Anda di halaman 1dari 30

TEORI PAPARAN TOKS

IKODINAMIK
Kelompok 2
Fahmi Iqbal Firmansyah (P27833320016)
Fernanda Radianti D.P. (P27833320017)
Firsa Julia (P27833320018)
Indah Aulifiyah (P27833320019)
Itsna Nurul Auliya (P27833320022)
Maia Dyah Rahmawati (P27833320023)
Marcella Ezra Rosari (P27833320024)
Muhammad Yusron Fuadi (P27833320025)
Nabilah Dhau P.P. (P27833320026)
Rifa Nurul Jannah (P27833320027)
Rizki Andika Arif (P27833320028)
Rizqi Khoirunnisa (P27833320029)
Safin Aulia Firdausi (P27833320030)
Safira Adduriyah Auliya (P27833320031)
Shafa Tania Herliza (P27833320032)
PAPARAN DAN PAJANAN
PAPARAN

Paparan adalah pengalaman yang didapat populasi


atau organisme akibat terkena atau terjadinya kontak
dengan suatu faktor agent potensial yang berasal dari
lingkungan. Paparan dapat dibedakan dari istilah dosis
yang diartikan sebagai jumlah zat yang masuk atau
berada di dalam tubuh organisme.
Pengukuran paparan dapat dilakukan secara kualitatif
ataupun kuantitatif. Contoh pengukuran kualitatif
adalah apabila data didapat dengan cara wawancara
ataupun kuesioner tentang kebiasaan, kepercayaan,
dan lain-lainnya.

Pengukuran kuantitatif dapat disamakan dengan


pemantauan atau sistem pengukuran, observasi yang
bersifat kontinu dengan tujuan tertentu.
PAJANAN

Pajanan adalah terjadinya kontak antara manusia dan agent


penyebab potensial. Terdapat empat pertimbangan dalam
penilaian pajanan:

1. Likelihood of exposure
2. Magnitude of exposure
3. Route of exposure
4. Population expos
Hubungan Dosis - Respon
Hubungan dosis-respon menggambarkan suatu
distribusi frekuensi individu yang memberikan
respons pada rentang dosis tertentu.

Bila distribusi frekuensi tersebut dibuat kumulatif


maka akan diperoleh kurva berbentuk sigmoid
yang umumnya disebut kurva dosis-persen
responder.

Pada dasarnya kurva hubungan dosis-respon


menunjukkan variasi individual dari dosis yang
diperlukan untuk minimbulkan suatu efek tertentu.

1. Frekuensi respon - respon kumulatif


2. Konsep statistika dan besaran aktivitas 50%
Hubungan Dosis - Kerja

Kurva dosis-kerja merupakan sebuah kurva asimetris, yang bila


dosis digambarkan secara logaritmik, membentuk huruf S. Ini
berarti bahwa terdapat distribusi normal logaritmik yang sesuai
dengan keterangan terdahulu.

Kurva dosis-kerja dapat juga ditinjau sebagai kurva dosis-reaksi


untuk suatu populasi dari satuan efektor, tiap efektor akan bereaksi
menurut hukum “semua atau tak satupun”.

Kurva dosis-kerja dengan demikian menggambarkan peranan tiap


efektor tersebut secara kumulatif. Pada kurva dosis-kerja, dapat
dibedakan dua paramater yaitu : Afinitas dan Aktifitas intrinsik.
Hubungan Waktu - Kerja

Jika eksposisi suatu zat hanya terjadi satu kali, seperti umumnya
pada keracunan akut, mula-mula efek akan naik tergantung pada laju
absorbsi dan kemudian efek akan turun tergantung pada laju
eliminasi.

Ada tiga cara untuk mencegah atau menekan efek toksik:


1. Memperkecil absorpsi atau laju absorpsi.
2. Meningkatkan eliminasi zat toksik dan/atau pembentukan suatu
kompleks yang tak aktif.
3. Memperkecil kepekaan objek biologik terhadap efek.
KARAKTERISTIK PAPARAN
JALUR MASUK DAN TEMPAT PEMAPARAN

Jalur utama di mana bahan toksik dapat masuk ke dalam tubuh


manusia adalah melalui saluran pencernaan, paru-paru, kulit,
dan jalur parenteral lainnya.

Selain itu ada juga jalan masuk yang cukup efektif


yaitu melalui intramuscular, intradermal, dan subcutaneus.
Jalur masuk yang berbeda ini mempengaruhi toksisitas bahan kimia.
JANGKA WAKTU DAN FREKUENSI PEMAPARAN

Pemaparan berulang dibagi menjadi tiga katagori: subakut,


subkronis dan kronis.
1. Pemaparan subakut adalah pemeparan dengan jangka
waktu satu bulan atau kurang.
2. Pemaparan subkronik adalah pemaparan dengan jangka
waktu satu sampai tiga bulan.
3. Pemapran kronis adalah pemaparan dengan jangka
waktu lebih dari tiga bulan.
Faktor penting lain yang berhubungan dengan waktu
dalam menjelaskan karakteristik pemaparan adalah frekuensi
pemberian.

 Dengan pemberian dosis berkali-kali tipe apapun, produksi dari suatu


efek toksik tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi pemberian,
tetapi mungkin pada kenyataannya tergantung seluruhnya pada
frekuensi disamping jangka waktu pemaparan.

 Efek kronis terjadi bila bahan kimia terakumulasi di dalam sistem biologis
(absorpsi melebihi biotransformasi dan/atau ekskresi), atau bila
Menghasilkan efek toksik yang tidak pulih kembali, atau bila tidak cukup
waktu dari sistem biologis untuk melakukan pemulihan dari kerusakan
dalam interval frekuensi pemaparan
ALIRAN TOKSIK DALAM LINGKUNGAN
 Sebagaimana bahan kimia (toksikan) termasuk
dengan pola emisi akan masuk ke dalam lingkungan.
 Selanjutnya toksikan masuk ke tropospher dan
terus ke stratospher. Selain itu toksikan masuk ke
dalam tanah, ke air bawah tanah, samudra
dan terbenam di dalamnya.
 Pada waktu toksikan masuk ke air dan samudra,
maka toksikan tersebut akan masuk ke dalam biota air
yang nanti akan dikonsumsi oleh manusia dan biota
air lainnya.
 Bahan toksik yang sudah berada di air tanah maka
akan masuk ke dalam tanaman dan masuk pula ke
tropospher, akhirnya dengan proses tertentu akan
sampai pada manusia dan makhluk hidup lainnya.
ALIRAN TOKSIK DALAM TUBUH MANUSIA
Setelah mengalami perjalanan panjang dalam
lingkungan maka toksikan akhirnya secara
umum akan masuk ke dalam tubuh manusia
melalui jalur pencernaan (ingestion), pernapasan
(inhalation) dan kontak dengan kulit (dermal).

Namun secara khusus dengan rekayasa manusia


sendiri, toksikan dapat pula masuk ke dalam
tubuh dengan jalan intravenous, intraperitoneal,
subcutaneous, dan intramuscular.
JALUR PAJANAN RACUN
FASE EKSPOSISI

Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme


dengan xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif,
hanya dapat terjadi efek toksik/ farmakologi setelah
xenobiotika terabsorpsi.

Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk


terlarut, terdispersi molekular dapat terabsorpsi menuju
sistem sistemik. Dalam konstek pembahasan efek obat,
fase ini umumnya dikenal dengan fase farmaseutika.
Dalam fase eksposis terjadi kotak antara
xenobiotika dengan organisme atau dengan lain
kata, terjadi paparan xenobiotika pada
organisme.
1. eksposisi melalui kulit
2. ekposisi saluran pernafasan (inhalasi)
3. penyampaian xenobiotika langsung ke dalam
tubuh organisme (injeksi).
4. ekposisi melaui jalur cerna atau oral
FASE TOKSOKINETIK
01 Absorpsi

02 Distribusi

03 Metabolisme

04 Ekskresi
INVASI DAN EVESI

Disebut juga fase farmakokinetik. Proses biologik yang terjadi pada fase
toksokinetik umumnya dikelompokkan ke dalam proses invasi dan evesi.
 Proses Invasi terdiri dari
- Absorpsi = Pengambilan xenobiotika dari permukaan tubuh
- Transpor = xenobiotika ditranspor bersama aliran darah
- Distribusi = dibagi menjadi konveksi (transpor xenobiotika bersama
peredaran darah) dan difusi (difusi xenobiotika di dalam sel atau jaringan).
INVASI DAN EVESI

 Proses Evesi atau eliminasi = proses yang dapat menyebabkan


penurunan kadar xenobiotika dalam sistem biologi / tubuh organisme
Proses ini sering disingkat dengan ADME yaitu
- Absorpsi
- Distribusi
- Metabolisme
- Eliminasi
ABSORBSI

Absorpsi ditandai oleh masuknya xenobiotika/tokson dari


tempat kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh atau
pembuluh limfe.

Absorpsi sistemik tokson dari tempat extravasculardipengaruhi


oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi
(sifat membran biologis dan aliran kapiler darah tempat kontak),
serta sifat-sifat fisiko-kimia tokson dan bentuk farmaseutik
tokson (tablet, salep, sirop, aerosol, suspensi atau larutan).
Jalur utama absorpsi tokson adalah saluran cerna, paru-paru,
dan kulit.
DISTRIBUSI
Setelah xenobiotika mencapai sistem peredahan darah, ia
bersama darah akan diedarkan/ didistribusikan ke seluruh
tubuh.
Distribusi adalah proses dimana xenobiotika secara
reversibel meninggalkan aliran darah dan masuk menuju
interstitium (cairan ekstraselular) dan/atau masuk ke dalam sel
dari jaringan atau organ.

Distribusi xenobiotika di dalam tubuh umumnya melalui proses


transpor dengan pengelompokan dua proses utama:
1. Konveksi (transpor xenobiotika bersama aliran darah)
2. Transmembran (transpor xenobiotika melewati membran
biologis). Transpor transmembran dapat berlangsung
melalui proses difusi pasif, difusi terfasilitasi, difusi aktif,
filtrasi melalui poren, atau proses fagositisis.
METABOLISME

Setelah diabsorpsi dan didistrubusikan di dalam


tubuh, xenobiotika/tokson dapat dikeluarkan dengan
cepat atau perlahan. Xenobiotika dikeluarkan baik
dalam bentuk asalnya maupun sebagai metabolitnya.

Jalur ekskresi utama adalah melalui ginjal bersama


urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan alat
ekskresi penting bagi tokson tertentu.

Di samping itu, ada juga jalur ekskresi lain yang


kurang penting seperti, kelenjar keringat, kelenjar
ludah, dan kelenjar mamae
EKSKRESI

Ekskresi urin
01 Proses utama ekskresi renal dari
xenobiotika adalah: filtrasi Ekskresi empedu
glumerula, sekresi aktif tubular, xenobiotika yang terdapat dalam
dan resorpsi pasif tubular. empedu tidak akan diserap kembali
03 ke dalam darah dan dikeluarkan lewat
feses. kecuali konjugat glukuronida
Ekskresi paru-paru. akan diserap kembali menuju sistem
02 Ekskresi xenobiotika melalui paru- sirkulasi sistemik.
paru terjadi secara difusi
sederhana lewat membran sel.
EKSKRESI

Jalur lain Konsentrasi plasma


04 Jalur ekskresi ini umumnya
05 Umumnya konsentrasi tokson di
mempunyai peranan yang sangat tempat organ sasaran merupakan
kecil dibandingkan jalur utama di fungsi kadar tokson di dalam darah
atas, jalur-jalur ekskresi ini (plasma). Namun, sering dijumpai
seperti, ekskresi cairan bersama kadar tokson di organ sasaran tidak
feses, ekskresi tokson melalui selalu sama dengan kadarnya di
kelenjar mamae (air susu ibu, darah. Apabila terjadi ikatan yang kuat
ASI), keringat, dan air liur antara jaringan dengan tokson, maka
konsentrasi tokson pada jaringan
tersebut umumnya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan di darah.
Metabolisme dan ekskresi dapat dirangkum
ke dalam eliminasi.

Proses eliminasi adalah proses hilangnya xenobiotika


dari dalam tubuh organisme.
Eliminasi suatu xenobiotika dapat melalui reaksi
biotransformasi (metabolisme) atau ekskresi xenobiotika
melalui ginjal, empedu, saluran pencernaan, dan jalur
eksresi lainnya (kelenjar keringat, kelenjar mamae,
kelenjar ludah, dan paru-paru).

Jalur eliminasi yang paling penting adalah eliminasi


melalui hati (reaksi metabolisme) dan eksresi melalui
ginjal.
FASE TOKSIKODINAMIK

Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson


dengan reseptor (tempat kerja toksik) dan juga
proses-prosesyang terkait dimana pada akhirnya muncul
efek toksik/farmakologik.

Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan interaksi


yang bolak-balik (reversibel). Hal ini mengakibatkan
perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika
tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor).
Efek toksik/farmakologik suatu xenobiotika tidak hanya
ditentukan oleh sifat toksokinetik xenobiotika, tetapi juga
tergantung kepada faktor yang lain seperti:

1) Bentuk farmasetika dan bahan tambahan yang digunakan


2) Jenis dan tempat eksposisi,
3) Keterabsorpsian dan kecepatan absorpsi,
4) Distribusi xenobiotika dalam organisme,
5) Ikatan dan lokalisasi dalam jaringan,
6) Biotransformasi (proses metabolisme), dan
7) Keterekskresian dan kecepatan ekskresi, dimana semua
faktor di atas dapat dirangkum ke dalam parameter
farmaseutika dan toksokinetika (farmakokinetika)
TERIMA KASIH
tetap semangat ya!

Anda mungkin juga menyukai