Anda di halaman 1dari 12

#3Cara Kerja Dan

Efek Toksik
Andi Asnifatima, SKM., M. Kes
Mk. Tosikologi & Bahaya Kimia
Prodi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun
Cara Kerja Toksik

• Cara kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek.
• Kerja toksik dan mekanisme kerjanya terdiri dari : Ireversibel dan reversible
• Ireversibel ; Kerja toksik yg tidak bolak balik/tdk mampu balik yaitu suatu
proses dimana system dan semua bagian dari sekelilingnya tidak dapat
kembali tepat kepada keadaan – keadaannya yang awal setelah
berlangsungnya suatu proses. Namun demikian, suatu system yang sudah
menjalani suatu proses irreversible tidaklah berarti harus selalu tidak mampu
kembali pada keadaan awalnya, namun tidak akan mungkin untuk
mengembalikan keadaannya kepada keadaan semula.
• Reversibel ; kerja toksik yg bolak-balik yaitu mampu balik ke keadaan semula.
Suatu proses dimana system dan semua bagian dari sekelilingnya dapat
kembali kepada keadaan – keadaannya yang awal setelah berlangsungnya
suatu proses.
Cara Kerja Toksik dikelompokkan ke dalam
tiga fase yaitu :

1st Fase Eksposisi

2nd Fase Toksokinetik

3rd Fase
Termodinamika
Fase Eksposisi; terjadinya kontak antara organisme dengan xenobiotika/tokson (kecuali senyawa
radioaktif) yang dapat menimbulkan efek toksik/ farmakologi/efek biologi setelah xenobiotika terabsorpsi masuk
kedalam tubuh.

Xenobiotika/tokson adalah senyawa-senyawa asing yang tidak terdapat secara alami


di lingkungan tertentu.[
• Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi
molekularyang dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik (jaringan/organ dalam
tubuh).
• Dalam konstek pembahasan efek obat, fase ini umumnya dikenal dengan fase
farmaseutika. Fase farmaseutika meliputi hancurnya bentuk sediaan obat, kemudian
zat aktif melarut, terdispersi molekular di tempat kontaknya. Sehingga zat aktif
berada dalam keadaan siap terabsorpsi menuju sistem sistemik.
• Paparan xenobiotika pada organisme; melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi)
atau penyampaian xenobiotika langsung ke dalam tubuh organisme (injeksi).
• Penyerapan xenobiotika sangat tergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak
permukaan organisme yang berkemampuan untuk mengaborpsi
• laju absorpsi dan jumlah xenobitika yang terabsorpsi
akan menentukan potensi efek biologik/toksik
Pemejanan tokson melalui saluran

Fase Eksposisi
cerna dapat
terjadi bersama makanan,
minuman, atau secara
sendiri baik sebagai obat maupun
zat kimia murni.
Jalur utama bagi penyerapan xenobiotika adalah kulit, rongga mulut (sub lingual), dari
paru-paru dan saluran cerna lambung sampai
usus halus, atau eksposisi tokson
dengan
Pemejanan xenobiotika yang sengaja melalui jalur rektal.
berada di udara (gas, uap, butiran
cair, dan partikel
Eksposisi (pemejanan) yang paling
mudah dan paling lazim terhadap padat ) Eksposisi melalui jalur
manusia atau hewan dengan segala dapat terjadi melalui saluran cerna.
xenobiotika, seperti kosmetik, produk saluran
rumah tangga, obat topikal, cemaran pernafasan
lingkungan, atau cemaran industri di
tempat kerja, ialah pemejanan sengaja Eksposisi melalui jalur
atau tidak sengaja pada kulit inhalasi.

Eksposisi melalui kulit.


FASE TOKSOKINETIK; Keadaan xenobiotika siap untuk
diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut akan
bersama aliran darah atau limfe didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja
toksik (reseptor). Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika akan
termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui empedu menuju
saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.

• Proses biologik yang terjadi pada fase toksokinetik umumnya


dikelompokkan ke dalam proses invasi dan evesi.
• Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor, dan distribusi, sedangkkan
• evesi juga dikenal dengan eleminasi.
Fase TOKSOKINETIK
ADME, yaitu: adsorpsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi.
Distribusi
Adsorpsi Setelah xenobiotika mencapai sistem peredahan
darah, ia bersama darah akan
Absorpsi ditandai oleh masuknya diedarkan/ didistribusikan ke seluruh tubuh.
xenobiotika/tokson dari tempat kontak (paparan) Dari sistem sirkulasi sistemik ia akan
menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh terdistribusi lebih jauh melewati membran sel
limfe. menuju sitem organ atau ke jaringanjaringan tubuh.
Absorpsi didefinisikan sebagai proses transpor reversibel ; konveksi (bersama
jumlah xenobiotika yang mencapai sistem aliran darah) dan transmembrane (melewati
membran biologis )
sirkululasi sistemik dalam bentuk tidak berubah

Xenobiotika yang masuk ke dalam tubuh akan


diperlakukan oleh sistem enzim tubuh, Xenobiotika
sehingga senyawa tersebut akan mengalami dikeluarkan baik dalam bentuk
perubahan struktur kimia dan pada akhirnya
asalnya maupun
dapat dieksresi dari dalam
tubuh=biotransformasi berlangsung di hati
. proses hilangnya xenobiotika dari dalam sebagai metabolitnya. Jalur
dan sebagian kecil di organ-organ lain seperti: tubuh organisme. ekskresi utama
ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, Eliminasi suatu xenobiotika dapat melalui adalah melalui ginjal bersama
kelenjar susu, otot, kulit atau di darah. reaksi biotransformasi (metabolisme) atau urin. Jalur ekskresi lain kelenjar
Terdiri dari 2 fase; Fase I (reaksi ekskresi xenobiotika melalui ginjal, keringan, kelenjar ludah, dan
fungsionalisasi/ reaksi penguraian melalui empedu, saluran pencernaan, dan jalur kelenjar mamai.
reaksi oksidasi) dan fase II (reaksi eksresi lainnya (kelenjar keringan, kelenjar
konjugasi/siap atau termetabolisme) mamai, kelenjar ludah, dan paru-paru).
Ekskresi
Metabolisme
Eliminasi
FASE TOKSODINAMIK; Interaksi antara molekul
tokson atau obat pada tempat kerja spesifik, yaitu reseptor dan juga proses-
proses yang terkait dimana pada akhirnya timbul efek toksik atau terapeutik.

• Reseptor, yaitu merupakan komponen sel atau organisme yang


berinteraksi dengan tokson dan yang mengawali mata rantai
peristiwa biokimia menuju terjadinya suatu efek toksik dari tokson
yang diamati
• Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan interaksi yang
bolakbalik (reversibel). Hal ini mengakibatkan perubahan fungsional,
yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya
(reseptor).
• Rerkadang terjadi pula interaksi tak bolak-balik (irreversibel) antara
xenobiotika dengan subtract biologic yg dapat mengakibatkan
kerusakan sistem biologi, seperti: kerusakan saraf, dan kerusakan sel
hati (serosis hati), atau juga pertumbuhan sel yang tidak normal,
seperti karsinoma, mutasi gen yang sifatnya ”nirpulih” akan menetap
atau justru bertambah parah setelah pejanan tokson dihentikan.
Fase TOKSODINAMIK;
RESEPTOR; Sebagai tempat kerja zat kimia; tempat berlangsungnya interaksi biokimiawi antara zat-
zat endogen dan sel-sel tubuh di tempat spesifik, yaitu reseptor atau enzim

Pada dasarnya reseptor menentukan


hubungan kuantitatif antara dosis Reseptor bertanggung jawab
atau konsentrasi zat toksik pada selektivitas
dan efek biologinya/farmakologis kerja zat toksik

Reseptor-reseptor menjembatani
kerja antagonis
farmakologi/mengubah fungsi
makromolekul, yang kurang lebih
seperti efek langsung
Deretan
rantai
proses pada
fase kerja
toksik
dalam
organisme
secara
biologik
Thank You.
Cara Kerja Toksik Andi Asnifatima, SKM., M. Kes

***355879***
Toksikologi & Bahaya Kimia
asni@uika-bogor.ac.id

Prodi Kesmas Fikes UIKA Bogor


Remember…
Safety First!
(Thank you for your attention)

Anda mungkin juga menyukai