Anda di halaman 1dari 19

BIOTRANSFORMASI

OLEH :

DR. NURSINAH AMIR, S.Pi., MP.


ina_thp@yahoo.co.id/081342430988

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
SASARAN PEMBELAJARAN

Menjelaskan
proses dan faktor
yang berpengaruh
pada reaksi
biotransformasi
PROSES
BIOTRANSFORMAS
I

SUB POKOK
BAHASAN FAKTOR YANG
BERPENGARUH
TERHADAP
PROSES
BIOTRANSFORMAS
I
PROSES KERJA TOKSIKAN

 KERJA TOKSIK

 EFEK TOKSIK
Kerja toksik : dilandasi oleh interaksi kimia antara
suatu zat atau metabolitnya dengan substrat biologi
dalam pengertian pembentukan suatu ikatan kimia
kovalen atau berasaskan suatu perubahan kimia dari
substrat biologi sebagai akibat dari suatu perubahan
kimia zat. Mekanisme ini jarang terjadi untuk zat
yang digunakan sebagai terapeutika
Efek toksik, terjadi interaksi yang reversibel
antara zat asing dengan substrat biologi. Hal ini
mengakibatkan suatu perubahan fungsional,
yang lazimnya hilang bila zat tersebut
dieliminasi dari plasma
PROSES KERJA TOKSIKAN

FASE
FASE
FASE EKSPOSISI TOKSODINAMI
TOKSOKINETIK
K
FASE EKSPOSISI
Paparan ini dapat terjadi
Terjadi kontak antara melalui kulit, oral, saluran
xenobiotika dengan organisme pernafasan (inhalasi) atau
atau terjadi paparan penyampaian xenobiotika
xenobiotika pada organisme langsung ke dalam tubuh
organisme (injeksi).
FASE TOKSOKINETIK

BIOTRANSFORMAS
TRANSPORT
I
TRANSPORT

 Proses transpor : absorpsi, distribusi termasuk transpor dan fiksasi pada komponen jaringan
dalam organ serta ekskresi

 Absorpsi didefinisikan sebagai jumlah xenobiotika yang mencapai sistem sirkululasi sistemik
dalam bentuk tidak berubah, ditandai oleh masuknya xenobiotika dari tempat kontak
(paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfa

 Absorpsi suatu xenobiotika tidak akan terjadi tanpa suatu transpor melalui membran sel,
demikian halnya juga pada distribusi dan ekskresi

 Setelah xenobiotika mencapai sistem peredahan darah, bersama darah akan didistribusikan ke
seluruh tubuh, melalui proses konveksi (transpor xenobiotika bersama aliran darah) dan
transmembran (transpor xenobiotika melewati membran biologis).
TRANSPORT

 Proses ekskresi adalah proses hilangnya xenobiotika dari dalam tubuh organisme. eksresi
melalui ginjal bersama urin, saluran pencernaan bersama feses, paru-paru, kelenjar
keringat dan kelenjar mamai

 Proses transpor zat kimia dalam tubuh organisme dapat berlangsung melalui:
 Tranpor pasif yaitu pengangkutan zat kimia melalui difusi pasif zat kimia terlarut
melintasi membran sel. Laju difusi dipengaruhi oleh gradien konsentrasi di kedua sisi
membran sel dan juga dipengaruhi oleh tetapan difusi zat.
 Transpor aktif yaitu pengangkutan melalui sistem transpor khusus dengan bantuan
molekul pengemban atau molekul pembawa.
BIOTRANSFORMASI

 Biotransformasi dapat dibedakan menjadi dua fase reaksi yaitu :


 Reaksi penguraian meliputi pemutusan hidrolitik, oksidasi dan reduksi.
Reaksi penguraian akan menghasilkan atau membentuk zat kimia dengan
gugus polar yaitu gugus —OH, -NH2 atau —COON.
 Reaksi konjugasi, zat kimia yang memiliki gugus polar akan dikonjugasi
dengan pasangan reaksi yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga
berubah menjadi bentuk terlarut dalam air dan dapat diekskresikan oleh ginjal
FASE TOKSODINAMIK

Meliputi interaksi antara molekul zat kimia toksik dengan tempat


kerja spesifik yaitu reseptor. Organ target dan tempat kerja tidak
selalu sama, sebagai contoh: suatu zat kimia toksik yang bekerja
pada sel ganglion pada sistem saraf pusat juga dapat menimbulkan
efek kejang pada otot seran lintang. Konsentrasi zat toksik
menentukan kekuatan efek biologi yang ditimbulkan. Pada
umumnya dapat ditemukan konsentrasi zat kimia toksik yang cukup
inggi dalam hepar (hati) dan ren (ginjal) karena pada kedua organ
tersebut zat toksik dimetabolisme dan diekskresi
EFEK TOKSIK

Akibat yang ditimbulkan oleh paparan zat kimia toksik

Akibat paparan ini berupa perubahan abnormal yang tidak diinginkan atau berbahaya bagi
kesehatan

Efek toksik yang ditimbulkan suatu zat xenobiotik, sangat bervariasi tergantung dari zat
xenobiotik, target organ, mekanisme aksi dan besarnya dosis.

Semua efek toksik dimulai dari adanya interaksi biokimia antara zat xenobiotik atau metabolit
aktifnya dengan bagian tertentu dari mahkluk hidup atau reseptornya
Saluran pencernaan atau
gastrointestinal
(menelan/ingesti)

JALUR UTAMA
BAHAN TOKSIK
DAPAT MASUK
KE DALAM Paru-paru (inhalasi)
TUBUH MANUSIA

Kulit (topical)

Jalur parental lainnya


(selain usus/ intestinal)
TOKSISITAS XENOBIOTIK

Zat-zat dengan toksisitas rendah, yaitu zat-zat yang dapat menyebabkan perubahan biologik
pada jaringan yang sifatnya reversible, baik dengan atau tanpa pengobatan

Zat-zat dengan toksisitas sedang yaitu zat-zat yang dapat menyebabkan perubahan
biologik pada jaringan yang sifatnya reversible atau irreversible dan perubahan jaringan
tersebut biasanya tidak begitu hebat sehingga tidak akan mengancam jiwa seseorang atau
akan menimbulkan cacat fisik yang serius

Zat-zat dengan toksisitas tinggi yaitu zat-zat dimana pada kadar yang rendah dan pada
pemapaaran yang berulang dan terus menerus dapat menyebabkan kematian atau cacat
fisik yang serius
TIPE PAPARAN EFEK TOKSIK

Pemaparan akut : pemaparan terhadap zat kimia selama kurang dari 24 jam atau
paparan zat kimia dalam waktu yang relatif singkat dan pada kadar yang tinggi.
Paparan tersebut biasanya disebut sebgai paparan dosis tunggal zat kimia.

Pemaparan kronis (pemaparan jangka panjang) : mengacu pada pemaparan berulang


atau berkelanjutan terhadap suatu zat kimia dalam waktu yang cukup lama.
Pemaparan kronis dapat mengakibatkan efek merugikan yang sama sekali berbeda
dengan pemaparan akut. Efek kronik akan terlihat setelah pemaparan selama tiga
bulan atau lebih.

Pemaparan subkronis : Berlangsung lebih lama dari pemaparan akut tetapi lebih
singkat dari pemaparan kronis
TAHAP REAKSI BIOTRANSFORMASI

FASE I
Mengubah molekul xenobiotika menjadi metabolit yang lebih polar dengan menambahkan atau
memfungsikan suatu kelompok fungsional (-OH, -NH2, -SH, - COOH), melibatkan reaksi oksidasi,
reduksi dan hidrolisis. Umumnya reaksi fase I mengubah bahan yang masuk ke dalam sel menjadi
lebih bersifat hidrofilik (mudah larut dalam air) daripada bahan asalnya
FASE II
Reaksi fase II (Reaksi konjugasi), terdiri dari reaksi sintesis dan konjugasi. Oleh reaksi konjugasi maka
zat yang memiliki gugus polar (-OH, -NH2, -COOH), dikonjugasi dengan pasangan reaksi yang
berasal dari tubuh sendiri dan lazimnya diubah menjadi bentuk yang larut dalam air, dan dapat
diekskresikan dengan baik oleh ginjal

Anda mungkin juga menyukai