennakertransi
No.PER. 13/MEN/X/2011.)
Sumber kecelakaan terbesar bekerja di laboratorium kimia berasal
dari bahan-bahan kimia dan factor manusia. Pemahaman jenis, sifat, dan
cara menanggulangi bahan kimia sangat diperlukan oleh praktikan di
laboratorium (Muhtaridi, 2011). Kekurangpahaman tentang bahan kimia
berpotensi merusak kesehatan praktikan dan lingkungan di sekitar
laboratorium (Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010).
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

B. Macam-Macam Faktor Kimia


Macam-macam Bahan Kimia
a. Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan
yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan
(penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan
pembuangan)
b. Bahan kimia mudah meledak
Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau
campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia,
gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk
gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai
dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar
serta suara yang keras.
c. Bahan kimia mudah terbakar
Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada
suatu kondisi tertentu, Akan menghasilkan nyala api. Tingkat
bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin
rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya.
d. Bahan kimia beracun
Merupakan bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat
mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan
kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat
racun dari bahan dapat berupa kronik atau akut dan sering
tergantung pada jumlah bahan tersebut yang masuk kedalam tubuh.
e. Bahan kimia korosif
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan
bahan-bahan kuat lainnya,yang sering mengakibatkan kerusakan
logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali
dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata,
merangsang kulit dan system pernafasan.
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

f. Bahan kimia radioaktif


Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk
memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar
gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan
tubuh manusia.Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat
berbahaya apabila satu atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut
diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah
meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni
kehidupan.
g. Bahan kimia oksidatorBahan kimia oksidator bersifat eksplosif
karena sangat reaktif dan tidak stabil, mampu menghasilkan
oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :
1. Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat,
Hidrogen Peroksida, Periodat, Persulfat.
2. Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida,
Eteroksida, Asam Parasetat
3. Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada
penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton, ester,
senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif.
Semua bahan kimia dikategorikan dalam tiga bentu: padat, cair atau gas.
1) Padat memiliki bentuk, seperti partikel debu atau pipa baja.
2) Cair merupakan cairan tak berbentuk. Pelarut dan minyak adalah
contoh dari bahan kimia dalam bentuk cair.
3) Gas adalah zat berbentuk yang mengembang untuk menempati semua
ruang dari wadahnya. Oksigen dan karbon monoksida adalah contoh
bahan kimia dalam bentuk gas. Gas yang biasanya tidak terlihat, tetapi
mereka dapat dideteksi dalam beberapa kasus oleh rasa atau bau
mereka.
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

Beberapa bahan kimia berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lain
dengan perubahan suhu atau tekanan. Air adalah zat kimia yang
biasanya cair tetapi menjadi padat pada suhu di bawah 0 derajat
Celcius.
Mengetahui keadaan fisik bahan kimia berbahaya adalah faktor
penting dalam memahami efek negatif mereka bagi tubuh. Keadaan
fisik kimia yang menentukan rute mana yang mungkin digunakan
untuk masuk ke dalam tubuh. Misalnya, gas mungkin dengan mudah
masuk ke dalam tubuh jika terhirup, sementara cairan lebih mungkin
untuk diserap melalui kulit. Fakta bahwa bahan kimia dapat mengubah
keadaan mereka selama proses kerja yang melibatkan perubahan suhu
dan tekanan membuat semua lebih penting untuk semua negara yang
kemungkinan bahan kimia ke dalam akun.
Bahan Kimia bentuk Partikel :
1. Debu (asbes,silika,arang,kapas,dll)
2. Fume (las,solder,log cair,dll)
3. Asap (pemb tak sempurna, 0,5 u)
4. Kabut (oli,cat,pestisida,dll)
5. Awan (kond fase gas,0,1-1u)
Bahan Kimia Non partikel
1. Gas ( O2 ,CO,SO2 ,CO2 ,dll)
2. Uap (pada pemanasan)
3. Pelarut (alkohol,benzena,,dll)
C. Nilai Ambang Batas
Penjelasan NAB Faktor Kimia
1. Kegunaan NAB
NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomendasi pada praktek
higene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Dengan
demikian NAB antara lain dapat pula digunakan:
a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan.
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

b. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan


teknologi pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.
c. Menentukan pengendalian bahan proses produksi terhadap bahan yang
lebih beracun dengan bahan yang sangat beracun.
d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakitpenyakit dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat faktor
kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologik.
2. Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen, dikategorikan sebagai
berikut:
1) A-1 Terbukti karsinogen untuk manusia (Confirmed Human
Carcinogen). Bahanbahan kimia yang berefek karsinogen terhadap
manusia, atas dasar bukti dari studi-studi epidemologi atau bukti
klinik yang meyakinkan, dalam pemaparan terhadap manusia yang
terpajan.
2) A-2 Diperkirakan karsinogen untuk manusia (Suspected Human
Carcinogen). Bahan kimia yang berefek karsinogen terhadap
binatang percobaan pada dosis tertentu, melalui jalan yang
ditempuh, pada lokasi-lokasi, dari tipe histologi atau melalui
mekanisme yang dianggap sesuai dengan pemaparan terhadap
tenaga kerja terpajan. Penelitian epidemologik yang ada belum
cukup membuktikan meningkatnya risiko kanker pada manusia
yang terpajan.
3) A-3 Karsinogen terhadap binatang. Bahan-bahan kimia yang
bersifat karsinogen pada binatang percobaan pada dosis relatif
tinggi, pada jalan yang ditempuh, lokasi, tipe histologik atau
mekanisme yang kurang sesuai dengan pemaparan terhadap tenaga
kerja yang terpapar.
4) A-4 Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia. Tidak
cukup data untuk mengklasifikasikan bahan-bahan ini bersifat
karsinogen terhadap manusia ataupun binatang. A-5 Tidak
diperkirakan karsinogen terhadap manusia
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

3.NAB Campuran

Apabila terdapat lebih dari satu bahan kimia berbahaya


yang bereaksi terhadap sistem atau organ yang sama, di suatu
udara lingkungan kerja, maka kombinasi pengaruhnya perlu
diperhatikan. Jika tidak dijelaskan lebih lanjut, efeknya dianggap
saling menambah. Dilampaui atau tidaknya Nilai Ambang Batas
(NAB) campuran dari bahan-bahan kimia tersebut, dapat diketahui
dengan menghitung dari jumlah perbandingan diantara kadar dan
NAB masing-masing

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi


Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
Nurlian Ramadhanty
A2A017054
Nurlian Ramadhanty
A2A017054
Nurlian Ramadhanty
A2A017054
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

D. Pengendalian
Upaya penganggulangan potensi bahaya antara lain dengan cara
administrasi pembuatan prosedur K3 manual, engeneering/rekayasa seperti
pemasangan alarm pada lemari asam, subtitusi dengan penggantian alat
yang sudah pecah dengan alat yang baru, mengganti bahan kimia yang
berbahaya/berisiko dengan bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya
namun dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat pelindung diri
(Amanah, 2011).
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia harus dilakukan pada


Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan kimia. (Permenaker
No. 5 Tahun 2018).
Menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 Pengendalian sebagaimana
dimaksud dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat
Kerja
b. Mengganti bahan kimia dengan bahan kimia Lain yang tidak
mempunyai potensi bahaya atau potensi bahaya yang lebih
rendah;
c. Memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi
bahaya kimia
d. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya
kimia
e. Menyediakan sistem ventilasi
f. Membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui
pengaturan waktu kerja
g. Merotasi Tenaga Kerja
h. Ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi bahaya
bahan kimia
i. Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan
kimia
j. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/ atau
k. Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
Prosedur untuk membersihkan tumpahan bahan kimia
berbeda-beda tergantunglokasi kecelakaan, jumlah, dan bahaya
bahan yang tumpah, serta pengetahuan dan keterampilan
orangyang terlibat. Lakukan pembersihan tumpahan apapun
dengan mengenakan APD yang tepat dansesuai dengan prosedur
atau aturan institusi(Moran dan Masciangioli, 2010)
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

Berhati-hatilah untuk menghindari paparan paling umum


dari bahan kimia berupa: kontak dengan kulitdan mata, terhirup,
dan tertelan. Strategi umum menjaga pekerja di laboratorium aman
selama bekerja dengan bahan kimia atau tempat kerja lainnya yang
berbahaya adalah dengan menggunakan hirarki kontrol yang
menempatkan penekanan pada pencegahan bahaya. Metode yang
dianjurkan untuk mengurangipaparan bahan kimia, menurut urutan
acuan, sebagai berikut :
1. Pengendalian teknik atau rekayasa yang meliputi: eliminasi, substitusi,
isolasi, pengendalian secara administrasi: (prosedur, instruksi kerja,
supervisi pekerjaan), dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Kendali teknik harus menjadi lini pertahanan pertama dan utama untuk
melindungi pegawai atau pekerja di laboratorium dan sarana atau
prasarana. APD tidak boleh digunakan sebagai lini perlindungan
pertama.
2. Pendidikan dan pelatihan (Diklat)
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden, dan etiologi
5. Penegakan hukum (Suardi, 2007).
E. Cara Pencegahan
Kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan negatif
(sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai sumber
potensi bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut sepenuhnya
diketahui;
 wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu untuk
menentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke dalam tubuh
dan bagaimana paparan dapat dikendalikan
 bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia misalnya
dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan,
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja


terhadap bahaya
 jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi
pekerja, seperti respirator dan sarung tangan
 bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang
sesuai melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana
menginterpretasikan LDK dan label tersebut. Adapun hal yang dapat
dilakukan dalam pencegahan yaitu :
1) Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan
kimia yangada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
adapun cara cara lain :
1) Mengurangi atau menghilangkan penggunaan bahan kimia
berbahaya bila memungkinkan.
2) Menjaga sistem ventilasi yang memadai untuk mengurangi
konsentrasi bahan kimia di udara.
3) Praktek kebersihan pribadi yang baik (misalnya cuci tangan) dan
mempertahankan biasa rutinitas membersihkan tempat kerja dapat
mengurangi jumlah zat kimia yang diserap oleh tubuh pekerja.
4) Memperkenalkan kontrol administratif untuk meminimalkan
paparan bahan kimia
5) Gunakan alat pelindung diri.
6) Menjaga peralatan agar selalu dalam keadaan baik untuk mencegah
kebocoran dan kerusakan yang mungkin melepaskan zat beracun.
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

Ada beberapa cara pencegahan factor kimia lingkungan kerja antara


lain:
1. Subtitusi
Yang dimaksud subtitusi adalah penggantian bahan-bahan
berbahaya/beracun dengan bahan yang tidak beracun, hal ini agak
sukar dilaksanakan mengingat banyak dari bahan kimia yang dipakai
dalam proses produksi yang apabila diganti dengan bahan lain dapat
mempengaruhi  dari hasil produksi dengan kata lain produksi mungkin
akan tidak sama bila memakai bahan aslinya dan untuk mendapatkan
hasil yang sama diperlukan penelitian-penelitian yang saksama dan
membutuhkan biaya tinggi.
2. Isolasi
Isolasi yang dimaksud disini adalah mengisolir tempat atau ruangan-
ruangan yang mengandung aspek bahan kimia yang berbahaya dari
para pekerja atau tidak kontak langsung bahan-bahan berbahaya
tersebut, cukup dilakukan dengan mengontrol dari luar atau tempat
lain.
3.  Ventilasi
Ventilasi yang dimaksudkan disini adalah mengatur sirkulasi udara
yang baik masuk kedalam ruang kerja. Ada berapa macam ventilasi,
tetapi disini yang dibicarakan adalah ventilasi ekshauster. Ada dua
macam ekshauster sebagai berikut:
a.     Lokal Ekshauster
Yaitu ekshauster yang dipakai hanya pada tempat dimana orang
bekerja.
b.     General ekshauster.
   Yaitu ventilasi untuk seluruh ruangan
4. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pemakaian alat pelindung diri hanya dilakukan apabila ketiga sistem
tersebut diatas tidak dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

bahan kimia yang ada pada suatu lingkungan kerja ataupun kurang
efisien penggunaannya.

 Ada berapa macam alat pelindung diri antara lain:


a. Masker
Alat ini dipakai untuk melidungi tenaga kerja dari debu ataupun
uap, gas yang dapat masuk kedalam tubuh melalui pernapasan.
b.   Sarung tangan
Alat ini dipakai melindungi tenaga kerja dari kontak dengan bahan
kimia berbahaya
 c.   Pakaian kerja
Alat ini dipakai untuk melindungi tenaga kerja dari kontak bahan
kimia yang berbahaya.
d.   Respirator
Alat ini dipakai untuk melindungi pernapasan tenaga kerja dimana
konsentrasi bahan kimia dalam ruangan kerja dimungkinkan
dengan hanya mermakai masker.

F. Bahaya Faktor Kimia


Pemahaman mengenai bahaya sangat pentig, karena sering salah
paham. Bahaya sering diartikan sebagai faktor kondisi fisik, faktor
organisasi, kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman, kurang
pelatihan atau kelelahan. Semuanya itu bukan bahaya, tetapi merupakan
kegagalan dalam pengawasan atau faktor yang memberikan konstribusi
terjadinya kecelakaan atau keparahan dari suatu kejadian (Ramli, 2010).
Kesalahpahaman arti bahaya sering menimbulkan analisis yang
kurang tepat dalam melaksanakan program K3 karena sumber bahaya yang
sebenarnya justru tidak diperhatikan. Sebagai contoh tidak memakai topi
keselamatan bukan merupakan bahaya. Bahayanya adalah dari benda yang
terjatuh dari ketinggian dan kemudian menimpa kepala. Bahaya
merupakan segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan, atau


gangguan lainnya (Ramli, 2010).
Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran
darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya.
Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap
atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara
lain :
a. Inhalasi (menghirup):
Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat masuk
ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar
lima liter udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap.
Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai paruparu.
Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari
tubuh.
b. Pencernaan (menelan)
Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan
di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan
saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atau
tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.
c. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif:
Beberapa di antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke
pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang,
zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya
kecelakaan medis).
Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat
kerja. Bahan-bahan kimia tersebut dapat berupa suatu produk akhir
atau bagian bentuk bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu
produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, untuk pembersih,
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

bahan bakar untuk energi proses atau produk samping. Banyak bahan
kimia yang digunakan di tempat kerja mempengaruhi kesehatan kita
dengan cara-cara yang tidak diketahui. Dampak kesehatan dari
beberapa bahan kimia bisa secara perlahan atau mungkin
membutuhkan waktu bertahuntahun untuk berkembang.
Potensi bahaya yang terjadi di laboratorium kimia diantaranya saat
pengambilan reagen dari lemari asam potensi bahaya yang terjadi
seperti keracunan, sesak nafas, iritasi mata, iritasi kulit, dan luka bakar.
Kemudian pada saat pengisian buret potensi bahaya yang terjadi sepeti
luka, iritasi mata, dan tertelan bahan kimia. Penggunaan oven dan
kompor potensi bahaya yang ada seperti terpapar panas, kebakaran,
penggunaan gelas ukur yang sudah menggumpal mengakibatkan luka
gores. Pengambilan reakgen dari lemari/gudang penyimpanan bahan
kimia potensi bahaya yang terjadi ada pusing, mual, sakit tenggorokan,
iritasi mata, dan sesak nafas (Amanah, 2011).
Beberapa jenis bahan kimia telah dikaitkan dengan efek kesehatan
yang merugikan. bahaya kimia tersebut diantaranya:
1) iritasi kulit, cedera mata atau kebutaan yang disebabkan oleh
produk kimia korosif
2) produk beracun, seperti uap dan asap, yang disebabkan oleh
pencampuran bahan kimia yang tidak kompatibel
3) luka bakar serius dari pelarut yang mudah terbakar yang terbakar
4) cedera dari wadah meledak, seperti kaleng semprot
5) keracunan dari menelan secara disengaja, terutama dengan anak-
anak
Bahaya Kimia Potensial
Setiap bahan kimia yang mampu menyebabkan cidera tubuh, sakit atau
kematian, atau perubahan perilaku maupun penurunan kepekaaan
seseorang
a. Pelarut
b. Asbestos
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

c. Metal dioxides
d. Cadmium
e. Arsenic
f. Silica
g. Mercuri
h. Vinyl chloride monomer
i. Diisocyanates
j. Mineral oil
k. Etc.

G. Gangguan Akibat Faktor Kimia


Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak
akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
a. Iritasi adalah diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan
bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh
yang terkena biasanya kulit, mata dan saluran pernapasan.
1) Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan
kimia tertentu dengan klulit, bahan itu akan merusak
lapisan yang berfungsi sebagai pelindung, sehingga kulit
menjadi kering, kasar dan luka. Keadaan ini disebut
dermatitis (peradangan kulit).
2) Iritasi melali mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan
kimia dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang
ringan sampai kerusakan permanen. Tingkat keparahan dari
kerusakan tersebut tergantung dosis (jumlah) dan kecepatan
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

penanggulangan P3K. Sebgai contoh bahan kimia yang


menyebabkan iritasi mata ialah asam dan alkali dan bahan-
bahan pelarut.
3) Saluran pernapasan iritasi oleh karena bahan-bahan kimia
berupa bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan
rasa terbakar apabila terkena pada daerah saluran
pernapasan bagian atas (hidung dan Kerongkongan). Pada
umumnya hal ini terjadi di sebabkan oleh bahan-bahan
yang mudah larut seperti ammonia, formaldehid, sulfur
oksida, asam dan alkalis yang diserap oleh lapisan lendir
hidung dan kerongkongan.
b. Kekurangan zat asam (asphyxiation) istilah sesak napas
dihubungkan dengan gangguan proses oksigensi dalam jaringan
tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion dan chemical
asphyxiantion
1) Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena
ini berhubungan dengan kadar zat asam di udara yang
digantikan dan didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon
dioksida, ethane, hydrogen atu helium yang kadar tertentu
mempengaruhi kelangsungan hidup. Udara normal biasanya
mengandung 21% zat asam. Apabila kandungan zat asam
turun dibawah 17%, maka jaringan tubuh akan mengalami
kekurangan zat asam, sehingga menimbulkan gejala-gejala
seperti pusing , mual dan kehilangan konsentrasi.
Situasi seperti ini bisa terjadi dalam ruangan-ruangan kerja
tertutup. Proses penurunan kadar zat asam secara terus-
menerus bisa menyebabkan kehilangan kesadaran dan
kematian.
2) Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan
kimia). Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat
mempengaruhi dan mengganggu kemampuan tubuh untuk
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai contoh


adalah karbon monoksida. Pada konsentrasi 0.05% karbon
monoksida di udara, dapat menurunkan kapasitas darah
untuk mengangkut zat asam ke sberbagai jaringan tubuh.
Contoh lain adalah pengaruh racun dari hydrogen sanida
atau hydrogen sulfida. Bahan-bahan ini mengganggu
kemampuan dari sel-sel tubuh untuk menerima zat asam,
meskipun darahnya kaya akan zat asam.
c. Kehilangan kesadaran dan mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi
yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti ethyl dan
prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton
(aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl
ether, dapat menekan susunan syaraf pusat.Bahan –bahan kimia
tersebut akan mengakibatkan efek yang sama seperti dalam
keadaan mabuk. Paparan pada konsentrasi yang tinggi bisa
menimbulkan kehilangan kesadaran, bahkan bisa mematikan.
d. Keracunan  Tubuh manusia memiliki sistem yang komplek.
Keracunan sistemika dihubungkan dengan reaksi dari salah satu
sistem atau lebih dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang
mana reaksi ini merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh.
Pengaruhnya tidak seperti local  pada salah satu bahagian  atau
daerah  dari tubuh. Salah satu fungsi organ hati adalah
membersihkan bahan-bahan beracun dari dalam darah serta
mengubahnya menjadi bahan-bahan yang aman dan dapat larut
dalam air sebelum dibuang.
e. Kanker Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan
pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor
(benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut
mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4
tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos,
chromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru, Kanker
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

rongga hidung dan sinus disebabkan oleh chromium, isopropyl


oils, nikel, debu kayu dan debu kulit. Kanker kandungan
kencing  erat hubungannya dengan kepajanan terhadap benzidine,
2-napthyllamine dan debu kulit. Kanker  sumsum tulang belakang
disebkan oleh benzene.
f. Paru-paru kotor (pneumoconiosis) adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah
pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan
paru. Dengan adanya pneumoconiosis kemampuan paru-paru untuk
menyerap zat asam akan menurun dan korbannya akan
mengalami/merasakan napas yang pendek pada saat melakukan
jenis pekerjaan yang berat. Pengaruh ini sifatnya menetap .
Contoh  bahan-bahan yang menyebabkan  pneumoconiosis adalah
crystalline silica, asbestos, talc, batubara dan beryllium.

BAB II
A. Evaluasi Faktor Kimia Lingkungan Kerja
Evaluasi factor lingklungan kerja kimia dimaksudkan sebagai
usaha teknis untuk mengetahui secara baik kualitatif maupun kuantitatif
factor apa yang terdapat di lingkungan kerja tersebut. Keculi itu dalam
evaluasi lingkungan tersebut pula untuk mencari dimana letak sumber-
sumber bahaya, factor-faktor tersebut dipancarkan, dalam bentuk apa,
berapa jumlah, tenaga kerja atau orang yang berada dalam lingkungan.
Seperti telah diuraikan diatas bahwa dalam menyelanggarakan evaluasi
lingkungan ,idealnya harus diketahui secara menyeluruh tentang prose-
proses oprasi-oprasi tertentu, bahan baku, produk, hasil-hasil samping dan
cara dan cara pembuangan sisa-sisa produksi dengan sendirinya haruslah
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

dipelajari proses-proses dan oprasi-oprasi dimana dalam hal ini biasanya


telah secara otomatis diketahui oleh para teknisi yang langsung
berkecimpun dibidang produksi dengan dipahami secara menyeluruh
Produk dan oprasi maka yang berkepentingan dalam hal ini dokter
perusahaan dapat dengan mudah mengatakan bahwa disuatu tempat kerja
terdapat factor-faktor tertentu.
Pentingnya pengetahuan tentang derajat toksisitas suatu bahan atau
produk adalah jelas, bahwa bahan-bahan tersebut tidak boleh ditangani
dengan sembarangan, dalam arti para pekerja berhati-hati dan harus
mengikuti petunjuk-petunjuk kerja yang tersedia, seta harus pula
diperhatikan tentang metode-metode adaya kontak atau masuknya bahan-
bahan yang berbahaya kedalam tubuh, yang antara lain tentang
penggunaan alat proteksi perorangan.
Dalam evaluasi ini untuk mengetahui secara pasti bagaimana
tingkat bahaya dari suatu aspek kimia lingkungan kerja perlulah
diselenggarakan penyelidikan secra teknis oprasional ke lokasi-lokasi
dimana diduga adanya aspek-aspek tertentu. Lokasi-lokasi dapat dipelajari
dimana letaknya berdasarkan hasil analisa proses-proses dan oprasi –
oprasi pengolahan dari suatu perusahaan atau industri yang menjadi
subyek.
Untuk melakukan evaluasi factor lingkungan kerja kimia maka dapat
diambil langkah sebagai berikut:
1. Sampling
Sampling dan analisa dari factor lingkungan kerja kimia yang merupakan
kontaminasi udara ruang kerja dimaksudkan untuk menganalisa intensitas
kontaminan dengan pengambilan sample udara yang kemudian dianalisa
dilaboratorium
2. Pemilihan alat lapangan dan metode
Dalam penyelenggaraan suatu penyelidikan untuk mengetahui tingkat
bahaya dari suatu factor manusia memegang peranan penting pula tentang
pemeliharaan alat-alat lapangan dan metode yang dipergunakan dalam
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

teknis oprasional. Instrumen atau alat-alat dan metode yang dipergunakan


sangat tergantung dari sifat-fisik kimia apakah berupa aerosol, gas, uap,
mist, fume ataukah dalam bentuk lain.
Berdasarkan tipe-tipe alat sampling lapangan alat-alat tersebut
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Alat dapat mendeteksi langsung
b. Alat-alat yang memisahkan bahan kimia dari sejumlah
udara yang diukur
c. Alat-alat yang mengumpulkan sample udara dengan
volume yang diketahui.
3. Analisa Laboratorium
Banyaknya pertimbangan –pertimbangan teknis analisa  yang harus
diperhatikan dalam pemilihan metode analisa laboratorium mana atau apa
yang baik dipakai untuk analisa bahan kimia di lingkungan kerja.
4.     Perbandingan hasil evaluasi dengan standar
Dari hasil analisa laboratorium harus dibuat data yang lengkap
tentang yang dianalisa, dan berapakah kadarnya masing-masing, data ini
kemudian dibandingkan standar tertentu guna mengetahui bagaimana
tingkat bahaya dari lingkungan tersebut
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

BAB III
A. Faktor Kimia dalam K3
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya
perlindungan yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat
menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang berada di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi – potensi
yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan
kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi. Dalam pengertian
yang luas, K3 mengarah kepada pengendalian hazard dan risiko untuk
meminimalkan terjadinya injury ataupun accident, promosi dan
pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial
pada pekerja di semua tempat kerja, pencegahan pada pekerja terhadap
efek buruk kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan terhadap para pekerja dalam lingkungan kerja dari risiko
yang berakibat kepada kesehatan yang buruk dan adaptasi pekerjaan
terhadap manusia (Anugrah, 2009)
Selama tahun 2010 di Indonesia, berdasarkan laporan dari daerah,
terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan
berdasarkan data semester I Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah
48.511 kasus. Ditinjau dari sumber kecelakaan, penyebab terbesar adalah
mesin, pesawat angkut dan perkakas kerja tangan. Sementara berdasarkan
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

tipe kecelakaan, yang terbanyak adalah terbentur, bersinggungan dengan


benda tajam yang mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk dan
sebagainya dan terpukul akibat terjatuh (Kemennakertrans, 2012). Di
Provinsi Aceh jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2003
sampai dengan 2007 mencapai 1.302 pekerja, diantaranya cacat 160 orang
dan meninggal 254 orang (Disnaker NAD, 2010).
Pada industri besar di sektor pertambangan memiliki risiko tinggi,
misalnya di pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan
yang terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran
lingkungan, dan lainnya menyebabkan industri migas memiliki potensi
bahaya yang tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja. Di Indonesia,
khususnya di sektor minyak dan gas bumi setiap pekerja disyaratkan untuk
melakukan kajian resiko sebelum suatu kegiatan atau fasilitas
perminyakan di bangun dan dioperasikan, seperti melakukan identifikasi
bahaya yang ada disetiap aktivitas kerja, dan kemudian melakukan analisa
dan evaluasi (Ramli, 2010).
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

Referensi
1. http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/V_FAKTOR_KIMIA.pdf
2. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf
3. http://staffnew.uny.ac.id/upload/198812242014042002/pendidikan/Buku
%20K3%20FT%20UNY.pdf
4. http://staffnew.uny.ac.id/upload/198812242014042002/pendidikan/Buku
%20K3%20FT%20UNY.pdf
5. Dinda Nur Syakbania, Anik Setyo Wahyuningsih.2017.Program
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Kimia. Higeia
Journal Of Public Health Research And Development.
6. https://docplayer.info/21558953-Lingkungan-kerja-faktor-kimia-
biologi.html
7. Faizal Riza Soeharto.2013.Bekerja Dengan Bahan Kimia Melalui
Manajemen Bahan Kimia Dan Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (K3) Di Laboratorium Kimia. Jurnal Info Kesehatan.VOL 11,
NOMOR 2 DESEMBER 2013.
8. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5584/JURNAL
%20MASITA%20RAHMATULLAH.pdf?sequence=1
Nurlian Ramadhanty
A2A017054

9. https://media.neliti.com/media/publications/220408-hubungan-faktor-
fisik-kimia-lingkungan-d.pdf
10. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pendidikan/materi-ajar-k3-ft-
uny-20152-kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-
kerjabadraningsih-l.pdf
11. http://jurnal.batan.go.id/index.php/pin/article/viewFile/1126/1079
12. http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf
13. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/viewFile/
2697/2277
14. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf
15. https://media.neliti.com/media/publications/160116-ID-pengaruh-potensi-
bahaya-terhadap-risiko.pdf

Anda mungkin juga menyukai