Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang racun. Dan racun dapat
didefinisikan sebagai zat yang dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi makhluk hidup;
racun merupakan zat yang bekerja di dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologis yang dalam
dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Sifat
bahan kimia dari racun apabila masuk ke jaringan tubuh manusia akan mampu merusak sel
darah merah dan sistem saraf. Mengikuti postulat Paracelsus, suatu zat dikatakan beracun
atau tidak bergantung pada seberapa banyak bahan atau zat tersebut. Sehingga di dalam
toksikologi industri yang penting adalah menyatakan seberapa banyaknya sebagai taksiran
beracun tidaknya suatu zat tertentu. Toksikologi juga mencakup studi mengenai efek-efek
berbahaya yang disebabkan oleh fenomena fisik (Hodgson, 2004: 3).
Sedangkan toksikologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu toksikologi yang membahas
mengenai efek-efek toksikan (racun) lingkungan terhadap kesehatan (makhluk hidup) dan
lingkungan. Studi toksikologi lingkungan terkait dengan pertanyaan bagaimana toksikan
lingkungan, melalui interaksinya dengan manusia, hewan, dan tanaman, memengaruhi
kesehatan dan keselamatan organisme hidup tersebut (Yu, 2005: 1). Dapat dikatakan,
toksikologi lingkungan adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, penyebaran dan
perilaku zat racun (polutan) di dalam lingkungan, serta efeknya terhadap flora, fauna dan
manusia (Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 1).
Ruang lingkup dan komponen primer yang dipelajari dalam ilmu toksikologi lingkungan
adalah menyangkut masalah: (1) sumber racuntermasuk jenis, jumlah dan sifatnya; (2)
distribusi di dalam media udara, tanah dan air; (3) dan efek toksisitasnya terhadap flora, fauna
(liar), tanaman, hewan ternak, dan manusia (Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 8).
Toksikologi lingkungan merupakan suatu ilmu multidisipliner yang meliputi sejumlah ranah
studi yang bermacam-macam, seperti genetika, biologi, kimia (organik, analitis dan
biokimia), anatomi, ilmu tanaman, geologi, ilmu kesehatan publik, fisiologi, mikrobiologi,
ekologi, ilmu tanah, hidrologi, ilmu atmosfer, ilmu statistik, dan ilmu hukum (Yu, 2005: 6).
5. Berdasarkan keadaan fisiknya: gas, debu, cair logam-logam, radiasi, panas, getaran,
dll.
1. Polusi: pencemaran tanah, air, makanan, atau atmosfer yang disebabkan oleh sejumlah
campuran bahan-bahan yang berbahaya.
2. Polutan: sejenis bahan (zat) kimia yang terdapat di lingkungan dalam jumlah tertentu
yang sebagiannya merupakan hasil dari aktivitas manusiaberupa gas, padatan,
cairanyang dapat mencemari lingkungan (polusi). Sifat polutan ini dapat merusak
secara sementara dan dapat merusak dalam jangka waktu yang lama.
3. Kontaminan: zat yang hadir dalam lingkungan yang bukan tempatnya atau berada
dalam tingkat yang dapat membahayakan kesehatan (akibat adanya aktivitas
manusia); zat (asing) hadir dalam atau pada material dan mempengaruhi satu atau
lebih sifat-sifat bahan. Kontaminan dapat ditemukan di tanah, tanaman, air, udara,
hewan laut, hewan darat, dan burung.
4. Toksin: racun atau suatu zat tunggal yang dihasilkan dari suatu organisme yang dapat
bercampur dengan fisiologis normal. Sebagian besar toksin termasuk zat eksogenus
yang dihasilkan oleh suatu organisme untuk memberikan efek merugikan terhadap
organisme lain.
5. Venom: Zat sekresi yang mengandung suatu campuran zat bioaktif, yaitu enzim,
toksin, neurotransmitter, dll; senyawa organik kompleks yang mengandung sejumlah
besar senyawa kimia yang bersifat racun, seperti protein, enzim, polipeptida. Venom
digunakan untuk menangkap mangsa dan sebagai suatu zat kimia pertahanan untuk
melawan predator lain.
6. Xenobiotik: senyawa kimia yang tidak dihasilkan secara alami dan secara normal
dapat menjadi bagian komponen dari sistem biologitermasuk di dalamnya adalah
pelbagai jenis kontaminan, seperti pestisida, pupuk, logam yang bersenyawa, zat
nuklir, kosmetik, obat-obatan (Rasiska, 2013: 25-29).
Fase Eksposur
2. Kondisi sumber tercemar (static sources: industri dan pemukiman penduduk; mobile
sources: transportasie. mobil, motor, kereta api, bus, kapal laut, dll.).
Fase Kinetik (Beberapa kondisi yang dialami polutan pada fase kinetik)
1.
6.
Fase Dinamik (Meliputi efek toksisitas [akut dan kronik] dari bahan pencemar)
Terdapat perbedaan antara zat toksik yang dihasilkan secara alami dengan yang buatan
manusia: (1) Pada umumnya, jumlah zat toksik yang berasal dari alam lebih sedikit
ketimbang buatan manusia; dan (2) penyebaran dan efek yang ditimbulkan dari sumber zat
toksik yang berasal dari alam bersifat global, sedangkan toksik buatan manusia bersifat lokal
i.e. hanya berada di areal industri ataupun pemukiman yang terjangkau efek merugikan
dari penggunaan zat toksik tersebut.
Karakteristik penting lainnya dari zat toksik: (1) biokonsentrasi, (2) bioakumulasi, (3)
biomagnifikasi, (4) biotransformasi. Biokonsentrasi adalah karakteristik polutan yang dapat
terkandung atau terkonsentrasi secara biologis, yang tingkat konsentrasinya di suatu bagian
ekosistem akan lebih besar ketimbang bagian ekosistem lainnya.
Bioakumulasi adalah proses akumulasi kimia oleh organisme yang secara dari lingkungan
abiotik (air, tanah, udara, dan dari sumber makanan). Zat kimia yang ada di lingkungan
terakumulasi di dalam tubuh organisme melalui difusi pasif. Biomagnifikasi adalah proses
perpindahan zat kimia melalui rantai makanan di dalam tingkatan tropik; proses penambahan
konsentrasi polutan secara suksesif di dalam tingkatan tropik tertinggi dalam rantai makanan.
Biotransformasi merupakan satu dari dua mekanisme umum dalam mengurangi kadar toksik
di lingkungan melalui organisme. Ada dua kelas dalam reaksi biotransformasi: (1) reaksi
katabolik atau reaksi memecah, dan (2) reaksi sintetik yang menghasilkan metabolik.
Jalur utama bahan toksik dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui saluran
pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit (topical), dan
jalur parenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal).
Ada empat kategori mengenai pemaparan zat kimia terhadap binatang yang disediakan oleh
para pakar toksikologi: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Pemaparan akut diberi batasan
sebagai suatu pemaparan terhadap sejenih bahan kimia tertentu selama kurang dari 24 jam.
Untuk tiga kategori terakhir dapat dimasukkan ke dalam pemaparan berulang (repeated
exposures). Pemaparan kategori subakut adalah pemaparan berulang terhadap suatu zat kimia
tertentu dalam jangka waktu satu bulan atau kurang; subkronik untuk jangka waktu satu
sampai tiga bulan, dan kronik untuk lebih dari tiga bulan (Sudarjat & Siska Rasika, 2006: 16-
17).
Pencemaran lingkungan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana organisme hidup,
zat, energi dan/ atau sejenis komponen asing masuk atau dimasukkan ke dalam lingkungan
dan/atau terjadinya perubahan kondisi lingkungan oleh aktivitas manusia ataupun proses
alam, sehingga kualitas lingkungan turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak nyaman dan sesuai bagi makhluk hidup (Sudarjat &
Siska Rasiska, 2006: 12-13).
Menurut Wright & Olson (1974, seperti dikutip Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 13),
tingkatan pencemaran lingkungan dapat dibagi ke dalam enam tingkatan, yaitu (1) tingkat
tambahan lingkungan (enviromental addition), (2) tingkat kontaminan lingkungan
(enviromental contaminant), (3) tingkat bahaya lingkungan (enviromental hazard), (4) tingkat
polutan lingkungan (enviromental pollutant), (5) tingkat polusi berbahaya (dangerous
pollution), (6) tingkat bencana/ polusi katastrofik (catastrophic pollution).
Enviromental Addition
Enviromental Contaminant
Enviromental Hazard
Enviromental Pollutant
Dangerous Pollution
1. Polutan masuk ke dalam lingkungan dan telah menimbulkan kerusakan biologis yang
berat
Catastrophic Pollution
Klasifikasi tingkatan pencemaran lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk
menentukan sejumlah kebijakan yang harus diupayakan untuk mencegah, mengendalikan
hingga mengatasi pencemaran yang terjadi (Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 13; Rasiska,
2013: 40).
Referensi:
Rasiska, Siska. 2013. Memahami Permasalahan di Lingkungan dan Produk Pertanian (modul
ajar). Jatinangor: Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Hlm. 1-19 & 29-40.
Sudarjat dan Siska Rasiska. 2006. Toksikologi Lingkungan dan Produk Pertanian (bahan
ajar). Jatinangor: Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Hlm. 1-22.
Yu, Ming-Ho. 2005. Environmental toxicology: Biological and Health Effects of Pollutants
(second edition). New York: CRC Press. p. 1-10.