Anda di halaman 1dari 22

KERJA DAN EFEK TOKSIK

dr. Irma Suryani Idris, M.kes.,SpKK


Pendahuluan
Suatu kerja toksik : hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit
dan komplek.
Proses ini dikelompokkan ke dalam tiga fase
yaitu: fase eksposisi, toksokinetik dan fase
toksodinamik.
Fase eksposisi

merupakan kontak suatu organisme dengan


xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif
terjadi efek toksik/farmakologi setelah terabsorpsi
Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk
terlarut, terdispersi, molekular dapat terabsorpsi
menuju sistem sistemik
 Fase farmaseutika meliputi hancurnya bentuk
sediaan obat  zat aktif terlarut terdispersi
molekular di tempat kontaknya zat aktif siap
terabsorpsi menuju sistem sistemik
Fase toksikinetik (fase farmakokinetik)

 Xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran


darah /pembuluh limfe  bersama aliran darah/
limfe didistribusikan ke seluruh tubuh & ke tempat
kerja toksik (reseptor)
 Pada saat yang bersamaan sebagian molekul
xenobitika akan termetabolisme, atau tereksresi
bersama urin melalui ginjal, melalui empedu menuju
saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.
Fase toksodinamik

Interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat


kerja toksik)  muncul efek toksik/farmakologik
Interaksi tokson-reseptor interaksi yg bolak-balik
(reversibel) perubahan fungsional, yang lazim
hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat
kerjanya (reseptor)
efek toksik / farmakologik suatu xenobiotika tidak
hanya ditentukan oleh sifat toksokinetik
xenobiotika, tetapi juga tergantung kepada faktor
yang lain :
− bentuk farmasetika & bahan tambahan yg
digunakan
− jenis dan tempat eksposisi
− keterabsorpsian & kecepatan absorpsi
− distribusi xenobiotika dalam organisme
− ikatan & lokalisasi dalam jaringan
− biotransformasi (proses metabolisme)
− keterekskresian & kecepatan ekskresi
FASE EKSPOSISI
Terjadi paparan xenobiotika pada organisme (melalui
kulit, oral, inhalasi atau injeksi
Penyerapan xenobiotika sangat tergantung pada
konsentrasi & lama kontak, untuk mengaborpsi
xenobiotika
Laju absorpsi & jumlah xenobitika yang terabsorpsi
menentukan potensi efek biologik/toksik
Pada pemakaian obat, fase ini dikenal dengan fase
farmaseutika (semua proses yg berkaitan dengan
pelepasan senyawa obat dr bentuk farmasetikanya
Laju absorpsi suatu xenobiotika ditentukan juga
oleh sifat membran biologi & aliran kapiler darah
tempat kontak
Suatu xenobiotika, dapat diserap/diabsorpsi di
tempat kontak, harus melewati membran sel
(lapisan biomolekular yg dibentuk o/ molekul lipid,
molekul protein)
 Jalur utama bagi penyerapan xenobiotika :
Sal.cerna, paru-paru & kulit
Namun pada keracunan aksidential/penelitian
toksikologi, paparan xenobiotika dapat terjadi
melalui jalur injeksi, seperti injeksi
Eksposisi melalui kulit
Eksposisi paling
mudah & lazim
terhadap manusia
atau hewan dengan
segala xenobiotika
(kosmetik, produk
rumah tangga, obat
topikal, cemaran
lingkungan
/cemaran industri di
tempat kerja
Eksposisi melalui jalur
inhalasi
 Pemejanan xenobiotika melalui penghirupan
xenobiotika
 Tokson terdapat di udara (gas, uap, butiran
cair & partikel padat dgn ukuran yg beda2)
 Alveoli : tempat utama terjadinya absorpsi
xenobiotika yg berbentuk gas (CO, NO,SO2
atau uap cairan seperti bensen &
karbontetraklorida
 Absorpsi ini berkaitan dengan luas
permukaan alveoli, kec. aliran drh
 Laju absorpsi bergantung pada daya larut gas
dlm darah. Makin mudah larut makin cepat
diabsorpsi
Eksposisi melalui jalur
saluran cerna
Dapat terjadi bersama makanan,
minuman sebagai obat maupun zat
kimia murni
Tokson terserap dari rongga mulut
(sub lingual) sampai usus halus, atau
dengan sengaja melalui jalur rektal
Pada umumnya tokson melintasi
membran saluran pencernaan
sistemik (difusi pasif)
Dalam usus transpor aktif
FASE TOKSOKINETIK

Dikelompokkan ke dalam proses invasi dan evesi


 Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor &
distribusi
Proses evesi(eleminasi) : semua proses yang dapat
menyebabkan pe↓ kadar xenobiotika dalam sistem
tubuh organisme

Konsentrasi plasma
Sifat dan intensitas efek suatu tokson di dalam
tubuh bergantung pada kadar tokson
Umumnya konsentrasi tokson di organ sasaran
merupakan kadar tokson di dalam darah (plasma)
Namun, sering dijumpa apabila terjadi ikatan yang
kuat antara jaringan dengan tokson konsentrasi
tokson pada jaringan tersebut umumnya lebih tinggi
jika dibandingkan dengan di darah contoh DDT
Kadar tokson di darah umumnya dipengaruhi
oleh :
laju absorpsi dari tempat paparan, sifaf fisiko-
kimia tokson akan menentukan laju transport di
dalam tubuh, distribusi tosikan di dalam tubuh
(jaringan, organ),
Jalur eliminasinya meliputi kecepatan
biotransformasi dan ekskresi dari dalam tubuh.
Permeabilitas beberapa membran
biologis
FASE TOKSODINAMIK
Dalam fase toksodinamik/farmakodinamik  interaksi
antara molekul tokson /obat pada tempat kerja
spesifik (reseptor) & proses yang terkait timbul efek
toksik /terapeutik
Kerja sebagian besar tokson melalui penggabungan
makromolekul khusus di dalam tubuh  mengubah
aktivitas biokimia & biofisika makromolekul (reseptor)
tersebut
Farmakolog menggolongkan efek yang muncul
berdasarkan manfaat dari efek tersebut :
i) efek terapeutis, efek hasil interaksi xenobiotika
& reseptor yg diinginkan utk tujuan terapeutis
ii) efek obat yg tdk diinginkan (semua efek /khasiat
obat yg tdk diinginkan untuk tujuan terapi yang
dimaksudkan pada dosis yg dianjurkan
iii) efek toksik, efek yang membahayakan atau
merugikan organisme itu sendiri
Interaksi obat-
reseptor
Interaksi obat-reseptor ~
prinsip kunci-anak kunci.
Letak reseptor
neuro(hormon) umumnya
di membran sel terdiri dari
suatu protein yg mrpkan
komplemen ”kunci” dari
struktur ruang & muatan
ionnya dari hormon
bersangkutan ”anak-kunci”.
Iritasi kimia langsung pada jaringan
Suatu rangsangan kimia langsung pada jaringan
disebabkan oleh zat yang mudah bereaksi dengan
berbagai bagian jaringan, biasanya tidak menembus
peredaran darah, seperti, a.l: kulit, mata, hidung,
tenggorokan, bronkus, alveoli.
Reaksi dari zat kimia yang terjadi dapat diuraikan sbb:
i.) Kerusakan kulit, cth : larutan basa kuat (NaOH
pekat & KOH yg bersifat sbg korosif kuat
Suatu perubahan pH lokal yg kuat dapat
merusak keratin kulit, menimbulkan
pembengkakan karena penyerapan air.
ii. ) Gas Air Mata
Gas air mata pd konsentrasi rendah menyebabkan
nyeri mata & aliran air mata (klorpikrin, bromaseton)
bromasetofenon, dan klorsetofenon pada
konsentrasi ↑dpt menyebabkan udema paru-paru.
iii. )Zat yang berbau
Bau yang tidak enak meskipun dalam konsentrasi
rendah, dapat dikenali dan cepat mengundang keluhan,
cth: Hidrogen Sulfida (H2S), mempunyai bau seperti
telor busuk. Yang lebih penting lagi adalah toksisitas dari
zat ini. Pada konsentrasi tinggi dapat menimpulkan
paralisis (kelumpuhan)
Toksisitas pada jaringan
Pada pemeriksaan histologi, terjadinya toksisitas
jaringan ditandai dengan terjadinya degenerasi sel
bersama-sama dgn pembentukan vakuola besar,
penimbunan lemak & nekrosis
Toksisitas jenis ini adalah fatal karena struktur sel
langsung dirusak.
Efek toksik ini sering terlihat pada organ hati dan
ginjal. Efek toksik ini segera terjadi setelah senyawa
toksik mencapai organ tersebut pada konsentrasi
yang tinggi, cth :zat yg berbahaya pada hati
kloroform, karbontetraklorida, dan brombenzena.

Anda mungkin juga menyukai