Anda di halaman 1dari 16

REMIDI DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekokinetika merupakan alur proses toksikologi lingkungan. Alur toksikologi


lingkungan ini, secara umum memberikan delineasi tentang proses dan mekanisme yang
terjadi pada lingkungan sampai hingga proses manusia terkena dampak dari keberadaan
toksin pada lingkungan hidupnya.

Ekokinetika berasal dari kata “eko” dan “kinetik”. Eko berarti lingkungan dan
kinetic berarti pergerakan. Dapat dipahami bahwa ekokinetik adalah menelaah bagaimana
pergerakan suatu bahan beracun di dalam sebuah ekosistem. Ekokinetika merupakan hal
yang penting dalam kajian toksikologi lingkungan setelah diketahui sumber dan beberapa
sifat dari keberadaan benda asing di dalam lingkungan yang berpotensi masuk ke dalam
tubuh manusia.

Racun atau toksik merupakan bahan kimia yang berbahaya dengan dosis tinggi baik
berbentuk zat padat, cair, maupun gas. Keracunan adalah kondisi yang disebabkan oleh
menelan, mencium, menyentuh, atau menyuntikkan zat yang berbahaya pada tubuh. Zat
berbahaya ini juga dapat menyebabkan rasa sakit, luka, dan menghambat kerja organ tubuh,
seperti kanker atau tumor baik pada manusia ataupun binatang.

B. Rumusan Masalah
Berikut di bawah ini merupakan rumusan masalah terkait bahan toksik di lingkungan :
1. Pengertian Ekokinetika Bahan Toksik di Lingkungan
2. Bagaimana Risiko Pada Manusia
C. Tujuan
Berikut tujuan dari makalah terkait bahan toksik di lingkungan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian ekokinetika bahan toksik di lingkungan
2. Mengetahui risiko yang terjadi pada manusia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ekokinetika Bahan Toksik di Lingkungan
Konsep toksik (racun), meskipun sudah dikenal secara umum namun
sesungguhanya memiliki arti sangat luas. Bagi orang awam, toksik merupakan kata
beracun. Racu didefinisikan sebagai zat kimia dengan tingkat toksisitas tinggi bagi
manusia dan makhluk hidup lainnya. Doull dan Vruce (1986) menyatakan bahwa racun
adalah agen penyebab kerusakan dan kematian pada makhluk hidup apabila terabsorbsi
tubuh.
Toksisitas merupakan derajat atau potensi kerusakan akibat suatu zat/senyawa asing
yang dikontaminasi ke dalam organisme. Terdapat berbagai macam tingkatan toksisitas
suatu senyawa antara lain : toksisitas akut (terjadi dalam waktu cepat), subakut (terjadi
dalam waktu sedang), kronik (terjadi dalam waktu lama), ataupun letal (terjadi pada
konsentrasi yang menimbulkan kematian secara langsung) da subletal (terjadi di bawah
konsentrasi yang menyebabkan kematian secara langsung). Pengukuran dari toksisitas
sangat kompleks, karena tingkat keparahannya dapat bervariasi dari satu organ ke organ
lain, juga dipengaruhi oleh berbagai factor seperti usia, genetika, jenis kelamin, diet,
kondisi fisiologis, dan status Kesehatan makhluk hidup. Pada umumnya toksisitas
diekspresikan sebagai lethal concentration 50% (LC 50) atau lethal dose 50% (LD50)
yaitu konsentrasi atau dosis dalam kondisi spesifik menyebabkan mortalitas pada
separoh (50%) populasi organisme dalam jangka waktu tertentu. Nilai ini biasanya
ditentukan dalam suatu uji toksisitas akut menggunakan hewan percobaan.
Ekokinetika berasal dari kata “eko” dan “kinetik”. Eko berarti lingkungan dan
kinetic berarti pergerakan. Dapat dipahami bahwa ekokinetik adalah menelaah
bagaimana pergerakan suatu bahan beracun di dalam sebuah ekosistem. Ekokinetika
merupakan hal yang penting dalam kajian toksikologi lingkungan setelah diketahui
sumber dan beberapa sifat dari keberadaan benda asing di dalam lingkungan yang
berpotensi masuk ke dalam tubuh manusia.

Toksisitas merupakan derajat


atau potensi kerusakan akibat
suatu zat/senyawa
asing yang dikontaminasi ke
dalam organisme. Terdapat
berbagai macam tingkatan
toksisitas suatu senyawa
antara lain: toksisitas akut
(terjadi dalam waktu cepat),
subakut (terjadi dalam waktu
sedang), kronik (terjadi dalam
waktu lama) ataupun
letal (terjadi pada konsentrasi
yang dapat menimbulkan
kematian secara langsung)
dan subletal (terjadi di
bawah konsentrasi yang
menyebabkan kematian
secara
langsung). Pengukuran dari
toksisitas sangat kompleks,
karena tingkat
keparahannya dapat bervariasi
dari satu organ ke organ lain,
juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti usia,
genetika, jenis kelamin, diet,
kondisi fisiologis, dan
status kesehatan makhluk
hidup. Pada umumnya
toksisitas diekspresikan
sebagai
lethal concentration 50%
(LC50) atau lethal dose 50%
(LD50) yaitu konsentrasi atau
Toksisitas merupakan derajat
atau potensi kerusakan akibat
suatu zat/senyawa
asing yang dikontaminasi ke
dalam organisme. Terdapat
berbagai macam tingkatan
toksisitas suatu senyawa
antara lain: toksisitas akut
(terjadi dalam waktu cepat),
subakut (terjadi dalam waktu
sedang), kronik (terjadi dalam
waktu lama) ataupun
letal (terjadi pada konsentrasi
yang dapat menimbulkan
kematian secara langsung)
dan subletal (terjadi di
bawah konsentrasi yang
menyebabkan kematian
secara
langsung). Pengukuran dari
toksisitas sangat kompleks,
karena tingkat
keparahannya dapat bervariasi
dari satu organ ke organ lain,
juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti usia,
genetika, jenis kelamin, diet,
kondisi fisiologis, dan
status kesehatan makhluk
hidup. Pada umumnya
toksisitas diekspresikan
sebagai
lethal concentration 50%
(LC50) atau lethal dose 50%
(LD50) yaitu konsentrasi atau
Toksisitas merupakan derajat
atau potensi kerusakan akibat
suatu zat/senyawa
asing yang dikontaminasi ke
dalam organisme. Terdapat
berbagai macam tingkatan
toksisitas suatu senyawa
antara lain: toksisitas akut
(terjadi dalam waktu cepat),
subakut (terjadi dalam waktu
sedang), kronik (terjadi dalam
waktu lama) ataupun
letal (terjadi pada konsentrasi
yang dapat menimbulkan
kematian secara langsung)
dan subletal (terjadi di
bawah konsentrasi yang
menyebabkan kematian
secara
langsung). Pengukuran dari
toksisitas sangat kompleks,
karena tingkat
keparahannya dapat bervariasi
dari satu organ ke organ lain,
juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti usia,
genetika, jenis kelamin, diet,
kondisi fisiologis, dan
status kesehatan makhluk
hidup. Pada umumnya
toksisitas diekspresikan
sebagai
lethal concentration 50%
(LC50) atau lethal dose 50%
(LD50) yaitu konsentrasi atau
B. Risiko Pada Manusia
Efek toksik karena suatu senyawa asing (xenobiotik) dapat memberi akibat/dampak
variative pada makhluk hidup, tergantung target organ, mekanisme aksi, serta besarnya
dosis. Efek toksik dapat berupa local maupun sistematik. Efek toksik local adalah akibat
kontak pertama kali dengan tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, bahan korosif
pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada saluran napas. Sedangkan, efek toksik sistemik
adalah apabi;a xenobiotic terabsorbsi dan masuk ke sirkulasi sistemik kemudian
terdistribusi ke target organ sasaran dan akan menimbulkan efek. Beberapa substansi
asing dengan efek toksik local dan sistemik pada tubuh manusia.
Efek toksik tersebut tergantung pada beberapa hal berikut diantaranya, sifat fisik
dan kimia bahan toksik, situasi paparan, kerentanan system biologis, frekuensi
pemejanan, jalur masuknya ke dalam tubuh dan lainnya. Jalan masuk senyawa toksik ke
dalam tubuh umumnya melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan kulit.
Durasi pemejanan cukup lama (kronis), terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam
system biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversible. Hal tersebut terjadi
karena system biologi tidak mempunyai cukup waktu utnuk mencapai kondisi menjadi
pulih akibat pejanan terus menerus dari bahan toksik.
Terdapat beberapa fase risiko pada manusia fase eksposisi, fase toksikonetik dan
fase toksodinamik :
1. Fase Eksposisi
Dalam fase ini terjadi kontak atau paparan antara xenobiotika dengan
organisme. Paparan ini dapat terjadi melalui kulit, saluran pernafasan
(inhalasi) ataupun oral. Pada umumnya efek toksik ataupun efek
farmakologi hanya dapat terjadi setelah xenobiotika terabsorpsi. Jalur utama
bagi penyerapan xenobiotika adalah saluran cerna, paru-paru, dan kulit.
Namun, dapat terjadi melalui jalur injeksi seperti injeksi intravena,
intramuscular subkutan, intraperitoneal dan jalur injeksi lainnya.
2. Fase Toksokinetik
Fase ini disebut dengan fase farmakokinetik. Setelah xenobiotika berada
dalam ketersediaan farmasetika, pada mana keadaan xenobiotika siap untuk
diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfa, maka xenobiotika
tersebut akan Bersama aliran darah atau limfa didistribusikan ke seluruh
tubuh dan ke tempat kerja toksik(reseptor). Pada saat bersamaan Sebagian
molekul xenobiotika akan metabolisme, atau terekresi Bersama urin melalui
ginjal, melali empedu menuju saluran cerna atau system ekresi lainnya.
3. Fase Toksodinamik
Fase ini merupakan interaksi antara xenobiotika dengan resptor sehingga
terjadi proses proses terkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik.
Konsentrasi xenobiotic akan menentukan kekuatan efek biologi yang
ditimblkan. Pada umumnya ditemukan konsentrasi zat kimia toksik cukup
tinggi dalam hepar(hati) dan ren (ginjal) karena pada kedua organ tersebut
zat toksik dimetabolisme dan diekresi.
BAB III
KESIMPULAN
Ekokinetika berasal dari kata “eko” dan “kinetik”. Eko berarti lingkungan dan
kinetic berarti pergerakan. Dapat dipahami bahwa ekokinetik adalah menelaah
bagaimana pergerakan suatu bahan beracun di dalam sebuah ekosistem. Ekokinetika
merupakan hal yang penting dalam kajian toksikologi lingkungan setelah diketahui
sumber dan beberapa sifat dari keberadaan benda asing di dalam lingkungan yang
berpotensi masuk ke dalam tubuh manusia.
Efek toksik tersebut tergantung pada beberapa hal berikut diantaranya, sifat fisik
dan kimia bahan toksik, situasi paparan, kerentanan system biologis, frekuensi
pemejanan, jalur masuknya ke dalam tubuh dan lainnya. Jalan masuk senyawa toksik ke
dalam tubuh umumnya melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan kulit.
Durasi pemejanan cukup lama (kronis), terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam
system biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversible. Hal tersebut terjadi
karena system biologi tidak mempunyai cukup waktu utnuk mencapai kondisi menjadi
pulih akibat pejanan terus menerus dari bahan toksik.
Bahan toksik lingkungan berasal dari aktivitas manusia. Keberlangsungan hidup
manusia dan organisme lain dapat terganggu dengan adanya berbagai zat kimia yang
bersifat toksik karena hasil aktivitas manusia itu sendiri. Zat itu biasa disebut dengan
polusi. Polusi adalah hasil atau produk dari pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh tidak keseimbangan struktur dan fungsi daur materi yang tentunya berkaitan
dengan perbuatan manusia. Mekanisme dari bahan toksik merupakan hasil dari proses
fisika, biokimia, dan biologis yang rumit dan kompleks. Bahan toksik juga memiliki
banyak macam jenis yakni bahan toksik di udara (meliputi karbon monoksida (CO),
Oksida Nitrogen (NOx), Oksida Belerang (Sox). Partikulat, Hidro Karbon, dan Karbon
Dioksida (CO2), lalu bahan toksik di air (meliputi limbah zat kimia, berupa insektisida,
pembersih larutan penyamak kulit, pewarna dan lain-lain), bahan toksik di tanah (yang
berasal dari limbah domestic rumah tangga, limbah industry pabrik, limbah pertanian,
tumpahan minyak dan sebagainya) yang kemudian dapat menimbulkan efek atau
perubahan fungsional akibat interaksi antara xenobitika dan subtract biologi.
DAFTAR PUSTAKA
SS HP
1. Agustiawan, A. M. R. S. P. H, Yuniati, F.,KM, M., Wulandari, I., KM, S.,
Badi’ah, A., & Munsfirah, S. S. (2022). Kesehatan Masyarakat dan
Kesehatan Lingkungan Media Sains Indonesia.
2. Dr.rer.nat. Tanti T. Irianti, M.Sc., Apr., Prof. Drs. Sugiyanto, PhD., Apt.,
Prof. Dr. M Kuswandi, M.Phil., SU., Apt., Dr. Sindu Nuranto, M.Eng.
(2018). Toksikologi Lingkungan
3. Keman, S. (2020). Pengantar Toksikologi Lingkungan Airlangga University
Press.
4. Situmorang, M. (2012). Kimia Lingkungan
5. Yulianto, Y., & Nurul, A. (2017). Toksikologi Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai