Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring adanya perkembangan dalam kehidupan manusia, aktivitas
manusia memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran
meliputi pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran yang terjadi karena
aktivitas manusia dapat menyebabkan polutan masuk ke lingkungan baikatmosfer,
hidrosfer, litosfer maupun biosfer. Beberapa polutan dapat menyebabkan
keracunan atau menimbulkan efek toksik terhadap lingkungan maupun manusia.
Sebagai contoh polutan yang mengandung logam-logam berat seperti Pb dan Hg,
serta gas-gas hasil industri seperti oksida sulfur oksida nitrogen dapat
menimbulkan efek toksik terhadap manusia baik secara langsung atau tidak
langsung.
Selain polutan yang bersifat toksik yang ditimbulkan dari pencemaran
akibat aktivitas manusia, adanya senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam
bahan pangan juga dapat bersifat racun terhadap manusia, seperti kandungan
sianida dalam ketela pohon. Pada dasarnya semua senyawa kimia dapat bersifat
racun, namun takaran atau dosis yang dapat membedakan senyawa tersebut dapat
bersifat racun atau tidak (Doul dan Bruce dalam Donatus, 2011).
Senyawa kimia yang dapat bersifat racun dipelajari dalam cabang ilmu
pengetahuan yang disebut dengan Toksikologi. Zat beracun atau yang disebut
dengan racun memiliki toksisitas yang berbeda-beda. Racun dapat terpapar ke
dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur, dapat melalu inhalasi, oral,
subkutan, dan lain sebagainya. Di dalam tubu h manusia racun juga mengalami
beberapa proses sehingga dapat menimbulkan efek racun dari yang paling ringan
hingga mutagenesis. Aspek kualitatif dan aspek kuantitatif racun juga
berpengaruh pada pemaparan racun ke manusia. Hal-hal tersebut akan dijelaskan
dalam makalah kimia lingkungan ini yang berjudul Sifat-sifat Racun Bahan
Kimia.


2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah
dari makalah ini diantaranya:
1. Apakah pengertian dari toksikologi dan toksisitas?
2. Bagaimanakah jejak dan tabiat racun yang mencemari lingkungan?
3. Bagaimanakah aspek kualitatif keracun racun?
4. Bagaimanakah aspek kuntitatif keracun racun?
5. Zat-zat apa sajakah yang termasuk racun?
6. Apa sajakah contoh penelitian toksikologi?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah, maka tujuan dari makalah ini untuk mengetahui dan memahami
mengenai:
1. Pengerian toksikologi dan toksisitas.
2. Jejak dan tabiat racun yang mencemari lingkungan.
3. Aspek kualitatif keracun racun.
4. Aspek kuantitatif keracun racin.
5. Zat-zat yang termasuk racun.
6. Contoh penelitian toksikologi.




3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Toksikologi dan Toksisitas
Toksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang racun atau
racun (Beard,2011). Namun definisi tersebut dirasa kurang tepat karena bahan-
bahan yang tidak berbahaya pun dapat bersifat toksik jika dikonsumsi dalam dosis
yang berlebihan. Definisi toksikologi berkembang menjadi studi mengenai efek
yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup (Achmad,
2004). Dari definisi tersebut, tokskologi menjelaskan bahwa zat-zat kimia saling
berinteraksi dengan cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada jaringan
tubuh manusia, sehingga dapat menimbulkan efek toksik pada tubuh
manusia.Ruang lingkup toksikologi dibedakan menjadi toksikologi lingkungan,
toksikologi ekonomi dan teknologi kehakiman. Toksikologi lingkungan
menjelaskan tentang pemaparan secara tidak sengaja pada jaringan biologi (pada
manusia) dengan zat kimia yang pada dasarnya merupakan polutan di lingkungan,
makanan, atau air. Toksikologi ekonomi menjelaskan tentang pengaruh
berbahaya zat kimia yang dengan sengaja diberikan pada jaringan dengan maksud
untuk mendapatkan manfaat tertentu. Toksikologi kehakiman merupakan cabang
toksikologi yang menangani aspek medis dan aspek hukum terhadap pengaruh zat
berbahaya pada manusia baik dilakukan dengan pemaparan secara sengaja
maupun tidak sengaja (Sulistyowati, 2008).
Racun atau toksinatau bahan toksik sendiri didefinisikan sebagai senyawa yang
dapat menyebabkan kematian jika diujikan kedalam konsentrasi rendah (Beard,
2011). Sedangkan Xenobiotik adalah senyawa asing yang terdapat di dalam tubuh
meliputi obat-obatan, senyawa kimia yang karsinogenik, dan insektisida tertentu
(Qurnianingsih, 2007).
Sedangkan Toksisitas merupakan kuantifikasi sifat-sifat toksik suatu zat kimia
(Achmad, 2004). Toksisitas berkaitan dengan efek toksik dari suatu racun. Efek
toksik tidak akan diasilkan oleh bahan kimianya kecuali mencapai tempat yang
tepat pada tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk
menghasilkan manifestasi toksik (Achmad, 2004). Terjadinya efek toksik
4

tergantung pada sifat kimia dan fisika racun, situasi pemaparan dan kerentanan
sistem biologis dari subjek (Manahan, 2011). Faktor yang mempengaruhi situasi
pemaparan diantaranya jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi
pemaparan (Achmad, 2004). Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan pada
subbab berikutnya mengenai jejak dan tabiat racun.

B. Jejak dan Tabiat Racun yang Mencemari Lingkungan
Pada subabb ini dijelaskan mengenai jejak dan tabiat dari racun yang
mencemari lingkungan. Jejak racun menjelaskan bagaimana racun atau racun
berada di lingkungan dan bagaimana racun terpapar ke dalam tubuh manusia.
Tabiat racun atau racun menjelaskan tentang karakteristik racun.
1. Karakteristik (tabiat)racun
Karakter toksik meliputi faktor utama yang mempengaruhi toksisitas racun dan
interaksi racun di dalam tubuh manusia. Efek toksik tergantung pada sifat kimia
dan fisika racun, situasi pemaparan, dan kerentanan dari sistem biologis (Achmad,
2004). Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan
situasi pemaparan adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan(Achmad, 2004).
a. Jalur masuk ke dalam tubuh
Racun yang berada di lingkungan masuk kedalam tubuh melalui jalur utama
diantaranya saluran pencernaan (gastrointestinal), ingesti (menelan), saluran
pernapasan (inhalasi), kulit (topikal) dan jalur parental lainnya (Achmad, 2004).
Urutan efektivitas jalur masuknya racun ke dalam tubuh dimulai dari yang paling
tidak efektif yaitu topikal oral intradermal intramuskular subkutan
intraperitoneal inhalasi (Achmad, 2004).
5

Berikut dijelaskan mengenai skema perjalanan racun di dalam tubuh manusia
secara umum.
Gambar 1. Skema pemaparan, metabolisme dan penyimpanan, serta alur distribusi
dan eliminasi senyawa toksik di dalam tubuh (Sumber: Manahan, 2000).

Gambar tersebut menjelaskan bahwa racun dapat masuk dalam tubuh melalui
ingesti (menelan), inhalasi (pernapasan) dan dermal atau topical (kulit). Pada jalur
pertama, melalui saluran pencernaan yang merupakan jalur utama penyerapan
nutrient dan air ke dalam tubuh. Kebanyakan senyawa yang diserap melalui
saluran pencernaan dengan mudah terserap melalui membran (Beard 2011).
Racun yang tertelan akan masuk ke saluran pencernaan (gastrointestinal tract)
kemudian keluar berupa feses, maka racun tidak akan memberikan efek bagi
tubuh.
Namun apabila racun yang tertelan masuk kedalam hati melalui pembuluh
darah vena akan mengalami dua proses yang pertama menuju empedu dan masuk
kedalam saluran pencernaan dan keluar sebagai feses, maka racun tidak
terakumulasi di dalam tubuh, namun proses yang kedua racun yang masuk ke hati
akan disalurkan ke darah dan kelenjar limpa kemudian terjadi pengikatan protein,
6

metabolisme racun, dan didistribusi ke ginjal. Proses yang terjadi pada darah dan
kelenjar limpa akan berlangsung terus menerus menuju hati dan sebaliknya.
Jalur masuk berikutnya melalui pemaparan lewat kulit. Kebanyakan senyawa
dapat masuk melalui kulit baik yang bermanfaat atau berbahaya. Jika senyawa
tersebut bersifat racun (racun) dan dapat masuk melalui kulit maka dapat
menimbulkan efek keracunan dalam tubuh manusia (Beard, 2011). Selain
pengeluaran racun melalui kulit berupa keringat, racun juga dapat masuk melalui
kulit menuju peredaran darah dan limpa (Manahan, 2000). Kemudian juga terjadi
tiga proses yaitu pengikatan protein, metabolisme racun, dan distribusi ke ginjal.
Selain itu, racun yang masuk dalam sistem peredaran darah akan menuju sistem
peranapasan di paru-paru. Membran pada paru-paru lebih tipis dibandingkan
membrane pada kulit maupun saluran pencernaan. Oleh sebab itu, apabila ada
senyawa beracun berupa gas di udara maka akan langsung terhirup yang
kemudian akan masuk ke sistem peredaran darah (Beard, 2011). Selain itu, racun
dapat dikeluarkan melalui proses ekshalasi udara (menghembuskan napas).
Hasil dari pengikatan protein akan menuju ke membrane sel dan ditangkap oleh
sel reseptor, maka racun akan berpengaruh pada tubuh manusia. Racun yang
didistribusi ke ginjal diekskresi menjadi urin maka toksik tidak memberikan efek
bagi tubuh. Namun pada metabolisme toksik, hasilnya akan disimpan ke dalam
tulang dan lemak, dan ini akan terakumulasi secara terus menerus sehingga
memberikan efek bagi manusia.
b. Jangka waktu
Pemaparan bahan-bahan kimia dibagi menjadi empat kategori yaitu: akut,
subakut, subkronik dan kronik. Pemaparan akut merupakan pemaparan terhadap
suatu bahan kimia selama kurang dari 24 jam (Achmad, 2004). Sebagai contoh
seseorang mencoba bunuh diri dengan meminum obat nyamuk cair. Pemaparan
subakut merupakan pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka
waktu satu bulan atau kurang (Achmad, 2004). Pemaparan subkronik merupakan
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu satu sampai
tiga bulan (Achmad, 2004). Pemaparan kronik merupakan pemaran bahan kimia
dalam jangka waktu lebih dari tiga bulan (Achmad, 2004).

7

c. Frekuensi pemaparan
Dosis racun yang terbagi-bagi akan mengurangi efek yang ditimbulkannya.
Efek toksik kronik terjadi bila bahan kimia terakumulasi di dalam sistem biolgis,
atau bila menghasilkan efek toksik yang tidak pulih kembali (Achmad, 2004).
Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan cara racun bekerja dan tempat racun
tersebut bekerja. Klasifikasi berdasarkan dua hal tersebut racun dapat dibedakan
menjadi: respiratory toxins, neurotoxins, endocrine system toxins, general
metabolic toxins(Beard. 2011).
a. Respiratory Toxins
Salah satu jalur pemaparan racun melalui saluran pernapasan. Racun yang
masuk berupa gas dan particulat dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru.
Jenis racun berupa gas pada saluran pernapasan meliputi gas sulfur dioksida,
nitrogen dioksida dan ozon (Beard, 2011).
b. Neurotoxins
Neurotoxins merupakan racun yang menyerang sistem saraf (Beard, 2011).
Racun yang termasuk neurotoxins dapat menyerang sistem saraf pada hari, paru-
paru, otot dan bagian lainnya. Bakteri yang bernama Botulinus merupakan bakteri
yang menghasilkan racun yang menghambat sintesis asetilkolin di dalam tubuh
(Beard, 2011).
c. Endocrine system toxins
Endocrine system toxins merupakan racun yang menyerang sistem endrokin
tubuh manusia dimana pada sistem endrokin dihasilkan hormone-hormon yang
berperan penting dalam metabolisme tubuh (Beard, 2011). Oleh sebab itu adanya
racun pada sistem endokrin menyebabkan terhambatnya pembentukan hormone-
hormon dalam tubuh, sehingga metabolisme yang memerlukan hormon-hormon
tersebut juga akan terganggu.
d. General metabolic toxins
Metabolic toxins merupakan racun yang bekerja dengan mengganggu proses-
proses biokimia esensial di dalam tubuh (Beard, 2011). Efek yang ditimbulkan
antara lain kematian secara langsung maupun secara perlahan-lahan racun
terakumulasi di dalam tubuh sehinga menyebabkan kematian. Contoh racun yang
8

termasuk metabolic toxins diantaranya karbon monoksida, arsen, cadmium, dan
lain sebagainya.
Seperti yang telah dijelaskan pada jalur masuknya racun, interaksi racun dapat
terjadi melalui sejumlah mekanisme seperti absorpsi, pengikatan protein, dan
ekskresi (Achmad, 2004). Jika terdapat dua jenis racun yang diberikan secara
bersamaan maka akan menimbulkan berbagai efek di dalam tubuh manusia.
Beberapa terminologi dari efek racun yang diberikan secara bersamaan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Efek Aditif
Efek aditif merupakan situasi dimana efek gabungan dari dua racun yang
diberikan sama dengan jumlah dari efek masing-masing racun apabila diberikan
sendiri-sendiri (Achmad, 2004). Misalkan efek racun yang pertama bernilai 2 dan
racun kedua memberikan efek bernilai 3, maka efek yang ditimbulkan apabila
kedua racun diberikan secara bersamaan adalah 2 + 3 = 5.
b. Efek Sinergetik
Efek sinergetik merupakan situasi dimana efek gabungan dari dua racun bila
diberikan secara bersamaan jauh melampaui penjumlahan dari tiap-tiap racun
apabila diberikan secara sendiri-sendiri (Achmad, 2004). Misalkan efek racun
yang pertama bernilai 2 dan racun kedua memberikan efek bernilai 3, maka efek
yang ditimbulkan apabila kedua racun diberikan secara bersamaan jauh
melampaui penjumlahan efek kedua racun tersebut, yaitu 2 + 3 = 20.
c. Potensiasi
Achmad (2004) menyatakan bahwa potensiasi merupakan keadaan dimana
senyawa kimia tidak mempunyai efek toksik terhadap sistem atau organ tertentu,
namun apabila ditambahkan dengan bahan kimia yang lain maka akan membuat
bahan kimia tersebut menjadi jauh lebih toksik (misalnya 0 + 3 = 10). Sebagai
contoh isopropanol tidak bersifat toksik, namun apabila isopropanol dicampur
dengan karbon tetraklotida maka efek toksik karbon tetraklorida akan jauh lebih
toksik daripada apabila diberikan secara sendiri.



9

d. Antagonistis
Menurut Achmad (2004) antagonis merupakan situasi dimana dua racun yang
diberikan secra bersamaan akan memberikan efek saling meniadakan efek toksik
(misalnya 4 + 6 = 1).
2. Jalur penyebaran racun ke lingkungan
Suatu senyawa dapat memiliki sifat toksik tergantung pada sifat fisika dan sifat
kimia zat tersebut. Sifat fisika zat seperti kelarutan dan volatilitas memberikan
pengaruh terhadap penyebaran suatu racun. Racun yang memiliki volatilitas tinggi
akan cenderung mdah menyebar melalui udara. Demikian pula, racun akan
cenderung tersebar ke lingkungan melalui media air jika memilii kelarutan yang
tinggi (Firdaus, 2013). Sifat kimia racun seperti dapat teroksidasi, dan
kemudahan untuk bereaksi dengan zat lain menyebabkan racun akan lebih mudah
untuk tersebar ke lingkungan.
Beberapa bagian lingkungan yang berperan dalam jalur (jejak) penyebaran
racun ke lingkungan diantaranya antrosfer, geosfer, hidrosfer, atmosfer, dan
biosfer. Menurut Manahan (2000), Hazardous materials almost always originate
in the anthrosphere, are often discarded into the geosphere, and are frequently
transported through the hydrosphere or the atmosphere.Maksudnya adalah
sebagian besar senyawa beracun berasal dari antrosfer dan sebagiab besar dibuang
ke geosfer dan tersebar melalui hidrosfer atau atmosfer. Hal tersebut dapat
dijelaskan melalui gambar berikut.
Gambar 2. Skema interaksi dari limbah berbahaya di lingkungan.

10

Limbah yang berbahaya yang berbentuk gas dan partikulat akan dibuang ke
atmosfer, sedangkan limbah berbahaya yang berbentuk cair akan diserap tanah
yang merupakan bagian dari geosfer. Adanya penguapan dan erosi angin
memungkinkan senyawa-senyawa berbahaya dari penampungan limbah ke
atmosfer atau limbah yang berada pada penampungan limbah akan akan terserap
oleh tanah dan masuk ke dalam air tanah. Limbah-limbah berbahaya tersebut jika
terakumulasi ke lingkungan maka akan bersifat toksik.
a. Antrosfer
The anthrosphere may be defined as that part of the environment made or
modified by humans and used for their activities (Manahan, 2000). Jadi
antrosfer merupakan bagian dari lingkungan yang digunakan manusia untuk
aktivitas manusia seperti air sungai yang merupakan bagian dari hidrosfer
dimanfaatkan manusia untuk transportasi, sehingga dapat menghubungkan
suatu pulau ke pulau yang lainnya sehingga perdagangan dapat berlangsung
pula. Kegiatan-kegiatan antrosfer ini menghasilkan bahan berbahaya baik
dalam bentuk padat, cair maupun gas, yang akan tersebar ke lingkungan, dan
jika terakumulasi akan menimbulkan efek toksik di lingkungan dan manusia.
b. Geosfer
The geosphere, or solid earth, is that part of the earth upon which humans
liveand from which they extract most of their food, minerals, and
fuels(Manahan, 2000).Geosfer dapat diartikan sebagai bagian bumi yang
merupakan tempat hidup manusia dan tempat didapatkan hingga dibuatnya
makanan, mineral dan bahan bakar. Kegiatan-kegiatan antrosfer
menyumbangkan zat-zat yang berbahaya ke dalam geosfer. Seperti adanya
limbah berbahaya dari aktivitas industri yang terserap oleh tanah yang
kemudian akan diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dikonsumsi oleh
manusia sehingga zat-zat berbahaya akan terakumulatif di dalam tubuh
manusia dan dapat bersifat toksik. Sebagai contoh dalam penelitian yang
berjudul Rice is a potential dietary source of not only arsenic but also other
toxic elements like lead and chromium Penelitian tersebut menjelaskan
tentang beras yang diimpor ke Saudi Arabia terkontaminasi oleh logam berat
seperti arsen, timbel dan cadmium dikarenakan tercemari oleh air sungai dan
11

tanah yang mengandung logam-logam berat dari tempat asal pengekspor beras
tersebut.
c. Hidrosfer
Hidrosfer merupakan gabungan kata yang berasal dari kata hydro (air) dan
sphere (bola/lapisan) maka hidrosfer dapat didefinisikan sebagai lapisan air
yang mengelilingi bumi (Wikipedia, 2007). Air merupakan salah satu sarana
penyebaran racun ke lingkungan. Zat-zat yang berbahaya dari tanah juga dapat
masuk ke dalam air melalui air tanah. Limbah industri maupun rumah tangga
juga dapat menjadi polutan bagi air. Terutama zat yang memiliki kelarutan
yang tinggi, sehingga zat tersebut dapat larut dengan baik di dalam air.
d. Atmosfer
The atmosphere consists of the thin layer of mixed gases covering the
earths surface(Manahan, 2000).Atmosfer merupakan lapisan tipis dari
campuran gas yang menyelubungi permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas
campuran berbagai macam gas yang berasal dari penyusun atmosfer itu sendiri
maupun dari polutan gas-gas yang berasal dari aktivitas manusia. Selain air
(hidrosfer), udara (atmosfer) juga merupakan jalur penyebaran racun ke
lingkungan. Polutan gas yang memiliki volatilitas tinggi (mudah menguap)
semakin mudah mencemari atmosfer.Polutan yang berasl dari aktivitas manusia
seperti gas CO, oksida sulfur, oksida nitrogen dan gas rumah kaca lainnya
memiliki sifat toksik terhadap tubuh manusia.
e. Biosfer
The biosphere is the name given to the part of environment consisting of
organisms and living biological materials (Manahan, 2000). Biosfer
didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan yang terdiri dari organisme dan
zat-zat yang mendukung kelangsungan hidup organisme. Sebagian besar zat
yang berada di lingkungan merupakan hasil aktivitas manusia, dan sebagian
besar termasuk xenobiotik (senyawa asing yang masuk kedalam tubuh).
Senyawa xenobiotik sulit untuk didegradasi seperti alkana terhalogenasi, aril
terhalogenasi, fenol, pestisida dan lain sebagainya. Senyawa xenobiotik dapat
bersifat toksik. Ketika senyawa xenobiotik tersebut kontak dengan organisme
dan terakumulasi kedalam jaringan organisme disebut dengan Bioakumulasi.
12

Sedangkan ketika senyawa xenobiotik atau racun diubah melalui proses biologi
menjadi senyawa dengan molekul yang lebih sederhana disebut dengan
Biodegradasi.
3. Jalur penyebaran racundi dalam tubuh manusia
Adanya racun di lingkungan menimbulkan dampak terhadap tubuh manusia.
Menurut Manahan (2000) di dalam tubuh manusia, racun mengalami dua fase
yaitu fase kinetik dan fase dinamik.
1) Fase kinetik
Pada fase kinetik, racun mengalami beberapa proses diantaranya absorpsi,
distribusi dan ekskresi.
a) Absorpsi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jalur utama masuknya racun melalui
saluran pencernaan, saluran pernapasan dan kulit.
Pada saluran pencernaan racun masuk bersama makanan, minuman maupun
melalui zat kimia tertentu. Lambung merupakan tempat penting, terutama untuk
asam-asam lemah yang akan berada dalam bentuk ion-ion yang larut dalam lipid
sehingga mudah berdifusi (Achmad, 2004). Asam-asam lemah akan berada dalam
bentuk ion yang terlarut dalam plasma darah dan kemudian diangkut, sementara
basa lemah akan berada dalam bentuk non-ion dan dapat berdifusi kembali ke
lambung (Achmad, 2004). Dalam usus, absorpsi akan terjadi lebih cepat jika
waktu kontak saat absorpsi terjadi lebih lama dan tergantung pada luas permukaan
vili dan mikrovili usus (Achmad, 2004).
Pada saluran pernapasan, tempat absorpsi utama adalah pori-pori pada alveoli.
Absorpsi tergantung pada luas permukaan alveoli. Laju absorpi bergantung pada
kelarutan gas dalam darah, semakin mudah larut maka semakin cepat absorpsinya
(Achmad, 2004).
Absorpsi melalui kulit terjadi saat zat kimia diserap lewat folikel rambut atau
lewat sel-sel kelenjar keringat (Achmad, 2004). Kemungkinan penyerapan melalui
kulit memang kecil sekali hal tersebut dikarenakan kulit relatif impermeabel.
b) Distribusi
Seperti yang dijelaskan melalui skema gambar 2, setelah racun terserap dan
masuk ke dalam pembuluh darah dan memasuki sistem peredaran darah, racun
13

akan segera didistribusikan ke seluruh tubuh. Laju aliran darah, mudah tidaknya
toksin melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas komponen alat
tubuh terhadap racun berpengaruh dalam distribusi racun ke seluruh tubuh
(Achmad, 2004). Racun di dalam tubuh terikat pada protein plasma pada darah,
dan terikat pula pada hati dan ginjal. Di dalam hati dan ginjal terdapat protein
yang memiliki sifat khusus untuk mengikat racun tertentu secara spesifik. Seperti
metalotioncin yang berfungsi untuk mengikat dan mengeluarkan logam kadmium
yang masuk ke dalam hati dan ginjal (Firdaus, 2013). Selain itu racun juga
tersimpan dalam jaringan lemak. Racun yang tersimpan dalam lemak merupakan
jenis racun yang mudah larut dalam lemak. Selain protein plasma, hati, ginjal dan
lemak, racun juga dapat tersimpan di tulang. Tulang merupakan tempat
ditimbunnya racun logam seperti timbel dan stronsium. Kalsium dengan mudah
digantikan oleh timbel atau stronsium karena ukuran dan muatannya hampir sama
(Firdaus, 2013).
c) Ekskresi
Racun dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk asal, sebagai metabolit, dan atau
sebagai konjugat (Achmad, 2004). Eksresi racun melalui ginjal berupa urin,
melalui empedu lewat feses, melalui paru-paru, serta melalui jalur lainnya. Racun
yang diekskresi melalui ginjal memiliki berat molekul kurang dari 600 (Achmad,
2004).
Ekskresi racun melalui ginjal berupa urin dengan mekanisme yang serupa
dengan mekanisme untuk mengekskresi hasil metabolisme faal seperti filtrasi
glomerulus, difusi tubuler, dan sekresi tubuler (Achmad, 2004).
Racun yang diekskresi di empedu memiliki berat molekul lebih besar dari 300
(Achmad, 2004). Senyawa racun yang sudah berada di dalam empedu tidak akan
diserap kembali ke dalam darah namun dikeluarkan lewat feses.
Racun yang berbentuk gas pada suhu badan diekskresikan melalui paru-paru.
Ekskresi racun melalui paru-paru terjadi karena difusi sederhana lewat membran
sel.
Ekskresi racun melalui jalur lainnya dapat melalui air susu ibu dari ibu kepada
bayinya. Selain itu air susu sapi juga merupakan hasil ekskresi racun berupa DDT
dari pestisida yang digunakan untuk rumput pakan sapi.
14


2) Fase dinamik
Racun mulai berinteraksi dengan sel, jaringan atau organ di dalam tubuh dan
menyebabkan respon keracunan (Manahan, 2000). Fase dinamik dibedakan
menjadi:
a) Reaksi utama
Dalam reaksi utama, racun bereaksi dengan reseptor. Reaksi dapat berlangsung
secara reversible dan irreversible. Contoh reaksi reversible yang menyebabkan
efek toksik yaitu ikatan antara karbon monoksida dengan hemoglobin yang
mengangkut oksigen di dalam darah membentu karboksihemoglobin (Manahan,
2000). Dengan terbentuknya karboksihemoglobin, hemoglobin tidak dapat
mengikat oksigen sehingga transport oksigen ke seluruh tubuh akan terhambat.
Berikut ini reaksinya:
O
2
Hb + CO COHb + O
2
b) Respon biokimia
Ikatan antara racun dengan reseptor menyebabkan beberapa respon biokimia
diantaranya pelemahan fungsi enzim, perubahan membran sel, gangguan dengan
metabolisme karbohidrat, gangguan dengan respirasi, gangguan pada sintesis
protein, dan yang berkaitan dengan proses regulasi dari hormone atau enzim
(Manahan, 2000).
c) Efek yang tampak
Efek yang ditunjukkan jika racun sudah terakumulasi dan memberikan gejala
toksik seperti kulit yang abnormal (menjadi lebih kering atau berubah warna),
menimbulkan bau badan yang tidak normal. Pada saluran pencernaan ditunjukkan
dengan rasa mual dan muntah, hingga gangguan pada usus. Sedangkan pada saraf
pusat ditunjukkan dengan halusinasi, kelumpuhan dan ataxia. Dampak fisiologis
toksik lainnya akan dijelaskpan pada aspek kualitatif keracun racun.

C. Aspek Kualitatif Ketoksikan Racun
Aspek kualitatif keracun racun meliputi mekanisme kerja toksik, wujud dan
sifat efek toksik, dan gejala-gejala yang tampak.
1. Mekanisme kerja toksik
15

Mekanisme racun dalam memberikan racun ked alam tubuh bergantung pada
tahapan kejadian yang terlibat dan sifat reaksinya (Donatus, 2001). Mekanisme
kerja toksik dapat digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan sifat dan tempat
kejadian, berdasarkan sifat antaraksi racun, dan berdasarkan resiko
akumulasi racun di dalam tubuh (Donatus, 2001).
Berdasarkan tempat kejadian, mekanisme kerja toksik dibedakan menjadi
mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel
merupakan luka sela yang diawali oleh kerja racun di dalam sel (Donatus, 2001).
Mekanisme luka intrasel disebut juga mekanisme langsung atau primer.
Mekanisme luka ekstrasel merupakan mekanisme yang terjadi apabila racun
bekerja di lingkungan luar sel (Donatus, 2001). Mekanisme luka ekstrasel disebut
juga mekanisme tidak langsung atau mekanisme sekunder.
Berdasarkan sifat antaraksi racun, mekanisme kerja toksik dibedakkan menjadi
antaraksi terbalikan dan antaraksi tak terbalikkan antara racun dan tempat racun
bekerja. Antaraksi yang terbalikkan merupakan jenis reaksi yang terjadi antara
molekul racun dengan tempat dimana racun bekerja (Donatus, 2001). Contoh
racun yang menunjukkan aksi toksik melalui antaraksi yang terbalikkan dengan
reseptor-neurotransmiter adalah toksin botulinus, alkaloid, pestisida, organofosfat
dan karbamat (Ariens dan Simonis dalam Donatus, 2001). Sedangkan antaraksi
yang tak terbalikkan merupakan antaraksi yang terjadi dengan cara pembentukan
ikatan kovalen antara senyawa pengalkil dan biopolymer yang memiliki gugus SH
dan NH
2
(Donatus, 2001).
Berdasarkan resiko akumulasi racun di dalam tubuh, mekanisme kerja racun
menjelaskan bahwa senyawa yang sangat lipofilik dan sulit dimetabolisme di
dalam tubuh cenderung akan disimpan di dalam lemak (Donatus, 2001). Sebagai
contoh DDT, yang merupakan senyawa lipofilik, sehingga apabila seseorang
terpapar racun yang berupa DDT, maka akan terakumulasi di bagian lemak.
2. Wujud dan sifat efek toksik
Wujud dan sifat efek toksik dibedakan menjadi respon dan perubahan
biokimia, respondan perubahan fisiologi, respon histopatologi dan perubahan
struktural.
16

Kerja racun atas aksi tertentu akan menimbulkan respon biokimia seperti
peningkatan atau pengurangan aktivitas transpor elektron, sintesis protein, dan
lain sebagainya (Donatus, 2001).
Respon dan perubahan fisiologi atau fungsional dapat terjadi mulai yang ringan
hingga yang paling berat seperti halusinasi. Perubahan fungsional dan perubahan
biokimia sering kali merupakan tahap awal terjadinya perubahan struktural
(Loomis dan Timbrell dalam Donatus, 2001).
Respon histopatologi dasar dibedakan menjadi degenerasi, proliferisasi dan
inflamasi.
3. Gejala-gejala yang tampak.
Gejala-gejala yang terlihat apabila seseorang terpapar oleh racun dibedakan
menjadi Teratogenesis, Mutagenesis, Karsinogenesis dan efek imun dan
sistem reproduksi.
Teratogenesis cause birth defect (Manahan, 2000). Jadi teratogenesis dapat
menyebabkan cacat lahir seperti adanya sindrom Down, bibir sumbing dan lain
sebagainya. Teratogenesis membahayakan sel janin, mutasi dari sel sperma
maupun sel telur menyebabkan cacat lahir yaitu sindrom Down (Manahan, 2000).
Mutagenesis pada DNA menghasilkan perubahan pada pewarisan sifat
(Manahan, 2000). Selain itu mutagenesis juga menyebabkan sel berubah fungsi.
Sebagian besar mutagenesis sangat berbahaya bagi manusia, dan sering
menyebabkan cacat lahir, kematian sel, kanker dan lain sebagainya.
Mutagenesis dapat terjadi karena adanya senyawa xenobiotik. Senyawa
xenobiotik menyebabkan terjadinya alkilasi yaitu penangkapan gugus alkil seperi
metal, etil atau nitrogen oleh basa nitrogen pada DNA (Manahan, 2000).

Gambar 3. Alkilasi guanine pada DNA
Beberapa senyawa mutagenesis bertindak sebagai agen pengalkilasi (Manahan,
2000).
17

Kanker merupakan kondisi dimana replikasi dan pertumbuhan yang tidak
terkontrol dari sel-sel somatis (Manahan, 2000). Pertumbuhan sel somatis yang
tidak terkontrol dapat disebabkan oleh adanya senyawa beracun yang disebut
dengan agen karsinogenik. Agen karsinogenik dapat dikategorikan menjadi: agen-
agen yang berasal dari bahan-bahan kimia, agen-agen yang berasal dari substansi
biologi seperti virus, radiasi ionisasi, dan faktor-faktor genesis (Manahan, 2000).
Sistem imun tubuh berfungsi melindungi manusia dari bahan xenobiotik, dan
senyawa-senyawa penyebab infeksi. Racun menyebabkan immunosuppresion
dimana terjadi pelemahan pada sistem imun tubuh. Xenobiotik dapat
menyebabkan sistem imun tubuh kehilangan kemampuan mengontrol proliferasi
sel (Manahan, 2000). Efek utama yang ditimbulkan racun terhadap sistem
pertahanan tubuh adalah alergi dn hipersensitivitas.

D. Aspek Kuantitatif Keracun Racun
1. Dosis Respons
Karakteristik pemaparan dan spectrum efek secra bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang dikenal sebagai hubungan dosis-respons. Hubungan
tersebut merupakan konsep paling dasar dari toksikologi.
Ada beberapa asumsi yang harus dipertimbangkan sebelum hubungan dosis-
respons dapat sesuai digunakan sebagai berikut:
a. Respons timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan.
b. Respons pada kenyataannya berhubungan dengan dosis.
c. Dalam penggunaan dosis-respons harus ada metode kuantitatif untuk mengukur
dan mengemukakan secaa tepat toksisitas dari suatu bahan kimia.
Respons yang terpilih untuk pengukuran, hubungan antara derajat respons dari
system biologis dan jumlah bahan toksik yang diberikan membentuk suatu asumsi
bahwa hal ini terjadi secara konsisten dan dipertimbangkan sebagai hal dasar dan
klasik yang disebut hubungan dosis-respons. Hal ini yang mendasari adanya dosis
lethal (mematikan) sebagai suatu indeks (LD50). LD50 adalah dosis tunggal dari
suatu zat yang secara statistic diharapkan dapat menyebabkan kematian sebanyak
50% dari binatang percobaan.
Meski penetapan LD50 saat ini menjadi isu masyarakat karena adanya
peningkatan perhatian dan perlindungan terhadap binatang percobaan, namun
18

LD50 merupakan hal yang penting untuk mengetahui karakteristik dari suatu
bahan kimia dan dengan demikian juga akan dapat menetapkan tingkat bahayanya
terhadap manusia.
Ukuran pemaparan dimana 50% individu dalam sekelompok populasi
menunjukkan efek toksik baku (takaran median), digunakan sebagai tolak ukur
potensi ketoksikan. Ukuran ini dilambangkan dengan TD
50
dibaca toxic dose bila
efek bakunya merupakan salah satu dari perubahan biokimia, fungsional, atau
structural, dan LD
50
dibaca (lethal dose) bila efek toksik bakunya berupa
kematian. Di mana, semakin kecil harga TD
50
dan LD
50
racun maka semakin besar
potensi ketoksikannya. Hal ini disajikan dalam table berikut:
Tabel. Kriteria ketoksikan akut xenobiotika
Kriteria LD
50
(mg/kg)
1. Luar biasa toksik
2. Sangat toksik
3. Cukup toksik
4. Sedikit toksik
5. Praktis tidak toksik
6. Relative kurang berbahaya
1 atau kurang
1-50
50-500
500-5000
5000-15000
>15000
(Dikutip dari Loomis (1978) dalam Donatus, 2001).

Selain LD
50
dan TD
50
juga dikenal istilah ED
50
(Effective Dose). Hubungan
ketiganya dapat dijelaskan melalui grafik berikut ini.
Gambar 4. Hubungan ED
50
, TD
50
, dan LD
50


19

Median effective dosage (ED
50
) merupakan dosis efektif suatu bahan kimia jika
diberikan kepada manusia memberikan efek klinis yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh dalam obat sakit kepala tertuliskan Anak-anak 2
kali sehari 1 kaplet maksudnya adalah jika anak-anak mengalami sakit kepala,
maka diberikan dosis tersebut, maka akan memberikan efek yang tepat dalam
tubuh anak-anak.
Toxic dosage (TD
50
) menunjukkan bahwa apabila suatu bahan kimia diberikan
pada dosis ini maka akan berakibat toksik atau menimbulkan efek toksik. TD
50

melebihi dari jumlah ED
50
. Sebagai contoh pemberian obat sakit kepala pada
anak-anak yang seharusnya 2 kali sehari 1 kaplet, namun diberikan 3 kali sehari 1
kaplet, makan jika dilakukan terus menerus akan menimbulkan efek toksik pada
anak tersebut.
Lethal dosage (LD
50
), seperti yang dijelaskan sebelumnya, LD
50
merupakan
dosis yang memberikan efek kematian kepada individu. Sebagai contoh, anak
yang sakit kepala yang seharusnya diberi obat sakit kepala dengan dosis 2 kali
sehari satu kaplet, namun diberikan 4 kali sehari 3 kaplet, maka akan dapat
menyebabkan kematian pada anak tersebut.
E. Zat-zat yang Termasuk Racun
1. Toksik Organik
a. Dioksin
Dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan tahan terhadap
proses perusakan alamiah selama bertahun-tahun. Karena kestabilan
strukturnya ini maka dioksin sangat berbahaya karena tidak mudah terurai,
dan dapat terakumulasi di dalam tanah sampai lebih dari 10 tahun. Selain
itu dioksin bersifat hidrofobik dan lipofilik, yaitu tidak mudah larut dalam
air dan udara tetapi mudah larut dalam lemak, sehingga dapat terakumulasi
dalam pangan yang relatif tinggi kadar lemaknya seperti daging.
Akibatnya dioksin akan terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan
konsentrasinya berlipat ganda pada rantai makanan yang lebih tinggi.
Senyawa dioksin yang terbuang ke dalam saluran air akan terbawa ke
sungai kemudian ke laut dan menumpuk dalam tubuh hewan-hewan air
seperti ikan sehingga konsentrasi dioksin pada ikan 100.000 kali lebih
20

tinggi dibandingkan lingkungannya. Karena sifatnya yang larut dalam
lemak dioksin akan tertimbun dalam tubuh ikan sampai akhirnya ikan
dikonsumsi manusia. Dioksin juga masuk ke tubuh manusia melalui
sumber bahan pangan lainnya seperti daging, sayur, buah dan lainnya.
Dioksin merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses
pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung
unsur halogen pada temperatur tinggi. Sebagian besar dioksin berasal dari
pembakaran sampah rumah tangga
dan industri, terutama yang menggunakan senyawa klor seperti industri
kimia, pestisida, plastik, pulp, kertas, dan sebagainya. Hasil penelitian
Nakao, et al. (2005) terhadap pembentukan dioksin pada pembakaran
sampah rumah tangga menyebutkan bahwa pembakaran sampah plastik
yang mengandung klorin menghasilkan peningkatan jumlah total
poliklorinated dioksin yang tinggi baik pada asap maupun abunya.tahun
1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin yaitu 1-4
pg/kg berat badan, sehingga batas aman dioksin untuk menusia dewasa
adalah sekitar 200 pikogram.


21

b. Fenol
Keracunan fenol akut dapat menyebabkan kematian setelah satu setengah
jam penggunaan. Hal ini mempengaruhi sistem saraf pusat dan
menyebabkan gangguan pencernaan, fungsi ginjal, kegagalan sistem
peredaran darah, edema paru, dan kejang-kejang.Jumlah fenol yang
berlebihan dapat diserap melalui kulit. Keracunan fenol kronis akan
menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti limpa,
pankreas, dan ginjal.
c. Formaldehid
Dampak penggunaan formaldehida secara berkepanjangan dan terus
menerus bisa menyebabkan hipersensitivitas.Hipersensitivitas berupa
iritasi parah pada selaput lendir dan saluran pencernaan.Individu yang
terkena lebih besar dari 1 ppm formalin menyebabkan beberapa dampak
termasuk mengantuk, mual, sakit kepala, dan penyakit pernapasan.
Formaldehid berpotensi sebagai karsinogenik kronis, bahkan pada dosis
rendah akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.

2. Toksik Anorganik
a. Sulfur dioksida (SO
2
)
Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen penyebab polusi di udara.
Gas ini dapat membahayakan pernapasan manusia. Gas tersebut merusak
jaringan paru-paru manusia menyebabkan pengeluaran mukus yang
berlebih pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan rasa sakit dan
kesulitan saat bernapas. Sulfur dioksida dapat bersifat letal jika
kandungannya di udara 500ppm.
b. Nitrogen dioksida (NO
2
)
Sama seperti sulfur dioksida, gas ini juga dapat menyebabkan peradangan
pada jaringan paru-paru. Jika terpapar nitrogen dioksida yang
kandungannya di udara 50-100 ppm maka dalam beberapa menit akan
menyebabkan peradangan paru-paru 6-8 minggu. Jika terpapar pada
tingkat 150-200 ppm akan menyebabkan penyakit yang disebut
22

bronchiolitis fibrosa obliterans, yang dapat menyebabkan kematian dalam
3-5 minggu.
c. Sianida
Keduanya baik Hidrogen Sianida maupun garam-garam sianida
(yang mengandung CN
-
) merupakan racun yang memiliki efek yang sangat
cepat. Hanya dengan dosis 60-90 mg dapat membunuh seseorang. Secara
metabolisme, sianida akan berikatan dengan besi (III) dalam enzim
oksidase ferritochrome, sehingga dapat mencegah pengurangan zat besi
(II) dalam proses fosforilasi oksidatif yang menggunakan O
2
. Sehingga
enzim akan terhambat karena oksidase sitokrom besi yang diperlukan
untuk bereaksi dengan O
2
tidak terbentuk. Dengan demikian pemanfaatan
oksigen dalam sel terhenti dan proses metabolisme berhenti.
d. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan racun yang tidak berwarna yang dihasilkan
dari pembakaran yang tidak sempurna terutama dari kendaraan.
Hemoglobin dalam darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
mengantarkannya keseluruh tubuh lebih mudah mengikat karbon
monoksida dibandingkan oksigen.
Hb + O
2
HbO
2

HbO
2
Hb + O
2

Daya ikat hemoglobin terhadap karbon monoksida 200 kali lebih besar
dibandingkan oksigen. Karbonmonoksida ketika dihirup, melewati paru-
paru dan berdifusi langsung ke dalam aliran darah di mana ia bergabung
dengan hemoglobin untuk membentuk karboksi hemoglobin (COHb).
Hb + CO HbCO
Pada 100 ppm, karbon monoksida dapat menyebabkan sakit (misalnya
pusing) selama beberapa jam. Meskipun setelah 1 jam, jika konsentrasinya
bertambah 600-700 ppm maka efeknya akan kembali muncul (misalnya
mual dan muntah) . Diatas 1000 ppm, menimbulkan sakit kepala dan
dilanjutkan dengan kulit yang berubah menjadi kemerahan seiring
bertambahnya konsentrasi gejala lain dapat muncul dan jika mencapai
23

2000 ppm, bisa menyebabkan kematian, namun paling banyak kematian
ditemukan pada konsentrasi 4000 ppm selama 1 jam.
3. Logam berat
a. Mercury adalah suatu agen beracun yang sangat reaktif bahwa sulit untuk
mengidentifikasi mekanisme spesifik kerusakan, dan masih banyak yang
diketahui tentang mekanisme. Ini merusak sistem saraf pusat, sistem
endokrin, ginjal, dan organ lain, dan berdampak negatif mulut, gusi, dan
gigi. Paparan selama jangka waktu yang lama atau paparan berat untuk
uap merkuri dapat mengakibatkan kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Merkuri dan senyawanya sangat beracun untuk janin dan bayi. Wanita
yang telah terkena merkuri dalam kehamilan kadang-kadang melahirkan
anak dengan cacat lahir yang serius (lihat penyakit Minamata). Antidot
untuk keracunan merkuri sudah ada, tetapi penanganan harus dilakukan
sedini dan secepat mungkin.
b. Timbel
Timbel merupakan logam yang paling banyak dilingkungan kita. Secara
umum gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaanberupa
muntah muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis birupada
gusi, konstipasi kronis. Pada sistem syaraf pusat berupa
kelumpuhan(biasanya terdapat pada pria dewasa). Sistem sensorishanya
sedikit mengalami gangguan. Gejala keracunan ini pada sistem jantung
danperedaran darah berupa anemia, basofilia pungtata, retikulosis,
berkurangnyatrombosit, hipertensi dan nefritis, artralgia ( rasanyeri pada
sendi ). Diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan urine
(jumlahkoproporfirin III meningkat ). Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan yangpaling dianjurkan sebagai screening test pada keracunan
timbal. Kadar
timbal dalam urin juga bisa membantu menegakkan diagnosis,
ketikakadarnya diatas 0,2 mikrogram /liter, dianggap sudah cukup
bermakna untukdiagnosis keracunan timbal.
24

Pertolongan pertama yaitu jika menemukan gejala-gejala keracunan
timbal, masyarakat dapatmemberi pertolongan pertama untuk sedapat
mungkin menekan risiko dan
dampaknya pada penderita. Untuk keracunan akut melalui
saluranpencernaan misalnya, pasien sebaiknya segera dipindahkan agar
tidakterpapar lagi dengan timbal. Bilas mulutnya dan berikan rangsangan
untuk muntah.
c. Kadmium
Bagi manusia, Cd sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali
tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya Cd sangat
beracun bagi manusia dan dapat diabsorspi tubuh dalam jumlah yang tidak
terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat
membatasinya.Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm,
tetapi angka tertinggi (1.700 ppm) dijumpai pada permukaan sample tanah
yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah
diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya
seperti timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri
sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi
pada kesehatan manusia. Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi per
minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 g per orang
atau 7 g per kg berat badan.Apabila Cd masuk ke dalam tubuh maka
sebagian besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian yang
dikeluarkan lewat saluran pencernaan. Kadmium dapat mempengaruhi otot
polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat
ginjal, sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah.
Kadmium adalah senyawa logam yang biasa digunakan dalam baterai.
Senyawa ini bisa mengakibatkan penyakit liver dan
gangguan ginjal serta tulang.Penyakit itai-itai (
/ouch ouch sickness) adalah kasus
massal keracunan kadmium yang didokumentasikan
di Prefektur Toyama, Jepang. Keracunan kadmium
25

ini menyebabkan pelunakan tulang pada persendian dan tulang belakang
dan gagal ginjal.

d. Arsen
Peracunan arsenik dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsen berlebih
atau kronis akibat terpapar terus-menerus meski dalam kadar rendah
(misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsen melebihi batas
ambang aman tertinggi).Masuknya arsenik dalam jumlah besar ke dalam
tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sangat
sakit perut akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang
hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalam
jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsen, dapat
menyebabkan napas berbau, keringat berlebih, otot lunglai, perubahan
warna kulit (menjadi gelap), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan
kaki (gangguan saraf), blackfoot disease dan kanker kulit.
Tabel berikut adalah beberapa dampak negatif logam-logam toksik terhadap
kesehatan manusia.
Logam Toksisitas Sumber Dampak
Cadmium,
Cd
Semua
senyawanya
adalah racun
Telur, ikan, jamur,
bawang putih,
bayam, gandum,
beras, jagung,
kedelai, kacang-
kacangan
Gangguan pada metabolism
tulang, reproduksi, sistem
endokrin, perubahan morfologi
pada ginjal, kelahiran
premature
Timbal, Pb Lebih beracun
dalam bentuk
senyawa organik
dan sangat
mudah diserap
oleh saluran
pencernaan
Telur, bubuk
coklat, padi,
makanan, anggur,
bir, susu, wortel,
kismis
Gangguan pada otak, anemia,
kanker
Arsen, As Lebih beracun
dalam bentuk
anorganik
Papaya, beras,
tomat, wortel,
seafood, sawi,
daging ayam,
daging sapi,
anggur, susu.
Hipertensi dan dampak serius
pada system kardiovaskular,
diabetes mellitus, keguguran
pada kehamilan, kerusakan
sistem saraf.
Raksa, Hg Mudah diserap
tubuh, khususnya
dalam bentuk
metil merkuri
Telur, jamur,
seafood, minyak
ikan
Penyakit Minamata, gangguan
pada sistem kardiovaskular,
terpapar Hg akut menyebabkan
acrodynia
26


4. Senyawa beracun dalam bahan pangan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung senyawa kimia yang tidak mempunyai nilai nutrisi. Senyawa kimia
tersebut terdapat dalam berbagai macam bentuk, dapat berupa garam anorganik
sederhana hingga molekul yg kompleks. Senyawa-senyawa tersebut dapat
menyebabkan keracunan, mulai yang ringan, akut atau bersifat menahun hingga
bersifat mutagen (menimbulkan perubahan sifat pada gen). Senyawa beracun
tersebut terbagi dalam 3 bagian: senyawa beracun alamiah, senyawa beracun dari
mikroba, dan senyawa beracun oleh residu dan pencemaran.
a. Senyawa beracun alamiah,
Dalam bahan pangan, sebagian bahan pangan memiliki bahan racun yang
secara alami terdapat didalamnya. Bahan pangan nabati yang sudah diketahui
masyarakat umum, contohnya singkong (mengandung HCN), biji bengkuang
(pakirizida), jengkol (asam jengkolat), dan bpada bahan pangan hewani,
senyawa beracun terdapat pada ikan buntal, beberapa jenis kerang, dan udang.
Meskipun masyarakat telah mengetahui bahwa bahan pangan tersebut
mengandung senyawa yang beracun bisla dikonsumsi dalam jumlah yang
banyak, tapi karena beberapa alasan masyarakat masih tetap
mengkonsumsinya. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai racun apa
yang terkandung pada makanan mentah dan bagaimana cara mengolahnya
dengan benar agar bisa mengurangi efek toksiknya.
Berikut ini senyawa-senyawa Beracun yang terdapat dalam bahan pangan
nabati
1) Hidrogen sianida
Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdpat dalam bahan
pangan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat
mengeluarkan hydrogen sianida. Bila dicerna, hydrogen sianida dapat
menyebabkan sakit sampai kematian (dosis yang meatikan 0,5 3,5 mg
HCN/ kg berat badan). Glikosida sianogenetik ini terdapat pada tanaman
dengan senyawa yang berbeda seperti amigladin pada biji Almonds,
apricot dan apel, dhurin pada biji sorghum, dan linamarin pada singkong.
27

Kandungan sianida dalam singkong sangat bervariasi. Kadar sianida rata-
rata dalam singkong manis dibawah 50 mg/kg. menurut FAO, singkong
dengan kadar 50 mg/kg masih aman untuk dikonsumsi. Pengolahan secara
tradisional juga dapat mengurangi kadar sianida dalam singkong, seperti
kulitnya dikupas sebelum diolah, singkongnya di keringkan, direndam
sebelum dimasak, dan difermentasi selama beberapa hari. Dengan cara
seperti ini linamarin dalam singkong akan terbuang dan yang tinggal
sekitar 10-40 mg/kg. Selain itu hydrogen sianida akan hilang dengan
pemanasan. Dengan pemanasan, enzim yang bertanggung jawab dalam
pemecahan linamarin akan menjadi inaktif sehingga hydrogen sianida
tidak dapat terbentuk.
2) Alkaloid dalam kentang
Alkaloid merupakan penghambat kerja asetilkolinesterase yang
mempengaruhi transmisi impuls syaraf. Kandungan alkaloid dalam
kentang (solanin) sangat tergantung varietas, keadaan lingkungan tumbuh
serta kondisi penyimpanan. Tetapi biasanya kandungan terbanyak adalah
pada bagian dekat kulit, terutama bagian yang telah menjadi hijau karena
terkena sinar matahari, dan juga pada kentang yang sedang berkecambah
terkandung alkaloid dalam jumlah yang berbahaya.
3) Kafein
Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, coklat, kola dan
dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai
stimulan terhadap pusat susunan syaraf.. Setiap orang berbeda
kepekaannya terhadap kafein. Dicurigai bahwa kafein dapat menyebabkan
cacat pada bayi jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Hal ini telah dibuktikan
pada hewan yang memberikan bukti nyata bahwa cacat pada bayi tersebut
juga Nampak pada hewan percobaan. Sehingga disarankan pada ibu-ibu
hamil untuk mengurahi konsumsi kafein sehari-hari. Kadar kafein dalam
secangkir teh adalah 30 mg, secangkir kopi 85 mg, dan coca-cola 35
mg/botol.
4) Mimosin
28

Mimosin banyak terdapat di dalam biji lamtoro atau petai cina.Mimosin
merupakan salah satu senyawa yang menyebabkan kerontokan pada
rambut. Senyawa ini nenyebabkan retrogressi sel-sel partikel rambut.
Mimosin ini mudah larut dalam air. Cara menghilangkannya atau
menurunkannya dapat dilakukan dengan merendam biji petai cina dalam
air pada suhu 70
o
C(24 jam) atau pada suhu 100
o
C selama 4 menit.
Dengan cara ini kandungannya dapat diturunkan sebanyak 4,5% menjadi
0,2% atau penurunan sebanyak 95%.
5) Asam jengkolat
Kandungan zat ini berbeda-beda tergantung varietas dan umur biji jengkol.
Racun asam jengkolat ini dapat menganggu kesehatan karena dapat
terbentuk Kristal asam jengkolat ini berbeda-beda dan keracunan ini jarang
menyebabkan kematian. Jumlahnya dalam biji jengkolat adalah 1-2% dari
berat bijinya. Asam jengkolat sangat sukar larut dalam air dan
kelarutannya dalam asam dan basa sangat lama. Pembentukan Kristal
asam jengkolat dalam air seni tergantung pada pH air seni tersebut, yaitu
pada pH urin yang asam.

b. Senyawa beracun dari mikroba
Infeksi adalah suatu istilah yang digunakan bila seseorang setelah
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bakteri pathogen
yang menyebabkan gejala-gejala penyakit. Keracunan yang disebabkan
mengkonsumsi makanan yang telah mengandung senyawa beracun yang
dihasilkan oleh mikroba disebut intoksikasi. Beberapa bakteri yang dapat
menyebabkan intoksikasi adalah bakteri Clostridium botulinum,
Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas cocovenenans. Sedangkan dari
kapang biasanya disebut mikotoksin yaitu Aspergillus flavus, Penicillium sp,
dsb.
1) Clostridium botulinum
Bakteri ini menghasilkan senyawa beracun yang disebut botulinin dan
keracunan yang ditimbulkan karena keracunan botulini disebut botulisme.
Botulinin merupakan senyawa neurotoksin yang sangat berbahaya hingga
29

dapat menyebabkan kematian. Gejala-gejala botulisme akan muncul dalam
waktu 12 36 jam, dimulai dengan gangguan pencernaan yang akut, mual,
muntah-muntah, serta pusing, kemudian penglihatan ganda, sulit menelan
dan berbicara, lalu diikuti kelumpuhan saluran pernapasan dan jantung,
dan kematian akan terjadi karena kesulitan bernapas. 1 mikrogram
botulinin sudah dapat membunuh seseorang. Karena botulinin merupakan
suatu protein yang bersifat termolabil sehingga dapat diinaktifkan dengan
pemanasan pada suhu 80
o
C selama 30 menit. Garam dengan dengan
konsentrasi 8% atau lebih serta pH 4,5, dapat menghambat pertumbuhan
C.botulinum, sehingga prduksi botulinin dapat dicegah.
2) Pseudomonas cocovenenans
Bakteri ini dapat menghasilkan toksoflavin dan asam bongkrek.
Kedua senyawa ini disebut dalam makanan yang disebut dengan tempe
bongkrek, yaitu tempe yang dibuat dari ampas kelapa. Jika tempe
bongkrek jadi dengan baik maka tempe tersebut hanya ditumbuhi oleh
kapang tempe Rhizopus oligosporus, tetapi jika hasilnya jelek maka bukan
hanya Rhizopus oligosporus yang tumbuh tapi jugaPseudomonas
cocovenenans. Pertumbuhan bakteri ini dapat dicegah bila pH substrat
pada konsentrasi 2,75-3,0%.


Bakteri Pseudomonas cocovenenans bila tumbuh pada ampas
kelapa akan memproduksi racun toxoflavin dan asam bongkrek. Kedua
racun itulah yang mematikan bagi pemakan tempe bongkrek. Asam
bongkrek adalah racun yang tidak berwarna. Toksoflavin antibiotik yang
berwarna kuning, tampak jelas jika tempe bongkrek terkontaminasi racun
itu. Asam bongkrek memiliki daya toksisitasnya yang lebih tinggi
30

dibanding toksoflavin. Diperkirakan bahwa asam bongkrek merupakan
penyebab utama dalam keracunan makanan tersebut. Bagi mereka yang
mengonsumsi toksin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kematian
dalam waktu kurang dari empat hari setelah mengonsumsi racun
tersebut.Bakteri ini menjadi racun yang mematikan bila bersentuhan
dengan asam lemak di dalam tubuh. Bakteri ini menyerang mitokondria,
yaitu sumber energi di tingkat sel. Racun itu berdampak pada mekanisme
ATP (adenosine triphosphate)-ADP (adenosine diphosphate) translocase,
yakni mekanisme perubahan ATP menjadi ADP dan sebaliknya selama
proses pernafasan di sel. ATP adalah nukleotida yang multifungsi yang
mengantar energi kimia di dalam sel untuk keperluan metabolisme. ATP
menghasilkan energi selama proses respirasi di dalam sel dan dikonsumsi
oleh banyak enzim untuk keperluan biosintesa sampai pembelahan diri.
Untuk menghasilkan energi bagi seluruh sel di dalam tubuh manusia
dalam melaksanakan kegiatannya, maka ATP perlu keluar dari
mitokondria. Racun bongkrek membuat ATP gagal keluar dari
mitokondria, yang pada akhirnya membuat sel-sel tubuh manusia
kehilangan sumber tenaganya.
3) Staphylococcus aureus
Sebagian bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada kulit,
saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia.
Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar.Bakteri ini
menghasilkan senyawa beracun aeroroksin. Sumber penularan S.aureus
adalah manusia atau hewan melalui hidung, tenggorokan, kulit, dan luka
yang bernanah. Gejala keracunan yang terjadi adalah banyak
mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare, sakit kepala,
berkeringat dingin yang terjadi hanya satu atau dua hari. Sesudah itu
penderita akan sembuh. Biasanya jarang terjadi kematian.

4) Mikotoksin
Mikotoksin merupakan racun metabolit yang diahsilkan oleh jamur/
kapang yang dapat tumbuh pada pakan ternak sehingga mempengaruhi
31

kesehatan hewan. Mikotoksin yang terkenal adalah aflatoksin yang
dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Mikotoksin tidak hanya mempengaruhi
kesehatanhewan namun juga manusia berupa kanker hati olehaflatoksin,
kanker oesophagus oleh fumonisin, penyakitginjal oleh okratoksin,
pubertas dini pada anak-anakoleh zearalenon. Pada keracunan akut oleh
aflatoksin, di hati terjadikegagalan metabolisme karbohidrat dan lemak
dansintesa protein, sehingga terjadi penurunan fungsi hatikarena adanya
perombakan pembekuan darah dan penurunan sintesis protein serum.
Sementara itu,pada keracunan kronik akan menyebabkanimunosupresif
yang diakibatkan penurunan akitivitasvitamin K dan penurunan aktivitas
fagositas(phagocytic) pada makrofak.

c. Residu dan Pencemaran
1) Residu pestisida
Insektisida, fungisida dan rodentisida digunakan orang untuk mengurangi
kerusakan pada pangan baik yang masih di lading ataupun dalam
penyimpanan agar menghasilkan produk dengan mutu yang bagus.
Pestisida yang digunakan tersebut dapat meninggalkan residu pada bahan
pangan yang akan dikonsumsi. Sehingga residu yang tinggal, tidak boleh
melebihi kadar toleransi yang ditentukan oleh pemerintah.
2) Kontaminasi merkuri
Keracunan merkuri juga disebut juga penyakit minamata dengan gejala-
gejala: terasa geli dan panas pada anggota badan, mulut, bibir, dan lidah,
kelihatan penglihatan, sukar berbicara dan menelan, kehilangan
pendengaran, tidak stabil emosinya, coma, dan kematian. Batas
maksimum yang disarankan untuk dikonsumsi merkuri adalah 0,3 mg per
orang per minggu atau 0,005 mg per kg berat badan dan dari jumlah
tersebut tidak boleh lebih dari 0,2 mg sebagai metil merkuri.




32

F. Contoh Penelitian Toksikologi
1. Pada tahun 2013 Amjad M. Shraim meneliti bahwa Beras yang merupakan
salah satu bahan makanan pokok selain dapat terkontaminasi oleh arsen, juga
dapat tercemar oleh senyawa toksik lain seperti timbel dan kromium. Dari 84
sampel yang diambil baik beras local maupun beras impor, terdapat 74 sampel
beras yang mengandung senyawa toksik, seperti Pb, Cr dan Cd yang
terkandung sebanyak 0,2mg/kg.
2. Pada tahun 1968, Katsuna melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di
Teluk Minamata, dan pada tahun 1967 terjadi pencemaran Hg di sungai
Agano di Nigata. Pada saat terjadi epidemi, kadar Hg pada ikan di Teluk
Minamata sebesar 11 g/kg berat basah dan di sungai Agano sebesar 10
g/kg berat basah. Di Irak pada tahun 1971-1972 terjadi keracunan alkil
merkuri akibat mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil
merkuri yang menyebabkan 500 orang meninggal dunia dan 6000 orang
masuk rumah sakit. Penelitian Eto (1999), menyimpulkan bahwa efek
keracunan Hg tergantung dari kepekaan individu dan faktor genetik. Individu
yang peka terhadap keracunan Hg adalah anak dalam kandungan
(prenatal), bayi, anak-anak, dan orang tua. Gejala yang timbul akibat
keracunan Hg dapat merupakan gangguan psikologik berupa rasacemas
dan kadang timbul sifat agresi.


33

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Toksikologi merupakan studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi dibedkan menjadi toksikologi
lingkungan, tksikologi ekonomi dan toksikologi hukum. Racun atau toksin
atau bahan toksik sendiri didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
menyebabkan kematian jika diujikan kedalam konsentrasi rendah Toksisitas
merupakan kuantifikasi sifat-sifat toksik suatu zat kimia.
2. Jejak dan tabiat racun dalam lingkungan meliputi jalur racun di lingkungan
serta jalur racun saat masuk ke dalam tubuh manusia serta tabiat racun
menjelaskan karakteristik racun. Jalur atau jejak racun di lingkungan meliputi
jejak racun di antrosfer, biosfer, atmosfer, hidrosfer dan geosfer. Racun dapat
masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan kulit. Di dalam tubuh, racun mengalami proses absorpsi,
distribusi dan sekresi.
3. Aspek kualitatif keracun racun meliputi mekanisme kerja toksik, wujud dan
sifat efek toksik, dan gejala-gejala yang tampak.
4. Aspek kantitatif racun menjelaskan hubungan dosis-respons berkaitan dengan
LD
50
racun terhadap tubuh manusia.
5. Senyawa beracun dibedakan menjadi senyawa organic, senyawa anorganik,
logam berat serta senyawa yang berasal dari pangan.
6. Contoh penelitian mengenai toksik salah satunya berjudul Rice is A Potential
Dietary Source of Not Only Arsenic But Also Other Toxic Elements Like Lead
and Chromium yang menjelaskan bahwa beras impor di Saudi Arabia yang
tercemar logam berat seperti Arsen, Timbel dan Kromium.

34

DAFTAR RUJUKAN

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.
Bread, James M. 2011. Environmental Chemistry in Society. Florida: CRC Press.
Donatus, Imono Argo. 2001. Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Universitas Gajah Mada.
Firdaus, Mohammad Alex dkk. 2013. Toksikologi. Makalah yang ditujukan untuk
memenuhi tugas matakuliah Kimia Lingkungan, Malang, April.
Manahan, Stanley E. 2000. Fundamental of Environmental Chemistry 7
th
Edition.
Florida: CRC Press.
Shraim, Amjad M. 2014. Rice is A Potential Dietary Source of Not Only Arsenic
But Also Other Toxic Elements Like Lead and Chromium. Arabian Journal
of Chemistry. (Online), (http://sciencedirect.com), diakses pada 4 April 2014.
Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai