Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal
dari bahan-bahan kimia. Faktor kimia yang mencakup wujud yang bersifat
partikel adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak
bersifat partikel adalah gas dan uap.
Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan, diolah, dan dihasilkan dalam
industri, sehingga perlu diupayakan:
1. Survei pendahuluan untuk mengenal/mengidentifikasi bahan kimia yang
terdapat di industri dan merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta
tindak lanjutnya. Suatu checklist yang merncakup pendataan tentang nama
bahan kimia yang dipergunakan, jenis bahan yang diperkirakan beracun,
identifikasi penggunaannya, jumlah tenaga kerja yang terpajan/terpapar dan
cara pengendaliannya.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai dari tahap
awal sampai tahap akhir, sumber bahan kimia dan keluhan kesehatan oleh
pekerja serta memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan
kerja, misalnya mengenai bau yang timbul, merasa pedas dimata, ransangan
batuk, dsb. Diperlukan pula informasi yang disampaikan oleh kepala bagian
produksi, superfisor atau pekerja.
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data
Keselamatan Bahan Kimia (LDKB), yakni suatu dokumen teknis yang
memberikan informasi tentang komposisi, karakteristik, bahaya fisik, dan
potensi bahaya kesehatan, cara penanganan, penyimpanan bahan yang aman,
tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus lainnya. Perlu juga dicatat
label kemasan bahan kimia di tempat kerja.
Sifat dan tingkat racun bahan kimia terhadap kesehatan tenaga kerja ditentukan
oleh beberapa hal, antara lain:
1. Sifat fisik bahan kimia
2. Sifat kimia dan bahan
3. Sifat fcisiologis dan bahan
penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh,
merusak mata, merangsang kulit dan sistem pernafasan.
5. Bahan kimia radioaktif
Merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinarsinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain,
yang dapat membahayakan tubuh manusia.
Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari
sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang
selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni
kehidupan.
6. Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,
mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :
Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida,
Periodat, Persulfat.
Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam
Parasetat.
Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut
organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat
eksplosif.
7. Bahan kimia reaktif
Merupakan bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan
lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar
atau keracunan, atau korosi.
Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis:
Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi
dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi
dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas
beracun serta bersifat korosif.
8. Bahan reaktif terhadap air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau
terbakar.
Ini
disebabkan
zat-zat
tersebut
bereaksi
secara
eksotermik
(mengeluarkan panas) yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar,
contoh:
Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)
Logam Halida (Alumunium tibromida)
Oksida logam anhidrat (CaO)
Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)
Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering
dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif
terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi
dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau
menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium
Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam Akromat (CrO).
9. Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium.
Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga
efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar.
Tabel .2. penggunaan gas bertekanan dan bahayanya
GAS
Asetilen
Penggunaan
Gas bakar
Bahaya
Mudah
Ammonia
Etilen Oksida
aspiksian
Beracun
Beracun dan mudah
terbakar,
terbakar
gas Mudah terbakar dan
Hidrogen
Hidrogenasi,
Nitrogen
karier
Gas
Klor
Vinil Klorida
meledak
pencuci, Aspiksian
Beracun, korosif
Beracun dan mudah
terbakar
Gas-gas tersebut diatas dalam silinder yang bertekanan, harus disimpan dalam
keadaan terlindung, bebas panas, dan goncangan serta terikat kuat dan bebas dari
kebocoran kran.
Bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh melalui 3 tempat:
1. Saluran penafasan (terhirup, inhalasi)
Inhalasi bahan kimia melalui pernapasan merupakan cara masuk yang paling
cepat dan langsung diserap oleh aliran darah yang ada dalam paru-paru. Gas dan
uap yang tersebar dalam udara tersebar dalam alam dengan sempurna, karena itu
penyerapannya ke dalam paru-paru juga sangat cepat, sehingga menimbulkan efek
dalam waktu singkat. Partikel yang terhirup diserap ke dalam darah lebih lambat,
tergantung pada ukuran partikel dan daya larutnya.
Berdasarkan ukuran partikel, debu dibagi atas:
Debu total, yaitu debu denga ukuran 5-10 ppm
Debu respirable, yaitu debu denga ukuran <5 ppm
Sebagian debu total akan mengendap pada saluran pernafasan, menyebabkan
gangguan saluran nafas seperti bronchitis, asthma. Hanya debu respirable yang
dapat masuk sampai ke dalam jaringan paru-paru dan diserap oleh darah.
Berdasarkan efek biologis terhadap jaringan paru-paru, debu dibagi atas 2
golongan:
Debu fibrogenik, yaitu debu yang dapat menyebabkan fibrosis
(pneuniokoniosis), seperti silica, asbes.
Debu non fibrogenik
2. Saluran pencernaan (tertelan)
Bahan kimia masuk melalui saluran pencernaan melalui 2 cara:
Partikel yang masuk melalui saluran pencernaan dan ditelan berupa ludah atau
dahak
Kontaminan pada tangan
Kontaminasi yang masuk melalui saluran pencernaan akan dicerna terlebih dahulu
sebelum masuk aliran darah. Organ yang penting untuk menetralisir racun adalah
hati.
3. Kulit
Kulit merupakan tempat masuk bagi bahan cair atau aerosol yang mengendap di
permukaan kulit. Bahan yang larut dalam air akan diserap lebih cepat. Bahanbahan pelarut juga diserap dengan baik oleh kulit. Bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit