TOXICOCYNETICS
Oleh:
Ridhofar Akbar Khusnul Abdillah
222222003
Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata “tox”,
dalam bahasa Yunani “tox” berarti panah. Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai
senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat racun. Toksikologi
adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang senyawa yang beracun dilingkungan
hidup. Racun adalah agen senyawa kimia atau fisik yang memproduksi respon yang
merugikan pada respon biologis organisme. Beberapa senyawa yang dapat menyebabkan
c. Asbestosis
d. Sinar ultraviolet
e. Ozon
f. Asap udara
g. Merkuri
i. Obat
B. Xenobiotic
Xenobiotik merupakan bahan kimia, baik alami maupun sintesis yang berasal dari
lingkungan dan masuk ke dalam tubuh manusia atau binatang sebagai benda asing.
Secara umum bahan xenobiotik yang bersifat lipofilik akan masuk ke dalam tubuh
melalui kulit, paru maupun gastro intestinal. Bahan xenobiotik yang bersifat lipofisik
tersebut akan terakumulasi di dalam organ dan dieksresi melalui urin, empedu, feses dan
udara penapasan. Xenobiotik berasal dari bahasa “xenos” yang berarti asing. Xenobiotik
adalah bahan kimia yang terdapat di dalam tubuh namun tidak dibutuhkan atau
diharapkan oleh tubuh makhluk hidup atau tidak diharapkan terdapat dalam jumlah yang
a. Radiasi
b. Udara
c. Air
d. pH
e. Surfaktan
f. Ozon
g. Organisme
h. Temperatur
tertentu pada makhluk hidup. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif, terjadi
atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur kimia yang
kerusakan pada suatu situasi atau tempat tertentu; kondisi penggunaan dan
kekerapan kejadian yang diprediksi dari suatu efek yang tidak diinginkan akibat
paparan berbagai bahan kimia atau fisik. uatu kerja toksik pada umumnya
merupakan hasil dari sederetan proses fisika, biokimia, dan biologik yang sangat
rumit dan komplek. Proses ini umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase
interaksi xenobiotika atau okson dengan organisme hidup terdapat dua a spe k
Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor, dan distribusi, sedangkkan evesi
xenobiotika dari permukaan tubuh (disini termasuk juga mukosa saluran cerna) atau
dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke aliran darah atau sistem
xenobiotika akan ditranspor bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi. Ada
darah) dan difusi (difusi xenobiotika di dalam sel atau jaringan). Sedangkan
eliminasi (evesi) adalah semua proses yang dapat menyebabkan penurunan kadar
pada tempat kerja spesifik, yaitu reseptor dan juga proses-proses yang terkait
dimana pada akhirnya timbul efek toksik atau terapeutik. Kerja sebagian besar
dalam tubuh dengan cara mengubah aktivitas biokimia dan biofisika dari
tokson dan yang mengawali mata rantai peristiwa biokimia menuju terjadinya
jumlah xenobiotika (dalam bentuk aktifnya) yang dapat masuk ke sistem sistemik atau
1. Adsorpsi
sistemik dalam bentuk tidak berubah. Tokson dapat terabsorpsi umumnya apabila
darah tempat kontak), serta sifat-sifat fisiko-kimia tokson dan bentuk farmseutik
tokson (tablet, salep, sirop, aerosol, suspensi atau larutan). Jalur utama absorpsi
2. Distribusi
Setelah xenobiotika mencapai sistem peredahan darah, ia bersama darah akan
sistemik ia akan terdistribusi lebih jauh melewati membran sel menuju sitem
tubuh dapat pandang sebagai suatu proses transpor reversibel suatu xenobiotika
dari satu lokasi ke tempat lain di dalam tubuh. Di beberapa buku reference juga
3. Eliminasi
M e t a b o l i s m e d a n e k s k r e s i d a p a t d i r a n g k u m k e d a l a m eliminasi. Yang
kelenjar mamai, kelenjar ludah, dan paru- paru). Jalur eliminasi yang paling
penting adalah eliminasi melalui hati (reaksi metabolisme) dan eksresi melalui
ginjal.
4. Metabolisme
Xenobiotika yang masuk ke dalam tubuh akan diperlakukan oleh sistem
enzim tubuh, sehingga senyawa tersebut akan mengalami perubahan
struktur kimia dan pada akhirnya dapat dieksresi dari dalam tubuh. Proses
biokimia yang dialami oleh ”xenobiotika” dikenal dengan reaksi biotransformasi
yang juga dikenal dengan reaksi metabolisme. Biotransformasi atau
metabolisme pada umumnya berlangsung di hati dan sebagian kecil di organ-
organ lain seperti: ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, kelenjar susu, otot,
kulit atau di darah.
Sedangkan untuk proses toksikodinamik meliputi interaksi tokson - reseptor
umumnya merupakan interaksi yang bolak-balik (reversibel). Hal ini mengakibatkan
perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat
kerjanya (reseptor). Selain interaksi reversibel, terkadang terjadi pula interaksi tak
bolak-balik (irreversibel) antara xenobiotika dengan subtrat biologik. Interaksi ini
didasari oleh interaksi kimia antara xenobiotika dengan subtrat biologi dimana
terjadi ikatan kimia kovalen yang bersbersifat irreversibel atau berdasarkan
perubahan kimia dari subtrat biologi akibat dari suatu perubaran kimia dari
xenobiotika, seperti pembentukan peroksida. Terbentuknya peroksida ini
mengakibatkan luka kimia pada substrat biologi. Efek irrevesibel diantaranya dapat
mengakibatkan kerusakan sistem biologi, seperti: kerusakan saraf, dan kerusakan
sel hati (serosis hati), atau juga pertumbuhan sel yang tidak n o r m a l , s e p e r t i
k a r s i n o m a , m u t a s i g e n . Pada umumnya semakin tinggi konsentrasi akan
meningkatkan potensi efek dari obat tersebut, untuk lebih jelasnya akan
dibahas pada bahasan hubungan dosis dan respon. Jika konsetrasi suatu obat
pada jaringan tertentu tinggi, maka berarti dengan sendirinya berlaku sebagai tempat
sasaran yang sebenarnya, tempat zat tersebut bekerja. Jadi konsentrasi suatu tokson
atau obat pada tempat kerja ”tempat sasaran” umumnya menentukan kekuatan efek
biologi yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang memengaruhi pajanan dan efek toksikan pada tubuh melalui
pajanan toksikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut
(Kurniawidjaja, dkk. 2021):
1. Aktivitas toksikan
Semakin tinggi konsentrasi toksikan, potensi pajanan terhadap toksikan tersebut
menjadi semakin besar pula.
2. Sifat toksikan
Sifat toksikan meliputi antara lain sifat fisik serta kimia toksikan seperti polaritas,
titik didih, tekanan uap, ukuran partikulat, dan sebagainya; termasuk juga adanya
kombinasi antartoksikan.
3. Durasi pajanan
Durasi pajanan adalah lama waktu seorang pekerja terpajan suatu toksikan. Durasi
pajanan ini berhubungan erat dengan efek toksik yang akan dialami oleh pekerja.
Durasi pajanan merupakan faktor yang penting dan menentukan dampak kesehatan
dari suatu toksikan. Untuk pajanan pada manusia, pada umumnya durasi
dikategorikan menjadi akut (pajanan sesaat dan terjadi hanya pada satu waktu saja),
subkronik (rentang waktu minggu atau bulan), dan kronik (beberapa bulan atau
tahun). Durasi tersebut dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
a) single exposure (pajanan tunggal), yaitu kurang dari 24 jam pajanan
menimbulkan efek toksik yang bersifat akut;
4. Frekuensi
Frekuensi pajanan merupakan interval waktu atau seberapa sering seorang pekerja
terpajan suatu toksikan di tempat kerja. Frekuensi dibedakan menjadi dua, yaitu
sekali atau berulang. Frekuensi pajanan dapat dikategorikan menjadi pajanan
tunggal (single exposure) dan pajanan berulang (repeated exposure).
Rute pajanan dapat melalui saluran pernapasan (inhalasi), kontak kulit maupun
mata, saluran pencernaan (ingesti), atau melalui jalur injeksi.
6. Sensitivitas dan Variasi Individual