0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
101 tayangan32 halaman
Fase toksokinetik meliputi proses invasi dan evasi yang mencakup absorpsi, transportasi, distribusi, metabolisme dan eliminasi xenobiotika dalam tubuh. Absorpsi ditentukan oleh sifat fisiko-kimia xenobiotika dan membran sel, seperti koefisien partisi dan permeabilitas membran."
Fase toksokinetik meliputi proses invasi dan evasi yang mencakup absorpsi, transportasi, distribusi, metabolisme dan eliminasi xenobiotika dalam tubuh. Absorpsi ditentukan oleh sifat fisiko-kimia xenobiotika dan membran sel, seperti koefisien partisi dan permeabilitas membran."
Fase toksokinetik meliputi proses invasi dan evasi yang mencakup absorpsi, transportasi, distribusi, metabolisme dan eliminasi xenobiotika dalam tubuh. Absorpsi ditentukan oleh sifat fisiko-kimia xenobiotika dan membran sel, seperti koefisien partisi dan permeabilitas membran."
okinetik umumnya dikelompokkan ke dala m proses invasi dan evesi. Proses invasi terdiri dari absorpsi, transpor, dan distribusi, sedangkkan evesi juga dikenal dengan eleminasi. Absorpsi suatu xenobiotika adalah pengambilan xe nobiotika dari permukaan tubuh (disini termasuk juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat-temp at tertentu dalam organ dalam ke aliran darah atau sistem pembuluh limfe. Apabila xenobiotika mencapai sistem sirkulasi sist emik, xenobiotika akan ditranspor bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi. WEISS (1990) membagi distribusi ke dalam konvek si (transpor xenobiotika bersama peredaran darah ) dan difusi (difusi xenobiotika di dalam sel atau ja ringan). Sedangkan eliminasi (evesi) adalah semua proses yang dap at menyebabkan penurunan kadar xenobiotika dalam sistem biologi / tubuh organisme, proses tersebut adalah reaksi b iotransformasi dan ekskresi. Sederetan proses tersebut sering disingkat dengan ADME, yaitu: absorpsi, distribusi, metabolis me dan eliminasi. Proses absorpsi akan menentukan jumlah xenobiotika (dala m bentuk aktifnya) yang dapat masuk ke sistem sistemik ata u mencapai tempat kerjanya. Jumlah xenobiotika yang dapat masuk ke sistem sist emik dikenal sebagai ketersediaan biologi / haya ti. Keseluruhan proses pada fase toksokinetik ini akan menentukan menentukan efficacy (kemampuan xenobiotika mengasilkan efek), efektifitas d ari xenobiotika, konsentrasi xenobiotika di reseptor, dan durasi dari efek farmakodina miknya. Toksokinetik dapat juga dipandang suatu bida ng ilmu, yang mengkaji perubahan konsentras i (kinetika) dari xenobiotika di dalam tubuh org anisme sebagai fungsi waktu.
Secara umum toksokinetik menelaah tentang l
aju absorpsi xenobiotika dari tempat papar an ke sistem peredaran darah, distribusi di dalam tubuh, bagaimana enzim tubuh mem etabolismenya, dari mana dan bagaimana t okson atau metabolitnya dieliminasi dari d alam tubuh. ABSORPSI
Absorpsi ditandai oleh masuknya xenobiotika/t
okson dari tempat kontak (paparan) menuju sir kulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfe. Absorpsi didefinisikan sebagai jumlah xenobiot ika yang mencapai sistem sirkululasi sistemik d alam bentuk tidak berubah. FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi sistemik tokson dari tempat ext
ravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat an atomik dan fisiologik tempat absorpsi (sif at membran biologis dan aliran kapiler d arah tempat kontak), serta sifat-sifat fisik o-kimia tokson dan bentuk farmseutik to kson (tablet, salep, sirop, aerosol, suspen si atau larutan). FASE TOKSOKINETIKA
Jalur utama absorpsi tokson adalah salur
an cerna, paru-paru, dan kulit. Pada pemasukan tokson langsung ke sist em sirkulasi sistemik (pemakaian secara i njeksi), dapat dikatakan bahwa tokson ti dak mengalami proses absorpsi. FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi suatu xenobiotika tidak akan te
rjadi tanpa suatu transpor melalui memb ran sel, demikian halnya juga pada distri busi dan ekskresi. FASE TOKSOKINETIKA
Transpor xenobiotika lewat membran sel
Penetrasi xenobiotika melewati membr
an dapat berlangsung melalui: (a) difusi pasif, (b) filtrasi lewat pori-pori membr an ”poren”, (c) transpor dengan perant ara molekul pengemban ”carrier”, (d) p encaplokan oleh sel ”pinositosis” FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi tokson melalui saluran pencernaan
Pada umumnya produk farmaseutik dan t okson mengalami absorpsi sistemik melal ui suatu rangkaian proses. Proses tersebut meliputi: (1) disintegrasi bentuk farmaseutik yang diikuti oleh pele pasan xenobiotika, (2) pelarutan xenobiot ika dalam media ”aqueous” (air) , (3) abs orpsi melalui membran sel menuju sirkula si sistemik. FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi tokson melalui saluran pencernaan
Pada pemakaian oral (misal sediaan dala m bentuk padat), maka terlebih dahulu k apsul/tablet akan terdisintegrasi, sehingg a xenobiotika akan terdisolusi/terlarut di dalam cairan saluran pencernaan (lumen) . Tokson yang terlarut ini akan terabsorpsi secara normal dalam duodenal dari usus halus dan ditranspor melalui pembuluh k apiler menuju vena porta hepatika di hati sebelum ke sirkulasi sistemik. FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi tokson melalui saluran pencernaan
Umumnya absorpsi ditentukan oleh pH ca iran lumen serta pKa dan laju pelarutan d ari suatu xenobiotika. Variabel biologi lainnya, seperti ada tidak nya makanan, waktu pengosongan lambu ng, waktu transit di saluran cerna, dan mi kro-flora usus, mungkin juga dapat memp engaruhi laju absorpsi dan jumlah xenobi otika yang akan terabsorpsi. FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi xenobiotika melalui saluran napas
Tempat utama bagi absorpsi di saluran napas adalah alveoli paru-paru, teruta ma berlaku untuk gas (seperti karbon monoksida ”CO”, oksida nitrogen, dan belerang oksida) dan juga uap cairan (s eperti benzen dan karbon tetraklorida). Sistem pernapasan mempunyai kapasit as absorpsi yang tinggi FASE TOKSOKINETIKA
Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel
difusi pasif Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses transmembran bagi umumnya xenob iotika. Tenaga pendorong untuk difusi ini adalah pe rbedaan konsentrasi xenobiotika pada kedu a sisi membran sel dan daya larutnya dalam lipid. FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Menurut hukum difusi Fick, molekul xenobiotika
berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi k e daerah konsentrasi yang lebih rendah:
Jadi berdasarkan hukum Fick, transpor suatu xenobiotik
a berbanding langsung dengan perbedaan konsentrasi ( ΔC), luas permukaan membran ”A”, koefisien distribusi (partisi) xenobiotika bersangkutan ”K”, serta koefisien difusinya ”D”, dan berbanding terbalik dengan tebal m embran ”h”. FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Bila D, A, K, dan h tetap di bawah keadaan ya
ng umum untuk absorpsi, diperoleh suatu tet apan gabungan P atau koefisien permeabilitas ( P = DAK/h ). Jadi secara umum koefisien permeabilitas me mbran sel ditentukan oleh: sifat pisiologi mem bran (luar permukaan membran, tebal membr an, koefisien difusi membran), dan sifat fisiko- kimia xenobiotika (koefiesen partisi/distribusi dari xenobiotika). FASE TOKSOKINETIKA
Koefisien partisi ”K” menyatakan partisi xenob
iotika dalam minyak/air. Peningkatan kelarutan dalam lemak (lipofilitas ) suatu xenobiotika akan diikuti dengan penin gkatan harga K-nya, dan dengan demikian jug a terjadi meningkatkan laju difusi xenobiotika tersebut melalui membran sel. Jika harga K dari suatu xenobiotika sangat ting gi, maka pada awalnya xenobiotika tersebut a kan sangat cepat terlarut dalam lapisan lipid b agian luar membran. FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Namun karena membran biologi tersusun atas
lapisan ganda lemak, yang disispi oleh lapisan berair, maka xenobiotika tersebut akan teraku mulasi pada lapisan luar lipid membran sel da n sangat kecil akan melewati lapisan berair da ri membran sel, sehingga sangat kecil kemung kinan xenobiotika ini akan menembus membr an sel. FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Oleh karena itu laju absorpsi akan meningk
at sebanding dengan peningkatan lipofilita s xenobiotika sampai batas maksimum, dan kemudian laju absorpsi akan kembali menu run.
Hal itu dapat terlihat dari hubungan jumlah
atom C dengan aktivitas anti-bakteri seri ho molog n-alifatis alkohol (R-OH). FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Pada gambar di atas menggambarkan peningkatan aktivitas
antibakteri sebanding dengan bertambahnya jumlah atom C pada homolg n-alifatis alkohol, namun sampai pada jumlah atom C tertentu tercapai aktivitas maksimum dan dengan perpanjangan jumlah atom C selanjutnya justru menurunkan aktivitas anti-baktrinya. FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Senyawa seperti ini insektisida DTT yang praktis
tidak larut dalam air, terlebih dahulu harus diperlarutkan atau disolubilisasikan. Solubilisasi senyawa seperti ini dapat berlangsung di usus halus, terutama dengan bantuan garam empedu. Xenobiotika yang luar biasa lipofil dapat diabsorpsi bersama lemak (seperti kolesterin) sebagai kilomikron ke dalam sistem limfe. Dalam hal ini juga ikut mengambil bagian garam asam empedu yang bersifat aktif permukaan FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Bagian lipofil dari asam empedu akan berikatan
dengan xenobiotika lipofil dan membukusnya selanjutnya membentuk misel. Permukaan ion dari garam empedu akan mengarah ke larutan hidrofil ”air”. Dengan demikian xenobiotika ini dapat tersolubilisasi dalam lapisan air, sehingga absorpsi pun dapat berlangsung. FASE TOKSOKINETIKA Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel difusi pasif
Pembentukan emulsi oleh senyawa aktif permukaan ”surfaktan” (a)
emulsi minyak dalam air dengan perantara surfaktan, zat lipofil (misal Vit A /lingkaran hitam) larut dalam bagian lipofil dari surfaktan, dengan cara ini zat yang mudah disolubilisasi di dalam air; (b) Emulsi air-minyak tetesan air terperangkap dalam emulgator surfaktan dan terdispersikan di dalam minyak (dikutif dari Ariens et al., 1985, hal 41, dengan modifikasi) Distribusi
Setelah xenobiotika mencapai sistem peredahan dara
h, ia bersama darah akan diedarkan/didistribusikan ke seluruh tubuh. Dari sistem sirkulasi sistemik ia akan terdistribusi le bih jauh melewati membran sel menuju sitem organ atau ke jaringan-jaringan tubuh. Distribusi suatu xenobiotika di dalam tubuh dapat pa ndang sebagai suatu proses transpor reversibel suatu xenobiotika dari satu lokasi ke tempat lain di dalam t ubuh. Guna mempermudah pengertian tentang proses distribus i, para ahli farmakokinetik menggambarkan tubuh terdiri dari beberapa ruang distribusi, yang didukung oleh mode l sederhana. Model yang paling sederhana untuk itu adalah model ko mpartimen tunggal. Dimana pada model ini tubuh dipan dang sebagai satu ruang yang homogen (seperti satu emb er besar), dalam hal ini distribusi xenobiotika hanya diten tukan oleh daya konveksi di dalam ember. Namun pada kenyataannya, agar xenobitika dapat ditransportasi dari saluran kapiler pembuluh dara h menuju sel-sel pada jaringan tubuh, haruslah me lewati membran biologis, yaitu membran yang m enyeliputi sel-sel di dalam tubuh. Fakta menyatakan, bahwa suatu transpor transme mbran dapat terjadi apabila minimal terdapat dua ruang yang dibatasi oleh membran. Sehingga lebih lanjut tubuh minimal dibagi menjadi d ua ruang sebut saja kompartimen intraselular dan eks traselular. Sekitar 75% dari bobot tubuh manusia me rupakan ruang intrasel, sedangkan sisanya sekitar 22 % merupakan ruang ekstrasel. Ruang intrasel termasuk cairan intrasel dan kompon en sel yang padat. Ruang ekstrasel dibagi atas: air plasma, ruang khusus , dan cairan transsel (seperti cairan serebrospinalia, c airan hormon, perilimfe, dan endolimfe serta cairan dalam rongga tubuh dan organel berrongga). Distribusi xenobiotika di dalam tubuh umumnya melalui proses transpor, yang pada mana dapat di kelompokkan ke dalam dua proses utama, yaitu k onveksi (transpor xenobiotika bersama aliran dara h) dan transmembran (transpor xenobiotika mele wati membran biologis). Distribusi suatu xenobiotika di dalam tubuh dipen garuhi oleh: tercampurnya xenobiotika di dalam d arah, laju aliran darah, dan laju transpor transme mbran. Umumnya faktor tercampurnya xenobiotika di darah dan laju aliran darah ditentukan oleh faktor psikologi , sedangkan laju transpor transmembran umumnya di tentukan oleh faktor sifat fisiko-kimia xenobiotika. Transpor transmembran dapat berlangsung melalui p roses difusi pasif, difusi tervasilitasi, difusi aktif, filtra si melalui poren, atau proses fagositisis. DISKUSI