Anda di halaman 1dari 7

A.

Bidang Spesifik Dalam Toksikologi


Toksikologi memiliki berbagai bidang spesifik yang mempelajari
aspek-aspek tertentu dari toksikologi. Berikut adalah beberapa bidang
spesifik dalam toksikologi:
1) Toksikologi Forensic
Toksikologi forensic adalah ilmu yang mempelajari efek
membahayakan pada manusia dan hewan dari suatu bahan kimia
sehingga dapat dipakai untuk membantu, mencari atau menjelaskan
penyebab kematian pada penyelidikan suatu kasus kejahatan.
Toksikologi forensik dapat digunakan untuk menentukan apakah
korban layak untuk menerima kompensasi, seperti kasus
kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas, dan kasus pencemaran
lingkungan. Misalnya, dalam kasus pencemaran air sungai oleh
limbah industri, toksikologi forensik dapat digunakan untuk
mengidentifikasi jenis dan kadar bahan kimia yang terkandung
dalam limbah tersebut. Hasil analisis toksikologi dapat digunakan
untuk menentukan apakah limbah tersebut berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
2) Toksikologi Klinis
Toksikologi klinis adalah cabang toksikologi yang
mempelajari aspek keracunan akut, disengaja maupun tidak
disengaja, serta keracunan kronis dalam tubuh manusia.
Toksikologi klinis dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan
pengobatan keracunan pestisida. Misalnya, dalam kasus seorang
petani yang keracunan pestisida, toksikologi klinis dapat digunakan
untuk menentukan jenis pestisida yang tertelan, kadar pestisida
dalam darah, dan gejala yang dialami pasien. Hasil analisis
toksikologi menunjukkan bahwa pasien tersebut keracunan dengan
pestisida organofosfat. Rencana pengobatan yang dikembangkan
berdasarkan hasil analisis toksikologi tersebut meliputi pemberian
obat-obatan untuk menetralkan pestisida dan terapi suportif.
3) Toksikologi Lingkungan
Toksikologi lingkungan adalah suatu cabang ilmu yang
mempelajari sifat, penyebaran dan perilaku zat racun (polutan) di
dalam lingkungan, serta efeknya terhadap flora, fauna dan manusia.
Toksikologi lingkungan digunakan untuk memahami dampak
pencemaran lingkungan terhadap kesehatan manusia dan makhluk
hidup lainnya dimana pencemaran lingkungan ini merupakan
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
4) Ekotoksikologi
Ekotoksikologi adalah suatu cabang ilmu toksikologi yang
mempelajari efek toksik yang disebabkan oleh polutan alami dan
sintetis yang berhubungan dengan ekosistem binatang/manusia,
tumbuhan, dan mikroba secara integral. Ekotoksikologi ini
mempelajari efek toksik zat kimia terhadap populasi masyarakat.

Gambar 1. Skema hubungan antara respon terhadap polutan pada tingkat


organisasi biologis dengan peningkatan waktu respon
Efek ekotoksikologis yang dipelajari merupakan respon pada
tingkat organisasi biologis dari tingkat molekuler ekosistem.
Berdasarkan gambar tersebut perubahan biokimiawi merupakan
salah satu respon molekuler yang dapat dipelajari. Respon
biokimiawi terjadi dalam waktu paling singkat, setelah organisme
mengalami pemaparan suatu bahan kimia (polutan). Selain itu,
respon tersebut merupakan respon yang paling mudah untuk
mengetahui hubungan respon dengan bahan kimia spesifik. Namun,
berdasarkan relevansi ekologis respon biokimiawi menunjukkan
relevansi yang paling rendah.
Adanya polutan dalam satu lingkungan (ekosistem), dalam
waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu
organisme. Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem
menunjukkan adanya peningkatan waktu respon terhadap bahan
kimia dan peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan
respon dengan bahan kimia spesifik. Berdasarkan gambar tersebut
apabila terjadi perubahan komposisi komunitas, hal tersebut
diawali dengan adanya perubahan biokimiawi individu individu
dari populasi penyusun komunitas, yang selanjutnya diikuti
perubahan fisiologis, respon organisme (kematian dan kemampuan
reproduksi), dan perubahan populasi yang pada akhirnya
mempengaruhi komposisi komunitas.
B. Klasifikasi Bahan Toksikan
Bahan toksik adalah bahan yang dapat menyebabkan kerusakan
pada tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya. Klasifikasi bahan
toksik dapat dilakukan berdasarkan berbagai kriteria, antara lain
berdasarkan sifat kimia, sumber paparan, dan efeknya dalam
kesehatan manusia:
1) Berdasarkan sifat kimia
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat
kimianya, berdasarkan kemampuannya menimbulkan efek
berbahaya pada tubuh manusia. Klasifikasi ini didasarkan pada
sifat-sifat kimia yang melekat pada bahan toksik, sehingga tidak
dipengaruhi oleh jumlah atau konsentrasi bahan tersebut. Berikut
adalah beberapa kategori bahan toksik berdasarkan sifat kimianya:
 Bahan korosif adalah bahan yang dapat merusak jaringan
tubuh, terutama kulit, mata, dan saluran pencernaan. Bahan
korosif biasanya memiliki pH rendah (asam) atau pH tinggi
(basa). Contoh bahan korosif antara lain asam kuat, basa kuat,
dan pelarut organik tertentu.
 Bahan iritan adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan
biasanya memiliki sifat asam, basa, atau bersifat mengiritasi
secara fisik. Contoh bahan iritan antara lain ammonia, klorin,
dan belerang dioksida.
 Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah terbakar dan
dapat menyebabkan kebakaran. Bahan mudah terbakar
biasanya memiliki titik nyala yang rendah. Contoh bahan
mudah terbakar antara lain bensin, alkohol, dan gas alam.
 Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat meledak jika terkena
panas, benturan, atau gesekan. Bahan eksplosif biasanya
memiliki sifat sensitif terhadap panas, benturan, atau gesekan.
Contoh bahan eksplosif antara lain TNT, amonium nitrat, dan
nitrogliserin.
 Bahan karsinogenik adalah bahan yang dapat menyebabkan
kanker. Bahan karsinogenik biasanya bersifat mutagenik, yaitu
dapat menyebabkan mutasi genetik. Contoh bahan
karsinogenik antara lain asbes, benzena, dan formaldehida.
 Bahan mutagenik adalah bahan yang dapat menyebabkan
mutasi genetik. Mutasi genetik dapat menyebabkan berbagai
penyakit, seperti kanker, kelainan bawaan, dan gangguan
sistem kekebalan tubuh. Contoh bahan mutagenik antara lain
pestisida, pewarna tekstil, dan logam berat.
 Bahan teratogenik adalah bahan yang dapat menyebabkan
cacat lahir. Bahan teratogenik biasanya bersifat toksik pada
janin. Contoh bahan teratogenik antara lain alkohol, obat-
obatan tertentu, dan logam berat.
2) Berdasarkan sumber paparan
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber
paparannya, berdasarkan tempat atau sumber di mana bahan
tersebut ditemukan. Klasifikasi ini didasarkan pada asal bahan
toksik, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah-
langkah pencegahan dan penanganan yang tepat. Berikut adalah
beberapa kategori bahan toksik berdasarkan sumber paparannya:
 Bahan toksik alami adalah bahan toksik yang berasal dari
alam, seperti racun yang dihasilkan oleh hewan atau tumbuhan.
Contoh bahan toksik alami antara lain racun ular, racun ikan
buntal, dan racun sianida.
 Bahan toksik industri adalah bahan toksik yang dihasilkan oleh
industri, seperti bahan kimia, logam berat, dan limbah industri.
Contoh bahan toksik industri antara lain asam klorida, timbal,
dan asbestos.
 Bahan toksik rumah tangga adalah bahan toksik yang biasa
digunakan di rumah tangga, seperti deterjen, pembersih, dan
pestisida. Contoh bahan toksik rumah tangga antara lain
amonia, klorin, dan DDT.
 Bahan toksik lingkungan adalah bahan toksik yang terdapat di
lingkungan, seperti polutan udara, polutan air, dan polutan
tanah. Contoh bahan toksik lingkungan antara lain ozon, logam
berat, dan pestisida.
3) Berdasarkan efeknya dalam kesehatan manusia
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan efeknya
dalam kesehatan manusia berdasarkan efek berbahaya yang dapat
ditimbulkannya. Klasifikasi ini didasarkan pada tingkat keparahan
efek yang ditimbulkan, sehingga dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kewaspadaan dan penanganan yang tepat.
Berikut adalah beberapa kategori bahan toksik berdasarkan efeknya
dalam kesehatan manusia:
 Bahan toksik akut adalah bahan toksik yang dapat
menyebabkan efek berbahaya dalam waktu singkat setelah
terpapar. Contoh bahan toksik akut antara lain asam klorida,
sianida, dan formaldehida.
 Bahan toksik kronis adalah bahan toksik yang dapat
menyebabkan efek berbahaya dalam waktu lama setelah
terpapar berulang kali. Contoh bahan toksik kronis antara lain
asbes, benzena, dan logam berat.
4) Karakteristik Paparan
Karakteristik paparan adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh.
Karakteristik paparan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
karakteristik pemapar dan karakteristik lingkungan.
1) Karakteristik pemapar adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan
individu atau kelompok yang terpapar bahan kimia. Karakteristik
pemapar meliputi:
 Jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan memiliki tingkat
sensitivitas yang berbeda terhadap bahan kimia tertentu. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan dalam metabolisme, hormon,
dan organ tubuh. Misalnya, wanita lebih sensitif terhadap
paparan estrogen, sedangkan pria lebih sensitif terhadap
paparan testoster.
 Usia. Anak-anak dan orang tua memiliki tingkat sensitivitas
yang lebih tinggi terhadap bahan kimia tertentu. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan dalam perkembangan dan fungsi
organ tubuh. Misalnya, anak-anak memiliki organ hati dan
ginjal yang belum matang, sehingga mereka lebih mudah
menyerap bahan kimia ke dalam tubuh.
 Status kesehatan. Orang yang memiliki kondisi kesehatan
tertentu, seperti penyakit kronis atau kehamilan, memiliki
tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap bahan kimia
tertentu. Hal ini disebabkan oleh kondisi kesehatan yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan organ tubuh.
Misalnya, orang dengan penyakit paru-paru memiliki tingkat
sensitivitas yang lebih tinggi terhadap paparan asap.
 Kebiasaan. Kebiasaan yang dimaksud disini yaitu seperti
merokok, dimana merokok ini dapat meningkatkan tingkat
paparan terhadap bahan kimia tertentu. Misalnya, perokok
memiliki tingkat paparan terhadap tar dan nikotin yang lebih
tinggi daripada orang yang tidak merokok.
2) Karakteristik lingkungan adalah faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan tempat paparan terjadi. Karakteristik
lingkungan meliputi:
 Konsentrasi bahan kimia. Konsentrasi bahan kimia di
lingkungan menentukan jumlah bahan kimia yang dapat masuk
ke dalam tubuh. Misalnya, orang yang tinggal di daerah yang
tercemar dengan udara memiliki tingkat paparan terhadap
polutan udara yang lebih tinggi daripada orang yang tinggal di
daerah yang bersih.
 Waktu paparan. Paparan yang berlangsung lama dapat
menyebabkan lebih banyak bahan kimia yang masuk ke dalam
tubuh. Misalnya, orang yang bekerja di lingkungan yang
terpapar bahan kimia beracun selama 8 jam sehari memiliki
risiko kesehatan yang lebih tinggi daripada seseorang yang
hanya terpapar bahan kimia tersebut selama 1 jam sehari.
 Jalur paparan. Paparan dapat terjadi melalui berbagai jalur,
seperti pernapasan, kulit, dan mulut. Misalnya, orang yang
menghirup asap kendaraan memiliki tingkat paparan terhadap
polutan udara yang lebih tinggi daripada orang yang
menyentuh asap kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai