Pendahuluan Suatu kerja toksik : hasil dari sederetan proses fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi, toksokinetik dan fase toksodinamik. Fase eksposisi
merupakan kontak suatu organisme dengan
xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif terjadi efek toksik/farmakologi setelah terabsorpsi Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi, molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik Fase farmaseutika meliputi hancurnya bentuk sediaan obat zat aktif terlarut terdispersi molekular di tempat kontaknya zat aktif siap terabsorpsi menuju sistem sistemik Fase toksikinetik (fase farmakokinetik)
Xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran
darah /pembuluh limfe bersama aliran darah/ limfe didistribusikan ke seluruh tubuh & ke tempat kerja toksik (reseptor) Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika akan termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya. Fase toksodinamik
Interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat
kerja toksik) muncul efek toksik/farmakologik Interaksi tokson-reseptor interaksi yg bolak-balik (reversibel) perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor) efek toksik / farmakologik suatu xenobiotika tidak hanya ditentukan oleh sifat toksokinetik xenobiotika, tetapi juga tergantung kepada faktor yang lain : − bentuk farmasetika & bahan tambahan yg digunakan − jenis dan tempat eksposisi − keterabsorpsian & kecepatan absorpsi − distribusi xenobiotika dalam organisme − ikatan & lokalisasi dalam jaringan − biotransformasi (proses metabolisme) − keterekskresian & kecepatan ekskresi FASE EKSPOSISI Terjadi paparan xenobiotika pada organisme (melalui kulit, oral, inhalasi atau injeksi Penyerapan xenobiotika sangat tergantung pada konsentrasi & lama kontak, untuk mengaborpsi xenobiotika Laju absorpsi & jumlah xenobitika yang terabsorpsi menentukan potensi efek biologik/toksik Pada pemakaian obat, fase ini dikenal dengan fase farmaseutika (semua proses yg berkaitan dengan pelepasan senyawa obat dr bentuk farmasetikanya Laju absorpsi suatu xenobiotika ditentukan juga oleh sifat membran biologi & aliran kapiler darah tempat kontak Suatu xenobiotika, dapat diserap/diabsorpsi di tempat kontak, harus melewati membran sel (lapisan biomolekular yg dibentuk o/ molekul lipid, molekul protein) Jalur utama bagi penyerapan xenobiotika : Sal.cerna, paru-paru & kulit Namun pada keracunan aksidential/penelitian toksikologi, paparan xenobiotika dapat terjadi melalui jalur injeksi, seperti injeksi Eksposisi melalui kulit Eksposisi paling mudah & lazim terhadap manusia atau hewan dengan segala xenobiotika (kosmetik, produk rumah tangga, obat topikal, cemaran lingkungan /cemaran industri di tempat kerja Eksposisi melalui jalur inhalasi Pemejanan xenobiotika melalui penghirupan xenobiotika Tokson terdapat di udara (gas, uap, butiran cair & partikel padat dgn ukuran yg beda2) Alveoli : tempat utama terjadinya absorpsi xenobiotika yg berbentuk gas (CO, NO,SO2 atau uap cairan seperti bensen & karbontetraklorida Absorpsi ini berkaitan dengan luas permukaan alveoli, kec. aliran drh Laju absorpsi bergantung pada daya larut gas dlm darah. Makin mudah larut makin cepat diabsorpsi Eksposisi melalui jalur saluran cerna Dapat terjadi bersama makanan, minuman sebagai obat maupun zat kimia murni Tokson terserap dari rongga mulut (sub lingual) sampai usus halus, atau dengan sengaja melalui jalur rektal Pada umumnya tokson melintasi membran saluran pencernaan sistemik (difusi pasif) Dalam usus transpor aktif FASE TOKSOKINETIK
Dikelompokkan ke dalam proses invasi dan evesi
Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor & distribusi Proses evesi(eleminasi) : semua proses yang dapat menyebabkan pe↓ kadar xenobiotika dalam sistem tubuh organisme Konsentrasi plasma Sifat dan intensitas efek suatu tokson di dalam tubuh bergantung pada kadar tokson Umumnya konsentrasi tokson di organ sasaran merupakan kadar tokson di dalam darah (plasma) Namun, sering dijumpa apabila terjadi ikatan yang kuat antara jaringan dengan tokson konsentrasi tokson pada jaringan tersebut umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan di darah contoh DDT Kadar tokson di darah umumnya dipengaruhi oleh : laju absorpsi dari tempat paparan, sifaf fisiko- kimia tokson akan menentukan laju transport di dalam tubuh, distribusi tosikan di dalam tubuh (jaringan, organ), Jalur eliminasinya meliputi kecepatan biotransformasi dan ekskresi dari dalam tubuh. Permeabilitas beberapa membran biologis FASE TOKSODINAMIK Dalam fase toksodinamik/farmakodinamik interaksi antara molekul tokson /obat pada tempat kerja spesifik (reseptor) & proses yang terkait timbul efek toksik /terapeutik Kerja sebagian besar tokson melalui penggabungan makromolekul khusus di dalam tubuh mengubah aktivitas biokimia & biofisika makromolekul (reseptor) tersebut Farmakolog menggolongkan efek yang muncul berdasarkan manfaat dari efek tersebut : i) efek terapeutis, efek hasil interaksi xenobiotika & reseptor yg diinginkan utk tujuan terapeutis ii) efek obat yg tdk diinginkan (semua efek /khasiat obat yg tdk diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yg dianjurkan iii) efek toksik, efek yang membahayakan atau merugikan organisme itu sendiri Interaksi obat- reseptor Interaksi obat-reseptor ~ prinsip kunci-anak kunci. Letak reseptor neuro(hormon) umumnya di membran sel terdiri dari suatu protein yg mrpkan komplemen ”kunci” dari struktur ruang & muatan ionnya dari hormon bersangkutan ”anak-kunci”. Iritasi kimia langsung pada jaringan Suatu rangsangan kimia langsung pada jaringan disebabkan oleh zat yang mudah bereaksi dengan berbagai bagian jaringan, biasanya tidak menembus peredaran darah, seperti, a.l: kulit, mata, hidung, tenggorokan, bronkus, alveoli. Reaksi dari zat kimia yang terjadi dapat diuraikan sbb: i.) Kerusakan kulit, cth : larutan basa kuat (NaOH pekat & KOH yg bersifat sbg korosif kuat Suatu perubahan pH lokal yg kuat dapat merusak keratin kulit, menimbulkan pembengkakan karena penyerapan air. ii. ) Gas Air Mata Gas air mata pd konsentrasi rendah menyebabkan nyeri mata & aliran air mata (klorpikrin, bromaseton) bromasetofenon, dan klorsetofenon pada konsentrasi ↑dpt menyebabkan udema paru-paru. iii. )Zat yang berbau Bau yang tidak enak meskipun dalam konsentrasi rendah, dapat dikenali dan cepat mengundang keluhan, cth: Hidrogen Sulfida (H2S), mempunyai bau seperti telor busuk. Yang lebih penting lagi adalah toksisitas dari zat ini. Pada konsentrasi tinggi dapat menimpulkan paralisis (kelumpuhan) Toksisitas pada jaringan Pada pemeriksaan histologi, terjadinya toksisitas jaringan ditandai dengan terjadinya degenerasi sel bersama-sama dgn pembentukan vakuola besar, penimbunan lemak & nekrosis Toksisitas jenis ini adalah fatal karena struktur sel langsung dirusak. Efek toksik ini sering terlihat pada organ hati dan ginjal. Efek toksik ini segera terjadi setelah senyawa toksik mencapai organ tersebut pada konsentrasi yang tinggi, cth :zat yg berbahaya pada hati kloroform, karbontetraklorida, dan brombenzena.