NRP : 2040211026
Baku Mutu Terkait Dengan Polutan Pencemar Tanah Air, Dan Udara.
Baku Mutu Tanah
Parameter tanah yang ditetapkan sebagai baku mutu tanah sangat terkait dengan jenis
kegiatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penentuan parameter baku mutu tanah secara
umum sulit ditentukan. Walaupun rancangan baku mutu tanah telah diatur dalam rancangan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1994. Rancangan Kepmen ini menyebutkan
bahwa baku mutu tanah ditetapkan oleh masing-masing Gubernur denganberpedoman pada Baku
Mutu Nasional. Penentuan baku mutu dilakukan berdasarkan penelitian dan tetap menampung
aspirasi dari masyarakat, pengusaha dan pihak yang berkepentingan. Kriteria penilaian sifat
kimia tanah berdasarkan sifat umum tanah yang didapat secara empiris. Kriteria penilaian sifat
kimia tanah tersebut disajikan pada gambar tabelberikut :
Sedangkan kriteria umum untuk kandungan logam berat yang terdapat di dalam tanah
telah diteliti oleh Ferguson (1990) mengemukakan batas beberapa kandungan logam berat yang
tidak tercemar di dalam tanah, yaitu :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 tahun 2000, tanah
didefinisikan sebagai salah satu sumber daya alam, wilayah hidup, media lingkungan, dan faktor
produksi termasuk produksi biomassa yang mendukung kehidupan manusia sertamakhluk hidup
lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya. Seiring meningkatnya kegiatan
produksi biomassa yang memanfaatkan tanah maupun sumber daya alam lainnya yang tidak
terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa, sehingga
menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pertimbangan untuk melaksanakan
pengelolaan lingkungan hidup, ditetapkan peraturan pemerintah untuk mengendalikan kerusakan
tanah untuk poroduksi biomassa. Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah
sebagai berikut.
A. Kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering akibat erosi
B. Kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering
C. Kriteria baku kerusakan tanah di lahan basah
Penentuan standar kualitas air oleh Pemerintah dilakukan oleh Keputusan Menteri
Sungai melintasi negara provinsi dan / atau lintas batas. Meskipun penetapan standar
kualitas air oleh pemerintah provinsi telah dilakukan oleh peraturan aliran air regional di dua atau
lebih wilayah kabupaten / kota.
Atas dasar peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, dalam Pasal 1 disebutkan
bahwa Melawan polusi air adalah upaya untuk mencegah dan pencemaran air kontrol
dan Pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air sesuai dengan standar kualitas
air. Dalam Pasal 4.
Telah dijelaskan bahwa upaya telah dilakukan untuk:
(A) sumber yang terkandung dalam utang yang dilindungi;
(B) mata air yang di luar hutan lindung; dan
(c) air tanah intern
Selain itu, Pasal 8 ada klasifikasi kualitas air tetap pada 4 (empat) program:
a) kategori Pertama, air yang memiliki peruntukannya dapat digunakan untuk air air air,
dan atau atau tunjangan lain yang membutuhkan kualitas air yang sama seperti
kegunaan;
(B) tahun kedua, allottes air dapat digunakan untuk air / fasilitas infrastruktur
rekreasi,air tawar budidaya ikan, peternakan, air untuk mengirim penanaman dan
penunjukan atau orang lain yang membutuhkan kualitas air dari penggunaan
c) Kelas tiga, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan air yang dama dengan kegunaan tersebut.
d) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempresyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Sebagai bagian dari pencemaran udara, udara bebas yang kita hirup disebut udara sekitar.
Standar kualitas udara sekitar hanya dapat diartikan sebagai batas maksimum polutan
(zat, senyawa) yang diotorisasi di udara. Ada 13 parameter (tiga belas) parameter yang
diatur dalam standar kualitas udara Ambien Indonesia yang berlaku di tingkat nasional,
yaitu SO2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3
(oksida), HC (hidrokarbon) ), PM10 dan PM2.5 (partikel), TSP (debu), pb (timah hitam),
dustforfa (debu jatuh), total fluorida, indeks fluor, Khlorine dan Khlorine Dioksida dan
Indeks Sulphate.
Standar kualitas udara sekitar ini, berlaku di semua wilayah NKRI (disebut standar
kualitas udara sekitar, kecuali gubernur menetapkan tingkat kualitas udara sekitar
dengan standar kualitas udara ambien standar. Standar kualitas udara sekitar
(kebangsaan dan regionalitas yang berlaku) adalah batas hukum untuk polusi. Standar
kualitas udara sekitar yang telah didefinisikan dapat diperiksa setelah 5 tahun.
Sayangnya, PP 41/1999 masih belum mengatur polutan berbahaya dan beracun di udara
sekitar sepenuhnya. PP 41/1999 dan peraturan derivatif mereka juga tidak secara
eksplisit tidak melakukan instrumen eksplisit untuk memastikan bahwa standar kualitas
ambien dapat diperoleh dengan memberikan tuntutan polusi dari sumber emisi.